Anda di halaman 1dari 13

Judul: Tergerusnya Warisan Budaya Batak Toba

Subtema: Sosial Budaya

Oleh:
Cheryn Gracia Nahampun (0073506191)
Tia Siagian (0086961175)

SMA NEGERI 2 LINTONG NIHUTA


Kec. Lintongnihuta, Kab. Humbang Hasundutan
Tahun 2023
TERGERUSNYA WARISAN BUDAYA BATAK TOBA

Indonesia adalah negara kepulauan dengan kekayaan alam melimpah dan


warisan budaya yang terbentang dari sabang sampai Merauke. Berbagai suku bangsa di
dalamnya melahirkan adat dan budaya yang membuat kekayaan Indonesia tidak ada
tandingannya. Ragam budaya yang masih terjaga terbukti mampu memukau mata dunia
mengenai budaya bangsa seakan tak ada habisnya.

Indonesia menyimpan segala pesona mulai dari alam, budaya, suku, dan adat
istiadatnya yang menjadi identitas tanah air yang tidak dapat dipungkiri budaya. Harta
kekayaan yang tidak ternilai harganya adalah identitas bangsa yang tidak asal di
ciptakan, tetapi mengandung nilai luhur dari lintas peradaban. Seiring perkembangan
zaman, warisan leluhur kita kini perlahan mulai terkikis. Generasi muda yang menjadi
pemeran utama seharusnya memahami apa itu budaya agar dapat membangun fondasi
karakter bangsa. Warisan budaya yang diturunkan secara turun-menurun bukanlah
sekedar tutur belaka melainkan sebuah modal untuk mengangkat citra bangsa di mata
dunia (Teuku Rasya).

Budaya Indonesia telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka sejak17


Agustus 1945. Budaya Indonesia dapat juga diartikan bahwa Indonesia memili beragam
suku bangsa dan budaya yang beragam seperti tarian daerah, pakaian adat, dan rumah
adat. Budaya Indonesia tidak hanya mencangkup budaya asli bumiputera, tetapi juga
mencangkup budaya-budaya pribumi yang mendapat pengaruh budaya Tionghoa, Arab,
India, dan Eropa.

Nusantara, atau lebih dikenal dengan nama Indonesia, memiliki


keanekaragaman yang begitu melimpah. Mulai dari agama, suku, ras, hingga adat
istiadat. Setiap daerah bahkan memiliki adat istiadat tersendiri. Dikutip dari laman
Indonesia.go.id, Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa,
lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut sensus BPS tahun 2010.
Dengan demikian, tak heran jika ditemui perbedaan di tengah rakyat Indonesia.
Dengan kondisi negara yang bersifat multikultural, Indonesia memiliki
semboyan yang berhubungan erat dengan keberagaman suku dan budaya , Bhineka
Tunggal Ika. Semboyan ini menunjukkan Indonesia adalah negara yang sangat
menghormati keberagaman. Tidak peduli latar belakang, gender ,ras ,suku ,dan
perbedaan lainnya, semua orang berhak menerima hak asasi manusia .Bahkan sudah
tertulis jelas di UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU Nomor
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Namun demikian, di era digital
ini sudah sering sekali ditemukan pelanggaran hak asasi manusia yang di sebabkan oleh
ibu ras.

Negara dengan keberagaman yang tinggi relatif mudah untuk terpecah-belah.


Apalagi, melihat kondisi saat ini yang dipenuhi dengan teknologi, di mana sudah sangat
mudah untuk menjalin hubungan dengan dunia luar, termasuk luar negeri. Negeri di luar
Indonesia memiliki banyak sekali kebiasaan yang bertolak belakang dengan Indonesia.
Banyak sekali budaya di luar negeri yang tidak akan kita temui di Indonesia, juga
banyak sekali budaya Indonesia yang tidak kita temui di luar negeri Globalisasi
memberikan manfaat dalam bidang budaya misalnya memperkaya budaya bangsa.
Namun, disisi lain memberikan ancaman terhadap keberadaan budaya lokal bangsa.

Apa contoh dari penyeragaman atau homogenisasi dalam globalisasi budaya?


Globalisasi dalam hal bahasa misalnya, bahasa inggris merupakan salah satu contoh
bahasa dunia. Semua orang belajar bahasa Inggris untuk dapat berkomunikasi dengan
masyarakat dunia.

Dalam globalisasi budaya disebarkanlah kesamaan semua kebudayaan di dunia.


