INDONESIA
Arini Lestari
Program studi Aqidah dan Filsafat islam
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,UIN Alauddin Makassar
E-mail: arinilestari2711@gmail.com
Abstract
History in the scientific world. Efforts to get a real view of the phenomenon of human
religiosity, it is appropriate that the approach to religious studies is not limited to theology
alone.However, the phenomenological approach will provide different and more comprehensive
information. Phenomenology of religion is the study of approaches to religion by comparing
various kinds of symptoms from the same field between various religions. So that the science of
comparative religion is very important for a Muslim, because by studying it a Muslim can
understand other religions besides Islam, can respect other religions because he already knows
religious differences in depth. Furthermore, they can find out the advantages of Islam after
being compared with other religions, which can be used as an insight for preaching
Keywords: religion.comparison.science.history.development
Abstrak
sejarahnya dalam dunia ilmiah. Upaya untuk mendapatkan pandangan yang sesungguhnya
tentang fenomena keberagamaan manusia, sudah semestinya pendekatan studi agama tidak
terbatas pada teologi saja. Namun pendekatan fenomenologi akan memberikan keterangan yang
berbeda dan leb ih komperhensif. Fenomenologi agama adalah studi pendekatan terhadap
agama dengan cara memperbandingkan berbagai macam gejala dari bidang yang sama antara
berbagai macam agama. Sehingga ilmu perbandingan agama sangat penting bagi seorang
muslim, karena dengan mempelajarinya seorang muslim dapat memahami agama-agama lain
selain islam, dapat menghormati agama lain sebab telah mengetahui perbedaan agama secara
mendalam. Selanjutnya dapat mengetahui kelebihan agama Islam setelah dibandingkan dengan
agama lain, yang dapat dijadikan sebuah wawasan untuk berdakwah.
1. Pengertian Agama
a) Karena pengalaman agama itu adalah soal batini dan subyektif, juga sangat
individualistis, tiap orang mengartikan agama itu sesuai dengan
pengalamannya sendiri, atau sesuai dengan pengalaman agama sendiri. Oleh
karena itu tidak orang yang bertukar pikiran tentang pengalaman agamanya
dapat membicarakan satu soal yang sama.
b) Bahwa barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat dan emosiolan
lebih daripada membicarakan agama. Agama adalah merupakan soal yang sakti
dan luhur.
c) Bahwa konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang
memberikan pengertian agama itu. Orang yang giat pergi ke mesjid atau gereja;
ahli tasawuf atau mistik akan condong untuk menekankan kebatinannya,
sedangkan ahli antropoligi yang mempelajari agama condong untuk
mengartikannya sebagai kegiatan-kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat
di amati.2
1
Himayah, M. A. (2015). Ibnu Hazm Biografi karya dan Kajiannya Tentang Agama-agama.
Jawa Timur : Lentera.
2
Arifinsyah. (2018). Ilmu Perbandingan Agama dari Regulasi ke Toleransi . Medan :
Perdana Publishing.
Secara etimologi ada beberapa pendapat memberikan makna ‘’agama’’
cukup beragam, diantaranya memaknai ‘’agama’’ bahasa dari sansekerta yang
mempunyai beberapa arti. Suatu pendapat mengatakan bahwa agama berasal dari
dua kata, yaitu a dan gam yang berarti a = tidak kacau (teratur). Ada juga yg
mengartikan a = tidak, sedangkan gam = pergi, berarti tidak pergi, tetap di tempat,
turun menurun.3
Apabila dilihat dari segi perkembangan bahasa, kata gam itulah yang menjadi go
dalam bahasa Inggris dan gaan dalam bahasa Belanda. Adalagi pendapat orang
mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci, agama biasanya memang
mempunyai kitab suci. Selanjutnya berikut ini dikemukakan beberapa definisi
agama secara istilah.4
3
Khotima. (2015). Perbandingan Agama Pengantar Studi Memahami Agama-agama.
Pekanbaru: Asa Riau.
4
Arifinsyah. (2018). Ilmu Perbandingan Agama dari Regulasi ke Toleransi . Medan :
Perdana Publishing.
5
Khotima. (2015). Perbandingan Agama Pengantar Studi Memahami Agama-agama.
Pekanbaru: Asa Riau.
