Anda di halaman 1dari 24

Proposal

Desertasi
Prof. Dr. Ing. Ir. Eugenius Pradipto
Dr. Eng. Ir. Muhammad Sani
Roychansyah, M. Eng.

PENGARUH TRANSFORMASI STRUKTUR RUANG


DAN BENTUK ARSITEKTUR PERKAMPUNGAN
K U N O T E R H A D A P I D E N T I TA S K O TA
S U R A K A R TA

WAHYU PRABOWO
Pendahuluan

Identitas kota menjadi sebuah topik yang menarik pada era globalisasi sekarang ini, dimana perkembangan kota saat ini mengalami krisis identitas yang menyebabkan suatu
kota tidak memiliki karakteristik yang kuat dibandingkan kota yang lain. Menurut Castells (2000;93), Identitas merupakan sebuah sumber pemaknaan dan pengalaman
seseorang. Proses pengkonstruksian yang berasal dari seperangkat atribut kultural yang diprioritaskan kepada pemaknaan sumber-sumber yang lain sehingga identitas sendiri
bersifat majemuk, yang artinya identitas sendiri sebetulnya bersifat individu. Selain itu menurut Fasli (2003), Identitas sebuah kota adalah keunikan kondisi dan karakteristik
yang membedakannya dengan kota lainnya. Identitas kota adalah sebuah konsep yang kuat terhadap penciptaan citra (image) dalam pikiran seseorang yang sebelumnya tidak
pernah dipahami.
Fenomena memudarnya identitas kota dapat dilihat dari wajah kota yang mulai meninggalkan karakter kekhasan daerah setempat yang erat kaitannya dengan makna atau
memori kolektif warga kota dibandingkan dengan fungsi kota yang alih-alih mempertahankan bentuk, namun lebih mengedepankan kepada kemudahan fungsi kota. Kota
Surakarta merupakan kota kuno yang merupakan salah satu pusat politik dan kebudayaan Jawa, sejak tahun 1745 dipindahkannya Keraton Kartasura menjadi Keraton
Surakarta menjadi tonggak sejarah berdirinya Kota Surakarta yang berlandaskan kota budaya dibawah kekuasaan kerajaan Mataram Islam. Terjadinya perpecahan kerajaan
pada perjanjian Giyanti (1750) antara Surakarta dan Yogyakarta dan kemudian perjanjian Salatiga (1757), yang membagi Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran
memberikan pengaruh terhadap perkembangan Kota Surakarta secara menyeluruh. Kota Surakarta seperti terbagi menjadi dua wilayah yang berbeda pendekatan, karena
secara praktis Kota Surakarta mempunyai dua kiblat dalam satu wilayah administrative yang dipisahkan oleh batas-batas wilayah yang telah disepakati. Pembagian wilayah
tersebut tentunya berpengaruh pada lingkungan sekitar kerajaan-kerajaan tersebut, dimana lingkungan sekitar kerajaan-kerajaan tersebut yang dalam konsep kerajaan disebut
wilayah negaragung merupakan wilayah-wilayah penyangga kehidupan Keraton yang berbentuk perkampungan atau permukiman penduduk yang mempunyai fungsi layanan
kepada Keraton. Keluarga raja tinggal di lingkaran pertama yang dikelilingi benteng yang tinggi. Di lingkaran kedua adalah permukiman yang terdiri sentana dalem dan abdi
dalem, dan dikelilingi oleh benteng Baluwarti yang cukup tinggi dan kokoh. Sehingga permukiman yang mengelilingi wilayah inti keraton (kedhaton) ini, merupakan bagian
dari “negara” atau negari, keraton Kasunanan Surakarta. Maka permukiman tradisional / kampung-kampung yang berada di dalam benteng Baluwarti ini, penulis sebut
sebagai ‘kampung negari’. Hal ini juga untuk menjelaskan perbedaan bahwa yang dimaksud kampung negari adalah kawasan permukiman yang hanya dihuni oleh para
sentana dalem dan abdi dalem, tidak termasuk keluarga inti raja. Istilah ‘kampung’ sudah digunakan oleh RM.Sajid, dalam bukunya Babad Sala yang mengisahkan masa
pemerintahan Paku Buwana III (1749 -1788 M) dengan menyebut nama suatu tempat, misalnya: kampung Kadipiro, kampung Kedunglumbu, kampung Gambuhan, kampung
Carangan, dan kampung Jagalan, dll.
Dengan dimengertinya perjalanan terbentuknya struktur ruang kota di Kota Surakarta, selanjutnya penulis dapat melihat dinamika perubahan atau transformasi struktur ruang
perkampungan atau permukiman di Kota Surakarta yang akan mempengaruhi bagaimana wajah kota Surakarta saat ini. Dengan melakukan grand tour pada kawasan
perkampungan-perkampungan yang menjadi lokus penelitian, kemudian membuat layering waktu mulai masa awal terbentuk hingga pada masa saat ini sehingga bisa terihat
bagaimana transformasi perkampungan di Kota Surakarta.
Sumber Phrase Kategory Keywords
(Fasli, 2003). Identitas sebuah kota adalah keunikan kondisi dan karakteristik yang membedakannya dengan kota Identitas Kota Penciptaan Citra
lainnya. Identitas kota adalah sebuah konsep yang kuat terhadap penciptaan citra (image) dalam
pikiran seseorang yang sebelumnya tidak pernah dipahami

