copyright2016
IWAN as AZHAR as
Visualizer Visualizer
KE NA L I J E RO N BE TE NG v
Halo kami dari kelompok Sewon nama wilayahnya dan ternyata beberapa teman
Cerdas. Sebelum membaca alangkah lebih kami juga begitu (baik yang Jogja asli mau-
baik kalo kita kenalan dulu ya. Seperti pun perantauan). Wah lama-lama Jogja akan
terlihat dalam penampakan halaman sebel- kehilangan ke-Jogjaannya bila nama tempat
umnya, kami terdiri dari lima orang dengan kemudian terlupakan. Kami juga sempat mel-
perannya masing-masing. Selain sebagai akukan diskusi lho dengan teman lain untuk
syarat untuk menyelesaikan tugas mata mendapatkan insight agar dapat mengemas
kuliah DKV 4 kami mempunyai beberapa konten ini menjadi leboh ringan, muda, dan
alasan kenapa akhirnya memilih Toponim menarik.
Perkampungan Jeron Beteng. Kami sendiri Dalam pengerjannya proyek ini ba
memang ingin berkenalan dengan seja- nyak suka nya, karena kita menjadi tahu infor-
rah nama perkampungan di Jeron Beteng. masi mengenai perkampungan Jeron Beteng
Selain karena masih jarang yang membahas ini juga jalan-jalan sambil buat vlog. Kami
toponim perkampungan Jeron Beteng ini, juga belajar membuat media sangat baru buat
kami beranggapan bahwa seperti hal nya kami. Dukanya ketika lagi seret ide dan dead-
memberikan nama pada seorang anak pasti line di depan mata. Tapi keseluruhan DKV 4
terselip doa dan makna dalam namanya, ini membawa pengalaman yang menyenang-
begitu pula dengan nama kampung. kan untuk kami, Sewon Cerdas. Terimakasih
Tiga dari lima anggota kami meru- kawula, Pak Sumbo, Bu Hesti, dan teman-
pakan perantau, kadang salah juga malah teman atas bantuan juga dukungannya!
menyebut kan landmark dan tidak tahu
Salam Hangat,
Sewon Cerdas
Glosarium Daftar
47 Pustaka
48
KE NA L I J E RO N BE TE NG 1
kemerdekaan Indonesia memberi dampak itu sendiri. Inilah kenapa kelompok kami men-
terhadap hilangnya fungsi praktis dari benteng. ganggap pembahasan mengenai toponim kam-
Begitu pula semenjak pasca reformasi, Sri pungjeron betengYogyakarta menjadi hal penting
Sultan Hamengkubuwono IX mengeluarkan untuk diangkat sebagai latar belakang masalah.
kebijakan yang memperbolehkan masyarakat Mengutip esai pembuka Yasraf Amir
dari luar benteng, terutama masyarakat dari Piliang dalam Walker (2010: xi), dapat dikatakan,
lingkungan bawah untuk tinggal di dalam bahwa ciri khusus desain dan ilmu-ilmu desain
kawasan. Hal ini merupakan awal terjadinya adalah sifatnya yang interdisiplin, yang melibatkan
permukiman masyarakat pendatang di dalam pelbagai cabang keilmuan lain, dalam intensitas
kawasan (Suroto, 1986). Hal tersebut kemu- tertentu dan dalam bentuk yang khusus, seperti
dian memunculkan desakan kebutuhan akan ilmu pengetahan alam (fisika, kimia, biologi),
ruang. Benteng menjadi salah satu sudut Kota matematika, rekayasa (tekhik mesin, elektro, dan
Yogyakarta yang mengalami perubahan fisik sebagainya), ilmu-ilmu sosial (sosial, ekonomi,
seperti deretan pemukiman yang kemudian politik), ilmu kemanusiaan, estetika, dan ilmu seni.
