(Sachrul Ramadan)
Sachrul Ramadan
ABSTRAK. Etnis Tolaki, adalah salah satu dari tiga kelompok etnis utama di Sulawesi Tenggara yang
memiliki gaya dan bentuk budaya yang spesifik. Bentuk budaya yang spesifik diwujudkan dalam
obyek yang menjadi simbol budaya disebut Kalo Sara. Kalo Sara terdiri dari tiga elemen benda atau
bahan, yaitu Rotan, Kain Putih dan Lingkaran (terbuat dari Rotan) ketiga komponen bahan dan benda
tersebut merupakan bahasa simbolis yang melambangkan semua aspek kehidupan sosial masyarakat
Tolaki. Penelitian ini akan mengeksplorasi nilai ruang dan bentuk rumah adat Tolaki dalam kaitannya
dengan Kalo Sara sebagai unsur tertinggi dalam Tatanan Budaya Tolaki. Subyek yang akan diteliti
adalah penafsiran Kalo Sara sebagai unsur budaya tertinggi dalam esensi budaya terhadap komposisi
ruang, bentuk dan makna dalam rumah tradisional Tolaki. Hasil penelitian menemukan bahwa Kalo
Sara sebagai simbol budaya di komunitas Tolaki sangat erat dan melekat dalam konfigurasi ruang
rumah tradisional Tolaki. Inti dari ruang yang mendefinisikan sifat Kalo Sara dari seluruh pengaturan
ruang disebut istilah Siwolembatohu.
ABSTRACT. Ethnic Tolaki, is one of the three main ethnic groups in southeast Sulawesi that have a
specific cultural style and form. A particular cultural form is manifested in an object that becomes a
cultural symbol called Kalo Sara. If Sara is made up of three elements of matter or material, namely
Rattan, White cloth and Circle (made of Rattan) the three components of the material and the object is
a symbolic language symbolizing all aspects of the social life of the Tolaki community. This research
will explore the value of space and customs house form Tolaki concerning Kalo Sara as the highest
element in the Tolaki Cultural Organization. The subjects to be studied are the interpretation of Kalo
Sara as the most top cultural element in the essence of culture to the composition of space, form, and
meaning in Tolaki traditional house. The results of the study found that Kalo Sara as a cultural symbol
in the Tolaki community is intimately tied to the traditional Tolaki house space configuration. The core
of the space that defines the Kalo Sara nature of the whole spatial arrangement is called the
Siwolembatohu term.
14
5
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 17 Nomor 2 Juli 2018:145-154 https://doi.org/10.24853/nalars.17.2.145-154
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832
pemahaman tentang konsep dasar arsitektur kesatuan dan persatuan warga orang
Tolaki, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam Tolaki asal satu nenek moyang
pengembangan arsitektur lokal yang berkaitan c. Kalo adalah symbol dari unsur pimpinan
dengan konsep kekinian dan diharapkan kelompok sosial kecil, adat dalam
identitas lokal ini tetap lestari dan kehidupan kelompok kecil itu, dan wadah
berkesinambungan. lingkungan kecil tempat tinggal warganya.