Castells, 2000;93 Identitas merupakan sebuah sumber pemaknaan dan pengalaman seseorang. Proses pengkonstruksian yang Identitas Kota Pemaknaan. Pengalaman
berasal dari seperangkat atribut kultural yang diprioritaskan kepada pemaknaan sumber-sumber yang lain
sehingga identitas sendiri bersifat majemuk, yang artinya identitas sendiri sebetulnya bersifat individu

Liliweri, 2007; 69 Identitas Berarti membuat sesuatu menjadi identic atau sama dengan mengakui keberadaan sesuatu yang Identitas Kota
dilihat, diketahui, digambarkan dan menghubungkan atau membuat sesuatu menjadi lebih dekat
(Flieringa, 1986 dalam Noor, 2016;115). Kampung merupakan salah satu bentuk permukiman urban di Indonesia. Kampung merupakan pusat Kampung Permukiman Urban, Konsep Keruangan, Waktu
pertumbuhan awal area kota dibentuk oleh konsep keruangan dalam kurun waktu yang sangat lama dan yang sangat lama, masyarakat pribumi
tempat bermukim mayoritas masyarakat pribumi

(Khudori, 2002). Kampung adalah satu-satunya jenis permukiman yang bisa menampung golongan penduduk Indonesia yang Kampung Permukiman
tingkat perekonomian dan tingkat pendidikan paling rendah meskipun tidak tertutup bagi penduduk
berpenghasilan dan berpendidikan tinggi

Setiawan,2001 dalam Noor,2016;115) Ciri-ciri kampung meliputi: (1) suatu bentuk permukiman urban di Indonesia; (2) kampung perpaduan Kampung Permukiman Urban, Permukiman formal dan
permukiman formal dan informal, dan (3) ciri kampung berada dalam status “abu-abu” legal pada satu informal
atau beberapa aspek (misalnya status tanah bersertifikat) dan tidak legal dalam aspek lainnya (misalnya
bangunannya tanpa ijin/IMB)

Koentjaraningrat (1990), kampung sebagai kesatuan manusia yang memiliki empat ciri yaitu interaksi antar warganya, adat istiadat, Kampung Interaksi, Adat Istiadat, Pola Tingkah laku
norma-norma hukum dan aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah lakunya

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) transformasi adalah perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya). Dapat dikaitkan juga dengan Transformasi Perubahan
perubahan struktur gramatikal menjadi struktur gramatikal lain dengan menambah, mengurangi, atau
menata kembali unsur-unsurnya
Prijotomo dalam Prastyanto (2015) Transformasi dalam bahasa indonesia dapat disamakan dengan kata pemalihan, yang artinya perubahan Transformasi Perubahan
dari benda asal menjadi benda hasilnya.

Susilo, 2011 Transformasi dapat diartikan mengadakan perubahan yang meliputi pada bentuk, tampilan luar, kondisi Transformasi Perubahan
alam atau fungsinya, dan transformasi juga dapat diartikan merubah karakter pribadi.
Keaslian Penelitian
No Nama Peneliti Judul Lokasi Penelitian Metode Penelitian Fokus/Hasil penelitian

