Anda di halaman 1dari 60

Sebuah Buku Toponim Perkam pu n ga n Jeron B eten g Yog ya ka r ta

Buku Toponim Perkampungan


Jeron Beteng Yogyakarta.

Disusun oleh: Sewon Cerdas

Ilustrasi: Iwan Suastika


Desain grafis: Faruza Arkan
Tata letak: Vanya Nabiella F.
Desain ikon: Azhar Fathurrohman

Pameran Saka 2016

copyright2016

KENALI JERON BETENG


CANDRANI as ARKAN as Art VANYA as
Prjoect Leader Director Creative Strategy

IWAN as AZHAR as
Visualizer Visualizer
KE NA L I J E RO N BE TE NG v
Halo kami dari kelompok Sewon nama wilayahnya dan ternyata beberapa teman
Cerdas. Sebelum membaca alangkah lebih kami juga begitu (baik yang Jogja asli mau-
baik kalo kita kenalan dulu ya. Seperti pun perantauan). Wah lama-lama Jogja akan
terlihat dalam penampakan halaman sebel- kehilangan ke-Jogjaannya bila nama tempat
umnya, kami terdiri dari lima orang dengan kemudian terlupakan. Kami juga sempat mel-
perannya masing-masing. Selain sebagai akukan diskusi lho dengan teman lain untuk
syarat untuk menyelesaikan tugas mata mendapatkan insight agar dapat mengemas
kuliah DKV 4 kami mempunyai beberapa konten ini menjadi leboh ringan, muda, dan
alasan kenapa akhirnya memilih Toponim menarik.
Perkampungan Jeron Beteng. Kami sendiri Dalam pengerjannya proyek ini ba­
memang ingin berkenalan dengan seja- nyak suka nya, karena kita menjadi tahu infor-
rah nama perkampungan di Jeron Beteng. masi mengenai perkampungan Jeron Beteng
Selain karena masih jarang yang membahas ini juga jalan-jalan sambil buat vlog. Kami
toponim perkampungan Jeron Beteng ini, juga belajar membuat media sangat baru buat
kami beranggapan bahwa seperti hal nya kami. Dukanya ketika lagi seret ide dan dead-
memberikan nama pada seorang anak pasti line di depan mata. Tapi keseluruhan DKV 4
terselip doa dan makna dalam namanya, ini membawa pengalaman yang menyenang-
begitu pula dengan nama kampung. kan untuk kami, Sewon Cerdas. Terimakasih
Tiga dari lima anggota kami meru- kawula, Pak Sumbo, Bu Hesti, dan teman-
pakan perantau, kadang salah juga malah teman atas bantuan juga dukungannya!
menyebut kan landmark dan tidak tahu

Salam Hangat,

Sewon Cerdas

vi KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG vii
Pembukaan Daftar Isi Latar
halo! vii-viii Belakang
v-vii 1-2

Sekilas Peta Kampung


Keraton Kampung Berdasar
3-10 11-12 Nama
Bangsawan
13-20

Kampung Kampung Daftar


Berdasar Berdasar Kampung
Nama Abdi Tapak Lain
Dalem Petilasan 42
21-34 35-41

Foto Info Kenali Dibalik


Perkampugan Jeron Betang Layar
43-44 45 46

Glosarium Daftar
47 Pustaka
48

viii KENALI JERON BETENG


Keraton Yogyakarta yang menjadi pu-
sat pemerintahan, dikelilingi oleh cepuri (ben-
teng dalam yang langsung melingkupi keraton)
dan baluwarti (benteng luar yang melingkupi
keraton dan beberapa pemukiman di seki-
tarnya serta beberapa bangunan komponen
kota).Selain menjadi pusat pemerintahan,
Keraton Yogyakarta juga menjadi daya tarik
wisata bagi para wisatawan yang ingin megeta-
hui tentang arsitektur lokal, seni, dan budaya
Yogyakarta. Seiring perkembangan jaman,
daya tarik Keraton mencakup wilayah jeron
beteng.Jeronbeteng sendiri dalam sejarahnya
memang dipersiapkan untuk orang-orang yang
memiliki hubungan dengan kraton. Dahulu
masyarakat yang tinggal di daerah Keraton
adalah orang-orang yang memiliki peran
khusus bagi kelangsungan kehidupan Keraton.
Wilayah-wilayah yang meliputi, perkampu­
ngan tempat tinggal masyarakat jeron beteng,
jalan-jalan yang menghubungkan antar tempat,
Yogyakarta merupakan salah satu kota dan tapak petilasan sudah diatur dari pihak
yang turut memberikan sumbangsih kemerdekaan Keraton.Kunci bagi hubungan-hubungan
bagi Indonesia. Artefak-artefak yang ditinggalkan antarpribadi Jawa adalah wawasan bahwa tidak
dari masa tersebut sangat beragam mulai dari ada dua orang yang sejajar dan bahwa mereka
senjata yang digunakanuntuk menyerang musuh berhubungan satu sama lain secara hierarkis
sampai bangunan-bangunan pertahanan. Seperti (Endraswara, 2015:106). Kampung-kampung
halnya kota lain yang turut mengukir sejarah dibagi berdasarkan nama tapak atau petilasan,
kemerdekaan Indonesia seperti Solo, Jepara, Am- nama abdi dalem, prajurit keraton, keah­lian
bon, Bau-bau, dll, benteng merupakan bangunan abdi dalem, dan bangsawan. Seperti pada
penting yang ada di daerah tersebut. Secara prak- wilayah barat kraton adalah tempat khusus
tik, benteng merupakan sebuah bangunan yang bagi para pangeran, sedangkan pada wilayah
digunakan untuk keperluan pertahanan militer timur adalah tempat khusus bagi para abdi.
sewaktu masa peperangan. Jauh melihat ke belakang, bahwa