Tiga unsur dari pimpinan itu adalah :
PENGARUH BUDAYA DAN RELIGI Tonomotuo ( ketua Kelompok )
TERHADAP BENTUK RUMAH Tamalaki ( Kepala pertahanan )
Mbu’ akoi ( Dukun kelompok )
Rapoport mengemukakan bahwa rumah dan d. Pada tingkat kerajaan, kalo adalah symbol
permukiman berhubungan erat dengan dari tiga unsur pimpinan kerajaan yaitu :
kebudayaan, antara lain terlihat pada Mokole (raja)
pandangan hidup, konsepsi tentang Sulemandra (PM)
dunia/alam semesta dan organisasi sosial dari Tutuwi Motaha (aparat pertahanan)
masyarakat yang bersangkutan. Rapoport juga e. Kalo adalah juga simbol dari cita-cita
mengemukakan bahwa tata lingkungan politik kerajaan, yaitu Persatuan dan
merupakan penampilan fisik dari suatu system Kesatuan, Kesucian dan keadilan,
dan penataan bangunan merupakan suatu Kemakmuran dan kesejahteraan
sifat dasar dari alam pikiran manusia. f. Kalo adalah ekspresi alam semesta
Penataan sering didasarkan atas hal yang dengan isinya, dimana alam semesta
suci, karena religi dan ritual menjadi pusat menurut orang Tolaki terdiri atas tiga
walaupun bagian-bagian lain juga memainkan bagian yaitu :
peran, karena masyarakat tradisionil adalah Hanu mendoda (alam nyata)
religius maka lingkungan buatan yang dibuat Hanu Metoku ( alam bayangan)
mencirikan hal yang suci karena hal itulah Hanu Tehi (alam gaib)
yang menunjukkan makna yang paling berarti. Alam nyata menurut orang Tolaki terdiri atas
[2] tiga bagian yaitu :
Lahuena (langit)
Melalatoa dalam triyanto, mengemukakan Wawowuta (permukaan bumi)
konsepsinya bahwa suatu karya arsitektur,
Puriwuta (dasar bumi)
bukanlah sekedar hasil karya seni bangunan
yang mengekspresikan tentang keindahan Dijelaskan juga oleh Tarimana Rauf,
atau hal-hal yang bersifat fisik semata, Masyarakat tolaki mempunyai tujuh unsur
melainkan didalamnya tersirat pesan-pesan kebudayaan yang menjadi tonggak dalam
budaya yang mengandung unsur system berkehidupan. Hakekat dari ketujuh unur
budaya masyarakat yang bersangkutan. [3] kebudayaan tersebut sangat terkait dengan
simbol Budaya Kalo Sara. Berikut gambar
KALO SARA SEBAGAI EKSPRESI susunan Kalo Sara dan hubungannya dengan
SIMBOLIK MASYARAKAT TOLAKI Konsep kebudayaan Masyarakat Tolaki.[1]
Kalo merupakan benda yang disakralkan oleh Pemahaman umum akan Fungsi sosial Benda
masyarkat Tolaki, ia terdiri atas tiga bagian Budaya yang bernama kalo sara, biasanya
yaitu; lilitan rotan yang membentuk lingkaran, menjadi bagian kelengkapan yang harus
kain putih dan anyaman berbentuk segi empat. disertakan dalam pelamaran, membuat
Kalo adalah bahasa simbolik yang kesepakatan dalam penyelesaian pertikaian
menyimbolkan segala aspek hakikat dari dan Upacara adat khusus lainnya. Tanpa
kehidupan sosial masyarakat tolaki oleh keikutsertaan benda budaya ini dalam
karena itu Kalo disimbolkan sebagai fokus kegiatan soial peradatan maka kegiatan
kebudayaan Tolaki. Dijelaskan oleh Tarimana tersebut tidak syah dan afdol.
Rauf [1] :
a. bahwa Kalo Sara adalah symbol dari
unsur-unsur keluarga inti (ayah, ibu dan
anak), adat dalam kehidupan rumah
tangga dan rumah tangga itu sendiri
sebagai wadah kehidupan keluarga inti.