1 Tri Hartanto Eksistensi Nilai-nilai Tradisi dan Kampung Baluwarti Naturalistik dan Eksistensi nilai-nilai tradisi
Budaya Keraton Sebagai Elemen Keraton Kasunanan. Historical Reading ddan budaya Keraton yang
Pembentuk Kekhasan Struktur masih eksis sampai
Ruang Kampung Nagari Keraton sekarang. Menguraikan
Surakarta. karakter khas arsitektur
Keraton yang masih
bertahan dalam kampung
Baluwarti, namun juga
keadaan sosial kultural yang
masih bertahan disana.
2 Darsiti Soeratman Kehidupan Dunia Keraton Keraton Kasunanan Dokumenter dan Tata cara norma kehidupan
(1989) Surakarta 1830-1939 Surakarta metode sejarah. keraton termasuk dalam
konsep tata ruang kawasan
yang menerapkan pola
mancalima (mengutip
pendapat G.P. Rouffaer).
Uraian tentang kaitan
budaya arsitektural keraton
diambil dari pendapat
L.Adam, Th.Pigeaud, serta
B.H.M. Vlekke.
3 Kusumastuti (2016) Proses dan Bentuk “Mewujudnya” Kota Surakarta Studi kasus Melihat bagaimana proses
Kota Solo Berdasarkan Teori City terciptanya dan bentuk Kota
Shaped Spiro Kostof Surakarta melalui teori City
Shaped.
No Nama Peneliti Judul Lokasi Penelitian Metode Penelitian Fokus/Hasil penelitian

4 Indah Yuliasari Hakekat Arsitektur Kampung Kampung Kalisari Kualitatif Deskriptif Penemuan kembali jati diri kota
(2020) Kota Dalam Konteks Filosofis Semarang. sebagai bagian hidup masyarakat
dalam upaya pemenuhan kebutuhan
warga kampung dan peningkatan
kualitas lingkungannya dapat
dilakukan secara berkelanjutan
(sustainable) atas dasar
kearifan‐kearifan tradisional
(indigenous knowledge). Secara
arsitektural tata nilai kekerabatan ini
berkaitan dengan konsep batas dan
teritori, kedekatan tempat tinggal
(spatial proximity), ruang komunal,
serta pola topologi
5 Jo Santoso (2008) Arsitektur Kota Jawa Kosmos, Kota-kota Di Dokumenter dan Melihat Konsep Terbentuknya Kota di
Kultur dan Kuasa Jawa metode sejarah. wilayah Jawa melalui aspek non fisik
berupa kepercayaan terhadap konsep
Kosmoologi dan makna kultural
6 Purnawan Pengantar Sejarah kota Kota Surakarta Deskriptif dan Metode Menguarikan Sejarah terbentuknya
Basundoro (2012) Sejarah suatu kota dan perkembangannya
dalam pandangan sejarah. Dalam
penelitian ini tidak hanya berbicara
mengenai arsitektur namun juga dari
potret sejarah, dan kehidupan sosial
kultural masyarakat
No Nama Peneliti Judul Lokasi Penelitian Metode Penelitian Fokus/Hasil penelitian

7 Widiati Pertiwi Pembentukan Identitas Kota Kota Surakarta Kualitatif Deskriptif Upaya Pemerintah Kota Surakarta
(2012) Solo Oleh Pemerintah Kota dalam memberikan identitas kota
melalui program city branding yang
memperkuat citra kota menjadi kota
Budaya
8 Eko Nursanty Kawasan Warisan Kota Kota Surakarta Dokumenter dan Melihat Konsep Terbentuknya Kota di
(2020) Surakarta : Studi Tentang metode sejarah. wilayah Jawa melalui aspek non fisik
autentisitas kota berupa kepercayaan terhadap konsep
Kosmoologi dan makna kultural
9 Aldo Rossi The Architecture of The City

10 Yi Fu Tuan Space and Place

11 Sri Margana dan Kota-kota di Jawa ; Identitas,


M. Nursam (2010) Gaya Hidup, dan Permasalahan
Sosial
12 Abidin Kusno Zaman baru Generasi Modernis;
(2012) Sebuah Catatan Arsitektur
Kerangka Teori
Sense Of
Makna
Place

Place
(Arsitektur) Melalui Studi Literatur dan
Image Of Place
Struktur Wawancara mengenai
The City Making
Space memori kolektif masyarakat
(Kampung)