KE NA L I J E RO N BE TE NG 1
kemerdekaan Indonesia memberi dampak itu sendiri. Inilah kenapa kelompok kami men-
terhadap hilangnya fungsi praktis dari benteng. ganggap pembahasan mengenai toponim kam-
Begitu pula semenjak pasca reformasi, Sri pungjeron betengYogyakarta menjadi hal penting
Sultan Hamengkubuwono IX mengeluarkan untuk diangkat sebagai latar belakang masalah.
kebijakan yang memperbolehkan masyarakat Mengutip esai pembuka Yasraf Amir
dari luar benteng, terutama masyarakat dari Piliang dalam Walker (2010: xi), dapat dikatakan,
lingkungan bawah untuk tinggal di dalam bahwa ciri khusus desain dan ilmu-ilmu desain
kawasan. Hal ini merupakan awal terjadinya adalah sifatnya yang interdisiplin, yang melibatkan
permukiman masyarakat pendatang di dalam pelbagai cabang keilmuan lain, dalam intensitas
kawasan (Suroto, 1986). Hal tersebut kemu- tertentu dan dalam bentuk yang khusus, seperti
dian memunculkan desakan kebutuhan akan ilmu pengetahan alam (fisika, kimia, biologi),
ruang. Benteng menjadi salah satu sudut Kota matematika, rekayasa (tekhik mesin, elektro, dan
Yogyakarta yang mengalami perubahan fisik sebagainya), ilmu-ilmu sosial (sosial, ekonomi,
seperti deretan pemukiman yang kemudian politik), ilmu kemanusiaan, estetika, dan ilmu seni.
bukan hanya ditinggali oleh orang-orang Dalam hal ini desain, khususnya Desain Komuni-
Keraton. Ini menjadi ironi ketika semakin kasi Visual berkolaborasi dengan Toponimi yaitu
banyaknya masyarakat asli yang bercampur bahasan ilmiah tentang nama tempat, asal-usul,
dengan pendatang yang lantas memunculkan arti, penggunaan, dan tipologinya. Pula dengan
budaya-budaya baru dan justru mengikis seja- Atropologi, dan Etnologi, ilmu-ilmu tersebut ber-
rah daerahnya sendiri. Banyak pula para abdi fokus pada urusan kehidupan manusia baik sosial
dalem yang mulai meninggalkan kampung maupun budaya secara historis. Desain Komuni-
karena kapasitas ruang yang tidak memadai. kasi Visual hadir untuk menjawab permasalahan
Lingkungan budaya justru lebih dominan yang ada dalam masyarakat tersebut.
mengubah berbagai hal tentang hidup sese-
orang (Endraswara, 2015: 16).
Sejarah merupakan acuan untuk me­
ngetahui siapa jati diri kita. Ketika masyarakat
Yogyakarta mulai melupakan sejarah tempat
dia berada, maka masyarakat tersebut telah
kehilangan identitas mereka sebagai warga
Yogyakarta. Padahal, sejarah akan membentuk
rasa cinta terhadap kota dimana dia berada.
Sejarah pula yang menjadikan masyarakat
memiliki karakter pembeda antar daerah

2 KENALI JERON BETENG


Embrio Kota Yogyakarta

KE NA L I J E RO N BE TE NG 3
Keberadaan Kota Yogyakarta mem- Bedog (Barat), serta Sungai Opak (Timur) dan
punyai proses panjang dan berakar dari Sungai Progo (Barat).
keberadaan Kuthagara Keraton. Struktur tata Komponen utama kota lama adalah
ruang Keraton pada dasarnya menjadi embrio : Keraton yang dikelilingi benteng cepuri dan
pertumbuhan kota secara keseluruhan. Secara baluwarti dengan jagangnya. Alun-alun Utara dan
administratif kewi­layahan terus berproses, Alun-alun Selatan, Masjid Gedhe, Pasar (Ber-
mengalami berbagai perubahan dan perkem- ingharjo), Pesanggrahan, Tugu (Pal Putih) dan
bangan. Panggung Krapyak (bagian dari garis poros). Sun-
Setelah perjanjian Giyanti ditanda­ gai tersebut di atas beserta benteng dan jagang,
tangani pada tahun 1755M, maka Sultan merupakan sebuah batas fisik atau tepian (edges)
Hamengku Buwono I untuk sementara bagi Keraton
tinggal di Pesanggrahan Ambarketawang Disamping itu, juga adanya jaringan jalan
sambil menunggu pembangunan Keraton­ atau jejalur (paths), simpul-simpul jalan (nodes),
selesai. Hamengku Buwono I sendiri meru- dan pemukiman penduduk yang tercermin dari
pakan arsitek pada masanya, sehingga beliau berbagai toponim termasuk keberadaan dalem-
telah menyadari keberadaan dan pentingnya dalem pangeran sebagai salah satu bagian pen-
tata kota. Namun, lebih jauh lagi pembagian anda fisik kawasan yang menonjol (land mark).
tata kota berdasarkan abdi dalem dan segala Menurut berbagai sumber tertulis, kera-
pendukung kegiatan kerajaan sendiri sudah ton dbangun secara bertahap, misalnya : Pra-
mengadopsi dari Kerajaan Surakarta, Kerajaan bayeksa dan Siti Hinggil Lor dibangun pada tahun
Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Majapahit 1769 M, Tamansari dibangun pada tahun 1758 M,
dan Kerajaan Brawijaya. Gedhong Pulo Arga di Taman Sari tahun 1770
Hal tersebut menyebabkan pada awal M, dan Masjid Agung didirikan tahun 1773 M.
keraton didirikan, tata fisik kota Kasultanan Pembangunan fisik Kota Yogyakarta dan Keraton
Yogyakarta, terutama civic centernya, sudah berlangsung secara berkesinambungan, dan men-
mencapai bentuknya yang utuh. Di dalam capai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan
lingkup tersebut tercakup komponen utama Hamengku Buwono VIII (1921-1929)
kota dan tata ruangnya yang berorientasi ke Keraton berarti tempat kediaman raja,
Utara dan ke Selatan serta mengacu kepada yaitu meliputi wilayah di dalam lingkup tembok
keberadaan Keraton. Luas area Keraton baluwarti, sedangkan istilah kedhaton digunakan
sekitar 14.000 meter persegi, didirikan diantara untuk mennyebut bagian paling dalam keraton
beberapa sungai : Sungai Code di Timur dan yang bertembok keliling kira-kira setinggi 5 m
Sungai Winongo di Barat, di sisi luarnya yaitu yang disebut cepuri. Ada beberapa elemen ka-
Sungai Gajahwong (Timur) dan Sungai Sungai wasan, bangunan, dan kelompok bangunan yang

4 KENALI JERON BETENG


dapat menentukan citra sebuah kawasan kota Di sekelilingnya berpagar tinggi serta bagian
kerajaan antara lain: kanan kiri terdapat jalan yang disebut pameng-
kang. Jalur jalan tersebut merupakan akses
1. Alun-alun Selatan yang menghubungkan kawasan Alun-alun
Alun-alun Selatan terletak di selatan, Selatan dengan Kemandhungan Selatan. Di
atau sebelah Utara Plengkung Nirbaya. Di tengah Kasunanan Surakarta juga terdapat kawasan
Alun-alun itu terdapat sepasang pohon beringin tersebut, bahkan sampai saat ini Siti Hinggil
yang dipagar keliling, sehingga sering disebut Selatan masih terjaga keasliannya.
Ringin Kurung. Adapun Alun-alun Selatan dahulu Kawasan Siti Hinggil Utara memiliki
digunakan untuk berlatih prajurit, serta berfungsi ciri yang hampir sama dengan yang Selatan,
sebagai jalur prosesi dalam upacara pemakaman tetapi mempunyai fungsi, fasilitas bangunan,
jenazah seorang Sultan yang akan dimakamkan ke dan tata ruang lebih lengkap. Siti Hinggil
Pajimatan, Imogiri. merupakan tempat yang memiliki tanah lebih
Keberadaan Alun-alun Selatan juga dapat tinggi dibanding tanah sekitarnya dan di kiri
ditemui di Kasunanan Surakarta, tata letaknya dan kanannya terdapat pamengkang, yang
juga tidak jauh berbeda. Keberadaan Alun-alun dapat menghubungkan antara kawasan terse-
Keraton Yogyakarta tersebut dilengkapi den- but degan Alun-alun Utara. Untuk menuju ke
gan jalur-jalan (paths) yang mengelilinginya dan halaman Srimanganti dihubungkan dengan
beberapa gapura yang dapat menjadi akses keluar Regol Brajanala. Di pusat halaman Siti Hinggil
dan masuk kawasan. Ke Selatan dapat menuju ke terdapat beberapa bangunan, yaitu Bangsal
arah Plengkung Nirbaya dan Ngadisuryan. Dua Witono, Bangsal Manguntur Tangkil, Trata Siti
gapura Timur menuju ke Kampung Langenas- Hinggil, Tarub Hagung, Bale Bang, dan Bale
tran, Siliran dan Namburan. Dua gapura di Barat Angun-angun. Beberapa bangunan terse-
menuju ke Kampung Patehan dan Ngadisuryan. but mempunyai arti penting dan keter­kaitan
Di sebelah Barat Alun-alun terdapat bangunan fungsi, terutama di dalam upacara penobatan
Kandhang Gajah, tempat ini disebut gajahan. raja.