Agama ialah kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum yang
diwahyukan kepada utusan-utusan-Nya untuk kebahagiaan hidup manusia di
dunia dan di akhirat. Dengan ciri-ciri, sebagai berikut:
Ilmu Perbandingan Agama adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
berusaha untuk memahami gejala-gejala keagamaan dari suatu kepercayaan
(agama) dalam hubungannya dengan agama lain. Pemahaman ini mencakup
persamaan (kesejajaran) dan perbedaannya. Selanjutnya dengan pembahasan
tersebut, struktur yang asasi dari pengalaman keagamaan manusia dan pentingnya
bagi hidup dan kehidupan manusia dapat dipelajari dan dinilai.7
6
Arifinsyah. (2018). Ilmu Perbandingan Agama dari Regulasi ke Toleransi . Medan :
Perdana Publishing.
7
Amin, M. I., & Utami, E. N. (2019). Pengaruh Mempelajari Ilmu Perbandingan Agama
Terhadapa Mutu Keimanan Mahasiswa IAIN Kudus. jurnal tarbawi, 16(1), 55.
sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang juga dikenal dengan
perbandingan agama, yang dalam bahasa arabnya muqaranatul adyan dan bahasa
inggrisnya comparative religion.8
Menurut Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama adalah salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang berusaha untuk memahami gejala-gejala keagamaan dari suatu
kepercayaan (agama) dalam hubungannya dengan agama lain. Pemahaman ini
mencakup persamaan dan perbezaannya. Kajian ini adalah penting untuk menilai
struktur asas dari pengalaman keagamaan manusia Selain Mukti Ali sendiri ada
beberapa tokoh dunia yang mengkaji seperti Abu Royhan Al-Birruni, Ahmad
Deedat, Zakir Naik, Ibnu Hazm Al-Andalusy, Hasbullah Bakri, dan Abu Ahmadi.
(hal.5. buku 4_bab1)
Zakir Naik Nama lengkap beliau ialah Zakir Abdul Karim Naik. Beliau ialah
seorang penulis hal-hal tentang islam serta menulis tentang perbandingan agama
dan beliau juga seorang pendebat handal seperti halnya ahmad deedat, dan profesi
asli beliau adalah seorang dokter medis yang memperoeh gelar dokter di Bachelor
of Medicine and Surgery (MBBS) dari maharashtra. Beliau memulai awal
8
Arifinsyah. (2018). Ilmu Perbandingan Agama dari Regulasi ke Toleransi . Medan :
Perdana Publishing.
karirnya menjadi seorang pendebat dengan berguru dengan gurunya yaitu Ahmad
Deedat, zakir naik berguru saat ahmad deedat sudah keliling benua Amerika,
Eropa dan Australia. Zakir naik menjadi seorang ulama dan aktivis dakwah islam
dalam perbandingan agama pada tahun 1991.(hal.6)9
Kecerdasan Ibnu Hazm terlihat dari pemahamannya terhadap perjanjian lama dan
perjanjian baru yang tergambarkan dalam karya agungnya di atas. Selain itu
karena kritikan yang tajam terhadap umat Kristen dan sumbangan yang besar
terhadap ilmu perbandingan agama, para sarjana barat dan islamis barat
memberikan pengakuan dan pengukuan terhadap karya-karyanya.(hal.7)
Hasbullah Bakri mengatakan bahwa ilmu perbandingan agama adalah ilmu yang
mengajarkan tentang agama-agama, baik yang ada penganutnya di negara kita
atau yang tidak ada penganutnya, baik yang disebut agama missionari ataupun
yang disebut dengan bukan agama missionari.(hal.7)
Abu Ahmadi dalam bukunya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ilmu
perbandingan agama adalah ilmu yang mempelajari tentang bermacam-macam
agama, kepercayaan dan aliran peribadatan yang berkembang pada berbagai
bangsa sejak dahulu hingga sekarang ini.(hal.8)
9
Sermada, D. (2011). Pengantar Ilmu Perbandingan Agama . Jawa Timur : Pusat Publikasi
Filsafat Teologi Widya Sasana.
meliputi aliran-aliran dalam aspek kepercayaan dan peribadatan dari pada agama-
agama yang dipelajari yang meliputi persamaan dan perbedaan.10
10
Amin, M. I., & Utami, E. N. (2019). Pengaruh Mempelajari Ilmu Perbandingan Agama
Terhadapa Mutu Keimanan Mahasiswa IAIN Kudus. jurnal tarbawi, 16(1), 56.
