Anda di halaman 1dari 20

TASSAWUF DI INDONESIA

MAKALAH

Disusun Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Tasawuf dengan

Dosen pengmpu mata kuliah Dr. Aceng Kosasih M.Ag.

Oleh:

Lathifah Az-Zhara

Sugiarti Sukardjo

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang
telah begitu banyak memberikan nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyusun
makalah ini. Shalawat serta salam tidak lupa selalu tercurah kepada Nabi
Muhamad saw, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yang penuh cahaya, dan juga kepada sahabat-sahabatnya sebagai penyampai
risalah serta sebagai penyempurna akhlak.
Atas dengan izin-Nya juga dukungan dari dosen dan teman-teman
akhirnya kami dapat menyeleseikan makalah ini untuk memenuhi penilaian mata
kuliah Tasawuf. Makalah yang berjudul "Tassawuf di Indonesia" semoga dapat
memberikan tambahan pengetahuan bagi para pembaca dan juga khususnya
kepada kami sebagai penulis.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak


terdapat kekeliruan dan kesalahan didalamnya meskipun kami telah berusaha
sebaik-baiknya, untuk itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kami sebagai penulis agar lebih baik kedepannya.

Bandung, Desember 2014

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan pembahasan ................................................................................................ 2

BAB II................................................................................................................................. 3

A. Sejarah Perkembangan Tassawuf di Indonesia ....................................................... 3

B. Tokoh-Tokoh Tassawuf di Indonesia ..................................................................... 6

C. Tarekat-Tarekat yang Berkembang di Indonesia .................................................. 11

BAB III ......................................................................................................................... 15

PENUTUP ........................................................................................................................ 15

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 15

B. Saran ..................................................................................................................... 15

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya memeluk
agama Islam. Tersebarnya agama Islam di penjuru Nusantara tidak dipungkiri
berkat jasa-jasa para ulama terdahulu yang menyebarkan agama islam hingga
ke pelosok negeri ini. Tassawuf merupakan salah satu cara atau pendekatan
yang dilakukan para ulama terdahulu dalam menyebarkan agama islam di
Indonesia. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sedikit banyaknya Islam tersebar
di Nusantara berkat jasa para sufi-sufi terdahulu.

Tassawuf yang berkembang di Indonesia pada saat ini tidak lain adalah
berkat jasa-jasa para sufi terdahulu yang memperkenalkan ajaran tassawuf
sedikit demi sedikit terhadap umat Islam di Indonesia. Selain itu
perkembangan tassawuf di Indonesia juga bisa disetarakan dengan
berkembangnya Islam di Indonesia. Mengapa? Karena yang menyebarkan
agama Islam di Indonesia tidak lain adalah seorang sufi sendiri sehingga
secara tidak langsung perkembangan agama islam di suatu daerah di Indonesia
juga bersamaan dengan berkembangnya ajaran Tassawuf di suatu daerah
tersebut.

Tassawuf yang sekarang kita kenali khususnya di Indonesia


merupakan sebuah ajaran yang melekat dikalangan masyarakat kita, akan
tetapi kebanyakan diantara para pengikut ajaran tassawuf hanya mengerti
pengamalannya saja dan belum tentu mengetahui bagaimana ajaran ini bisa
sampai ke negeri ini dan sampai kepada kita yang sekarang kita kenali dan
pelajari, maka dari itu agar mempertajam dan meluaskan wawasan kita
terhadap Tassawuf, dalam makalah ini penulis akan memaparkan bagaimana
sejarah perkembangan tassawuf di indonesia juga akan memperkenalkan siapa
saja tokoh-tokoh sufi yang dinilai mempunyai andil yang besar terhadap
perkembangan masuknya tassawuf ke Indonesia. Selain itu, di indonesia

1
sendiri ajaran tassawuf lekat kaitannya dengan thariqah atau kelompok dzikir,
maka dari itu penulis juga akan memperkenalkan thariqah-thariqah yang
berkembang di Indonesia.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakanh diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan Tassawuf di Indonesia?


