Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dampak globalisasi era sekarang ini terasa sudah semakin meluas dalam

kehidupan Masyarakat, sebagaimana yang kita rasakan bahwasanya saat

sekarang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat dikelilingi oleh budaya

yang berbeda, penyebabnya karena manusia berupaya untuk mempertahankan

suatu eksistensinya dalam kehidupan bermasyarakat yang mengharuskan

mengenal lingkungan sekitarnya, baik itu secara fisik dan non fisik.

Melestarikan Kesenian Tradisional menjadi bahasan yang utama dalam

proposal ini. Sebagai mana yang kita ketahui saat sekarang ini, bahwa

kesenian-kesenian disetiap daerah semakin memudar bahkan banyak remaja

atau generasi muda yang tidak lagi mengetahui mengenai kesenian-kesenian

yang terdapat didaerahnya masing-masing. Modernisasi jika tidak ditanggapi

secara kritis, dengan bermacam-macam daya tarik dan propagandanya akan

dapat membuat seseorang lupa pada identitas dan jatidirinya sebagai bangsa

Indonesia dan pada akhinya nilai-nilai luhur kesenian budaya lokal semakin

terkikis. Sikap masyarakat yang membabibuta terhadap modernisasi justru

akan sangat meragukan dan berdampak akan memudarnya kesenian daerah itu

saendiri.

Terdapat kearifan lokal (local wisdom) dalam sebuah jati diri yang

merupakan sebuah hasil local genius dari berbagai suku bangsa, kearifan lokal

seperti inilah yang seharusnya dibentuk dalam satu kesatuan kebudayaan

(Culture) agar dapat terwujud suatu bangsa yaitu, Bangsa Indonesia.

1
2

Manusia dalam masyarakat hidup dikelilingi oleh seni dan budaya

masing-masing daerah yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan manusia

berupaya untuk mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan yang

menuntutnya selalu berhubungan dengan lingkungan, baik itu dalam

lingkungan fisik maupun non fisik. Proses pembentukan nilai-nilai kesenian

daerah ini telah berlangsung berabad-abad dan sudah teruji hingga membentuk

komponen yang terbukti, handal dan diyakini bisa mengarahkan kesejahteraan

lahir dan batin. Komponen seperti ini lah disebut jati diri.

Di Indonesia pada umumnya kekayaan budaya digambarkan dengan

beraneka ragam kesenian tradisional daerah yang beraneka ragam. Menurut

Asian Brain, 2010 (dalam H. Iin Warin:2010): ‗Indonesia memiliki kurang

lebih 389 suku bangsa yang memiliki adat istiadat, bahasa, tata nilai dan

kesenian yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya‘.

Jika dilihat fenomena saat sekarang ini derasnya arus modernisasi,

globalisasi, dan ketatnya puritanisme maka akan dikhawatirkan bisa

berdampak pudarnya rasa cinta atau rasa peduli terhadap kesenian tradisional.

Akibatnya kebudayaan lokal yang sudah dimiliki dan diwariskan oleh nenek

moyang terinjak-injak oleh budaya asing, tersingkir dikandangnya sendiri

sehungga dengan seiring berjalannya waktu akan terlupakan oleh para

pewarisnya, bahkan saat sekarang ini banyak masyarakat yang tidak

mengenali kesenian daerahnya sendiri terutama para remaja. Menurut WHO

yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara

masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO Batasan usia remaja adalah 12

2
3

sampai 24 tahun. Pada usia ini lah para remaja cenderung lebih bangga

terhadap karya-karya asing, dan gaya hidup kebarat-baratan dibanding budaya

lokal mereka sendiri.