bukan hanya ditinggali oleh orang-orang Dalam hal ini desain, khususnya Desain Komuni-
Keraton. Ini menjadi ironi ketika semakin kasi Visual berkolaborasi dengan Toponimi yaitu
banyaknya masyarakat asli yang bercampur bahasan ilmiah tentang nama tempat, asal-usul,
dengan pendatang yang lantas memunculkan arti, penggunaan, dan tipologinya. Pula dengan
budaya-budaya baru dan justru mengikis seja- Atropologi, dan Etnologi, ilmu-ilmu tersebut ber-
rah daerahnya sendiri. Banyak pula para abdi fokus pada urusan kehidupan manusia baik sosial
dalem yang mulai meninggalkan kampung maupun budaya secara historis. Desain Komuni-
karena kapasitas ruang yang tidak memadai. kasi Visual hadir untuk menjawab permasalahan
Lingkungan budaya justru lebih dominan yang ada dalam masyarakat tersebut.
mengubah berbagai hal tentang hidup sese-
orang (Endraswara, 2015: 16).
Sejarah merupakan acuan untuk me
ngetahui siapa jati diri kita. Ketika masyarakat
Yogyakarta mulai melupakan sejarah tempat
dia berada, maka masyarakat tersebut telah
kehilangan identitas mereka sebagai warga
Yogyakarta. Padahal, sejarah akan membentuk
rasa cinta terhadap kota dimana dia berada.
Sejarah pula yang menjadikan masyarakat
memiliki karakter pembeda antar daerah
KE NA L I J E RO N BE TE NG 3
Keberadaan Kota Yogyakarta mem- Bedog (Barat), serta Sungai Opak (Timur) dan
punyai proses panjang dan berakar dari Sungai Progo (Barat).
keberadaan Kuthagara Keraton. Struktur tata Komponen utama kota lama adalah
ruang Keraton pada dasarnya menjadi embrio : Keraton yang dikelilingi benteng cepuri dan
pertumbuhan kota secara keseluruhan. Secara baluwarti dengan jagangnya. Alun-alun Utara dan
administratif kewilayahan terus berproses, Alun-alun Selatan, Masjid Gedhe, Pasar (Ber-
mengalami berbagai perubahan dan perkem- ingharjo), Pesanggrahan, Tugu (Pal Putih) dan
bangan. Panggung Krapyak (bagian dari garis poros). Sun-
Setelah perjanjian Giyanti ditanda gai tersebut di atas beserta benteng dan jagang,
tangani pada tahun 1755M, maka Sultan merupakan sebuah batas fisik atau tepian (edges)
Hamengku Buwono I untuk sementara bagi Keraton
tinggal di Pesanggrahan Ambarketawang Disamping itu, juga adanya jaringan jalan
sambil menunggu pembangunan Keraton atau jejalur (paths), simpul-simpul jalan (nodes),
selesai. Hamengku Buwono I sendiri meru- dan pemukiman penduduk yang tercermin dari
pakan arsitek pada masanya, sehingga beliau berbagai toponim termasuk keberadaan dalem-
telah menyadari keberadaan dan pentingnya dalem pangeran sebagai salah satu bagian pen-
tata kota. Namun, lebih jauh lagi pembagian anda fisik kawasan yang menonjol (land mark).
tata kota berdasarkan abdi dalem dan segala Menurut berbagai sumber tertulis, kera-
pendukung kegiatan kerajaan sendiri sudah ton dbangun secara bertahap, misalnya : Pra-
mengadopsi dari Kerajaan Surakarta, Kerajaan bayeksa dan Siti Hinggil Lor dibangun pada tahun
Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Majapahit 1769 M, Tamansari dibangun pada tahun 1758 M,
dan Kerajaan Brawijaya. Gedhong Pulo Arga di Taman Sari tahun 1770
Hal tersebut menyebabkan pada awal M, dan Masjid Agung didirikan tahun 1773 M.