Pada zaman sekarang budaya lokal dan tradisional terkadang muncul dalam komunitas
kecil saja, terpaku pada ruang dan waktu serta biasanya diperagakan , diciptakan ulang
secara tatap muka. Namun budaya global sudah pasti akan melintasi ruang dan waktu
melalaui teknologi komunikasi dan transportasi. Budaya global akan masuk ke negara
mana saja yang mengikuti arus globalisasi. Dengan globalisasi budaya semacam ini,
pelan-pelan budaya lokal akan tergeser.
Globalisasi yang merambah bidang budaya membuat masyarakat seharusnya
selektif memilih budaya dari luar dengan mengambil kebudayaan-kebudayaan yang
sesuai dengan kebudayaan lokal. Budaya lokal juga harus diangkat kembali agar tidak
tergerus dan hilang akibat globalisasi. Upaya untuk menyaring kebudayaan baru yang
masuk ke Nusantara dapat dilakukan oleh semua kalangan, terlebih para remaja.

Remaja adalah peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Anak remaja yang masih
merupakan pelajar saat ini adalah masa depan bangsa. Para pelajar memegang peranan
penting dalam pembangunan negara. Pembangunan bukan hanya tentang pemerintahan
dan fasilitas negara, tetapi juga tentang bagaimana kualitas sumber daya manusia.
Pelajar Indonesia saat ini adalah bakal pemegang kekuasaan masa depan bangsa. Jika
pelajar saat ini masih belum menerapkan sikap yang berkualitas, kecil kemungkinan
masa depan bangsa ini dapat disokong dengan baik.

Pelajar harus memiliki pemikiran kritis dan peka terhadap masalah apa yang dihadapi
dan sedang terjadi di masyarakat, kemudian menyampaikan pendapatnya dan turut
berpartisipasi atau terjun langsung dalam menghadapi permasalahan tersebut.
Permasalahan saat ini adalah sudah mulai bergesernya beberapa budaya lokal yang
sangat khas dari Indonesia.

Perkembangan teknologi bidang budaya menimbulkan berbagai efek negatif, misalnya


hilangnya suatu budaya asli daerah, terjadinya erosi nilai-nilai budaya, menurunnya
rasa nasionalisme dan patriotisme, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong,
kehilangan kepercayaan diri, gaya hidup yang tidak sesuai dengan ada kita. Oleh karena
itu, perlulah bagi kita untuk menyaring budaya -budaya luar uang masuk ke Indonesia
melewati riang dan waktu teknologi. Di sinilah peran para pelajar dibutuhkan. Pelajar
butuh berpikir kritis menghadapi dunia digital yang uang mengelilingi warisan-warisan
nusantara. Pelajar juga turut berperan dalam perkembangan di Indonesia dalam bidang
sosial-budaya di masa yang akan datang. Pelajar milenial adalah ujung tombak
perubahan yang peduli terhadap bangsa maupun daerahnya. Remaja milenial adalah
peralihan dari zaman kedaerahan menuju zaman teknologi. Beberapa pelajar, terlebih
murid menengah ke atas dan kuliah sempat mengenal dengan jelas beberapa budaya
lokal daerah masing-masing. Namun, seiring berkembangnya zaman, segala adat yang
sudah dipelajari dan dikenal dengan baik, sirna akibat terbawa segala kebudayaan luar
yang masuk melalui ruang dan dimensi digital. Contohnya saja, beberapa remaja
keturunan suku Pakpak tidak memahami berbahasa sesuai sukunya. Bisa saja karena
lingkungan, rasa gengsi, dan lain-lain. Sangat miris, bukan?

Penggunaan bahasa Indonesia penting untuk dikenal dengan baik, karena itulah
bahasa sehari-hari yang kitab gunakan untuk berkomunikasi, apalagi dengan orang luar
daerah kita. Namun, dengan cara seperti itu, ada kemungkinan bahasa daerah sendiri
tidak dapat dijangkau. Jika demikian, bahasa daerah tersebut dapat punah akibat tidak
ada yang meneruskan bahasa tersebut.