City
Identitas
Branding

Teori Utama Teori Pendukung

Kampung Kampung
Image Of
Kota PROSES TRANSFORMASI Kota
The City
Lama Melalui Studi Literatur, dan Eksplorasi Baru
KONSEPSI Transformasi
Identitas Kota Surakarta
Entitas Budaya Entitas Budaya
Entitas Kerajaan Identitas Kota Surakarta identic dengan
Keraton Teritori/Wilayah Keraton Keraton
Surakarta Kekuasaan Surakarta
keberadaan Kerajaan Mataram islam yang
Surakarta
ada di Kota Surakarta. Terdapat dua
Kerajaan hasil perpecahan Kerajaan
Mataram Islam yang bertempat di Kota
Surakarta yaitu Keraton Kasunanan
Kota Batas Wilayah mulai
Kerajaan / Batas
kabur menjadi satu
Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Kedua
Keraton Wilayah kerajaan tersebut merupakan dua entitas
kota administrtif
kerajaan yang berkembang menjadi dua
wilayah yang memiliki karakter yang
berbeda. Karakter terssebut berkembang
Pura Pura Pura
Mangkune
Teritori/Wilayah
Mangkune Mangkune
menjadi sebuah wilayah perkotaan yang
Entitas Kerajaan Kekuasaan
garan garan garan memiliki keunikan dimana terdapat dua
Entitas Budaya Entitas Budaya kerajaan dalam satu wilayah teritori
perkotaan utamanya setelah masa
Kota Surakarta Kota Surakarta
kemerdekaan Republik Indonesia. Hingga
saat ini karakter masing-masing eks
Identitas Kota kerajaan yang khas masih terlihat dan
IDENTITAS KOTA Masa Kemerdekaan memberikan identitas kota Surakarta. Hal
Surakarta ini yang menjadi perhatian peneliti untuk
melihat bagaimana transformasi identitas
kota yang berawal dari dua kerajaan
Transformasi Identitas Kota Surakarta menjadi satu wilayah perkotaan.

Kesimpulan Peneliti
Spirit
Kota Kota Surakarta of Java
Budaya

Keraton
Kota
Kasunanan
Layak
Wilayah Kuthonegoro Anak

Kota
Batik
Batas Wilayah
Wilayah Kuthonegoro
Kota
Keraton Pura MICE
Mangkunegaran
Kota Kota
Kuliner Layak
Anak

Identitas Kota?
Lokus Penelitian
Kota Surakarta
Lokus Penelitian ini adalah Kota
Surakarta yang terbagi atas dua
wilayah kerajaan yaitu Keraton
Surakarta dan Pura Mangkunegaran.
Pada Peta Kota Surakarta tersebut
telah terdapat batas-batas kelurahan
secara administrative, namun perlu
diketahui secara pasti batas-batas
definitive kedua kerajaan yang
menghuni kota Surakarta sehingga
dapat diketahui bentuk kota kerajaan
(negaragung) dari kedua kerajaan dan
diketahui bagaimana karakteristik
perkampungan dari kedua kerajaan
tersebut sehingga dapat memberikan
penjelasan mengenai bagaimana
pengaruh kampung-kampung tersebut
dalam membentuk identitas Kota
Surakarta

Sumber : Rekadwipa, 2022


Berikut adalah peta Kota
Mangkunegaran, salah satu wilayah
kerajaan yang berkembang di Kota
Surakarta dibawah kekuasaan Pura
Mangkunegaran.
Pada peta tahun 1939 ini terdapat
tugu-tugu batas yang menjadi batas
administrative antara Pura
Mangkunegaran dengan Keraton
Kasunanan Surakarta, sehingga
terlihat jelas pembagian kedua
wilayah kekuasaan yang membagi
Kota Surakarta menjadi dua wilayah
dengan karakteristik yang berbeda.

Sumber : Reksopustoko, 2022


Berdasarkan dari peta Kota
Batas Administratif dua Lokasi Pura
kerajaan berdasarkan peta Mangkunegaran Mangkunegaran Tahun 1939, maka
Kota Mangkunegaran dapat dilakukan pemetaan batas
Reksopustoko tahun1939 administrative dua kerajaan di Kota
Surakarta dan menentukan
kampung-kampung mana saja yang
menjadi wilayah kekuasaan
Keraton Kasunanan Surakarta dan
mana kampung yang menjadi
wilayah kekuasaan Pura
Mangkunegaran.
Dari penentuan kampung kota
tersebut penulis mencoba untuk
meneliti satu per satu korelasi
antara kampung dengan kerajaan
dan kampung dengan penciptaan
citra kota melalui teori identitas
kota dan place making guna
melihat sejauh mana kampung-
kampung di kota Surakarta mampu
Lokasi Keraton memberikan identitas kota bagi
Kasunanan Surakarta Kota Surakarta.
Peta Batas Wilayah
Keraton Kasunanan –
Puro Mangkunegaran
Berikut merupakan data batas
wilayah antara Keraton Kasunanan
dengan Puro Mangkunegaran
berdasarkan peta Kutho
Mangkunegaran tahun 1939 bila
diterapkan pada Kota Surakarta saat
ini.
Sebaran Aset/bangunan strategis tahun 1946
Sebaran Land Mark
Kota Surakarta