2. Siti Hinggil Selatan dan Siti Hinggil Utara 3. Kemagangan – Kemandhungan Selatan dan
Bangunan di sebelah utara Alun-alun Srimanganti- Kemandungan Utara
Selatan yaitu Siti Hinggil, tetapi pada saat ini lebih Kemagangan/ Kemandhungan
dikenal dengan nama Sasana Hinggil Dwi Abad. Selatan merupakan halaman transisional
Bangunan tersebut dibangun pada 1955. Kawasan untuk menuju kedhaton dari arah Selatan. Di
Siti Hinggil merupakan tempat yang mempunyai halaman tersebut terdapat Bangsal Magan-
tanah lebih tinggi dibanding tanah di sekitarnya. gan dan Bangsal Mandhungan. Bangsal

KE NA L I J E RO N BE TE NG 5
Kemagangan terdapat ditenag-tengah hala- buruknya kehidupan.
man Kemagangan, ke arah Utara menuju Pada halaman Regol Danapratapa ini
Kedhaton melalui Regol Kemagangan, dan ke sebelum memasuki halaman kedhaton, di kanan-
Selatan dapat meuju ke Regol Gadhungmlati. kiri pintu terdapat dua patung raksasa yang di­
Bangsal Kemandhu­ngan terletak di tengah- sebut Gupala. Dua arca bernama Cingkorobolo
tengah halaman Kemandhungan. Ke Utara dan Boloupoto ini melambangkan harta benda
Regol Gadhungmlati dan selatan yaitu Regol dan makanan. Jadi merupakan peringatan bagi
Kemandhungan dan ke arah pamengkang dan manusia tentang godaan akan harta benda dan
Siti Hinggil Selatan. makanan. Regol Danapratapa ini member nasihat
Pelataran Srimangati terleteak di kepada kita bahwa sebaik-baik manusia ialah yang
sebelah Utara Regol Danapratapa. Di tempat suka memberi dengan ikhlas serta memebrantas
tersebut terdapat dua bangsal, yaitu Bangsal hawa nafsunya.
Srimangati dan Bangsal Trajumas. Pelataran Setelah keluar dari halaman Srimanganti
tersebut merupakan halaman transisional maka sampailah pada halaman Kemandhungan
menuju ke pelataran kedhaton dari arah Utara. Utara. Di halaman tersebut terdapat Bangsal
Bangsal in berfungsi sebagai persinggahan Sri Pancaniti, “panca” berarti lima dan “niti” berarti
Sultan pada saat akan kembali ke Kedhaton. meneliti. Dengan demikian, Pancaniti bermakna
Di sini Sultan akan dihaturkan minuman dan meneliti dan memeriksa pancaindra dalam rangka
dijemput oleh permaisuri dan putra-putra untuk masuk ke Siti Hinggil, yakni persiapan
Sultan. Menurut­K.P.H Brongtodiningrat untuk mempersatukan pikiran dan sujud kepada
(1978:22). Bahwa Bangsal Sri Manganti ini Tuhan Yang Maha Esa. Bangsal ini pada zaman
menggambarkan saat manusia akan menginjak dahulu dipergunakan oleh Sultan untuk mengadili
alam barzah. Singgah di Bangsal Srimanganti perkara-perkara pidana. Oleh karena itu, bentuk
untuk minum dan istirahat, mengingatkan atap bangsal kombinasi tajug dan atap klabang
manusia bahwa hidup di dunia ibarat mampir nyander.
ngombe (mampir minum).
Bangsal Trajumas merupakan perim- 4. Kedhaton
bangan keberadaan Bangsal Srimangati, saat Pelataran Kedhaton dari Timur-Barat
difungsikan untuk menempatkan beberapa diapit oleh pelataran Kasatriyan dan Keputren.
tandu dan joli pusaka koleksi keraton. Bangsal Letak Kedhaton di tengah, menunujkkan pusat
ini mempunyai makna, bahwa setiap manu- orientasi dan menggambarkan puncak keberadaan
sia dalam menanti atau singgah sebelum dan manusia sebagai raja. Di pelataran tersebut terda-
sesudah dari kedhaton dapat menimbang- pat beberapa gugusan bangun­an penting, antara
nimbang (traju dan nraju) mengenal baik dan lain : Bangsal Prabayeksa, Bangsal Kencana, Ged-

6 KENALI JERON BETENG


hong Jene, Gedhong Purworwtno, Bansal Manis, Srikaton, Purworukmini, dan Gedhon Biru.
dan Langgar Panepen. Di sebelah Barat Keputren adalah
Bangsal Prabayeksa dapat diartikan seba- Kedhaton Kilen, yaitu tempat ibu suri raja
gai sinar yang sangat besar (Praba artinya sinar; (Ratu Hageng dan Ratu Kilen). Dapat juga
Yeksa artinya raksasa) atau Cahaya Agung. Bang- disebut bahwa Timur-Barat juga menggam-
sal ini berdiri dengan candrasengkala ; Warna barkan proses daur hidup peran manusia sejak
Sanga Rasa Tunggal sama dengan tahun 1694 awal-tengah-akhir (purwa-madya-wusana).
menurut perhitungan Jawa. Di lingkungan inilah Tata ruang tersebut di konfigura­sikan dengan
raja bertempat tinggal dan sebagai tempat untuk keberadaan Kasatriyan-Kedhaton-Kedhaton
mnegakumulasikan berbagai simbol, atribut, dan Kilen.
pusaka untuk mengukuhkan dan melegitimasikan Di tiap halaman luarnya terdapat
diri sebagai seorang raja. bangunan-bangunan untuk memenuhi kebu-
Bangsal Kencana berarti bangsal kee- tuhan sosial, budaya, dan kebutuhan sehari-
masan, karena berbagai struktur kayu di lapis hari. Bangunan-bangunan tersebut antara lain
emas. Bangsala Kencana dibangun pada tahun adalah : Tratag Pagelaran, Tratag Sitihinggil,
Jawa 1719, ditandai dengan candrasengkala Trus Bangsal Witana, Bangsal Pancaniti, Bangsal
Satunggal Panditaning Rat. Bangsal Kencana Srimanganti, Bangsal Trajumas. Selain bangu-
menggambarkan manunggaling Kawulo-Gusti, nan-bangunan tersebut, di lingkungan keraton
dalam arti bersatunya Raja dan Kawula. Bangsal juga terdapat regol-regol (pintu gerbang dan
ini biasa digunakan untuk menerima Sungkeman gapura) yang menghubungkan antar halaman,
dan tempat Ngabekten para abdi dalem pada di antara­nya : Gapura Pangurakan, Regol Bra-
hari-hari tertentu, seperti Idul Fitri. Sedangkan janala, Regol Srimanganti, Regol Danapertapa,
Gedhong Jene merupakan kediaman resmi untuk Regol Kemagangan, Regol Gadhungmlati, dan
menerima tamu-tamu penting. Gedhong Jene Regol Kemandhungan. Regol-regol terse-
tersebut dibangun pada masa Hamengku Buwo- but merupakan akses jalan untuk menuju ke
no VIII. berbagai arah. Dari Pangurakan ke Utara dapat
Disamping itu masih terdapat bangunan- menuju ke jalan dan simpul-simpul jalan ke
bangunan lain, diantaranya : Gedhong Hinggil, arah Tugu dan luar kota. Sedangkan dari Regol
Bangsal Asrep, Bangsal Arbit, Bangsal Tamanan, Kemandhungan ke arah Selatan dapat menuju
Ngedrokilo, Mondrogini, Masjid Panepen, Ged- ke Plengkung Nirbaya, Krapyak serta wiayah
hong Trajutresno, Mayoretno, Gebayanan. Se- Bantul.
dangkan di bagian timur Regol Gapuro terdapat
bangunan, antara lain Pringgondani, Kasatriyan,