11
Zain, A. E., Din, N. B., Nasiruddin, M., Ismail, N. B., & Kamis, M. H. (2017). Menghadapi
Masyarakat Majemuk Di Malaysia Melalui Ilmu Perbandingan Agama. Wardah, 6(1), 48-
50.
12
Bahaf, M. A. (2015). Ilmu Perbandingan Agama. Serang: A-Empat .
4. Sejarah Perkembangan Ilmu Perbandingan Agama dalam Islam
Jika metode kritis filosofis Xenopanes menyasar kepada dua arah keyakinan
masyarakat Yunani kuno, maka Herodotus memperkenalkandeskriptit dan
komparatit pemujaan di dalam agama non-Yunani dengan praktek-praktek
keagamaan Yunani. Dua metode inilah yang berkembang didalam studi agama
pada zaman Yunani kuno. Yakni, cara pertama adalah dengan melalui catatan-
catatan perjalanan yang mencakup deskripsi pemujaan di dalam agama yang
bukan Yunani dan perbandingannya denganpraktek-praktek keagamaan Yunani,
dan, cara kedua dengan cara kritik filosofis terhadap agama tradisional.
lde Herodotus tentang teori tarikh tiga taraf ini dikembangkan lebih lanjut oleh
Euhomerus. Menurut Euhomerus dewadewa itu asalnya orang-orang yang
berkuasa yang secara lambat laun diperdewakan. Dalam segi inimite itu adalah
memuja, mengagungkan, memuliakan dikarenakan orangorang besar ini dan
dikarenakan peristiwaperistiwa yang berkaitan dengan kehidupan orang-orang
besar, kelahiran serta kematiannya.
Diantara para pemikir zaman Romawi yang patut disebut karenakaryanya adalah
Varro (11627 S.M) dan Cicero (10643 S.M) yang namanya telah disebut di atas.
Karya Varro yang berjudul Roman Antioutios sebanyak40 jilicd merupakan salah
satu sebuah gudang informasi mengenai agama-agama kuno. Di dalam karyanya
On the Natre of he Gods, Cicero memberikan uraian yang posititf tentang fungsi
agama sebagai disipliner,ajaran etika dan daya integratit. Namun di dalam buku
On Diination, Cicero mengkritik dan bahkan telah mencemooh praktekpraktek
ketuhanan Romawi, padahal ia sendiri sebagai seorang juru ramal resmi. la
dikenalsebagai orang yang mencaci maki dan tidak mengamalkan praktek-
praktekkeagamaan pada zamannya. Hal iniah yang menyebabkan ia
memisahkanmasalah ketuhanan dari masalah lembaga-lembaga keagamaan serta
praktekpraktek keagamaan lainnya. Cicero hidup di dalam suatu zaman
dimanaagama telah banyak kehilangan pengaruhnya di dalam masyarakat. Dan ia
sendiri muncul sebagai seorang skeptis.
Suasana terbuka dan objektif di dalam studi agama pada masa Yunani dan
Romawi kuno telah berganti menjadi sikap ekslusif dan intoleran pada studi
agama yang dilakukan oleh kelompok Kristen-Yahudi. Sikapdemikian muncul
tidak terlepas daripada perjalanan sejarah dan spiritualbangsa Yahudi yang sealu
dihadapkan dengan siruasi yang menuntrut bersikap detfensif baik secara politis
maupun secara teologis, dimana saat itu kuam Yahudi harus mempertahankan
keberadlaan kaum Yahudi dan keyakinannya dari tekanan kaum dan keyakinan
bangsa lain. Kitab PerjanjianLama menggambarkan kepercayaan dan peribadatan
agamaagama lain dalamsemangat dan konteks polemik, serta bertujuan
memperlihatakankekeliruannya bila dilihat dari perjanjian spiritual Yahweh dan
orangorangyang telah dipilih:Nya. Dalam pandangan kuam Yahudi, semua agama
lain pasti salah. Sikap ekslusif dan intoleran ini jelas tidak
memungkinkantumbuhnya studi yang objektit terhadap agamaagama lain. Sikap
demikan rupanya dilanjutkan oleh Gereja Kristen. Sama seperti halnya
PerjanjianLama, Perjanjian Baru sama sekali tidak memperlihatkan pandangan
yang positif dan objektif tentang agamaagama lain. Dalam pandangan Cereja,
keselamatan harus dicapai hanya melalui iman kepada Yesus Kristus. Di luar itu,
tidak ada keselamatan. Perjanjiam Baru menganggap sangat fatal dan keliru
menjalin hubungan apapun dengan para pemeluk agamaagama lain.Sejarah awal
Gereja Kristen dipenuhi dengan usaha yang gigih danbersungguhsunguh untuk
menyerang agamaagama lain. Teoriteori yang sepenuhnya biblikal menyatakan
bahwa agamaagama non-Kristen merupa-kan karya syetan atau ruhruh jahat
lainnya, yang sering dikemukakan olehpara apologis Kristen abad kedua Masehi,
seperti Justin Martyr, Tatian, Minucius Felix, Tertullian dan Cyprian, semuanya
muncul dalam konteksdan semangat tadi.