Kota Yogyakarta merupakan ibu kota serta pusat pemerintahan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sultan Hamengku Buwono IX dan

juga Adipati Paku Alam VIII yang menjadi bagian dari Indonesia, yang mana

berkontribusi dalam melindungi simbol negara dan juga bangsa Indonesia

pada masa diawal kemerdekaan yang mana juga telah dicatat dalam sejarah

Indonesia. Hal ini merupakan suatu bentuk pemantulan refleksi filosofis

Kesultanan , Kadipaten, dalam masyarakat kota Yogyakarta yang secara

menyeluruh dengan mengagungkan bhineka tunggal ika. Selain itu juga kota

Yogyakarta juga merupakan kota yang memiliki masyarakat yang homogen

dimana pada masa awal kemerdekaan memadukan diri ke dalam masyarakat

Indonesia yang beragam baik dalam bentuk etnik, agama, maupun adat

istiadatnya.

Hal ini yang membawa masyarakat kota Yogyakarta menjadi bagian

kecil dalam masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, Daerah Istimewa

Yogyakarta harus mampu memberikan keharmonisan. Perpaduan sosial, dan

yang berkeadilan. Penyatuan masyarakat Yogyakarta sebagai bentuk kesatuan

masyarakat yang mempunyai kehendak yang tinggi dalam masyarakat

berbangsa dan jujuga bernegara dan juga dengan adanya Kesultanan dan

Kadipaten sebagai suatu bentuk institusi yang dikorbankan untuk rakyat yang

merupakan suatu bentuk kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

3
4

Selain itu juga merupakan Masyarakat Yogyakarta yang homogen pada

awal kemerdekaan meleburkan diri ke dalam masyarakat Indonesia yang

majemuk, baik etnik, agama maupun adat istiadat. Pilihan itu membawa

masyarakat Yogyakarta menjadi bagian kecil dari masyarakat Indonesia. Oleh

karena itu, Keistimewaan DIY harus mampu membangun keharmonisan dan

kohesivitas sosial yang berperikeadilan. Sentralitas posisi masyarakat DIY

dalam sejarah DIY sebagai satu kesatuan masyarakat yang memiliki kehendak

yang luhur dalam berbangsa dan bernegara dan keberadaan Kasultanan dan

Kadipaten sebagai institusi yang didedikasikan untuk rakyat merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan.Yogyakarta juga merupakan tempat kediaman

Sultan Hamengkubuwana dan Adipati Paku Alam. Kota ini merupakan salah

satu kota terbesar di Indonesia dan kota menurut Jumlah penduduk kota

Yogyakarta merrupakan kota keempat terbesar Pulau Jawa bagian selatan

setelah Malang,Bandung, dan Surakarta. Hal ini sesuai dengan salah satu

kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kotagede pernah menjadi pusat Kesultanan

Mataram antara kurun tahun 1575–1640. Keraton (Istana) yang masih

berfungsi dalam arti yang sesungguhnya adalah Keraton Ngayogyakarta dan

Puro Paku Alaman, yang merupakan pecahan dari Kesultanan Mataram.

Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo,

Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai

Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari

Semarang, dan 65 KM dari Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung –

Semarang – Surabaya – Pacitan. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m.

4
5

Ada pun batas-batas wilayah Yogyakarta sebelah utara berbatasan dengan

kabupaten sleman, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten bantul,

sebelah barat berbatasan dengan kabupaten sleman dan sebelah timur

berbatasan dengan kabupaten sleman.

Kota Yogyakarta terdiri atas 14 kecamatan diantaranya : Mantrijeron,

Keratin, Mergangsan, Umbul Harjo, Kota Gede, Gondokusuman, Danurejan,

Pakualaman, Gondomanan, Ngampilan, Wirobrajan, Gedongtengen, Jetis dan

Tegalrejo, secara umum berdasarkan BPS Kabupaten/Kota Jumlah penduduk

Kabupaten/ Kota di D.I Yogyakarta Pada tahun (2011) sebanyak 3.509.997

jiwa, pada tahun (2012) sebanyak 3.552.462 jiwa, pada tahun (2013) sebanyak

3.594.854 jiwa, pada tahun (2014) sebanyak 3.637.116 jiwa, pada tahun (2015)

sebanyak 3.679.176 dan pada tahun (2016) sebanyak 3.720.912 jiwa. Jika

dilihat berdasarkan jeniskelamin pada tahun 2017 jumlah penduduk kota

Yogyakarta sebanyak 200.425 Laki-laki, 210.496 Perempuan, dan total

keseluruhan sebanyak 410.921 jiwa.