KE NA L I J E RO N BE TE NG 7
5. Pagelaran dan Kyai Janandaru melambangkan persatuan
Pagelaran berasal dari kata pagel atau antara Sultan dan Rakyat. Sekali dalam setaun
pagol berarti batas. Di Bangsal ini habislah ada upacara pemangkasan kedua pohon beringin
perbedaan orang satu sama lain, laki-laki tersebut. Perlu pula diketahui bahwa di Alun-alun
maupun perempuan. Semuanya mempunyai Utara ditanam 64 (62 ditambah 2 ringin kurung)
kedudukan yang sama. Hal ini menggam- pohon beringin, yang melambangkan usia Nabi
barkan bahwa kehidupan mansia di dunia ini Muhammad SAW. Di sekelilingnya terdapat
mempunyai derajat yang sama di mata Tuhan. beberapa Bangsal Pekapalan yang berfungsi untuk
Selain mempunyai aspek demokratis, bangsal menambatkan kuda (kapal) dan tempat istirahat
Pagelaran ini juga menunjukkan unsur-unsur bupati nayaka yang akan menghadap Sultan.
keterbukaan yang segala sesuatunya tidak Untuk menuju ke Alun-alun terdapat beberapa
perlu disembunyikan. Pagelaran = gelar = akses jalan, di sisi Barat ke arah Mesjid Gedhe,
dibuka. Sama dengan fungsi pagelaran yang Kampung Kauman, dan Suranatan. Di sisi Timur
selalu dipergunakan untuk acara-acara umum, ke arah­Kampung Yudonegaran, Mangunnegaran,
bahkan pernah dipergunakan sebagai bagian Gondomanan, dan Sayidan.
dari Universitas Gadjah Mada. Meskipun Alun-alun Utara berfungsi sebagai tem-
dalam budaya Jawa dikenal tingkatan-tingkatan pat untuk beberapa upacara dan acara, seperti
penggunaan bahasa sesuai dengan jenjang Grebeg dan Sekaten. Dahulu juga berfungsi
derajatnya, tetapi di Keraton Yogyakarta untuk rampogan yaitu mengadu harimau mela-
dipergunakan bahasa Bagongan. Unsur bahasa wan para prajurit untuk menguji ketangguhan
dengan kosa kata terbatas ini tidak mempunyai dan keberanian. Serta mengadu harimau dengan
tingkatan-tingkatan penggunaan bahasanya. kerbau, sementara prajurit sebagai pagar betis
Gambaran kesamaan derajat penggunaan (Babad Ngayogyakarta). Pada zaman dahulu
bahasa inilah yang tergambar dalam makna kawula atau masyarakat juga dapat memanfaat-
pagelaran. kannya untuk menyampaikan sesuatu, baik protes
maupun pengaduan, ke hadapan Sultan. Upaya
6. Alun-alun Utara menghadap Sultan dengan jalur ‘tidak resmi’ ini
Di sebelah utara Pagelaran terdapat dinamakan pepe, yakni berjemur. Mereka yang
pelataran yang sangat luas disebut Alun-alun melakukan protes atau pengaduan, mengguna-
Utara. Di sekelilingnya ditanami beberapa kan pakaian putih-putih dengan ikat kepala putih
pohon, dua di tengah disebut Ringin Kurung. duduk berjemur di antara dua pohon beringin
Pohon beringin yang di tengah Alun-alun Ut- yang ada ditenga-tengah Alun-alun menghadap
ara ini diberi nama Kyai Dewadaru yang mela- ke Keraton. Mereka melakukan pepe ini tentunya
mbangkan persatuan antara Sultan dan Tuhan, akan kelihatan oleh Sultan yang sedang duduk

8 KENALI JERON BETENG


(sinewoko) di Bangsal Manguntur Tangkil. Seusai dan dekat deng—an rakyat; agar mampu me-
perkenalan Sultan mereka melakukan protes atau nerima dan mendengarkan aspirasi rakyat apa-
pengaduan ini akan dipanggil (ditimbali) untuk bila sifat-sifat congkak dan bengis dihindari.
mengajukan maksud dan tujuannya melakukan Serta dihormati rakyat karena memang pantas
pepe. untuk dihormati.
Dari bentuk pepe dapat dikatakan bahwa Bangunan-bangunan di keraton Yog-
pada zaman kerajaan dan pemerintahan Ka- yakarta kaya dengan ornamen berupa ukiran
sultanan dahulu sudah terdapat bentuk-bentuk (pola patran, banyu lumeles, praba, lunglun-
protes atau “demonstrasi” sebagai perwujudan gan, tlacap, wajikan, nanasan, padma, putri mi-
“demokrasi ala Keraton Yogyakarta”. Kondisi rong, dan kebenan) serta kaca patri. Ornamen-
ini tercipta karena adanya hubungan timbal ornamen itu ada yang bersifat dekoratif saja,
balik antara Raja dengan Kawula, antara yang tetapi ada juga yang bersifat simbolik. Di anta-
melindungi dengan yang dilindungi. Raja sebagai ra ornament-ornamen simbolik di di Keraton
pengambil keputusan haruslah melaksanakan Yogyakarta yang terkenal adalah: prajacihna,
titahnnya sesuai dengan rasa keadilan. Sebagaima- yaitu lambang kerajaan berupa sepasang sayap,
na diisyaratkan oleh tembang Asmarandhana mahkota, dan inisial HB dalam huruf Jawa;
dalam Kitab Wulang Reh, sebagai berikut : serta sengkalan memet, yaitu penandan waktu
Lawan aja angkuh lawan bengis yang diwujudkan dalam komposisi gambar,
Lengus, lanas calak lancing ornamen, dan ukiran. Sengkalan memet di
Langan ladak sumalonong Keraton Yogyakarta yang dikenal luas adalah
Aja ngidak, aja ngepak ‘Dwi Naga Rasa Tunggal” berupa represen-
Lan aja siya-siya tasi dua ekor naga berlilitan ekor. Sengkalan
Aja jail dhemen padu memet menggambarkan angka taun 1682 J,
Lan aja padha wadulan yaitu kepindahan Sultan Hamengku Buwono I
Kang kanggo ing masa iki dari Ambarketawang ke Keraton.
Priyayi nom kang den gulang Tata ruang keraton secara lengkap
Kang wus muni kuwi kaya, dapat dikatakan merupakan embrio Kota
Kudu lumaku kajenan, Yogyakarta. Keberadaan Kota Yogyakarta
Pan nora naganggo murwat terus berroses dan berubah, dari segi pro-
Lunga mlaku kudhung sarung, fesi, lapisan sosial, serta etnisitas tampak dari
Lumaku den dhodhokana toponim-toponim yang ada, misalnya : Gerjen
Bagian surat Wulang Reh yang disusun (tempat para gerji yakni penjahit), Siliran
oleh Sultan Paku Buwono IV ini, merupakan (tempat abdi dalem petugas lampu), Pecinan
nasihat kepada mereka yang ing­in jadi pemimpn (tempat komunitas Cina), Sayidan (tempat