2. Siapa saja tokoh-tokoh Tassawuf di Indonesia?
3. Apa saja thariqah-thariqah yang berkembang di Indonesia?

C. Tujuan pembahasan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Mengetahui perkembangan tassawuf di Indonesia.


2. Mengetahui tokoh-tokoh Tassawuf di Indonesia.
3. Mengetahui thariqah-thariqah yang berkembang di Indonesia.

2
BAB II

TASSAWUF DI INDONESIA

A. Sejarah Perkembangan Tassawuf di Indonesia


Dijelaskan dalam Anwar,(2014:241) dan Amin, (2012:324) keduanya
menyepakati bahwa perkembangan tassawuf di Indonesia sangat erat
kaitannya dengan masuknya Islam ke Indonesia. Keduanya juga mengatakan
bahwa tersebarnya Islam di Indonesia sebagian besar berkat jasa kaum sufi.
Diperjelas oleh Dr. Alwi Shihab dalam Amin, (2012:324) menurutnya Islam
yang pertama datang di Indonesia adalah Islam sufistik. Ia juga menambahkan
bahwa mayoritas peneliti mengakui bahwa agama Islam berkembang secara
pesat di negara-negara Asia Tenggara adalah berkat kontribusi toloh-tokoh
tassawuf. Hal ini disebabkan sikap kaum sufi yang lebih kompromis dan
penuh kasih sayang. Di samping itu, terdapat kesepakatan di kalangan peneliti
bahwa tassawuf memiliki peran penting dalam proses tersebarnya Islam.

Pernyataan Dr Alwi Shihab diatas dibuktikan oleh Hawash Abdullah


sebagaimana yang dikutip oleh Anwar, (2014:241) Hawash mengatakan
bahwa kaum sufi memeliki peran yang besar terhadap penyebaran Islam
pertama kalinya di Nusantara. Ia menyebutkan pula salah satu tokoh sufi yaitu
Syekh Abdullah Arif yang menyebarkan Islam untuk pertama kalinya di Aceh
sekitar abad ke-12 M. Ia adalah seorang pendatang ke Nusantara bersama
banyak Muballigh lainnya yang diantaranya bernama Syekh Ismail Zaffi.

Banyak sekali pendapat-pendapat yang menyetujui bahwa sufilah yang


mempunyai peranan penting dalam tersebarnya agama Islam. A.H Johns,
sebagaimana dikutip Azyumardi Azra, berpendapat bahwa para sufi
pengembara yang terutama melakukan penyiaran Islam di Nusantara. Para sufi
ini berhasil mengislamkan jumlah besar penduduk Nusantara setidaknya sejak
abad ke-13 (Anwar, 2014:242). Abbas Mahmud Al-Aqqad dalam (Amin,
2012:325) juga menambahkan bahwasanya kepulauan Indonesia bisa disebut
sebagai tempat yang paling layak untuk membuktikan bahwa Islam diterima

3
dan berkembang di tengah-tengah penduduk yang sudah menganut agama
lain. Pendapat Abbas ini sangat senada dengan penegasan Hawash Abdullah,
beliau berkesimpulan bahwa pada tahun-tahun pertama masuknya Islam ke
Nusantara, para sufilah dan bukan yang lainnya yang paling banyak jasanya.
Hampir semua daerah yang pertama memeluk Islam bersedia menukar
kepercayaan asalnya dari Animisme, Dinamisme, Budhaisme, dan Hinduisme
karena tertarik kepada ajaran tasawuf. Adapun faktor utama keberhasilan
konversi adalah kemampuan para sufi menyajikan Islam dalam kemasan
atraktif, khususnya dengan menekankan kesesuaian dengan Islam atau
kontinuitas, ketimbang perubahan dalam kepercayaan dan praktik agama
lokal. (Anwar, 2014:241-242)

Amin,(2012:326) memaparkan lebih rinci bahwa pada proses


Islamisasi tahap awal, Islam tidak langsung diterima oleh masyarakat lapisan
bawah. Di daerah Jawa misalanya, Islam semula dipraktikan hanya oleh
sekelompok kecil yang aktif dan dinamis dalam membawa risalah agama.
Mereka juga bertugas melaksanakan kegiatan keislaman atas nama seluruh
masyarakat desa. Pada waktu itu sebagian besar penduduknya masih
menganut kepercayaan leluhur atau kalaupun sudah memeluk Islam hanya
sebagai formalitas. Islam pada awal masuk ke Indonesia nuansa tasawufnya
amat dominan. sementara itu animisme, dinamisme, Hindu dan Buddha juga
lebih dulu sangat dominan. karena nuansa mistik melekat kuat kepada
kepercayaan dan agama tersebut, maka Islam dengan warna tasawuf lebih
mudah diterima.

Martin van Bruinessen, seorang peneliti dari Belanda, membenarkan


anggapan umum yang menyatakan bahwa tassawuf dan berbagai tarekat telah
memainkan peranan penting dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.
Menurutnya, pada abad-abad Islamisasi Asia Tenggara termasuk didalamnya
Indonesia, berbarengan dengan merebaknya tasawuf dan tarekat di dunia
Islam. Berikut uraian yang disampaikan Martin dalam Amin, (2012:327-328):

1. Abu Hamid Al-Ghazali (w. 1111 M) menguraikan konsep moderat


tasawuf Akhlaqi yang dapat diterima di kalangan fuqaha.

4
2. Ibnu Arabi (w. 1240 M) menghasilkan karya yang sangat
memengaruhi ajaran hampir semua sufi generasi setelahnya.
3. Abdul Qadir Al-Jailani (w. 1166 M) menjadikan ajarannya sebagai
dasar tarekat Qadiriyyah.
4. Abu An-Najib As-Suhrawardi (w. 1167 M) mendirikan tarekat
Suhrawardiyyah.
5. Najmuddin Al-Kubra (w. 1221 M) merupakan tokoh sufi Asia
Tengah yang produktif dan mendirikan tarekat Kubrawiyyah
6. Abul Hasan Asy-Syadzili (w. 1389 M) merupakan sufi Afrika
Utara dan mendirikan tarekat Syadziliyyah.
7. Abdullah Asy-Syattari (w. 1428 M) mendirikan tarekat
Syattariyyah.

Amin, (2012:328) juga menambahkan bahwa ajaran Islam yang


diajarkan kepada penduduk setempat diwarnai dengan amalan sufi. Para
sejarawan mengemukakan bahwa inilah yang membuat mereka tertarik.
Dengan kata lain, perkembangan tasawuf merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan proses Islamisasi di Indonesia dapat berlangsung
dengan mudah dan cepat. Bahkan Islam di Indonesia sampai sekarang
masih diliputi dengan perilaku sufistik dan kegemaran terhadap hal-hal
yang keramat. Masih dipaparkan oleh Amin, (2012:334) beliau
menuliskan tentang tassawuf yang berkembang pada masa awal di
Indonesia, didominasi oleh tassawuf aliran sunni. Kalaupun ada penganut
tassawuf aliran falsafi, pengaruhnya tidak begitu luas dan bahkan
mendapat perlawanan dari pengikut sunni. Oleh karena itu, tanpa ragu
HAMKA menulis bahwa tassawuf di Indonesia sejalan dengan mazhab
Ahl As-Sunnah wa Al-Jama'ah.

Keberadaan tassawuf di Indonesia itu sendiri tidak lepas dari


peranan berbagai tokoh-tokoh sufi yang membawa ajaran Islam ke
Indonesia. Maka jika kita telaah terhadap berbagai pendapat yang telah
penulis paparkan diatas, maka perkembangan sejarah tassawuf di

5
Indonesia ini perkembangannya beriringan atau bersamaan dengan
Islamisasi di Indonesia itu sendiri.

B. Tokoh-Tokoh Tassawuf di Indonesia


Perkembangan Tassawuf di Indonesia semakin marak dan berkembang
pesat dengan hadirnya para tokoh yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di
Indonesia. Berikut tokoh-tokoh tassawuf yang diringkas oleh penulis adalah
sebagai berikut:

NO Nama Ttl Ajaran Tassawuf dan Daerah Penyebarannya


1. Hamzah Sumatra  Pemikirannya banyak dipengaruhi Ibnu
Fansuri Utara, akhir Arabi dalam paham wahdat wujud-nya.
abad XVI  Ia mengajarkan bahwa Tuhan lebih
wafat 1607 dekat daripada leher manusia sendiri,
M dan bahwa Tuhan tidak bertempat,
sekalipun sering dikatakan bahwa Ia ada
di mana-mana.
 Ia banyak melakukan perjalanan antara
lain ke Kudus, Banten, Johor, Siam,
India, Persia, Irak, Mekah dan Madinah.
 Setelah mengembara ia mengajarkan
ilmunya ke Aceh. Berdiam di Barus
kemudian kembali ke Banda Aceh.
Kemudian mendirikan pesantren di
Singkel
2. Nuruddin Ranir,  Ajaran tassawufnya tentang Tuhan, ia
Ar-Raniri sebuah kota menyatakan bahwa ungkapan "wujud
pelabuhan Allah dan alam esa" berarti bahwa alam
tua di Pantai ini merupakan isi lahiriah dari
Gujarat, hakikatnya yang batin. Tentang alam, ia
India. Lahir berpandangan bahwa alam ini

6
menjelang diciptakan Allah melalui tajalli dan
abad ke-16 menolak teori emanasi Al-Farabi.
Tentang manusia, ia berpendapat
bahwa manusia makhluk Allah yang
paling sempurna di dunia ini sebab
manusia merupakam khalifah Allah di
bumi yang dijadikan sesuai dengan
citra-Nya. Tentang wujudiyyah
menurutnya paham al-Fansuri tentang
wahdat al-wujud dapat membawa
kekafiran, ia berpandangan bahwa jika
benar Tuhan dan makhluk hakikatnya
satu, dapat dikatakan bahwa manusia
adalah Tuhan dan Tuhan adalah
manusia. Yang terakhir mengenai
Hubungan Syari'at dan hakikat yang
menurutnya jika kedua ini dipisahkan
maka merupakan sesuatu yang tidak
benar karena tidak ada jalan menuju
allah kecuali melalui syari'at yang
merupakan pokok dan cabang islam.
 Ia pernah melakukan perjalanan ke
tarim, Hadramaut, Mekkah, dan
madinah. Hingga akhirnya ia merantau
ke wilayah Aceh sebagai tempat
tinggalnya.
 Beliau merupakan salah satu syaikh
tarekat Rifa'iyyah
3. Abdur Diperkirakan  Mengenai paham wujudiyyah ini As-
Rauf As- lahir pada Sinkili lebih bersikap bijaksana dan
Sinkili Tahun 1615 menilai tindakan Ar-raniri terlalu
M emosional menganggap murtad

7
kelompok yang berpaham ini.
 Ia merekonsiliasi antara tassawuf dan
syariat. Ia menganut paham satu-
satunya wujud yang hakiki, yakni Allah,
sedangkan ciptaan-Nya bukanlah
merupakan wujud hakiki, tetapi
bayangan yang hakiki.
 Dzikir dalam pandangan as-Sinkili
merupakan suatu usaha untuk
melepaskan diri dari sifat lalai dan
lupa.
 Martabat perwujudan Tuhan.
Menurutnya ada tiga martabat
perwujudan Tuhan. Pertama, martabat
ahadiyyah yaitu alam pada waktu itu
masih merupakan hakikat gaib yang
masih berada di dalam ilmu Tuhan.
Kedua, martabat wahdah yaitu sudah
tercipta haqiqah Muhammadiyyah yang
potensial bagi terciptanya alam. Ketiga,
martabat wahdiyah dan dari sinilah
alam tercipta.
 Bagi idrinya jalan untuk mengesakan
Tuhan adalah dengan dzikir laa illaaha
illallaah.
 Penyebaran ilmunya yaitu di daerah
Aceh
 Beliau bertarekat Syattariyyah