keraton didirikan, tata fisik kota Kasultanan Pembangunan fisik Kota Yogyakarta dan Keraton
Yogyakarta, terutama civic centernya, sudah berlangsung secara berkesinambungan, dan men-
mencapai bentuknya yang utuh. Di dalam capai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan
lingkup tersebut tercakup komponen utama Hamengku Buwono VIII (1921-1929)
kota dan tata ruangnya yang berorientasi ke Keraton berarti tempat kediaman raja,
Utara dan ke Selatan serta mengacu kepada yaitu meliputi wilayah di dalam lingkup tembok
keberadaan Keraton. Luas area Keraton baluwarti, sedangkan istilah kedhaton digunakan
sekitar 14.000 meter persegi, didirikan diantara untuk mennyebut bagian paling dalam keraton
beberapa sungai : Sungai Code di Timur dan yang bertembok keliling kira-kira setinggi 5 m
Sungai Winongo di Barat, di sisi luarnya yaitu yang disebut cepuri. Ada beberapa elemen ka-
Sungai Gajahwong (Timur) dan Sungai Sungai wasan, bangunan, dan kelompok bangunan yang
2. Siti Hinggil Selatan dan Siti Hinggil Utara 3. Kemagangan – Kemandhungan Selatan dan
Bangunan di sebelah utara Alun-alun Srimanganti- Kemandungan Utara
Selatan yaitu Siti Hinggil, tetapi pada saat ini lebih Kemagangan/ Kemandhungan
dikenal dengan nama Sasana Hinggil Dwi Abad. Selatan merupakan halaman transisional
Bangunan tersebut dibangun pada 1955. Kawasan untuk menuju kedhaton dari arah Selatan. Di
Siti Hinggil merupakan tempat yang mempunyai halaman tersebut terdapat Bangsal Magan-
tanah lebih tinggi dibanding tanah di sekitarnya. gan dan Bangsal Mandhungan. Bangsal
KE NA L I J E RO N BE TE NG 5
Kemagangan terdapat ditenag-tengah hala- buruknya kehidupan.
man Kemagangan, ke arah Utara menuju Pada halaman Regol Danapratapa ini
Kedhaton melalui Regol Kemagangan, dan ke sebelum memasuki halaman kedhaton, di kanan-
Selatan dapat meuju ke Regol Gadhungmlati. kiri pintu terdapat dua patung raksasa yang di
Bangsal Kemandhungan terletak di tengah- sebut Gupala. Dua arca bernama Cingkorobolo
tengah halaman Kemandhungan. Ke Utara dan Boloupoto ini melambangkan harta benda
Regol Gadhungmlati dan selatan yaitu Regol dan makanan. Jadi merupakan peringatan bagi
Kemandhungan dan ke arah pamengkang dan manusia tentang godaan akan harta benda dan
Siti Hinggil Selatan. makanan. Regol Danapratapa ini member nasihat
Pelataran Srimangati terleteak di kepada kita bahwa sebaik-baik manusia ialah yang
sebelah Utara Regol Danapratapa. Di tempat suka memberi dengan ikhlas serta memebrantas
tersebut terdapat dua bangsal, yaitu Bangsal hawa nafsunya.
Srimangati dan Bangsal Trajumas. Pelataran Setelah keluar dari halaman Srimanganti
tersebut merupakan halaman transisional maka sampailah pada halaman Kemandhungan
menuju ke pelataran kedhaton dari arah Utara. Utara. Di halaman tersebut terdapat Bangsal
Bangsal in berfungsi sebagai persinggahan Sri Pancaniti, “panca” berarti lima dan “niti” berarti
Sultan pada saat akan kembali ke Kedhaton. meneliti. Dengan demikian, Pancaniti bermakna
Di sini Sultan akan dihaturkan minuman dan meneliti dan memeriksa pancaindra dalam rangka
dijemput oleh permaisuri dan putra-putra untuk masuk ke Siti Hinggil, yakni persiapan
Sultan. MenurutK.P.H Brongtodiningrat untuk mempersatukan pikiran dan sujud kepada
(1978:22). Bahwa Bangsal Sri Manganti ini Tuhan Yang Maha Esa. Bangsal ini pada zaman
menggambarkan saat manusia akan menginjak dahulu dipergunakan oleh Sultan untuk mengadili
alam barzah. Singgah di Bangsal Srimanganti perkara-perkara pidana. Oleh karena itu, bentuk
untuk minum dan istirahat, mengingatkan atap bangsal kombinasi tajug dan atap klabang
manusia bahwa hidup di dunia ibarat mampir nyander.
ngombe (mampir minum).