Keyakinan Kristen tentang kebenaran agama Kristen dan kepalsuan agama selain
agama Kristen, coba dibuktikan oleh para pemikir Kristen dengan bersandar pada
Etthomerisme. Lactautius (260-340 M) dengan kerasnyamenyatakan di dalam
karyanya berjudul Dainae Institutionmes bahwa dewadewapara penyembah
berhala pacda zamannya telah mati. Pandangan yang samadapat dijumpai dalam
De ldolonm Venitato karya Cyprianus, di dalam Deldolatria karya Tertulianus dan
di dalam De Civitate Dei karya SantoAgustinus. Tetapi pada abad ke6 dan ke-
tradisi Euhomerisme mulaiditinggalkan dalam polemik keagamaan. Sebaliknya
Euhomerisme tudipergunakan dalam mengungkapkan masalah masa lalu termasuk
legenda dan mite kuno untuk merekontruksikan sejarah Kristen. Oleh karena
ituIsidore dari Sevilla (560656 M) di dalam karyanya Etymologica berusaha
menempatkan semua dewadewa agama penyembah berhaa pada salah satu periode
dari 6 periode sejarah dunia. Enam periode sejarah dunia itu terdiridari: periode
dari sejak penciptaan sampai banjir, periode dari banjir sampaiIbrahim, periode
Ibrahim sampai Daud, periode dari Daud sampai pembuangan Babilonia, periode
dari pembuangan Babilonia sampai lahirnya Kristus dan periode dari kelahiran
Kristus ke depan. Pengetahuan Isidore inimemperkaya skema periodesasi ini
dengan suatu perincian berharga mengenai agamaagama Mesir, Asiria, Yunani
dan Romawi.
Paca zaman pertengahan lingkungan Kristen ditandai oleh debat doktrinal,
ancaman perkembangan lslam yang cepat di Selatan dan kemajuanpenyebaran
agama di kalangan sukusuku Jerman dan lainnya di Utara. Sepanjang abad
pertengahan tadi praktis tidak muncul usaha mempelajari ugaunaagama lain,
kecuali untuk tujuan-tujuan menolak dan menaklukkan. Teoriteori biblikal dan
post-biblikal tentang asalusul agama non-Kristen sebagai agama syetan tetap
berlaku dimana-mana, dan sebegitu jauh para filosof serta teolog Kristen sama
sekali tidak memberi kontribusi yang berarti bagi perkembangan studi
agamaagama. Pada periode ini studi agamaagama yang berkembang memiliki
karakter yang sangat apologetik. Karakteristik yang menonjol pada periode ini,
yaitu: pertama, mereka menunjukkan bukti-bukti yang terdapat di dalam kitab
suci, kedua, mereka menggunakanargumentasi yang bersifat akli, dan ketiga,
mereka memantaatkan senjata yang pernah digunakan oleh lawan-lawannya untuk
menyerang kembali mereka.
Para pemikir Muslim yang melakukan penulisan tentang agama selain Islam
diantara mereka adalah alThabari (858923 M) yang menulis tentang agama Persia,
al-Mas'udi (w. 956 M) menulis tentang agama Yahudi, Kristen, dan agama India,
aLBiruni (973-1046 M) menulis tentang agama India dan Persia, dan Ibn Hazm
(994-1064 M) yang membahas kitab suci agama Yahudi dan Nasrani. Karya-karya
mereka mendapatkan penghargaan cukup tinggi dalam dunia pengetahuan.