KE NA L I J E RO N BE TE NG 9
komunitas Arab).
Mantapnya VOC sebagai penguasa di
Yogyakarta tempak dari keberhasilan mereka
“menyisipkan” ke civic center bengunan-ban-
gunan yang mencerminkan kekuasaan, yaitu :
kediaman dan kantor Residen, serta Benteng
Vredeburg. Selain itu ada pula bangunan-
bangunan lain, diantaranya : rumah-rumah
tinggal, tempat peribadatan, serta Societeit,
yang semula dikhususkan bagi warga Belanda.
Seiring dengan makin berkem-
bangnya aktivitas dan jumalah warga Belanda­
di Yogyakarta, maka kebutuhan pemukiman
bagi mereka juga berkembang. Oleh karena
itu, kemudian muncul pemukiman Belanda di
Bintaran, Nieuwe Wijk (Kota Baru), Terban
Taman (Cik Di Tiro), Jetis dsb. Perkembangan
realita sosial tersebut menjadikan Yogyakarta
mempunyai keberagaman potensi budaya
ataupun pusaka budaya dari berbagai periode.
Di dalam perjalanan sejarahnya, Kera-
ton Yogyakarta tidak hanya berfungsi sebagai
kediaman raja dan pusat pemerintahan raja
saja. Namun juga pernah berfungsi sebagai
pusat perjuangan bangsa di tahun-tahun awal
kemerdekaan Republik Indonesia. Fungsi lain
yang pernah disandang Keraton Yogyakarta
adalah sebagai pusat pendidikan tinggi, yakni
waktu bagian depan keraton- Pagelaran, Siti
Hinggil, Dalem Yudonegaran, Dalem Man-
gkubumen, Pugeran, dan Mangkuwijayan
dipinjamkan kepada Universitas Gadjah Mada
pada deade awal berdirinya.

10 KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG
KENALI JERON BETENG
KE NA L I J E RO N BE TE NG
Tempat tinggal para pangeran atau- Selatan. Selain itu, tanaman yang khas di halaman
pun bangsawan disebut dengan nama dalem. dalem adalah tanaman yang memiliki nilai sim-
Struktur tata ruangnya, secara lengkap terdiri bolis (di halaman depan) antara lain pohon Sawo
dari gledhegan/gapura (akses pintu masuk), Kecik, Kemuning, dan Kepel. Keberadaan dalem
pendapa, pringgitan, dalem ageng (dilengkapi secara konsentris menyebar sekitar beteng cepuri
senthong tengah, kiwa, dan tengen), gadri, Keraton (njeron beteng) dan di sekeliling beteng
gandhok (kiwa dan tengen), seketheng, dan baluwarti (njaban benteng).
pawon. Kompleks dalem dikelilingi benteng
Bentuk bangunan dan atributnya tinggi dan dilengkapi gapura. Bagi masyarakat
merupaan prototype corak rumah Jawa leng- lingkungannya, dalem menjadi salah satu penanda
kap. Hal ini tentunya mengacu kepada bangu- fisik yang menonjol sbegai pusat orientasi. Se-
nan-bangunan ini di keraton. Akan tetapi, ada hingga di lingkungan tersebut banyak dihuni oleh
beberapa dalem yang mempunyai corak khas warga masyarakat magersari atau pengidung. Pada
berbeda dengan dalem lainnya terutama dalam akhirnya sebagian besar nama dalem diaba­dikan
desain pendapa dan tata lingkungannya. menjadi nama kampung maupun nama jalan.
Perlu diketahui bahwa arah hadap
dalem menggambarkan orientasi Utara dan

KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG 15
Kampung Wijilan berada disekitar
Dalem Kanjeng Raden Tumenggung Wijil
suami GKR. Dewi, putri ke-38 Hamengku
Buwono VII dari garwa permaisuri GKR.
Kencono. Dalem tersebut kemudian ditem-
pati oleh BRAy. Condrokirono, putri ke-54
Hamengku Buwono VII dari garwa per-
maisuri GKR. Kencono. BRAy Condroki-
rono menempati dalem tersebut setelah
suaminya, yaitu KPH Harjokusumo pension
sebagai patih Danurejo VIII. Oleh karena
itu, dalem tersebut juga lebih dikenal dengan
nama Dalem Condrokiranan.
Dalem tersebut berada disebelah
barat daya Plengkung Tarunasura, di seb-
elah barat Jalan Wijilan. Kampung ini secara
administratif berada di wilayah Kecamatan
Keraton.