Bangsal Trajumas merupakan perim- 4. Kedhaton
bangan keberadaan Bangsal Srimangati, saat Pelataran Kedhaton dari Timur-Barat
difungsikan untuk menempatkan beberapa diapit oleh pelataran Kasatriyan dan Keputren.
tandu dan joli pusaka koleksi keraton. Bangsal Letak Kedhaton di tengah, menunujkkan pusat
ini mempunyai makna, bahwa setiap manu- orientasi dan menggambarkan puncak keberadaan
sia dalam menanti atau singgah sebelum dan manusia sebagai raja. Di pelataran tersebut terda-
sesudah dari kedhaton dapat menimbang- pat beberapa gugusan bangunan penting, antara
nimbang (traju dan nraju) mengenal baik dan lain : Bangsal Prabayeksa, Bangsal Kencana, Ged-
KE NA L I J E RO N BE TE NG 7
5. Pagelaran dan Kyai Janandaru melambangkan persatuan
Pagelaran berasal dari kata pagel atau antara Sultan dan Rakyat. Sekali dalam setaun
pagol berarti batas. Di Bangsal ini habislah ada upacara pemangkasan kedua pohon beringin
perbedaan orang satu sama lain, laki-laki tersebut. Perlu pula diketahui bahwa di Alun-alun
maupun perempuan. Semuanya mempunyai Utara ditanam 64 (62 ditambah 2 ringin kurung)
kedudukan yang sama. Hal ini menggam- pohon beringin, yang melambangkan usia Nabi
barkan bahwa kehidupan mansia di dunia ini Muhammad SAW. Di sekelilingnya terdapat
mempunyai derajat yang sama di mata Tuhan. beberapa Bangsal Pekapalan yang berfungsi untuk
Selain mempunyai aspek demokratis, bangsal menambatkan kuda (kapal) dan tempat istirahat
Pagelaran ini juga menunjukkan unsur-unsur bupati nayaka yang akan menghadap Sultan.
keterbukaan yang segala sesuatunya tidak Untuk menuju ke Alun-alun terdapat beberapa
perlu disembunyikan. Pagelaran = gelar = akses jalan, di sisi Barat ke arah Mesjid Gedhe,
dibuka. Sama dengan fungsi pagelaran yang Kampung Kauman, dan Suranatan. Di sisi Timur
selalu dipergunakan untuk acara-acara umum, ke arahKampung Yudonegaran, Mangunnegaran,
bahkan pernah dipergunakan sebagai bagian Gondomanan, dan Sayidan.
dari Universitas Gadjah Mada. Meskipun Alun-alun Utara berfungsi sebagai tem-
dalam budaya Jawa dikenal tingkatan-tingkatan pat untuk beberapa upacara dan acara, seperti
penggunaan bahasa sesuai dengan jenjang Grebeg dan Sekaten. Dahulu juga berfungsi
derajatnya, tetapi di Keraton Yogyakarta untuk rampogan yaitu mengadu harimau mela-
dipergunakan bahasa Bagongan. Unsur bahasa wan para prajurit untuk menguji ketangguhan
dengan kosa kata terbatas ini tidak mempunyai dan keberanian. Serta mengadu harimau dengan
tingkatan-tingkatan penggunaan bahasanya. kerbau, sementara prajurit sebagai pagar betis
Gambaran kesamaan derajat penggunaan (Babad Ngayogyakarta). Pada zaman dahulu
bahasa inilah yang tergambar dalam makna kawula atau masyarakat juga dapat memanfaat-
pagelaran. kannya untuk menyampaikan sesuatu, baik protes
maupun pengaduan, ke hadapan Sultan. Upaya
6. Alun-alun Utara menghadap Sultan dengan jalur ‘tidak resmi’ ini
Di sebelah utara Pagelaran terdapat dinamakan pepe, yakni berjemur. Mereka yang
pelataran yang sangat luas disebut Alun-alun melakukan protes atau pengaduan, mengguna-
Utara. Di sekelilingnya ditanami beberapa kan pakaian putih-putih dengan ikat kepala putih
pohon, dua di tengah disebut Ringin Kurung. duduk berjemur di antara dua pohon beringin
Pohon beringin yang di tengah Alun-alun Ut- yang ada ditenga-tengah Alun-alun menghadap
ara ini diberi nama Kyai Dewadaru yang mela- ke Keraton. Mereka melakukan pepe ini tentunya
mbangkan persatuan antara Sultan dan Tuhan, akan kelihatan oleh Sultan yang sedang duduk
KE NA L I J E RO N BE TE NG 9
komunitas Arab).