Menurut harianjogja.com , sebanyak 718 bahasa Indonesia mengalami


kemunduran tiap tahun. Kementerian Pendidikan Kebudayaan Reset dan Teknologi
mencatat 11 bahasa daerah yang telah punah 2019. Faktornya menurut prof. E.
Aminudin Aziz adalah penyempitan wilayah, rusaknya tata bahasa di penuturnya hingga
kurangnya daya dukung program yang di gencarkan. Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa juga menilai bahasa Jawa saat ini salam kategori tentang.
Penyebabnya, banyak penutur mudanya yang menurun dan banyak orang tua yang tidak
mengajari anaknya menggunakan bahasa daerah di rumah tangganya selain itu, Prof.
Aminudin juga beranggapan faktornya karena ada pengaruh bahasa asing, bahkan
mungkin juga bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia susah masif dan luas penggunaanya,
baik di kantor, keluarga, dan masyarakat.

Tidak hanya mengenai bahasa, ada juga beberapa warisan budaya Indonesia
yang terancam punah. Dilansir dari okezone.com penyebabnya bisa saja karena warisan
budaya tersebut luntur dimakan perkembangan teknologi canggih.

Dari beberapa kasus budaya lokal Indonesia yang sudah cukup memprihatinkan,
dapat disimpulkan sebagian besar alasanya adalah teknologi. Beberapa orang Indonesia
apalagi kaum pelajar tidak mampu menyaring budaya baru yang masuk dari luar. Jika
kita beranggapan bahwa itu adalah hal yang sepele, kita salah besar. Kecerobohan dalam
menerima segala informasi yang masuk baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri
dapat berakibat fatal. Mungkin selama ini, kita terlalu sering menggunakan bahasa
asing, terlebih bahasa Inggris dan terkadang kita campurkan dalam bahasa Indonesia.
Kesannya kita sangat hebat dalam bebahasa Inggris, tidak kita sadari kita sudah
menurunkan akurasi penggunaan bahasa lokal.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahasa Indonesia memang sangat penting
untuk dikenali. Namun, dalam lingkup daerah sendiri, lebih baik untuk menggunakan
bahasa lokal. Terlebih berbicara kepada satu daerah sendiri. Tidak hanya bahasa, juga
ragam budaya khas dari daerah tersendiri. Misalnya, makanan khas, tarian, pariwisata,
legenda, hingga sejarah daerah tersendiri. Dengan demikian, warisan Nusantara akan
senantiasa terjaga di tengah dunia dana yang penuh digitalisasi. Itulah alasan pentingnya
untuk memahami kebudayaan lokal. Memahami budaya lokal juga mempererat tali
persaudaraan antar satu golongan dan ras. Selain itu, juga akan mempererat rasa kasih
dalam perbedaan yang signifikan. Setiap orang bahagia dengan budayanya sendiri, juga
akan bahagia bersatu dengan orang-orang lain dari suku yang berbeda.

Mengenal budaya sendiri penting bagi kemajuan bangsa dan negara. Apalagi bagi
pelajar milenial, budaya lokal Indonesia menjadi aset kebanggaan bagi masyarakat
Indonesia. Mengenal keberagaman budaya Indonesia menjalin tali sosial yang semakin
mempererat bangsa Indonesia. Selain itu, teknologi yang mempermudah komunikasi
menembus ruang dan waktu, bahkan di luar negeri yang tidak pernah kita sentuh dapat
membantu untuk memajukan bangsa dan negara. Menggunakan segala jenis teknologi
sudah mudah untuk dilakukan. Di internet, segala yang kita publikasikan di umum
mampu menarik perhatian tidak hanya dua negara, bahkan satu dunia. Kesempatan ini
dapat digunakan untuk memperkenalkan karya Nusantara yang begitu multikultural.
Budaya lokal terjaga di tengah dunia fana, tetapi tetap dapat dikenal di era digital.

Fanatisme adalah paham yang mengalami obsesi berlebihan terhadap ajarannya.


Sikap dan paham seperti inilah yang telah salah mengambil definisi. Jika sikap seperti
ini dipegang oleh rakyat Indonesia terutama kaum pelajar, negara ini dapat terpecah
belah dan tidak dapat mengalami kemajuan.