Wilayah Keraton Kasunanan


1. Stadion Sriwedari
2. Masjid Agung
1 3. Benteng Vastenburg
4. Balaikota Surakarta
4 5. Pasar Gedhe
3
6 6. RSUD dr. Moewardi
2 7
5 7. Solo Techno Park
6
7 8
8. Kampus UNS

Wilayah Pura Mangkunegaran


1
4 5 1. Tugu Makutha
3 2. Stadion Manahan
2 3. Taman Balekambang
4. Terminal Tirtonadi
5. Stasiun Balapan
6. Masjid Zayed
7. Villa Park Banjarsari
Sebaran Aset Kantor
Pemerintahan
Berikut merupakan peta data sebaran
asset kantor pemerintahan yang ada di
Kota Surakarta. Kantor Pemerintahan
menjadi parameter identitas kota karena
merupakan bangunan public yang dapat
diakses masyarakat dan merepresentasi
pemerintah kota
Sebaran Aset Pasar

Berikut merupakan peta data sebaran


asset pasar yang ada di Kota Surakarta.
Pasar menjadi parameter identitas kota
karena merupakan bangunan public
yang dapat diakses masyarakat dan
merepresentasi bentuk kearifan local
daerah sekitar pasar
Sebaran Aset Taman

Berikut merupakan peta data sebaran


asset taman atau ruang terbuka yang
ada di Kota Surakarta. Taman atau
ruang terbuka menjadi parameter
identitas kota karena merupakan ruang
public yang dapat diakses masyarakat
dan mampu menimbulkan memori
kolektif masyarakat
REFERENSI
Adi Susilo, Gatot. 2015. Transformasi Bentuk Arsitektur Jawa. Jurnal Spectra Vol. XIII Nomor 25. Program Studi Arsitektur, FTSP-ITN Malang.
Basundoro, P. 2012. Pengantar Sejarah kota. Ombak. Yogyakarta
Hamidah, Noor., Rijanta, R., Setiawan, B., Aris Marfai, M., (2016). Kampung Sebagai Model Permukiman Berkelanjutan Di Indonesia. Jurnal INERSIA, Vol. XII
No. 2, Desember 2016. 115.
Handinoto. 2010. Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa Pada Masa Kolonial, Graha Ilmu.
Hartanto, Tri. 2016. Eksistensi Nilai-nilai Tradisi dan Budaya Keraton Sebagai Elemen Pembentuk Kekhasan Struktur Ruang Kampung Nagari Di Surakarta.
Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kusumastuti. 2016. Proses dan Bentuk “Mewujudnya” Kota Solo Berdasarkan teori City Shaped Spiro Kostof. Jurnal Region Vol. 1 Nomor 1. Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kusno, A. 2012. Zaman Batu Generasi Modernis Sebuah Catatan Arsitektur. Ombak. Yogyakarta
Koentjaraningrat (1990), Pengantar Ilmu Antropologi. PT.Rineka Cipta, Jakarta
Khudori, K., (2002). Menuju Kampung Pemerdekaan ; Membangun Masyarakat Sipil dari akar-akarnya belajar dari Romo Mangun di pinggir kali Code. Yayasan
Pondok Rakyat. Yogyakarta.
Littman, J.A. 2009. Regenerative Architecture : A Pathway Beyond Sustainability. Thesis : University of Massachusetts Amherst
Margana, S. Nusram, M. 2010. Kota-kota Di Jawa Identitas, gaya Hidup dan Permasalahan Sosial
Nursanty, E. 2020. Kawasan Warisan Kota Surakarta : Studi Tentang autentisitas kota.
Prijotomo, Joseph. 2006. Arsitektur Jawa. Wastu Lanas Grafika. Surabaya.
Qomarun; Prayitno, Budi. 2007. Morfologi Kota Solo. Jurnal Dimensi Vol. 35 Nomor 1. Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Kristen Petra.
Rossi, A. 1982. The Architecture of The City. The MIT Press. New York.
Santoso, Jo. 2008. Arsitektur-Kota jawa Kosmos, Kultur dan Kuasa. Centropolis. Jakarta
Soeratman,D. 1989. Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939.
Tuan, Y.F. 2001. Space and Place The Perspective of Experience. University of Minnesota. London.
Yuliasari, I. 2020. Hakekat Arsitektur Kampung Kota Dalam Konteks Filosofis. Lakar : Jurnal Arsitektur. Volume 03 No 02 (2020), 118 – 124.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai