Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM

PERBANDINGAN DALAM STUDI ISLAM


DOSEN PEMBIMBING: Drs. MUTAKALLIM M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10


1. Muh Nur Ichsan Hattab (105191106221)
2. Fitrah Maulia Putri (105191104321)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023

I
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah “METODOLOGI STUDI
ISLAM”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini tepat waktu. Salam dan shalawat tak lupa kita panjatkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, karena beliau telah membawa perubahan besar bagi umat Islam. Terimakasih
juga kami ucapkan kepada Bapak dosen pengampuh mata kuliah metodologi studi islam, karena
dengan diberikannya tugas ini, kami sebagai mahasiswa akan semakin terlatih dan aktif mencari
tahu apa yang tidak kami ketahui. Dalam penulisan makalah ini, kami mengusahakan dengan
semaksimal mungkin agar makalah ini dapat bernilai baik dan juga besar harapan kami, semoga
makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembacanya pada umumnya, dan kami sebagai
penyusun terkhususnya. Aamiin.

Makassar , Juni 2023

Kelompok 10

II
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENANTAR …………………………………………………………. II

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. III

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1

C. Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. Arti Perbandingan Agama .................................................................... 2

B. Islam Dan Perbandingan Agama ...................................................,...... 3

C. Faktor Perbedaan Agama Dan Kesamaan Agama .............................. 3

D. Problem Dan Prospek Perbandingan Studi Islam ………………………….. 4

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 4

A. Kesimpulan ......................................................................................... 4

B. Saran .................................................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 5

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi masa kini, umat beragama dihadapkan kepada serangkaian tantangan
baru yang tidak terlalu berbeda dengan apa yang pernah dialami sebelumnya. Pluralisme agama
konflik intern atau antar agamaMasa kini tidak sedikit pertanyaan kritis yang harus ditanggapi
oleh umat beragama yang dapat diklasifikasikan rancau dan merisaukan. Sebagai konsekuensi
tampilnya sekian banyak agama, disini akan dibahas tentang perbandingan dalam studi Islam.

Suatu agama atau kepercayaan adalah suatu ocial tertentu, atau seperangkat ocial dimana
ajaran-ajaran, my the, ritus, perasaan, penghayatan, pengamalan, lembaga dan beberapa elemen
lainnya merupakan hal yang saling berkaitan dan bertautan, karena itu dalam memahami agama
dan kepercayaan yang ada dalam suatu ocial dirasa sangat penting untuk mengetahui konteksnya
yang khas.

Studi agama dan kepercayaan seringkali dimaksudkan sebagai studi perbandingan agama.
Sisi terpenting, seperti yang dikemukakan oleh S.G.F. Brandon, memang disadari bahwa untuk
memahami humanitas yang umum dan juga permasalahannya secara baik dan tepat, kita perlu
mengetahui tentang agama yang dianutnya, politiknya, peraturan ekonominya, dan prestasi
ilmiyah serta budayanya karena selain penilaian aspek-aspek agama yang metafisis, ternyata
agama juga merupakan fenomena ocial yang sangat mendasar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Arti Perbadingan Agama.
2. Islam dan Perbandingan Agama.
3. Faktor Perbedaan dan Kesamaan Keyakinan Agama.
4. Problem dan Prospek Perbandingan Studi Islam .

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami Arti Pendidikan Agama
2. Mengetahui dan memahami Islam dan Perbandingan Agama
3. Mengetahui dan memahami Faktor Perbedaan dan Kesamaan Keyakinan Agama
4. Mengetahui Apa saja Problem Perbandingan Studi Islam

1
BAB I I
PEMBAHASAN

A. Arti Perbadingan Agama


Kata “Perbandingan” mengandung unsur kepekaan tinggi, yang tidak jarang mengundang
kecurigaan, bahkan permusuhan. Membandingkan suatu dengan sepadannya dapat diartikan
menempatkan satu pihak lebih unggul dari pihak lain. Karena itu perbandingan atau komparasi
sering berujung dengan kompetisi. Hal ini mengakibatkan kebanyakan orang enggan untuk
membandingkan hal-hal yang sangat berharga baginya dengan hal lain. Mereka khawatir kalau-
kalau yang dimilikinya kalau-kalau yang dimilikinya akan dinilai lebih buruk dari milik orang
lain. Tidak seorang pun senang jika keluarganya, bangsanya, dan terlebih negaranya dinilai lebih
rendah dari yang lain akibat suatu perbandingan.

Lalu, bagaimana dengan perbandingan agama? Jika perbandingan yang dimaksud untuk
menempatkan suatu agama lebih superior dari yang lain, maka pasti hal ini akan membawa kerah
cauan, bahkan permusuhan. Setiap pemeluk agama akan menilai agamanya yang terbaik dan
yang tersempurna jika dibandingkan dengan agama yang lain. Melihat kenyataan ini, Arnold
Toynbee (1889-1975), sejarawan Inggris, secara gamblang berkata bahwa “Tidak seorangpun
dapat menyatakan dengan pasti bahwa sebuah agama lebih benar dari agama lain”.

Pada sisi lain, suatu agama atau kepercayaan adalah suatu sistem tertentu, atau
seperangkat sistem dimana ajaran-ajaran, my the, ritus, perasaan, penghayatan, pengamalan,
lembaga dan beberapa elemen lainnya merupakan hal yang saling berkaitan dan bertautan,
karena itu dalam memahami agama dan kepercayaan yang ada dalam suatu sistem dirasa sangat
penting untuk mengetahui konteksnya yang khas. Misalnya saja kepercayaan terhadap suatu
dewa dalam salah satu agama harus dilihat pada konteks suatu kepercayaan terhadap sang
pencipta dan kehidupan yang transcendent dalam masyarakat. Lepas dari setuju atau tidak, kita
kenal bahwa pada sekitar abad 20-an, salah seorang ahli ilmu perbandingan agama
mengemukakan bahwa karakter suatu agama, dipandangnya sebagai suatu hal yang bersifat
“totalitarian” atau yang lebih baik lagi bersifat “organik”. Ini berarti lalu menimbulkan suatu
masalah apakah kepercayaan atau praktik agama dalam suatu sistem organik dapat
diperbandingkan dalam suatu sistem yang sama dalam suatu sistem organik yang lain, atau
tidak? Untuk ini, harus diakui bahwa setiap agama memiliki keunikan yang membedakan.

Orang dapat mengetahui sangat uniknya suatu agama melalui suatu perbandingan, dan
dalam memperbandingkan ini dapat dengan mencari perbedaan-perbedaannya. Dan inilah
sebabnya mengapa studi agama dan kepercayaan seringkali dimaksudkan sebagai studi
perbandingan agama. Sisi terpenting, seperti yang dikemukakan oleh S.G.F. Brandon, memang
disadari bahwa untuk memahami humanitas yang umum dan juga permasalahannya secara baik
dan tepat, kita perlu mengetahui tentang agama yang dianutnya, politiknya, peraturan
ekonominya, dan prestasi ilmiyah serta budayanya karena selain penilaian aspek-aspek agama
yang metafisis, ternyata agama juga merupakan fenomena sosial yang sangat mendasar. Karena
studi ilmu perbandingan agama dapat ditekankan sebagai studi yang berkaitan dengan perilaku
beragama seseorang dalam hubungannya dengan transcedent, dengan Tuhan, atau dengan apapun
saja yang dianggap sakral, kudus, suci, maka dalam perkembangannya yang nampak bersifat
deskriptif, lalu menganut bermacam-macam disiplin seperti sejarah, sosiologi, antrhopologi,
psikologi, dan archeology.

Dan karena studi ilmu perbandingan agama juga ditekankan pada studi yang juga di
orientasikan pada pengakuan kebenaran keyakinan agama, maka ini lebih ditekankan pada
theology dan filsafat agama. Adalah tugas mulia umat beragama secara bersama-sama untuk
menginterpretasikan ulang ajaran-ajaran agamanya untuk dikomunikasikan pada wilayah agama
lain. Sehingga mengurangi tensi atau ketegangan antar umat beragama. Para teolog masing-
masing agama dan para juru dakwah serta misionaris aturannya memang “belajar” memahami
relung-relung keberagaman orang lain, hukan untuk tujuan pindah agama. Tetapi membuka
kesempatan untuk lebih bersifal saling memahami dan toleran.
2
B. Islam dan Perbandingan Agama Lain
Perkembangan pendidikan dan kemajuan ulmu pengetahuan, kesemuanya itu merubah
pandangan dan pikiran orang Islam diseluruh dunia dan sekaligus merupakan rennaisance orang
Islam dalam lapangan ilmu pengetahuan, penertiban, kehidupan agama dan sebagainya. Dengan
perkembangan tersebut para sarjana Islam memperbaharui polemik mereka terutama terhadap
aktivitas missi Kristen. Pada umumnya polemik-polemik yang diadakan oleh kaum Muslim
merupakan reaksi terhadap literatur-literatur yang diterbitkan oleh orang-orang Kristen.

Sejarah hubungan antara Islam dan kristen telah melalui masa yang panjang dan diliputi
oleh suasana setempat. Isi polemik antara Islam dan kristen pada umumnya meliputi
permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
· Kristologi (Islam tidak menyinggung pribadi Yesus sebagai kristus)
· Kenabian Muhammad SAW terutama mu’jizatnya
· Kedudukan Bybel sebagai wahyu
· Ajaran Paulus yang dogmatis
· Masalah Moral

Dalam kenyataannya materi politik antara abad pertengahan dan abad dua puluh meliputi
hal yang sama, namun sudah tentu terdapat pemikiran baru yang terdapat dalam penerbitan
mutakhir. Karena adanya pemikiran baru, maka sekalipun pokok pembicaraan sama. Namun ada
perobahan dalam interpretasi. Dalam beberapa hal terdapat perhatian umat Islam terhadap
penemuan baru. Adanya penemuan baru tersebut dipergunakan oleh umat Islam untuk membahas
kitab suci Kristen.

Dalam hal toleransi, Nabi Muhammad pernah memberi suri tauladan yang sangat
inspiring dihadapan para pengikutnya. Sejarah mencatat bahwa nabi pernah dikucilkan dan
bahkan diusir dari tanah Makkah. Beliau terpaksa hijrah ke Madinah untuk beberapa lama dan
kemudian kembali ke Makkah. Peristiwa ini disebut dengan fatkhul Makkah. Dalam peristiwa
yang penuh kemenangan ini, Nabi tidak mengambil langkah balas dendam kepada orang-orang
yang telah mengusirnya.

Dengan titik tolak pandangan tersebut umat Islam pada tempatnya bersikap menghargai
agama orang lain. Menghargai agama orang lain tidak identik dengan pengakuan akan
pengakuan kebaikan dan kebenaran agama tersebut.

C. Faktor Perbedaan dan Kesamaan Keyakinan


Manusia mempunyai naluri sebagai hewan yang beraqidah, atau secara naluriah, manusia
adalah hewan yang beragama. Aqidah agama ini merupakan suatu yang tidak bisa dipisahkan
sejak awal pembentukan psichis dan mental manusia. Aqidah ini tidak biasa berdiri sendiri dan
terlepas dari proses pembentukan.

Karena tantangan Islam pada periode klasik kedua (± abad ke-8 sampai dengan abad ke-
12) bercorak intelektual spekulatif heelenisme dan gnotisisme Persi. Maka telogi yang
berkembang dalam wacana pemikiran Islam juga dipengaruhi oleh sifat tantangan itu. Karena
sifat yang demikianitu, orang akan sia-sia menemukan formulasi teuhid sosial yang
komprehensif dan utuh. Bahkan pada masa modern, corak intelektual dari kajian tentang tauhid
masih terus berlangsung.

Berbagai macam hasil studi telah sama-sama menguatkan bahwa adanya aqidah
(keyakinan agama) ini berdiri dibelakang kemajuan kemajuan yag muncul, dan juga berdiri di
belakang penemuan-penemuan materiil yang dicapai oleh manusia. Entah itu dalam lapangan
ilmu pengetahuan, hasil-hasil prcobaan, methode-methode struktur social, politik dan ekonomi.
Maka tak heran bila aqidah agama ini saling berbeda.

Faktor-faktor kehidupan yang ada hubungannya dengan cara memahami alam dan
kehidupan. Sehingga ilmu pengetahuan yang dicapai oleh setiap kemajuan corak lama ini
merupakan bagian dari aqidah agama yang sangat diyakini oleh anggota-anggota masyarakat.
Maka dari itu ilmu pengetahuan campur aduk jadi satu dengan aqidah agama. Sehingga agama
dilunturi dengan kesamaran-kesamaran mistikd an tasawuf.

3
Sebagaimana filsafat pada dasarnya adalah kerja otak saja. Tapi karena filsafat ini
berbaur dari satu masyarakat ke lain masyarakat. Akhirnya timbul bermacam-macam filsafat
yang juga ikut melunturi agama. Tidak ada filsafat yang benar-benar murni dan mndetail/melulu
sebagai filsafat. Tergantung dari jauh dan dekatnya dengan agama atau aqidah. Cina pada zaman
dahulu karena letak geografisnya berada di daerah tepian iklim panas dan dingin, Cina termasuk
daerah yang ramai. Solidaritas dan kerja sama keluarga merupakan faktor umum yang
menumbuhkan aqidah agama di sana. Sedang loyalitas keluarga dianggap sebab yang paling
nyata yang membentuk politik China. Tiga agama yang ada disana yaitu Kong Hu Chu, Tao dan
Budha berkisat tentang mencari hakekat hidup bahagia diats dunia dengan cara yang simpel
tanpa macam-macam keyakinan.

Dalam masalah loyalitas keluarga melingkupi keluarga dalam pengertian yang kecil dan
keluarga yang besar yaitu negara. Kong Hu Chu memusatkan perhatian pada moral dan loyalitas
keluarga sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan diatas bumi ini. Taoisme mementingkan
keseimbangan jiwa dan raga antara manusia dan naluri. Sedang Budha mementingkan pada
pembebasan jiwa.

D. Problem dan Prospek Perbandingan Studi Islam


Pada dataran normativitas studi Islam agaknya masih banyak terbeban oleh misi
keagamaan yang bersifat memihak, romantis, dan apologis, sehingga kadar muatan analisis,
kritis, metodologis, historis, empiris, terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah
keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para
peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.

Kendala lain menyangkut perbandingan agama adalah tingkat objektivitas peneliti yang
melakukan perbandingan. Kata Hierke Gaard (1813-1855), filosof agamawan asal Denmark,
yang setujui banyak orang, “Berlaku netral terhadap studi agama-agama hampir tidak mungkin.
“salah satu sebabnya, seseorang peneliti tidak akan dapat memahami, apalagi mendalami agama
tanpa yang bersangkutan terlibat secara emosional dan spiritual dengan agama tersebut.
Disamping itu seorang peneliti tidak akan mungkin dapat menghayati dan memahami secara
mendalam lebih dari sat agama.

Menurut Bambang Sugiharto, tantangan yang dihadapi setiap agama sekarang ini
sekurang-kurangnya ada tiga. Pertama, dalam menghadapi persoalan kontemporer yang ditandai
dis orientasi nilai dan degradasi miralitas agama ditantang dengan tampil sebagai suara moral
yang otentik. Kedua, agama harus menghadapi kecenderungan pluralisme, mengolahnya dalam
kerangka “theologi” baru dan mewujudkannya dalam aksi-aksi kerjasama plural. Ketiga, agama
tampil sebagai pelopor perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan ketidak adilan
(Bambang Sugiharto dan Andito (ed) 1998: 29-30). Untuk mengatasi kerancauan diatas, pakar-
pakar studi agama lalu membagi pendekatan studi agama (yang juga mencakup studi
perbandingan agama) ke dalam dua kategori:
1) Pendekatan Deskriptif
Pendekatan ini menguraikan secara komprehensif aspek-aspek kesejarahan, struktur, doktrin, dan
lain-lain elemen tanpa terlibat dalam pemberian penilaian (Value judgment). Cara ini kemudian
dikembangkan oleh pakar-pakar dialog antar agama dengan menggunakan istilah intelektual
conversion (beralih) agama pada tingkat pemikiran, bukan pada tingkat imani yang hakiki.

2) Pendekatan Normatif
Pendekatan ini menjelaskan sebuah agama dengan menitik beratkan kebenaran doktrinal,
keunggulan sistem nilai, ontetisitas teks, serta fleksibelitas ajaranya sepanjang masa. Pendekatan
ini dengan sendirinya akan menggunakan cara-cara yang bersifat persuasif Apologetik dalam
mempertahankan keunggulannya. Dalam membandimgkan suatu agama dengan agama lain,
penekanan unsur-unsur “kelemahan dan kekurangan” pihak lain selalu ditonjolkan. Walaupun
pendekatan normatif tetap perlu untuk memeperkukuh iman, pendekatan deskriptif pun tidak
kurang pentingnya untuk menghindari konflik agama. Perlu digarisbawahi bahwa salah satu
syarat tercapainya kerukunan antar pemeluk agama adalah saling pengertian antar umat
beragama. Dalam konteks egara kita, umat Islam Indonesia yang jumlahnya terbesar egaraing
yang ada di egara-negara lain harus mampu memberi contoh dalam membina kerukunan antar
umat beragama dan sekaligus memelopori pendekatan antar sekte Islam demi tercapainya suatu
ummah seperti yang digambarkan oleh Al-Qur’an.

4
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas pemakalah menyimpulkan bahwa perbandingan dalam studi Islam adalah
suatu cara untuk mengembangkan dan memeperluas cakrawala pemahaman terhadap agama.
Kemudian berusaha untuk memahami kehidupan batin orang maupun masyarakat, yang
berkaitan dengan perilaku beragama seseorang dalam hubungan dengan Tuhan, atau dengan
apapun yang dianggap sakral.
Isi polemik antara Islam dan kristen pada umumnya meliputi permasalahan-permasalahan
sebagai berikut: Kristologi (Islam tidak menyinggung pribadi Yesus sebagai kristus), Kenabian
Muhammad SAW terutama mu’jizatnya, Kedudukan Bybel sebagai wahyu, Ajaran Paulus yang
dogmatis dan Masalah Moral.
Pakar-pakar studi agama membagi pendekatan studi agama (yang juga mencakup studi
perbandingan agama) ke dalam dua kategori: Pendekatan Deskriptif dan Pendekatan Normatif.

B. SARAN

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
5

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin. 1996. Studi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Abud, Abdu Al-Ghany. 1992. Aqidah Islam Vs ideologi modern. Ponorogo: TriMurti Press.
Daradjat, Zakiah. 1984. Perbandingan Agama Jilid II. Jakarta: Proyek Pembinaan IAIN.
Hakim, Atang Abd. Dan Jaih Mubaroh. 1999. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Maarif, A. Syafi’i. 1997. Islam dan Kekuatan Doktrin dan Keagamaan Umat. Yogyakarta:
Pustaka Peljar.
Nata, Abuddin.1998. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Shihab, Alwi. 1997. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama. Bandung: Mizan.
6

Anda mungkin juga menyukai