Dewasa ini masyarakat Yogyakarta memasuki fase yang baru yang

m an a d i t and ai oleh suatu masyarakat secara hirarki yang juga

mengikuti bentuk hubungan yang tidak sejajar pada masa yang lalu, dan

juga masyarakatnya disisi lain juga mempunyai hubungan yang sejajar.

Meskipun hal ini sudah membawa perubahan yang mendasar, tetapi belum

bisa untuk menghilangkan kedudukan Kesultanan dan juga Kadipaten, sebagai

panutan berbudaya bagi seluruh mayarakat Yogyakarta, dalam menjalani

5
6

kehidupan masyarakatnya, yang menjadi ciri khas Keistimewaan Daerah

Yogyakarta..

Yogyakarta merupakan kota yang dikenal sebagian masyarakat sebagai

kota pelajar, selain itu kota Yogyakarta juga dikenal sebagi Kota Kesenian

yakni dikota ini beragam kesenian-kesenian daerah masih sangat kental dan

dijunjung tinggi oleh masyarakat Yogyakarta. Seperti contohnya wayang kulit

dan ketoprak mataram yang telah populer juga diluar Indonesia. Selain itu

berbagai seni tari juga telah beberapa kali ditampilkan di negara - negara lain

seperti Jepang. Jadi kita juga harus berbangga dengan budaya Indonesia

khususnya Yogyakarta yang telah berperan dalam mengharumkan nama

bangsa.

Sesuai dengan namanya, ketoprak mataram merupakan seni pertunjukan

yang mengisahkan mataram, Ketoprak mataram saat ini telah menjadi

warisan budaya, yang mana orang asing yang datang ke Indonesia yang mau

mempelajari kesenian tradisional ketoprak mataram, yang mana sampai saat ini

kesenian tradisional ketoprak mataram masih tetap disenangi sebagai seni

pertunjukkan yang menarik bagi masyarakat secara langsung dalam

pertunjukan di panggung-panggung seni ataupun disiarkan melalui TV. Akan

tetapi sesuai yang saya lihat dilapangan para remaja saat ini banyak yang

kurang mengerti atau bahkan tidak pandai memainkan kesenian ketoprak

mataram ini bahkan sudah sangat jarang dilaksanakan di Kota Yogyakarta.

Kebudayaan Jawa yang bersifat mencampurkan antara kepercayaan

sebelum datangnya Agama Hindu, setelah masuknya Agama Hindu di Jawa,

6
7

dan juga sampai masuk dan berkembangnya Agama Islam, dan juga

kebudayaan Jawa juga mengandung unsur yang umumnya berkaitan dengan

adat istiadat, sopan-santun, kesenian, mistik, dan falsafah Ketuhanan

(Endraswara, 2005 : 3). Dari beberapa uraian di atas maka dapat peneliti

menyimpulkan bahwa adalah kebudayaan Jawa yang bersifat mencampurkan

antara kepercayaan sebelum datangnya Agama Hindu, setelah masuknya

Agama Hindu di Jawa, dan juga sampai masuk dan berkembangnya Agama

Islam, dan juga kebudayaan Jawa juga mengandung unsur yang umumnya

berkaitan dengan adat istiadat, sopan-santun, kesenian, mistik, dan falsafah

Ketuhanan yang dibentuk untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat

kotaYogyakarta.