Suku-suku pedalaman memiliki aturan untuk menolak peradaban modern,


sehingga kemungkinan terjaganya adat budaya suku tersebut sangat besar dan dapat
diberi kepastian. Bagaimana dengan kalangan strategis yang langsung menerima
globalisasi secara menyeluruh? Sulit untuk menjaga kebudayaan lokal saat banyak
orang yang lebih aktif mengikuti perkembangan budaya luar dibanding dengan alur
budaya lokal. Bahkan, banyak sekali masyarakat, terutama kaum pelajar yang malu
menunjukkan budaya asal daerahnya. Saat ini, hampir semua pelajar dari luar Jawa
mengincar pendidikan tinggi di Jawa. Ketika keluar dari daerah asalnya dan bergabung
dengan orang lain dari daerah lain, seketika budaya lokal dari daerah masing-masing
seolah-olah hilang. Alasannya kebanyakan adalah malu untuk menunjukkan budaya
lokal daerahnya, juga karena merasa budaya lokal itu sangat kuno dan tidak sesuai
dengan globalisasi. Padahal, budaya lokal luar negeri dapat terkenal di Indonesia karena
masyarakatnya tidak merasa malu dan sangat percaya diri untuk memperkenalkannya ke
dunia luar.

Jika dikatakan kuno, ada budaya lokal negara luar yang sudah ada, bahkan jauh
lebih lama daripada budaya lokal Indonesia. Salah satu alasan utama budaya Indonesia
tidak pernah berkembang secara baik adalah akibat orang Indonesia, apalagi kaum
terpelajar yang lebih pro terhadap luar negeri daripada dalam negeri. Kebanyakan lebih
menyanjung budaya luar negeri yang terkesan lebih menarik daripada dalam negeri
yang terkesan terlalu membosankan. Tidak banyak kaum pelajar yang percaya diri
memperkenalkan budaya lokal Nusantara kepada dunia yang serba digital ini. Saat satu
orang memperkenalkan budaya bangsa ke dunia, semua orang langsung merasa sangat
bangga dan merasa tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Padahal sebaliknya, satu orang
yang mau mempertunjukkan budaya lokal inilah yang seharusnya menjadi panutan bagi
pelajar lainnya.

Dilansir dari id.wikipedia.org, Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan yang


diakui sebagai identitas nasional atau jati bangsa. Definisi Kebudayaan Nasional
menurut TAP MPR No.ll tahun 1988, yakni ; “Kebudayaan nasional yang berlandaskan
Pancasila adalah perwujudan cinta, karya, dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan
keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat
sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada
pengembangan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian
Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, wujud, arti dan puncak-puncak kebudayaan lama dan asli
bagi masyarakat pendukungnya.”

Masing-masing daerah di Indonesia memiliki budaya tersendiri. Mulai dari suku,


ras, kesenian, rumah adat, pakaian adat, dan lain-lain. Seluruh masyarakat Indonesia
memiliki kewajiban untuk melestarikan budaya Indonesia. Pelestarian budaya ini
diperlukan agar tidak ada budaya yang hilang karena masuknya modernisasi ke
Indonesia.

Semakin berkembangnya teknologi, semakin banyak budaya asing yang


menyebar di masyarakat. Walaupun begitu, kita tidak bisa menuntut untuk menghapus
digitalisasi yang sudah tersear luas,bahkan banyak yang menyukainya. Tetapi hal
tersebut bukan menandakan bahwa generasi zaman sekarang akan kehilangan seluruh
jati diri sebagai bangsa yang kaya akan budaya.

Melihat budaya Indonesia yang semakin asing bagi bangsanya sendiri, pelajar saat
ini sebagai generasi milenial pemegang masa depan bangsa yang harus bisa
menyeimbangkan antara budaya lokal dengan budaya digital. Media sosial yang dipakai
hampir setiap harinya dapat dimanfaatkan untuk mengedukasi atau menyebarkan
pengetahuan tentang budaya kita sendiri kepada masyarakat umum, khususnya jagat
maya. Kemudian, menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehati-hari.
Banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk melestarikan warisan budaya di dunia
digital:

1. Mempelajari budaya bangsa

Sebelum kita melestarikan budaya bangsa, tentu perlu mengenal terhadap budaya itu
sendiri. Apabila sudah mengenal budaya sendiri dengan baik, masyarakat akan lebih
mencintai serta menghargai budaya bangsa. Untuk mengenal budaya lebih baik dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti berkunjung ke komunitas budaya, mencari tahu
budaya, hingga berpartisipasi dalam budaya.

2. Memperkenalkan budaya kepada orang lain

Apabila sudah mempelajari budaya bangsa, selaku masyarakat bangsa Indonesia


dapat mengenalkan kepada orang lain tentang budaya sendiri. Dengan dilakukan hal
seperti itu, budaya bangsa dapat dikenal dengan jangkauan yang lebih luas daripada
sebelumnya.