16 KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG 17
Kampung Panembahan adalah Panembahan dan Jalan Mantrigawen, dan ke
kampung di sekitar dalem kediaman Gusti Barat disebelah Jalan Kemitbumen.
Panembahan Mangkurat (GPH. Man- Di sekitar Kampung Panembahan
gkubumi), yaitu putra ke-18 Hamengku bagian Timur terdapat dalem kediaman BPH.
Buwono II dari garwa permaisuri GKR. Suryomentaram, putra ke-55 Hamengku Bu-
Kedhaton. wono VII dari garwa BRAy. Retnomandoyo.
Sebelum ditempati Gusti Panem- Kampung sekitar dalem tersebut kemudian
bahan Mangkurat, dalem tersebut meru- juga dikenal dengan nama Suryomentaraman.
pakan kediaman Adipati Anom atau Putra Setalah menjadi Kyahi Hageng Suryo-
Mahkota (calon Hamengku Buwono II), mentaraman, dalem ini diambil alih keraton
yaitu KGPAA. Hamengkunegoro putra dan ditempati BRAy. Condrodiningrat, puta
ke-5 Hamengku Buwono I dari garwa ke-15 Hamengku Buwono VIII dari garwa
permaisuri GKR, Kadipaten (kemudian BRAy. Srengkorohadiningdia. Saat ini dalem
berganti nama menjadi GKR. Hageng atau tersebt menjadi kediaman GKR. Pembayun,
GKR. Tegalrejo). putri sulung Sri Sultan ­Hamengku Buwono X
Saat ini dalem tersebut sudah dari garwa permaisuri GKR. Hemas.
tidak ada. Sebagian bangunan dalem yang Dalem tersebut berada di : sebelah
masih ada adalah bangunan Masjid Selo Barat yaitu Jalan Panembahan dan Timur
dan sepasang gapura di selatan Plengkung Jalan Suryomentaraman, sedangkan kesela-
Tarunasura. Tapak dalem tersebut men- tan menuju Jalan Mantrigawen Lor – Jalan
jadi perkampungan penduduk dan dalam Madyosuryo. Sedang ke Utara, Jalan Man-
arah Utara-Selatan disebelah poros Jalan gunnegaran – Jalan Sawojajar. Saat ini nama
Panembahan Mangkurat. Ke Utara menu- kampung yang dikenal secara luas adalah
ju Jalan Wijilan sampai Plengkung Taru- Panembahan. Secara administratif, kampung
nasura, ke Selatan menuju Jalan Gamelan. ini berada dalam wilayah Kecamatan Keraton.
Sementara ke Timur disebelah Jalan

18 KENALI JERON BETENG


Kadipaten Patih Putra Mahkota). Setelah wafat, kemudian
Kampung Kadipaten berada di sekitar ditempati oleh putranya yaitu KRT. Purwodin-
dalem Adipati Anom (putra mahkota) KGPAA. ingrat, suami BRAy. Puspitoningdiah, kemu-
Hamengku Negoro (GPH. Hangabehi, putra ke- dian dalem tersebut dikenal dengan nama
1 Hamengku Buwono VI dari garwa permaisuri Dalem Purwodiningratan. Selanjutnya dalem
GKR Sultan atau GKR Hageng). tersebut menjadi kediaman GKR. Anom
Setelah beliau dinobatkan menjadi Sultan Ha- Adibrata (putra ke-1 Hamengku Buwono IX
mengku Buwono VII, dalem tersebut ditempati dari garwa KRAy. Pintokopurnomo), sehingga
adiknya, yaitu KPPA. Mangkubumi, sehingga dalem tersebut kemudian dikenal dengan
dikenal dengan nama Mangkubumen. nama Dalem Kaneman. Dalem-dalem tersebut
Dalam tradisi Keraton Yogyakarta, raja selalu me- berada di sebelah Utara Jalan Kadipaten.
nyediakan tempat tinggal bagi para putra-putrin- Di sebelah Barat Daya atau Jalan Nagan
ya. Namun, setelah yang bersangkutan meninggal, Kulon, terdapat Dalem BRAy. Suro negoro,
tempat tinggal tersebut dapat diambil alih kembali yaitu putrid ke-32 Hamengku Buwono (?) dari
oleh keraton. Selanjutnya diberikan atau dialihkan garwa BRAy. Retno Murcito.
kepada orang lain yang berhak. Dengan demikian,
keberadaan dalem dapat ditempati bergantian Suryoputran
oleh beberapa bangsawan secara berurutan. Kampung Suryoputran berada di
Seperti Pengeran Mangkubumi wafat kemudian sekitar Dalem GPH. Suryoputra, tepatnya
ditempati oleh adiknya yaitu GPH Buminoto dan di sebelah Magangan Keraton. GPH. Sury-
para kerabat lain. oputra adalah salah seorang putra Hamengku
Disekitar Dalem Kadipaten ada beberapa Buwono VI dari garwa BRAy. Retnoningdiah,
dalem, antara lain : di sebelah Timur terdapat sehingga dalem tersebut juga dikenal dengan
Dalem Condroprajan, yaitu tempat tinggal BRAy. nama Ngadikusuman. Akan tetapi, yang dike-
Condroprojo, putri ke-39 Hamengku Buwono nal secara umum masyarakat luas yaitu nama
VII dari garwa BRAy. Retnojuwito. Dalem terse- Suryoputran. Dalem tersebut berada di Jalan
but kemudian ditempati oleh GP. Puruboyo, yaitu Suryoputran. Dari gledhegan ke arah Barat
putra ke-8 Hamengku Buwono VIII dari garwa Laut menuju Jalan Magangan Wetan – Magan-
BRAy. Srengkoro hadiningdiah. Dalem ini seka- gan Kulon – Kemitbumen dan kearah Timur
rang masih ada dan sudah mengalami pengalihan ke Jalan Gamelan. Pohon-pohon yang khas
hak. terutama di sepanjang Jalan Magangan Wetan
Di sebelah barat Mangkubumen, terdapat Dalem adalah Tanjung.
Wirogunan (KRT. Wiroguno adalah putra Di Kampung Suryoputran di Jalan
Pangeran Mangkubumi, kedudukannya sebagai Magangan Wetan berdekatan dengan din­d­ing

KE NA L I J E RO N BE TE NG 19
Kompleks Magangan Keraton juga terdapat dari garwa BRAy. Retnomandoyo. Dalem ini be-
dalem Pangeran yaitu GBPH. Joyokusuma, rada disebelah Tenggara Plengkung Tarunasura,
putra Hamengku Buwono VII. Dale mini tepatnya di Jalan Sawojajar.
mempunyai akses langsung ke palataran Jaringan jalan di kampung ini yaitu dari Jalan
Magangan. Saat ini kampung Suryoputran se- Sawojajar ke arah Barat menuju Jalan Wijilan. Ke
cara administrtif berada di wilayah Kecamatan Timur adalah Jalan Mangunnegaran Wetan, dan
Keraton. ke Selatan Jalan Mangunnergaran Kidul. Kam-
pung Mangunnegaran berdekatan dengan Panem-
Ngadisuryan bahan, dan secara administratif berada di wilayah
Ngadisuryan adalah kampung sekitar Kecamatan Keraton.
Dalem BPH. Hadisuryo, putra ke-48 Hameng-
ku Buwono VII dengan garwa BRAy. Retnow-
inardi. Dalem tersebut berada di sebelah Barat
Alun-alun Selatan, di Jalan Ngadisuryan.
Dalem tersebut sebelumnya ditempati
oleh GPH. Buminoto putra ke-69 Hamengku
Buwono VI dari garwa permaisuri GKR.
Kencono. Oleh karena itu juga dikenal dengan
nama Buminatan. Pada masa Hamengku
Buwono VIII ditempati oleh putranya yang
ke-7 dari garwa BRAy. Puspitoningdiah yaitu
GBPH. Hangabehi, sehingga juga dikenal
dengan nama Dalem Ngabean.
Akan tetapi, Ngadisuryan menjadi
nama kampung yang lebih dikenal secara
umum. Saat ini dalem tersebut masih ada dan
menjadi hak milik perseorangan. Secara admi-
nidtratif kampung ini berada dalam wilayah
Kecamatan Keraton.

Mangunnegaran
Mangunnegaran, adalah kampun
disekitar dalem kediaman BRAy. Mangun-
negoro, putrid ke-52 Hamengku Buwono VII

20 KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG
KENALI JERON BETENG
KE NA L I J E RO N BE TE NG 23
Mantrigawen yaitu kampung tempat
tinggal abdi dalem kepala pegawai Keraton.
Kampung Mantrigawen berada di sebelah Ut-
ara Kampung Gamelan. Secara administratif
masuk dalam wilayah Kelurahan Panembahan,
Kecamatan Keraton. Dari kampung ini yaitu
Jalan Mantrigawen, ke timur dapat menuju
Madyosuro dan kebarat menuju pertigaan
Jalan Panembahan Mangkurat.

24 KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG 25
Kampung Gamelan adalah tempat
tinggal kelompok abdi dalem gamel yang
tugasnya mengurusi kuda milik Sultan. Letak
Kampung Gamelan berada di sebelah Utara
Kampung Namburan. Secara administratif
berada di Kelurahan Panembahan, Kecamatan
Keraton.

26 KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG 27
Namburan yaitu kampung tempat
tinggal kelompok abdi dalem penabuh tambur
atau genderang. Letak Kampung Namburan
ini berada di sebelah Timur Kampung Lange-
narjan atau sebelah Utara Kampung Siliran.
Pada masa sekarang Kampung Namburan
tersebut terbagi dalam dua wilayah yaitu
Namburan Lor dan Namburan Kidul. Secara
administratif berada dalam wilayah Kelurahan
Panembahan, Kecamatan Keraton.

28 KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG 29
Rotowijayan yaitu kampung temmpat
tinggal abdi dalem sais dan ahli membuat
kereta keraton. Letak Kampung Rotowijayan
ini berada di sebelah Barat Keraton Yogakarta
dan sekarang kampung ini menjdai salah satu
tempat tujuan wisatawan yang berkunjung
ke keraton, karena terdapat Museum Kereta
Keraton Yogyakarta. Di kampung ini, yaitu
di Jalan Rotowijayan terdapat beberapa dalem
pangeran, antara lain : Dalem Joyokusuman,
Dalem Purbonegaran, dan Dalem Benawan.

30 KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG 31
Kemitbumen yaitu kampung tepat
tinggal abdi dalem Kemitbumi yang bertugas
menjaga kebersihan halaman keraton. Letak
kmpung tersebut berada di sebelah Selatan
Kampung Bludiran. Secara adminidratif
berada di wilayah Kelurahan Panembahan,
Kecamatan Keraton.

32 KENALI JERON BETENG


Musikanan kampung ini berada di wilayah kelurahan
Kampung Musikanan merupakan tempat Panembahan, Kecamatan Keraton.
tinggal abdi dalem musikanan, yaitu pemain gesek
dan tiup. Pada masa pemerintahan Hamengku Bludiran
Buwono VII abdi dalem musikanan melaksana- Kampung Bludiran yaitu tempat ting-
kan pentas musik, di kagungan dalem Bangsal gal abdi dalem tukang sulam di keraton. Nama
Mandalasana. Bangsal tersebut terletak si sebelah Bludiran sendiri berasal dai bahasa Belanda
Timur Gedhong­Purworetno. Letak Kampung yaitu borduuren. Letaknya berada di sebelah
Musikanan tersebut berada di tenggara Alun-alun Selatan Kmapung Wijilan. Secara administratif
Utara. Untuk menuju kampung tersebut, dari kampung ini berada di wilayah Kelurahan
Barat laut dapat melalui Alun-alun Utara dan dari Panembahan, Kecamatan Keraton.
Timur melalui gledhengan Dalem Wijilan. Secara
administratif kampung tersebut berada di wilayah Gebulen
Kelurahan Panembahan, Kecamatan Keraton. Gebulen yaitu kampung tempat ting-
gal abdi dalem yang menyiapkan api untuk
Ngrambutan memasak. Letak kampung Gebulen berada
Kampung Ngrambutan yaitu tempat di sebelah Utara Kampung Panggung atau
tinggal abdi dalem penata rambut keraton. Letak di sebelah Barat pelataran Magangan. Dari
kampung tersebut berada di sebelah Selatan Gebulen Jalan Magangan Kulon ke arah
Kampung Musikanan atau di sebelah Timur Timur menuju Magangan dan ke arah Barat
Keben. Secara administratif kampung tersebut ke simpul Jalan Polowijan-Jalan Taman. Secara
berada di wilayah Kelurahan Panembahan, Ke- adminstratif Kampung Gebulen berada di
camatan Keraton. wilayah Kecamatan Keraton.

Kenekan Sekullanggen
Kenekan yaitu kampung tempat tinggal Sekulanggen adalah kampung tem-
abdi dalem kenek kereta keraton. Ketika keraton pat tinggal abdi dalem yang menyiapkan nasi
menggunkan kereta untuk sebuah prosesi suatu (Sekul Langgi), Kampung Sekuallanggen­be-
upacara resmi, selain menggunakan sais juga rada di sebelah Utara Kampung Suryoputran.
menggunakan kenek di bagian belakang. Dari Sekullanggen melalui Jalan Magangan
Kampung ini berada di sebelah Timur Wetan ke arah Barat menuju pelataran Magan-
Plengkung Tarunasura.Jalan untuk menuju kam- gan ke timur menuju jalan Kemitbumen. Secra
pung tersebut dinamakan Jalan Kenekan, yaitu administratif termasuk dalam Kelurahan
plengkung ke arah Timur. Secara adminidtratif, Panembahan, Kecamatan Keraton.

KE NA L I J E RO N BE TE NG 33
Polowijan
Pandean Polowijan adalah kampung tempat
Pandean adalan kampung abdi dalem tinggal kelompok abdi dalem yang mempunyai
pande yang bertugas sebagai tukang mem- kekurangan fisik. Palawija merupakan abdi dalem
buat peralatan dari besi. Letak kampung ini kesayangan raja yang mempunyai kekurangan atau
disebelah Timur Dalem Suryoputran. Secara kelainan fisik misalnya orang-orang cebol, orang
administratif masuk dalam wilayah Kelurahan bule –yaitu orang yang kulit dan rambutnya ber-
Panembahan, Kecamatan Keraton. warna putih atau dengan kata lain adalah orang
yang tidak mempunyai pigmen warna atau albino.
Pesindenan Letak Kampung Polowijanberada disebelah Utara
Pesindenan yaitu kampung tempat Kampung Taman. Antara kedua kampung terse-
tinggal abdi dalem sinden. Letak Kapung but masih dibatasi oleh Jalan Polowijan.
Pasindenan di sebelah Utara Kampung Lange-
nastran atau Barat Kampung Gamelan. Secara Suranatan
administratif Kampung Pasindenan berada di Para abdi dalem yang bertugas seba-
wilayah Kelurahan Panembahan, Kecamatan gai ulama kerato, tempat tinggalnya dinamakan
Keraton. Suranatan. Menurut arsip-arsip sebelum Perjan-
jian Giyanti –naskah nomor 1 tentang pembagian
Siliran wilayah kerajaan, struktur birokrasi dan nama-
Abdi dalem silir bertugas mengurusi nama kesatuan prajurit- disebutkan bahwa Sultan
lampu keraton, tempat tinggalnya disebut Sil- Agung juga telah menata abdi dalem Prajurit
iran. Letak Kampung Siliran berada di sebelah Suranata yang tugasnya menyiapkan sujudan
Timur Kampung Langerarjan. (sajadah), tasbeh (tasbih), pasalatan (tempat untuk
sholat). Suronatan menjadi tempat tinggal abdi
Patehan dalem Suranatan atau abdi dalem pamethakan.
Abdi dalem yang mengurusi minu- Kelompok abdi dalem yang bertugas di bidang
man, tempat tinggalnya dinamakan Kampung keagamaan. Abdi dalem prajurit Suranatan terse-
Patehan. Kampung Patehan berada di sebelah but dahulu merupakan abdi dalem prajurit pen-
Barat plengkung Nirbaya (Gading) atau seb- grembe. Letak Kampung Suronatan ini berada di
elah Selatan Kampung Taman. Secara admin- sebelah Timur Kampung Notoprajan dan secara
istratif berada di wilayah Kelurahan Patehan, administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan
Kecamatan Keraton. Ngampilan.