8
4. Abd Palembang,  Corak tassawufnya dapat dikatakan
Shamad pada menggabungkan unsur-unsur ajaran Al-
Al- permulaan ghazali dan Ibnu Arabi.
Palimbani abad ke-18  Ia percaya bahwa Tuhan hanya dapat
dan wafat didekati dengan keyakinan yang benar
tidak lama pada keesaan yang mutlak dan
setelah tahun kepatuhan pada ajaran-ajaran syariat.
1788 M  Ia membagi doktrin wujudiyyah menjadi
dua jenis yaitu wujudiyyah mulhid
(kesatuan wujud ateistik) dan
wujudiyyah muwahhid (kesatuan wujud
unitarisme).
 Ia penganut tarekat Samaniyyah dan
yang pertama kali mengenalkannya di
Indonesia.
 Ia pernah belajar di Mekkah dan
Madinah dalam kurun waktu yang
cukup lama dan kembali ke tanah
kelahirannya untuk mengamalkan
ilmunya.
5. Syekh Sulawesi, 8  Ajaran Islam meliputi dua aspek yaitu
yusuf Al- syawal 1036 lahir dan bathin. Syari'at dan hakikat
Makassari H. Atau 3 Jui harus dipandang dan diamalkan
1629 M. sebagai suatu kesatuan.
 Meskipun berpegang pada
transedensi Tuhan, ia meyakini
bahwa Tuhan melingkupi segala
sesuatu dan selalu dekat dengan
sesuatu itu.
 Insan kamil dan penyucian jiwa. Ia
berpendapat bahwa seorang hamba
akan tetap hamba walaupun telah

9
naik derajatnya, dan Tuhan akan
tetap Tuhan walaupun turunb pada
diri hamba.
 Ia pernah melakukan perjalanan ke
Yaman dan menerima tarekat.
 Ia merupakan ulama yang
mempelajari banyak tarekat sperti
tarekat Qadiriyyah,
Naqsyabandiyyah,As-Sa'adah Al-
Baalawiyyah, Syattariyyah, dan
Khalwatiyyah.
6. Syaikh Tanara,  Tarekat. Salah satu pemikirannya
Nawawi kecamatan tentang tarekat adalah ungkapannya
Al- Tirtayasa, sebagai berikut: Adapun orang-orang
Bantani kabupaten yang mengambil tarekat, jika
Serang perkataan dan perbuatannya sesuai
Banten tahun dengan syariat B=Nabi Muhammad
1230 H. sebagaimana ahli-ahli tarekat yang
Wafat pada benar, tarekat yang diambilnya
usia 84 maqbul.
Tahun  Beliau melarang siapapun melakukan
tanggal 25 ghibah melalui lisannya.
Syawal 1314  Syekh Nawawi belajar kepada
H. ayahnya dan juga ke Purwakarta ke
mudian ke Mekkah dan menetap
selamanya disana.
7. HAMKA Tanah Sirah,  Ia pernah berkelana ke Jawa, ke
Sungai Mekkah, Sulawesi Selatan, dan
Batang di Sumatra Utara dan akhirnya menetap
tepi Danau di Medan.
Maninjau,  Menurut Hamka, tasawuf pada
tepatnya hakikatnya adalah usaha yang

10
pada tanggal bertujuan untuk memperbaiki budi
13 Muharam dan membersihkan batin.
1362 H.  Tassawuf yang bermuatan zuhud yang
benar, yang juga dilaksanakan lewat
peribadahan agama yang didasari
i'tiqad yang benar, mampu berfungsi
sebagai media pendidikan moral
keagamaan yang efektif.
 Tassawuf yang ditawarkan HAMKA
merupakan tassawuf modern yang
berdasar pada prinsip tauhid bukan
pencarian pengalaman.

C. Tarekat-Tarekat yang Berkembang di Indonesia


Humam, (2013:42) memaparkan sangat rinci mengenai tarekat-tarekat
yang berkembang di Indonesia. Di Indonesia , tarekat-tarekat yang mendapatkan
simpati dari masyarakat dan mendapat pengikut banyak antara lain:
1. Tarekat Idrisiyyah
 Pendiri :Sayyid Ahmad bin Idros bin Muhammad bin Ali
 Tarekat ini mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1930 dipelopori oleh
Syekh Abdul Fattah.
 Syekh Abdul Fattah mengajarkan tarekat ini di Pangendingan, Tasikmalaya. Lalu
berkembang ke Jakarta khususnya di masjid Pacenongan, Jakarta
2. Tarekat Alawiyyah
 Pendiri:Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Muhajir.
 Tarekat ini dopelopori oleh salah satu pembesar walisongo yaitu Imam Ahmad
bin Isa al-Muhajir, selain itu juga syekh Yusuf Al-Makassari, Nuruddin ar-Raniri,
K.H Hasyim Asy'ari, dll.
 Salah satu yang terbesar pengikutnya hingga saat ini adalah Habib Munzhr al-
Musawa.

11
3. Tarekat Khalwatiyyah
 Pendiri : tidak didirikan oleh satu orang karena merupakan salah satu cabang dari
tarekat Suhrawardiyyah yang didirikan oleh Abdul Qadir Suhrawardi
 Tokoh sufi yang pertama kali menyebarkan di Indonesia adalah syekh Yusuf al-
Khalwati al-Makassari atau sering disebut Syekh Yusuf Makasaar atau syekh
Yusuf Banten.
 Dalam perkembangannya tarekat khalwatiyyah terbagi menjadi dua yaitu
Khalwatiyyah Yusuf dan Khalwatiyyah Samman.
 Tahun 1973 Pengikut Khalwatiyyah Yusuf berjumlah 25000 di Propinsi Sulawesi
Selatan,sedangkan Samman diikuti 117.435 orang.
 Kedua cabang tarekat ini banyak diikuti oleh orang-orang Bugis dan Makasar

4. Tarekat Naqsyabandiyyah
 Pendiri: Muhammad bin Muhammad Baha'uddin al-Uwaisi al-Bukhari an-
Naqsyabandi
 Awal masuknya tarekat ini dipelopori oleh Yekh Yusuf Makassari.
Penyebarannya terjadi pada abad ke-19
 Dalam perkembangannya Tarekat ini dalam bentuknya yaitu tarekat
Naqsyabandiyyah Khalidiyah dan Naqsyabandiyyah Muzhariyyah.
 Di Indonesia juga terdapat Tarekat Naqsyabandiyyah Haqqani yang dikenalkan
oleh Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, khalifah Syekh Nadzim Adil Haqqani
di Amerika Serikat.
 Orang yang pertama diangkat sebagai wakil Syekh Nadzim di Indonesia adalah
K.H Musthafa Mas'ud selain itu K.H Taufiqurrahman al-Subki dari Pekalongan,
KH Luthfi bin Yahya dari Pekalongan, KH Ahmad Syahid dari Nagreg-Bandung,
dan H. Wahfiuddin, MBA Jakarta
5. Tarekat Rifa'iyah
 Pendiri : Ahmad bin Ali Abu al-'Abbas al-Rifa'i
 Tarekat ini dibawa ke Indonesia oleh Syekh Nuruddin al-Raniri
 Tarekat ini mengalami perkembangan dan tersebar di beberapa daerah di
Indonesia seperti Jawa, Sumatra dan Sulawesi. Sementara tarekat Rifa'iyah
dengan khas debus-nya tersebar di Banten, Minangkabau, Cirebon, Maluku, dll.
6. Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah
 Pendiri : Yekh Khatib al-Sambasi
 Penyebaran TQN di Indonesia diperkirakan mulai sejak paruh abad ke-19.

12
 Di pulau Jawa penyebar utama TQN adalah para kiyai yang umumnya memiliki
lembaga-lembaga pendidikan, minimal seperti majelis.
 Perkembangan TQN yang cukup pesat terjadi sekitar tahun 1970 dimana tarekat
ini mempunyai empat cabang wilayah yaitu di Jombang, Demak, Tasikmalaya,
dan Bogor.
 TQN juga tersebar di Jakarta bahkan memiliki lebih dari 100 tempat kegiatan
yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta, Bogor, dan bekasi. Serta masih banyak
pula daerah sebarannya hingga ke Lombok
7. Tarekat Qadiriyyah
 Pendiri: Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa Jankidaous bin
Musa al-Tsani bin 'Abdullah bin Musa al-Jun bin 'Abdullah al-Mahdi bin Hasan
al-Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib
 Di Indonesia penyebarannya dibawa oleh syekh Fansuri asal Aceh
 Tarekat Qadiriyyah selain di Aceh juga berkembang penyebarannya ke Banten,.
8. Tarekat Sammaniyah
 Pendiri : Muhammad bin Abdul Karim al-madani al-Syafi'i
 Di Indonesia pertama kali disebarkan oleh Abd al-Shamad al-Palimbani
 Tarekat Sammaniyah merupakan tarekat yang memiliki pengikut paling besar di
Kabupaten Sulawesi seperti Bone, Pare-pare, Luwu, dll. Tarekat ini juga tersebar
di pulau Sulawesi, Irian Jaya, terutama Jayapura dan Sorong, Kalimantan, riau,
Jambi,Banten dan Jakarta.
9. Tarekat Syadziliyah
 Pendiri : Abu al-Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin tamim bin Hurmuz
bin Harim bin Qusyai bin yusuf bin Yusya' bin Ward bin Batthal Ali bin Ahmad
bin Muhammad bin Isa bin Muhammad al-hasan bin Ali bin Abi Thalib.
 Tidak diketahui secara jelas siapa pembawa Tarekat Syadziliyah ke Indonesia.
Hanya terdapat informasi bahwa stelah imam al-Syadzili meninggal ajarannya
diteruskan oleh murid-muridnya seperti Abu Abbas al-Mursi diteruskan oleh Ibnu
Athaillah, dst.
 Di Indonesia tarekat ini berkembang di pulau Jawa
10. Tarekat Syattariyah
 Pendiri : Syekh Abdullah al-Syattar
 Syekh Abd al-Ra'uf merupakan ulama yang paling bertanggung jawab dalam
menyebarkan ajaran tarekat ini.

13
 Perkembangan tarekat ini semakin luas berkat murid Syekh Abd Ra'uf. Diantara
murid beliau yang paling berjasa ialah syekh Burhanudiin dari Ulakan dan Syekh
Abdul Muhyi dari Pamijahan.
 Hingga kini tarekat Syattariyah telah tersebar dan berkembang ke berbagai
wilayah di Indonesia seperti Padang Pariaman, tanah datar, Agam, solok, dan
daerah lain di Sumatra Barat.
11. Tarekat Tijaniyah
 Pendiri : Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin al-Mukhtar al-Tijani
 Di Indonesia tarekat Tijaniyah dibawa oleh KH Anas bin KH Abdul Jalil Buntet,
Cirebon pada tahun 1923.
 Perkembangan selanjutnya Tarekat ini berkembang pesat di Jawa Barat meliputi
Garut, Cirebon, dan Kuningan. Di Jawa Tengah meliputi brebes, Tegal dan
pemalang. Di Jawa Timur meliputi Malang, Sumenep, Blitar, dan juga di jakarta.
12. Tarekat Shiddiqiyah
 Pendiri: Kiyai Mukhtar Mukti
 Orang pertama yang dibaiat menjadi pengikut tarekat ini ialah Slamet makmun
pada tahun 1960
 Jumlah murid pengikut Tarekat Shiddiqiyyah di seluruh Indonesia mencapai satu
juta orang yang tersebar di seluruh Indonesia
 Saat ini jumlah guru atau khalifahnya ialah 44 orang
13. Tarekat Nahdlatul Wathan
 Pendiri: Tuan Guru haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid
 Tarekat ini lebih berkembang di Lombok namun jemaahnya juga ada yang diluar
Lombok diperkirakan kurang lebih 700 ribu jemaah.Tarekat ini menyebar ke
Sulawesi, Bali, NTT, batam, jakarta, dll.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah memaparkan penjelasan diatas mengenai keberadaan tassawuf
di Indonesia penulis menyimpulkan bahwa ajaran tassawuf mulai berkembang
ke Indonesia tidak lepas dari peranan berbagai tokoh-tokoh sufi yang
membawa ajaran Islam ke Indonesia. Perkembangan tassawuf ini juga
beriringan dengan Islamisasi di Indonesia karena penelitian-penelitian para
ahli mengungkapkan bahwa ulama-ulama yang menyebarkan agama Islam di
Indonesia kebanyakan adalah ulama sufi. Oleh karena itu wajar saja jika
keberadaan tassawuf di Indonesia ini sudah cukup tua karena bersamaan
dengan masuknya Islam ke Indonesia.

Berkembangnya ajaran tassawuf di Indonesia dibawa oleh para ulama-


ulama sufi terdahulu. Tokoh-tokoh sufi yang terkenal mengembangkan ajaran
tassawuf di Indonesia ialah hamzah Fansuri, Nuruddin ar-Raniri, Abd Ra'uf
as-Sinkili, al-Palimbani, Syekh Yusuf Al-makassari, Nawawi al-Bantani, dan
Hamka.

Sejalan dengan berkembangnya ilmu tassawuf maka berkembang pula


tarekat-tarekat yang sampai saat ini masih berkembang di Indonesia. Tarekat-
tarekat tersebut ialah Tareka Idrisiyyah, Sammaniyah, Naqsyabandiyyah,
Khalwatiyyah, TQN, Qadiriyyah, Tijaniyah, Syadziliyah, Syatariyyah,
Shiddiqiyyah Rifa'iyyah, dan Wahdlatul Whatan. Tarekat-tarekat ini
perkembangannya hampir menyeluruh dan pengikutnya juga tersebar di
seluruh wilayah di Indonesia khususnya di pulau Jawa.

B. Saran
Demikian pentingnya peranan tasawuf dalam keberlangsungan hidup manusia
seutuhnya, maka tidak mengherankan apabila tasawuf demikian akrab dengan
kehidupan masyarakat Islam, setelah masyarakat tersebut membina akidah dan

15
ibadahnya, melalui ilmu tauhid dan ilmu fikih. Dengan demikian, terjadilah
hubungan tiga serangkai yang harmonis, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak.

Dengan di sajikannya makalah ini, diharapkan agar pembaca dapat


memahami ajaran Islam yang sebenar-benarnya dan memahaminya secara
mendalam. Maka di zaman yang telah berkembang ini diharapkan agar kita
sebagai umat Islam, tidak terlalu mengejar kebahagiaan dunia yang hanya
sementara ini. Kita harus mengimbanginya dengan beribadah kepada Allah untuk
bekal kita di akhirat nanti.

16
Daftar Pustaka

Amin, S. M. (2012). Ilmu Tasawuf. (A. Zirzis, & N. Laily, Penyunt.) Jakarta: Amzah.

Anwar, S. d. (2014). Ilmu Tassawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Humam, A. W. (2013). SATU TUHAN SERIBU JALAN. Yogyakarta: FORUM.

Nata, A. (2003). Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Siregar, H. A. (2002). Tasawuf dari Sufisme Klasik Ke Neo Sufisme. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Solihin, M., & Anwar, R. (2008). Ilmu Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Solihin, R. A. (2004). Ilmu Tassawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Yatimin, A. (2006). Sudi Islam Kontemporer. Jakarta: AMZAH.

17

Anda mungkin juga menyukai