3. Memperkenalkan budaya kepada negara lain


Memperkenalkan budaya bangsa terhadap negara lain juga menjadi salah satu upaya
menjaga kelestarian suatu budaya. Tujuannya, negara lain dapat mengetahui dan
menghargai budaya Tanah Air.

4. Tidak terpengaruh pada budaya asing

Era teknologi yang semakin modern saat ini, budaya asing semakin mudah untuk
memasuki Tanah Air. Dalam hal ini, sebagai masyarakat tentu saja harus bijaksana
dalam menyikapi budaya asing yang masuk ke Indonesia. Ini karena suatu hal yang
tidak selaras dengan budaya sendiri, sebaiknya harus diwaspadai. Masyarakat harus
selalu menghargai dan melestarikan suatu kebudayaan pada bangsa sendiri. Dengan
demikian, budaya kita tidak luntur dan dapat diwariskan untuk generasi mendatang.

Kita dapat melestarikan kebudayaan dengan cara mengembangkan budaya itu


sendiri. Berbagai atraksi budaya yang dimiliki oleh berbagai suku bangsa di Indonesia
bisa hilang jika tidak diwariskan kepada generasi penerus bangsa. Unsur-unsur budaya
yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dapat dengan hanya diceritakan. Dengan
mengikuti dan mempelajari budaya bangsa, seiring dengan berjalannya waktu akan
muncul rasa mencintai. Pada akhirnya akan timbul keinginan untuk mengembangkan
dan melestarikannya. Atraksi Budaya sebagai komoditas daya tarik wisata.

Menurut peraturan bpk.go.id atraksi budaya adalah berbagai bentuk pertunjukan


dan/atau tontonan karya dan hasil karya seni, adat istiadat/tradisi, tata cara upacara
keagamaan yang unik dan menarik yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan untuk memperoleh nilai. Atraksi budaya yang dilakukan para generasi
penerus bangsa sangat membantu upaya pelestarian kebudayaan Indonesia. Oleh karena
itu, jika ada atraksi budaya di sekitar masyarakat kiranya agar ikut turut
mempelajarinya.

Mencintai budaya sendiri adalah hal yang mudah untuk dilakukan, hanya saja
masyarakat Indonesia memiliki pemikiran yang sempit dan menyerahkan tugas menjaga
budaya lokal kepada pemerintah. Padahal, jika pemerintah membuat suatu progam
untuk melestarikan budaya Nusantara, ada saja orang yang menolak dan menganggap
hal itu memalukan. Sebaliknya, jika pemerintah tidak membuat program untuk
melestarikan sosial-budaya bangsa, masyarakat Indonesia langsung cepat mengeluarkan
kata-kata untuk menyindir dan mengkritik pemerintah. Kebanyakan pelajar Indonesia
sangat egois. Pelajar Indonesia berlomba-lomba meraih pendidikan yang tinggi, apalagi
luar negeri. Namun, saat sudah sukses, banyak yang tidak merindukan tanah kelahiran
mereka dan melupakan semua kenangan tentang Indonesia. Dengan sikap begitu,
bukankah itu sudah merusak nama baik Indonesia?

Jika ingin meraih prestasi yang tinggi di tingkat internasional, alangkah baiknya
jika membawa nama baik Indonesia. Bagaimanapun, Indonesia adalah tempat kelahiran
yang juga perlu untuk maju. Jika semua pelajar melupakan Indonesia, siapa lagi yang
mampu membawa nama baik bangsa? Para pelajar mileniallah yang memegang masa
depan bangsa dan jika pelajar Indonesia melupakan Indonesia, segala kultur di
Nusantara dapat hilang semua. Punahnya budaya lokal Indonesia bukanlah hal yang
dinginkan rakyat Indonesia. Jika budaya bangsa punah, apa yang dapat kita banggakan
dari negeri ini?

Semua rakyat Indonesia menginginkan bangsa yang maju dan dikenal dunia.
Namun, rakyat Indonesia sendirilah yang meninggalkan negeri dan melupakan budaya
lokal. Budaya lokal yang berkembang berbanding lurus dengan teknologi dunia. Jangan
sampai teknologi dunia menelan semua budaya Indonesia hingga tak tersisa. Rakyat
Indonesia sebagai pemegang hak milik dari karya warisan nusantara harus mampu
dengan bijak mengikuti perkembangan globalisasi yang semakin besar, dan tetap
menjaga keberadaan budaya lokal Indonesia. Karena bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghargai budayanya.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyono. (2019, 23 Februari). Suku-suku Pedalaman Indonesia yang Menolak


Modernisasi, Siapa saja mereka?. nasional.sindonews.com
https://nasional.sindonews.com/berita/1381168/15/suku-suku-pedalaman-indonesia-
yang-menolak-modernisasi-siapa-saja-mereka

Wikipedia. (2023 , Agustus). Taman Mini Indonesia Indah. Wikipedia.com.


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia

Hardyanto. (2023, 16 April). Merdeka Belajar untuk Revitalisasi Bahasa Daerah yang
Terancam. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia
https://setkab.go.id/merdeka-belajar-untuk-revitalisasi-bahasa-daerah-yang-terancam/
#:~:text=Menurut%20Ethnologue%2C%20Indonesia%20memiliki
%20715,Nugini%20dengan%20840%20bahasa%20daerah

Wikipedia. 2023. Remaja. Wikipedia.com


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Remaja

Finaka, Andrean W., Yuli, Irfan. 2023. 718 Bahasa Daerah Tersebar di Indonesia.
Indonesia Baik.
https://indonesiabaik.id/infografis/718-bahasa-daerah-tersebar-di-
indonesia#:~:text=Indonesiabaik.id%20%2D%20Indonesia%20menjadi
%20salah,yang%20tersebar%20di%20tanah%20air
Marzadi, Zainul. (2023, 16 November). Peran Mahasiswa Milenial Sebagai Kunci
Peradaban Bangsa. Kabar Palli.
https://www.yourarticlelibrary.com/essay/cultural-globalization-short-essay-on-cultural-
globalization/31258

Salim, Mabruri Pudyas. (2022, 21 Juli). Multikultural Adalah Keberagaman Budaya,


Ketahui Faktor Pembentuknya. Liputan 6.
https://www.liputan6.com/hot/read/5020103/multikultural-adalah-keberagaman-budaya-
ketahui-faktor-pembentuknya#:~:text=Multikultural%20adalah%20kondisi
%20masyarakat%20yang,dari%20beragam%20suku%20dan%20budaya

Vanya Karunia Mulia Putri. (2022, 22 Februari). Dampak Kemajuan Teknologi di


Bidang Sosial dan Budaya. Kompas.
https://amp.kompas.com/skola/read/2021/04/09/142234669/dampak-kemajuan-
teknologi-di-bidang-sosial-dan-budaya

Wikipedia. (2023, 31 Oktober). Globalisasi. Wikipedia


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Globalisasi

Natalia. (2021, 18 November). Contoh Penyeragaman atau Homogenesis dalam


Globalisasi Budaya. Ruang Guru.
https://roboguru.ruangguru.com/forum/apa-contoh-dari-penyeragaman-atau-
homogenesis-dalam-globalisasi-budaya-_FRM-KUKLJXIA

Sejarah Sosial. (2023, 06 Mei). Pengaruh IPTEK Bidang Budaya. Kumparan.


https://m.kumparan.com/amp/sejarah-dan-sosial/5-dampak-negatif-iptek-di-bidang-
sosial-budaya-yang-wajib-diwaspadai-20LZloyW2e3
Silmi Nurul Utami. (2023 , 23 Oktober). Globalisasi Bidang Budaya dan Upaya
Menghadapinya. Kompas.
https://amp.kompas.com/skola/read/2022/10/23/103000669/globalisasi-bidang-budaya-
dan-upaya-menghadapinya

Widya, Zahratul, Rinaldi. 2023. Penggunaan Bahasa Indonesia. Pluginfile.phpl


https://lms.syam.ok.unm.ac.id/pluginfile.php/175044/mod_forum/attachment/20334/
Pemakaian%20Bahasa%20Indonesia.%20Kelompok%204.%20PBSI%20A
%2019-1-Compressed_compressed-Compressed-Compressed.pdf?
forcedownload=1#:~:text=Bahasa%20Indonesia%20yang%20baik%20dan
%20benar%20adalah%20Bahasa%20Indonesia%20yang,%2C%20pungtuasi
%2C%20istilah%2C%20dan%20tata

Puti Aini Yasmin. (2022, 24 Februari). Cara Melestarikan Budaya Daerah agar tidak
Hilang. iNews.
https://www.inews.id/amp/news/nasional/11-cara-melestarikan-budaya-daerah-agar-
tidak-hilang-simak-ya

Anda mungkin juga menyukai