34 KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG
KENALI JERON BETENG
KE NA L I J E RO N BE TE NG 37
Taman adalah tapak tinggalan Pesang-
grahan Tamansari (sisi barat). Letak Kampung
Taman berada di sebelah utara Kampung
Patehan. Secara administratif Kampung Ta-
man berada di Kecamatan Keraton. Jaringan
jalan di kampung terseut yaitu pertigaan Jalan
Polowijan menuju arah Patehan disebut se-
bagai Jalan Taman. Semantara ddari Gerbang
Jogoboyo ke arah Barat disebut Jalan Taman-
sari.

38 KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG 39
Nagan adalah tapak tinggalan kolam
Naga Luntak, Pasanggrahan Tamansari. Kam-
pung Nagan terletak di sebelah Selatan dan
Barat Kampung Taman. Dahulu merupakan
halaman di depan Regol Pagelaran Pasang-
grahan Tamansari. Kampung Nagan pada
masa sekarang terbagi menjadi Nagan Kidul,
Nagan Tengah, dan Nagan Lor. Ruas jalan
yang terdapat di kampung Nagan adalah Jalan
Nogosari. Jalan Nogosari terbagi dalam Nogo-
sari Kidul, Nogosari tengah, dan Nogosari
Lor. Secara administratif kampung ini terletak
di Kecamatan Keraton.

40 KENALI JERON BETENG


Segaran
Kampung Segaran adalah tapak pening-
galan sebuah segara atau danau buatan Pesang-
grahan Tamansari (sisi Timur). Segaran tersebut
mengelilingi sebuah bangunan yang tinggi disebut
dengan nama Pulo Gedong. Tapak danau buatan
tersebut kemudian menjadi sebuah kampung kecil
dengan nama Segaran. Letak kapung tersebut
berada di sebelah Utara Kampung Langenastran
atau sebelah Timur Pelataran Mandungan. Secara
administratif kampung tersebut berada di wilayah
Kelurahan Panembahan, Kecamatan Keraton.

Pulo
Kampung Pulo adalah tapak tinggalan
bangunan tinggi yang berada di tengah-tengah
Segaran Pasanggrahan Tamansari sisi Timur. Ban-
gunan tinggi tersebut dinamakan Pulo Gedong,
Pensanggrahan Tamansari (sisi timur). Akibat
gempa besar yang terjadi di Yogyakarta pada 10
Juni 1867, bangunan tersebut runtuh dan tidak
terawatt, akhirnya menjadi hunian penduduk
sampai sekarang. Letak kampung tersebu berada
di sebelah Utara Kampung Langenastran atau
sebelah Timur Pelataran Mandungan, secara am-
dinistratif Kampung tersebut berada di wilayah
Kelurahan Panembahan, Kecamatan Keraton.

KE NA L I J E RO N BE TE NG 41
Kelurahan Panembahan 3. Ngrambutan
1. Suryoputran 4. Keparakan
2. Panembahan 5. Segaran
3. Mangunnegaran 6. Ngadisuryan
4. Wijilan 7. Patehan
5. Musikanan 8. Nagan
6. Kenekan 9. Taman
7. Bludiran 10. Gebulen
8. Kemitbumen 11. Sratan
9. Sekullanggen 12. Penandan
10. Pandean 13. Kriyan
11. Mantrigawen 14. Gentan
12. Pesindenan
13. Gamelan Kelurahan Kadipaten
14. Namburan 1. Rotowijayan
15. Siliran 2. Polowijayan
16. Langenastran 3. Condroprajan
17. Langenarjan 4. Wirogunan
5. Mangunkusumo
Kelurahan Patehan 6. Suranatan
1. Suryamatraman 7. Mangkubumi
2. Sawojajar 8. Panggung

42 KENALI JERON BETENG


Foto perkampungan
Jeron Beteng Yogakarta

KE NA L I J E RO N BE TE NG
44 KENALI JERON BETENG
@kenalijeronbeteng

kenalijeronbeteng

kenalijeronbeteng

KE NA L I J E RO N BE TE NG 45
46 KENALI JERON BETENG
AMS : Algemeene Meedelbare School
BMaj : Bendara Mas Ajeng
BPH : Bendara Pangeran Harya
BRM : Bendara Raden Mas
BRAj : Bendara Raden Ajeng
BRAy : Bendara Raden Ayu
Candrasengkala : Perhitungan tahun Jawa
Dalem : Tempat tinggal pangeran
atau bangsawan
GBPH : Gusti Bendara Pangeran
Harya
GKR : Gusti Kanjeng Ratu
KGPH : Kangjeng Gusti Pangeran
Harya
KGPAA : Kanjeng Gusti Pangeran Adi
pati Arya
Kiwa : Kiri
KPH : Kanjeng Pangeran Harya
KRT : Kanjeng Raden Tumeng­­
gung­­
MULO : Meer Uitgebreid Lagare
Onderwieisj
Pawon : Dapur
RAy : Raden Ayu
RA : Raden Ayu
RM : Raden Mas
Regol : Pintu gerbang atau gapura
Tengen : Kanan
Garwa : Istri

KE NA L I J E RO N BE TE NG 47
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
­Yogyakarta, Toponim Kota Jogja,

Endraswara, Suwardi, 2015, Etnologi Jawa; Pe-


nelitian, Perbandingan, dan Pemaknaan ­budaya,
Yogyakarta, Penerbit CAPS (Center for Academic
Publishing Service).

Walker, John A., 2010, Desain, Sejarah, Budaya;


Sebuah Pengantar Komprehensif (terj. Laily Rah-
mawati), Yogyakarta, Penerbit Jalasutra.

48 KENALI JERON BETENG


KE NA L I J E RO N BE TE NG 49

Anda mungkin juga menyukai