Penanaman nilai-nilai seni pada remaja bukan hanya sekedar

mengetahui saja akan tetapi merawat serta melestarikan kesenian itu sendiri

untuk itu Pendidikan mempunyai peran penting dalam menyelesaikan

masalah-masalah yang dialami remaja ataupun masyarakat. Sejalan dengan

harapan bangsa yaitu menghasilkan generasi muda yang unggul maka

khususnya dalam institusi pendidikaan yaitu sekolah dituntut untuk memiliki

tanggungjawab yang penuh. Sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional

dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003, pasal 3 menyebutkan,

―Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

7
8

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.‖

Kesenian daerah merupakan kesenian yang sangat dijunjung tinggi

oleh nenek moyang dan sebagian masyarakat adat. Akan tetapi yang terjadi

pada remaja sekarang sangat berbeda dengan apa yang kita pahami tentang

kesenian tradisional, bahkan kesenian daerah itu sudah terkikis dan

tergantikan oleh budaya asing yang sama sekali tidak kita mengerti. Untuk itu

sangat lah diperlukan peran kita sebagai tenaga pendidikan luar sekolah untuk

dapat memperhatikan seberapa besar kepedulian remaja khususnya dan

masyarakat pada umumnya terhadap pengaru kearifan lokal kesenian

tradisional ketoprak mataram terhadap nilai-nilai budaya jawa terutama untuk

para remaja yang ada dikota Yogyakarta.

Agar eksistensi kesenian daerah tetap bertahan, maka kepada generasi

penerus dan pelurus perjuangan bangsa terutama para remaja perlu

ditanamkan rasa cinta akan kebudayaan lokal di terutama di kota Yogyakarta.

Maka dari fenomena di tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai ―Pengaruh Nilai-Nilai Budaya Jawa Terhadap Kearifan Lokal

Masyarakat Melalui Kesenian Tradisional Ketoprak Mataram Dikota

Yogyakarta‖.

8
9

B. Identifikasi Masalah

Mengingat banyaknya fenomena-fenomena dan permasalahan yang

timbul dalam Pengaruh Nilai-Nilai Budaya Jawa Terhadap Kearifan Lokal

Masyarakat Melalui Kesenian Tradisional Ketoprak Mataram Dikota

Yogyakarta maka dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:

Pengaruh Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat di kota Yogyakarta

merupakan suatu fenomena sikap dan perilaku Masyarakat yang tidak berdiri

sendiri karena terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor

yang mempengaruhi dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor internal dan

faktor-faktor eksternal, Faktor internal yang mempengaruhi Nilai-nilai

kearifan lokal masyarakat di kota Yogyakarta yaitu Masyarakat itu sendiri dan

Kesenian tradisional ketoprak mataram di kota Yogyakarta sedangkan faktor

eksternalnya dapat berupa, Pengaruh nilai-nilai budaya, perkembangan

kesenian tradisional ketoprak mataram di kota Yogyakarta. Dalam konteks

hubungan diantara internal dan eksternal berbagai faktor tersebut, terdapat

sejumlah faktor yang berproses sebagai esensialisme budaya (sistem nilai

yang dianggap benar dan sudah ada sejak peradaban umat manusia) dan

konstruktifisme (yang memandang bahwa budaya merupakan struktur sosial

yang berlaku sebagai variable pengaruh bagi tindakan actor). Dengan

demikian demikian terdapat bemacam-macam pengaruh nilai-nilai budaya

Jawa terhadap kearifan lokal Masyarakat melalui kesenian tradisional

ketoprak Mataram dikota Yogyakarta.

9
10

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang terkait ada pada latar belakang cukup luas, sehingga

perlu adanya pembatasan masalah yang diteliti. Penelitian ini dibatasi pada:

1. Pengaruh nilai-nilai budaya Jawa terhadap kearifan lokal masyarakat kota

Yogyakarta.

2. Kesenian tradisional ketoprak mataram terhadap nilai-nilai budaya Jawa di

masyarakat kota Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Penelitian ini merujuk pada esensialisme budaya yang mana sistem

nilainya dianggap benar dan sudah ada.

Dari penjelasan diatas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah pengetahuan lokal yang terkandung dalam kesenian tradisional

ketoprak mataram berpengaruh terhadap masyarakat kota Yogyakarta

dalam melestarikan nilai budaya jawa?

2. Apakah keterampilan lokal yang terkandung dalam kesenian tradisional

ketoprak mataram berpengaruh terhadap masyarakat kota Yogyakarta

dalam melestarikan nilai budaya jawa?

3. Apakah proses sosial lokal yang terkandung dalam kesenian tradisional

ketoprak mataram berpengaruh terhadap masyarakat kota Yogyakarta

dalam melestarikan nilai budaya jawa?

4. Apakah Nilai edukasi yang terkandung dalam kesenian tradisional

ketoprak mataram berpengaruh terhadap masyarakat kota Yogyakarta

dalam melestarikan nilai budaya jawa?

10
11

5. Apakah Nilai religi yang terkandung dalam kesenian tradisional ketoprak

mataram berpengaruh terhadap masyarakat kota Yogyakarta dalam

melestarikan nilai budaya jawa?

6. Apakah keterampilan lokal, pengetahuan lokal, proses sosial, nilai edukasi,

dan nilai religi yang terkandung dalam kesenian tradisional

ketoprak mataram berpengaruh terhadap masyarakat kota Yogyakarta

dalam melestarikan nilai-nilai budaya Jawa?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh apakah pengetahuan lokal kesenian tradisional ketoprak

Mataram berpengaruh terhadap nilai budaya Jawa di kota Yogyakarta?

2. Untuk memperoleh apakah keterampilan lokal kesenian tradisional ketoprak

Mataram berpengaruh terhadap nilai budaya Jawa di kota Yogyakarta?

3. Untuk memperoleh apakah proses sosial lokal lokal kesenian tradisional

ketoprak Mataram berpengaruh terhadap nilai budaya Jawa di kota

Yogyakarta?

4. Untuk memperoleh apakah Nilai edukasi kesenian tradisional ketoprak

Mataram berpengaruh terhadap nilai budaya Jawa di kota Yogyakarta?

5. Untuk memperoleh apakah Nilai religi kesenian tradisional ketoprak

Mataram berpengaruh terhadap nilai budaya Jawa di kota Yogyakarta?

6. Untuk memperoleh apakah keterampilan lokal, pengetahuan lokal, proses

sosial, nilai edukasi dan nilai religi yang terkandung dalam kesenian

tradisional ketoprak mataram berpengaruh terhadap masyarakat kota

Yogyakarta dalam melestarikan nilai-nilai budaya Jawa?

11
12

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini nantinya diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1.Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

pendidikan luar sekolah melalui pengaruh nilai-nilai budaya Jawa terhadap

kearifan lokal Masyarakat melalui kesenian tradisional ketoprak Mataram

dikota Yogyakarta.

2.Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan

tentang nilai kearifan lokal dan kesenian tradisional ketoprak mataram,

khususnya masyarakat kota Yogyakarta, serta pengaruhnya terhadap nilai-

nilai budaya Jawa, adapun manfaat praktisnya dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

a. Manfaat Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pengetahuan kepada orang tua tentang arti pentingnya melestarikan

kebudayaan yang sudah ada semenjak dahulu hingga sekarang kepada

anak, khusunya dengan melihat pengaruh nilai-nilai budaya Jawa

terhadap kearifan lokal Masyarakat melalui kesenian tradisional

ketoprak Mataram dikota Yogyakarta.

b. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tidak hanya

memandang sebelah mata, yaitu bersikap acuh tak acuh terhadap nilai-

12
13

nilai budaya Jawa, kearifan lokal dan kesenian tradisional ketoprak

Mataram dikota Yogyakarta.

c. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai karya ilmiah, Penelitian ini diharapkan mampu menambah

wawasan dan pengetahuan kita terhadap kesenian tradisional ketoprak

mataram di kota Yogyakarta, dan juga bisa sebagai literature penelitian

berikutnya yang terkait dengan kearifan lokal masyarakat dan niali-

nilai budaya Jawa. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

bacaan dalam menambah wawasan peneliti dan dapat digunakan

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan.

13

Anda mungkin juga menyukai