Mantapnya VOC sebagai penguasa di
Yogyakarta tempak dari keberhasilan mereka
“menyisipkan” ke civic center bengunan-ban-
gunan yang mencerminkan kekuasaan, yaitu :
kediaman dan kantor Residen, serta Benteng
Vredeburg. Selain itu ada pula bangunan-
bangunan lain, diantaranya : rumah-rumah
tinggal, tempat peribadatan, serta Societeit,
yang semula dikhususkan bagi warga Belanda.
Seiring dengan makin berkem-
bangnya aktivitas dan jumalah warga Belanda
di Yogyakarta, maka kebutuhan pemukiman
bagi mereka juga berkembang. Oleh karena
itu, kemudian muncul pemukiman Belanda di
Bintaran, Nieuwe Wijk (Kota Baru), Terban
Taman (Cik Di Tiro), Jetis dsb. Perkembangan
realita sosial tersebut menjadikan Yogyakarta
mempunyai keberagaman potensi budaya
ataupun pusaka budaya dari berbagai periode.
Di dalam perjalanan sejarahnya, Kera-
ton Yogyakarta tidak hanya berfungsi sebagai
kediaman raja dan pusat pemerintahan raja
saja. Namun juga pernah berfungsi sebagai
pusat perjuangan bangsa di tahun-tahun awal
kemerdekaan Republik Indonesia. Fungsi lain
yang pernah disandang Keraton Yogyakarta
adalah sebagai pusat pendidikan tinggi, yakni
waktu bagian depan keraton- Pagelaran, Siti
Hinggil, Dalem Yudonegaran, Dalem Man-
gkubumen, Pugeran, dan Mangkuwijayan
dipinjamkan kepada Universitas Gadjah Mada
pada deade awal berdirinya.
KE NA L I J E RO N BE TE NG 19
Kompleks Magangan Keraton juga terdapat dari garwa BRAy. Retnomandoyo. Dalem ini be-
dalem Pangeran yaitu GBPH. Joyokusuma, rada disebelah Tenggara Plengkung Tarunasura,
putra Hamengku Buwono VII. Dale mini tepatnya di Jalan Sawojajar.
mempunyai akses langsung ke palataran Jaringan jalan di kampung ini yaitu dari Jalan
Magangan. Saat ini kampung Suryoputran se- Sawojajar ke arah Barat menuju Jalan Wijilan. Ke
cara administrtif berada di wilayah Kecamatan Timur adalah Jalan Mangunnegaran Wetan, dan
Keraton. ke Selatan Jalan Mangunnergaran Kidul. Kam-
pung Mangunnegaran berdekatan dengan Panem-
Ngadisuryan bahan, dan secara administratif berada di wilayah
Ngadisuryan adalah kampung sekitar Kecamatan Keraton.
Dalem BPH. Hadisuryo, putra ke-48 Hameng-
ku Buwono VII dengan garwa BRAy. Retnow-
inardi. Dalem tersebut berada di sebelah Barat
Alun-alun Selatan, di Jalan Ngadisuryan.