Kehormatan menyangkut penulisanliteratur pertama dalam bidang sejarah agama-
agama pada umumnya diberikan kepada al-Sahrastani (w. 1153 M) karena karya
terkenalnya, al-Milalwa al-Nihal, yang secara objektif dan sistematis menguraikan
agama-agama yang diketahui dan dikenal pada masanya.
Salah satu tokoh yang memberi kontribusi penting pada kajian agama agama pada
masa rennaisans ialah Lord Herbert dari Cherbury (1585-1643 M). sebagai
seorang rasionalis yang hidup pada masa perkembangan pesat ilmu pengetahuan
alam Lord Herbert berpandangan bahwa Tuhanbukan hanya sebagai pencipta
alam tetapi juga yang menciptakan hukum alam yang mengaturnya. Sehingga,
fungsi Tuhan dianggap bermanfaat bukan hanya bagi sekelompok manusia
tertentu, melainkan bagi seluruh manusia disegala tempat dan waktu. Dalam hal
ini Lord Herbert adalah salah seorang rasionalis yang mula-mula menyatakan
secara sistematis bentuk-bentuk prinsip dewa dalam agama. Yang menjadi dasar
teorinya adalah hubunganicde insting alam dengan "pengertian umum. Agama itu
seharusnya memiliki pengertian umum, oleh karena agama itu dijumpai pada
segala bangsa dan di dalam segala periode. Di dalam karyanya De Religions
Gentilium ia telah mencoba membuat lima pokok garis besar:
1. Bahwa ada suatu Supreme Human yang memiliki sebelas sifat, yaitu:memberi
anugerah, ada dengan sendirinya, sebab pertama, tenaga dantujuan semua benda,
abadi, baik, adil, bijaksana, tak terbatas, beradadimana-mana dan merdeka.
4. Dosa terhadap Supreme Human ini harus ditobati dan harus diperbaiki.
5. Dunia diperintah secara moral. Dikatakan bahwa kehidupan yang akan datang,
manusia akan menerima balasan yang semestinya dari perbuatannya.
Di dalam sejarah studi agama teori Lord Herbert ini adalah pentingdikarenakan
sejak dia dan seterusnya srudi agama secara bertahap telahmenjadi lebih ilmiah
serta lebih objektif.
Gambaran baik dari semangat renaissans yang dijumpai pada diri pengkaji agama
ada pada diri Giambatista Vico (1688-1744 M). Karyanya yang terkenal berjudul
New Science (1725) adalah suatu sintesis dari berbagai teori sebelumnya. Isi buku
tersebut secara singkat adalah mensekulerisasikan sejarah kehidupan manusia dan
sejarah agama. Melihat zamannya, Vico telah jauh berkembang, telah mendahului
teoriteori sosial yang dikemudian hari diutarakan oleh Hegel, Comte, Marx dan
Max Muller. Vico berkeyakinan bahwa segala perubahan yang sering terjadi di
dalam sejarah manusia adalah perubahan yang dibuat oleh manusia. Perbedaan
antara sistem sosial dan sistem keagamaan bukan dikehendaki oleh Tuhan,
melainkan disebabkanoleh karena perubahan pikiran dan keinginan manusia
sendiri. Proses ini menimbulkan munculnya tiga periode zaman yang saling
berganti di dalam perkembangan sejarah manusia, yaitu zaman Tuhan, zaman para
pahlawan,cdan zaman manusta. Laman ketuhanan menandakan permulaan
masyarakatdimana muncul istilah keluarga. Penguburan dan agama. Zaman para
pahlawan ditandai dengan munculnya para pahlawan di saat para
penguasapatriarkhat melebarkan sayap kekuasaannya terhadap keluarga atau
kelompok lain. Dari usaha ini menimbulkan perbedaan-perbedaan sosial,
pertentangan kelas dan peperangan yang terus politik menerus. Akhirnya bahasa
mitis yang berkuasa pada masa ketuhanan pada zaman ini berubah menjadi
bersifat kiasan. Dan Zaman manusia bahasa telah terbentuk dan telah menjacdi
jelas dan pasti. Juga di dalam periode ini mite-mite itu menjadí berangsuranagsur
hilang. Agama memperoleh fungsinya sebagai penegak prinsipprinsip moral
masyarakat. Sekaligus agama itu telah menjadi sasaran tekanan munculnya
skeptisisme dan akhirnya digantikan oleh filsafat.
Semangat kajian sekuleristik yang dikembangkan oleh Vico ini dilanjutkan oleh
sarjana seperti Voltaire (1694-1778 M) yang mengobarkan api peperangan
terhadap agama sekalipun baginya agama itu dibutuhkan hanya dibutuhkan oleh
masyarakat bukan zaman pencerahan yang beranggapan bahwa kalau tidak
berngama maka orang tidak akan mampu berprilaku moralistik. David Hume pun
(1711-1776 M) setali tiga uang dengan Voltaire menganggap bahwa agama bukan
lahir dari wahyu dan akal,melainkan muncul dari kondisi kejiwaan seperti
kekhawatiran akan kebahagiaan, rasa takut akan kesengsaraan yang akan datang,
rasa ngeri akankematian, haus akan balas dendam, rakus akan makanan dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Karena kebutuhan psikologis inilah manusia
menciptakan dewadewa yang banyak sesuai dengan banyaknya kebutuhan-
kebutuhan hidupnya yang banyak. Kalau kemudian kepercayaan politheis itu
menjadi monotheis itu lebih disebabkan oleh kepentingan statistik daripada
pertimbangan dan dorongan akal. Setiap generasi telah menambahkan dewa-dewa
pada pantheonnya sampai mencapai jumlah yang tidak terbatas.Kemudian semua
dewadewa itu bercampur menjadi satu. Oleh karena itu politheisme dan
monotheisme keduaduanya bercdasarkan pandangan dunia yang palsu. Filosof
tidak dapat menerima keduanya. Dan tokoh terakhir yang mengusung semangat
sekuleristik dalam kajian agama yang patut disebutkan ialah Agust Comte (1798-
1857 M). Dengan gagasan sosiologisnya, ia membuat tingkatan bentuk kehidupan
manusia. Tingkatan pertama bersifatteologis, tingkat kedua metafisik dan tingkat
ketiga ilmiah atau positifistik. Pada tingkatan teologis masyarakat masih
bergantung terhadap kekuatan alam dan oleh karenanya muncul pemujaan
terhadap benda-benda alam atautethisisme (pemujaan terhadap binatang).
Masyarakat demikian berkembang sampai akhir abad perrtengahan. Pacda
tingkatan kedua masyarakat mengganti dewa-dewa yang memiliki wujud visual
diganti derngan Tuhantuhan gaib atau dengan "logos menurut para teolog.
Masyarakat yang demikian merupakan masyarakat yang hidup pada masa
'revolusi Barat" dimana peranan kaum wanita semakin menonjol, kemajuan
industri semakin berperan, Negaralebih berkembang, gereja telah hancur, kesenian
rumbuh subur, hukum telah disesuaikan dengan keburuhan zaman. Dan akhirnya
sampai pada tingkatanpositif padda waktu sains dikenal sebagai satusatunya
sumber pengetahuan sejati.
Antara tahun 1859 hingga tahun 1869 terlihat perkembangan yang sangat cepat
dalam bidang studi agama-agama, suatu situasi yang diwakili oleh sebuah
perkataan "evolusi'". Sebelum 1859 belum ada metode yang handal untuk
mempelajari bahan-bahan yang tersedia. Sepuluh tahun kemudian,berkat
perkembangan-perkembangan yang terjadi selama dekade tersebut, metode tadi
adalah metode evolusi. Dekade ini dimulai dengan terbitnya buku Darwin, The
Origin of Species. Sesudah tahun 1869 muncul istilahperbandingan agama"
(comparative religion), sebagai padanan kata bagi istilah ilmu agama" (the science
of religion). Imu agama pada masa itu lebihmenekankan metode induktit dan
historis untuk menjawab persoalan yang terkait dengan hubungan agama dan
ilmu. Dari sinilah Max Muller mulai mempopulerkan istilah the Science of
Religion. Istilah ini sebenarnya sudahdigunakan sebelumnya oleh sarjana Prancis
Prosper Leblanc, la sciemce des Teligions, dan juga Emile Burnouf, Les Religions
et leur interpretation chretienne, pada tahun 1864.
13
Bahaf, M. A. (2015). Ilmu Perbandingan Agama. Serang: A-Empat .
Tidak ada agama dan juga tidak ada struktur masyarakat yang dapat dianggap
sebagai suatu gejala yang terpisah sama sekali satu sama lain, demikian kata
Edward H. Winter.
Berikut ini akan membahas beberapa metode yang berkaitan dengan Ilmu
Perbandingan Agama:
a) Metode Fenomenolog
b) Metode Sosiologi
Hal ini saja sebetulnya sudah merupakan satu problem bagi kaum komunis
dalam menetapkan teorinya kalau mereka insaf bahwa, teori itu adalah hasil
dari suatu teori yang lebih awal yang tingkatannya lebih tidak duniawiah
tentang agama. Teori itu tidak diakui dan tidak cocok bagi kebudayaan-
kebudayaan lain, seperti persoalan tentang Cina modern, tentang status agama
mereka menurut orang Markis.
c) Metode Ilmiah
Kebenaran adalah satu, kosmos adalah satu, oleh karena itu pengetahuan juga
satu. Pengahayatan ini sangat penting. Sekalipun kita tidak setuju dengan
interpretasi positif dari prinsip ini, kita harus menggabungkannya pada
metodologi kita yang didasarkan pada tuntutan ganda. Tuntutan yang pertama
adalah bahwa metode itu harus disatukan. Ini merupakan keharusan. Semua
idealisme dan naturalisme termasuk materialisme bangun dan jatuh bersama-
sama dengan monisme metodologis.
Namun demikian, untuk memahami suatu kebenaran adalah satu hal, dan
untuk memiliki kebenaran itu adalah satu hal lain. Kita harus realistik bahwa
pengetahuan kita tentang segala sesuatu itu adalah sebagainya saja, dan bahwa
hanya Tuhanlah yang mengetahui keseluruhannya. Tuntutan yang kedua adalah
bahwa metode itu mencukupi untuk sasaran yang diteliti. Dan ini cocok dengan
prinsip yang pertama, yaitu satunya metode.
d) Metode Antropologi
Menurut Van Baal, agama tidak dijumpai secara umumnya, melainkan secara
satu persatu, selaku agama satu suku, satu bangsa, sejemaah, segereja, dan
sebagainya. Sebab itu setiap agama harus diteliti sebagai satu sistem yang
meliputi segala seluk beluk yang berhubungan dengannya. Juga harus selalu
didasari bahwa agama adalah satu perwujudan sosial, walaupun yang percaya
atau yang tidak percaya itu adalah pribadi-pripadi. Namun, isi kepercayaan,
tradisi, mitologi, dan upacara-upacara semuanya didapati dari nenek moyang,
kalau agama itu primitif, atau tradisional, dari guru-guru agama, atau dari
pendeta-pendeta setempat, kalau agama itu berdasar atas kitab-kitab tertentu
pada zaman dahulu. Setiap agama memiliki satu sistem yang disusun dari adat
istiadat, upacara dan tradisi-tradisi yang diwarisi dari generasi ke generasi. Dan
memang setiap generasi mengadakan sedikit-sedikit perubahan atau tambahan
terhadap warisan itu, tapi adalah jelas, bahwa setiap generasi dan individu ,
mulai menerima agamanya selaku warisan pendahulunya. Itulah pemahaman
Van Baal terhadap agama berdasarkan kitab suci. Metode antropologi hanya
tepat untuk digunakan meneliti agama primitif itu saja.
e) Metode Teologi
f) Metode Perbandingan
Seorang ahli sosiologi yang paling berpengaruh sejak akhir abad ke-19,
adalah Max Weber. Ia melihat adanya hubungan yang nyata antara ajaran
protestan dan munculnya kapitalisme. Ia telah memperkirakan adanya
hubungan dalam ajaranCalvinisme tentang Ascetisme dunia ini yang telah
menciptakan suatu disiplin yang rasional dan karya etis berbarengan dengan
menabung yang akan dipakai untuk penanaman modal. Namun demikian,
Weber mengakui bahwa teorinya yang seperti itu harus dites. Akan tetapi harus
diakui, bahwa sumbangan pemikirannya yang utama adalah uraian-uraiannya
yang sangat sistematis mengenai adat istiadat dan kebudayaan lain dari
sosiologi. Tulisannya tentang Islam, Yahudi, agama-agama India dan Cina
sangat berpengaruh. Begitu juga ia telah menghidangkan berbagai kategori
dalam bidang agama, yang sudah dijadikan alat perbandingan dengan
bermacam-macam materi perbandingan pula. Denga demikian, ia dianggap
sebagai pendiri yang sejati dari sosiologi perbandingan. Dan oleh karena
perhatiannya yang khusus terhadap agama, maka ia juga dianggap sebagai
tokoh besar dalam bidang perbandingan agama.(hal3,4,5,6,7,8. Buku metode
perbandingan)
Faedah Mempelajari Ilmu Perbandingan Agama Mukti Ali dalam bukunya
Ilmu Perbandingan Agama, mengemukakan bahwa faedah mempelajari ilmu
perbandingan agama bagi seorang muslim adalah:
C. KESIMPULAN
agama berasal dari dua kata, yaitu a dan gam yang berarti a = tidak kacau
(teratur). Ada juga yg mengartikan a = tidak, sedangkan gam = pergi, berarti tidak
pergi, tetap di tempat, turun menurun agama sebagai peraturan ilahi yang mendorong
manusia berakal untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakherat. Menurut
14
Rongan, P. O. (2017). Metode Perbandingan Agama Dengan Ilmu Lain. jurnal metode
perbandingan, 4(2), 3-8.
departemen agama, pada masa presiden soekarno pernah di usulkan definisi Agama
adalah jalan hidup dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yangberpedoman pada kitab suci dan dipimpin oleh seorang nabi. Ilmu Perbandingan
Agama adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berusaha untuk memahami
gejala-gejala keagamaan dari suatu kepercayaan (agama) dalam hubungannya
dengan agama lain. Pemahaman ini mencakup persamaan (kesejajaran) dan
perbedaannya. Selanjutnya dengan pembahasan tersebut, struktur yang asasi dari
pengalaman keagamaan manusia dan pentingnya bagi hidup dan kehidupan manusia
dapat dipelajari dan dinilai.
D. SARAN
Kami berharap bagi pembaca bila menemukan kekeliruan atau kata yang mempunyai
makna yang menyinggung ataupun salah dalam penerapan dalam kehidupan
pembaca/bertentangan maka kami mohon maaf ,karena kami mohon maaj ,karena
kami pembuat jurnal ini hanya ciptaan yang masih memiliki kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. I., & Utami, E. N. (2019). Pengaruh Mempelajari Ilmu Perbandingan Agama
Terhadapa Mutu Keimanan Mahasiswa IAIN Kudus. jurnal tarbawi, 16(1), 55-
56.
Arifinsyah. (2018). Ilmu Perbandingan Agama dari Regulasi ke Toleransi . Medan :
Perdana Publishing.
Bahaf, M. A. (2015). Ilmu Perbandingan Agama. Serang: A-Empat .
Halim, I. A. (2015). Ilmu Perbandingan Agam dan Dialog Keberagaman. jurnal ilmiah
agama dan sosial budaya, 38(2), 259-260.
Himayah, M. A. (2015). Ibnu Hazm Biografi karya dan Kajiannya Tentang Agama-
agama. Jawa Timur : Lentera.
Khotima. (2015). Perbandingan Agama Pengantar Studi Memahami Agama-agama.
Pekanbaru: Asa Riau.
Rahmadi. (2015). Pemikiran Metodologis A.Mukhti Ali Tentang Penelitian Agama.
jurnal pemikiran metodologis, 14(2), 112-114.
Rongan, P. O. (2017). Metode Perbandingan Agama Dengan Ilmu Lain. jurnal metode
perbandingan, 4(2), 3-8.
Sermada, D. (2011). Pengantar Ilmu Perbandingan Agama . Jawa Timur : Pusat
Publikasi Filsafat Teologi Widya Sasana.
Wahyuni, D. (2019). Doa dalam Persfektif Fenomenologi Agama. jurnal ilmu
perbandingan agama, 10(1), 25.
Zain, A. E., Din, N. B., Nasiruddin, M., Ismail, N. B., & Kamis, M. H. (2017).
Menghadapi Masyarakat Majemuk Di Malaysia Melalui Ilmu Perbandingan
Agama. Wardah, 6(1), 48-50.