Dalem tersebut sebelumnya ditempati
oleh GPH. Buminoto putra ke-69 Hamengku
Buwono VI dari garwa permaisuri GKR.
Kencono. Oleh karena itu juga dikenal dengan
nama Buminatan. Pada masa Hamengku
Buwono VIII ditempati oleh putranya yang
ke-7 dari garwa BRAy. Puspitoningdiah yaitu
GBPH. Hangabehi, sehingga juga dikenal
dengan nama Dalem Ngabean.
Akan tetapi, Ngadisuryan menjadi
nama kampung yang lebih dikenal secara
umum. Saat ini dalem tersebut masih ada dan
menjadi hak milik perseorangan. Secara admi-
nidtratif kampung ini berada dalam wilayah
Kecamatan Keraton.
Mangunnegaran
Mangunnegaran, adalah kampun
disekitar dalem kediaman BRAy. Mangun-
negoro, putrid ke-52 Hamengku Buwono VII
Kenekan Sekullanggen
Kenekan yaitu kampung tempat tinggal Sekulanggen adalah kampung tem-
abdi dalem kenek kereta keraton. Ketika keraton pat tinggal abdi dalem yang menyiapkan nasi
menggunkan kereta untuk sebuah prosesi suatu (Sekul Langgi), Kampung Sekuallanggenbe-
upacara resmi, selain menggunakan sais juga rada di sebelah Utara Kampung Suryoputran.
menggunakan kenek di bagian belakang. Dari Sekullanggen melalui Jalan Magangan
Kampung ini berada di sebelah Timur Wetan ke arah Barat menuju pelataran Magan-
Plengkung Tarunasura.Jalan untuk menuju kam- gan ke timur menuju jalan Kemitbumen. Secra
pung tersebut dinamakan Jalan Kenekan, yaitu administratif termasuk dalam Kelurahan
plengkung ke arah Timur. Secara adminidtratif, Panembahan, Kecamatan Keraton.
KE NA L I J E RO N BE TE NG 33
Polowijan
Pandean Polowijan adalah kampung tempat
Pandean adalan kampung abdi dalem tinggal kelompok abdi dalem yang mempunyai
pande yang bertugas sebagai tukang mem- kekurangan fisik. Palawija merupakan abdi dalem
buat peralatan dari besi. Letak kampung ini kesayangan raja yang mempunyai kekurangan atau
disebelah Timur Dalem Suryoputran. Secara kelainan fisik misalnya orang-orang cebol, orang
administratif masuk dalam wilayah Kelurahan bule –yaitu orang yang kulit dan rambutnya ber-
Panembahan, Kecamatan Keraton. warna putih atau dengan kata lain adalah orang
yang tidak mempunyai pigmen warna atau albino.
Pesindenan Letak Kampung Polowijanberada disebelah Utara
Pesindenan yaitu kampung tempat Kampung Taman. Antara kedua kampung terse-
tinggal abdi dalem sinden. Letak Kapung but masih dibatasi oleh Jalan Polowijan.
Pasindenan di sebelah Utara Kampung Lange-
nastran atau Barat Kampung Gamelan. Secara Suranatan
administratif Kampung Pasindenan berada di Para abdi dalem yang bertugas seba-
wilayah Kelurahan Panembahan, Kecamatan gai ulama kerato, tempat tinggalnya dinamakan
Keraton. Suranatan. Menurut arsip-arsip sebelum Perjan-
jian Giyanti –naskah nomor 1 tentang pembagian
Siliran wilayah kerajaan, struktur birokrasi dan nama-
Abdi dalem silir bertugas mengurusi nama kesatuan prajurit- disebutkan bahwa Sultan
lampu keraton, tempat tinggalnya disebut Sil- Agung juga telah menata abdi dalem Prajurit
iran. Letak Kampung Siliran berada di sebelah Suranata yang tugasnya menyiapkan sujudan
Timur Kampung Langerarjan. (sajadah), tasbeh (tasbih), pasalatan (tempat untuk
sholat). Suronatan menjadi tempat tinggal abdi
Patehan dalem Suranatan atau abdi dalem pamethakan.
Abdi dalem yang mengurusi minu- Kelompok abdi dalem yang bertugas di bidang
man, tempat tinggalnya dinamakan Kampung keagamaan. Abdi dalem prajurit Suranatan terse-
Patehan. Kampung Patehan berada di sebelah but dahulu merupakan abdi dalem prajurit pen-
Barat plengkung Nirbaya (Gading) atau seb- grembe. Letak Kampung Suronatan ini berada di
elah Selatan Kampung Taman. Secara admin- sebelah Timur Kampung Notoprajan dan secara
istratif berada di wilayah Kelurahan Patehan, administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan
Kecamatan Keraton. Ngampilan.
Pulo
Kampung Pulo adalah tapak tinggalan
bangunan tinggi yang berada di tengah-tengah
Segaran Pasanggrahan Tamansari sisi Timur. Ban-
gunan tinggi tersebut dinamakan Pulo Gedong,
Pensanggrahan Tamansari (sisi timur). Akibat
gempa besar yang terjadi di Yogyakarta pada 10
Juni 1867, bangunan tersebut runtuh dan tidak
terawatt, akhirnya menjadi hunian penduduk
sampai sekarang. Letak kampung tersebu berada
di sebelah Utara Kampung Langenastran atau
sebelah Timur Pelataran Mandungan, secara am-
dinistratif Kampung tersebut berada di wilayah
Kelurahan Panembahan, Kecamatan Keraton.
KE NA L I J E RO N BE TE NG 41
Kelurahan Panembahan 3. Ngrambutan
1. Suryoputran 4. Keparakan
2. Panembahan 5. Segaran
3. Mangunnegaran 6. Ngadisuryan
4. Wijilan 7. Patehan
5. Musikanan 8. Nagan
6. Kenekan 9. Taman
7. Bludiran 10. Gebulen
8. Kemitbumen 11. Sratan
9. Sekullanggen 12. Penandan
10. Pandean 13. Kriyan
11. Mantrigawen 14. Gentan
12. Pesindenan
13. Gamelan Kelurahan Kadipaten
14. Namburan 1. Rotowijayan
15. Siliran 2. Polowijayan
16. Langenastran 3. Condroprajan
17. Langenarjan 4. Wirogunan
5. Mangunkusumo
Kelurahan Patehan 6. Suranatan
1. Suryamatraman 7. Mangkubumi
2. Sawojajar 8. Panggung
KE NA L I J E RO N BE TE NG
44 KENALI JERON BETENG
@kenalijeronbeteng
kenalijeronbeteng
kenalijeronbeteng
KE NA L I J E RO N BE TE NG 45
46 KENALI JERON BETENG
AMS : Algemeene Meedelbare School
BMaj : Bendara Mas Ajeng
BPH : Bendara Pangeran Harya
BRM : Bendara Raden Mas
BRAj : Bendara Raden Ajeng
BRAy : Bendara Raden Ayu
Candrasengkala : Perhitungan tahun Jawa
Dalem : Tempat tinggal pangeran
atau bangsawan
GBPH : Gusti Bendara Pangeran
Harya
GKR : Gusti Kanjeng Ratu
KGPH : Kangjeng Gusti Pangeran
Harya
KGPAA : Kanjeng Gusti Pangeran Adi
pati Arya
Kiwa : Kiri
KPH : Kanjeng Pangeran Harya
KRT : Kanjeng Raden Tumeng
gung
MULO : Meer Uitgebreid Lagare
Onderwieisj
Pawon : Dapur
RAy : Raden Ayu
RA : Raden Ayu
RM : Raden Mas
Regol : Pintu gerbang atau gapura
Tengen : Kanan
Garwa : Istri
KE NA L I J E RO N BE TE NG 47
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Yogyakarta, Toponim Kota Jogja,