b. Kalo adalah symbol dari unsur kerabat,
kalo adalah simbol dari kelompok kerabat
ambilinial luas yang mengekspresikan
146
Interpretasi Kalosara dalam Rumah Adat Tolaki
(Sachrul Ramadan)
Lingkaran Rotan
01
02 Kain Putih
03 Anyaman
Keterangan :
1. Bahasa 5. Sistem Pengetahuan
14
7
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 17 Nomor 2 Juli 2018:145-154 https://doi.org/10.24853/nalars.17.2.145-154
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832
dimulainya panen dan biasanya ditempati b. Kalo adalah ekspresi alam semesta
oleh beberap keluarga dengan isinya, yaitu Hanu mendoda
Laika landa, rumah sementara yang (alam nyata), Hanu Metoku ( alam
dihuni satu keluarga, didirikan di tepi bayangan), Hanu Tehi (alam gaib)
kebun untuk persiapan panen c. Alam nyata menurut orang Tolaki
Patande, adalah jenis rumah yang terdiri atas tiga bagian yaitu : Lahuena
didirikan ditengah-tengah kebun sebagai (langit). Wawowuta (permukaan bumi),
tempat istirahat Puriwuta (dasar bumi)
Laika Mborasaa, rumah jaga d. Hunian tradisional tolaki terkandung
Laikandoiaha, rumah besar khusus nilai mikrokosmis yang diatur dengan
tempat tinggal raja. cara yang sama seperti alam.
Laika wuta, jenis rumah tempat tinggal 2. Teori Nilai berupa teori tentang alasan
yang lebih kecil dari laikalanda manusia percaya terhadap sesuatu
Laikawalanda, Jenis rumah yang panjang kekuatan yang dianggap lebih tinggi dan
Kataba, yaitu rumah papan yang teori tentang alasan manusia melakukan
menggunakan sandi beberapa hal dengan cara yang beraneka
warna untuk mencari hubungan dengan
METODE PENELITIAN kekuatan-kekuatan tadi.
3. Teori Hunian bahwa Rumah tradisional
Penelitian ini akan mengeksplorasi nilai ruang adalah gambaran duniawi citra sorgawi,
dan bentuk rumah adat Tolaki dalam kaitannya yang mencakup poros bumi, pusar dunia,
dengan Kalo Sara sebagai unsur tertinggi arah-arah pokok, sifat bulat, sifat segi
dalam Tatanan Budaya Tolaki. Subyek yang empat panjang, semua merupakan upaya
akan diteliti adalah penafsiran Kalo Sara untuk membedakan daerah yang suci
sebagai unsur budaya tertinggi dalam esensi dan tidak suci.
budaya terhadap komposisi ruang, bentuk dan
makna dalam rumah tradisional Tolaki. INTERPRETASI KALO SARA DALAM
RUMAH TRADISIONAL TOLAKI
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode Rasionalistik dengan pendekatan Tatanan Rumah Tradisional Tolaki.
kualitatif. Teori-teori yang ada pada Rumah Tradisionil berbentuk rumah panggung
pendekatan rasionalistik, tidak mengikat hanya yang menggunakan tiang-tiang bundar (tusa).
dipakai untuk langkah awal melihat obyek Tidak menggunakan pondasi seperti halnya
penelitian. Bentuk dari landasan teori ini rumah-rumah tradisionnil yang lain. Tiang
adalah kualitatif yang digunakan sebagai alat ditanam sedalam satu hasta. Tinggi tiang dari
untuk melihat kalosara dan permukaan tanah hingga ke permukaan lantai
menginterpretasikannya. diperkirakan kerbau bisa masuk di bawahnya;
kurang lebih 2 m. Jumlah tiang dalam rumah
Pengambilan data dilakukan dengan observasi tradisional Tolaki minimal 9 tiang. Kesembilan
dan wawancara kepada para sesepuh dan tiang inilah yang menjadi core elemen dalam
tokoh masyarakat. Langkah penelitian adalah rumah tradisionil Tolaki.
pengambilan data, dilanjutkan dengan
pemilahan data baik berupa data gambar, foto, Kesembilan tiang-tiang tersebut diperkuat oleh
wawancara. Langkah berikutnya adalah balok melintang (powuatako) dan memanjang
menganalisis dengan bantuan teori dan (nambea). Dalam jajaran ke-9 tiang ini
dilanjutkan dengan interpretasi sebagai terdapat satu tiang utama yang disebut
langkah akhir dari analisis. dengan tiang petumbu yang terletak di tengah
baris dan lajur kesembilan tiang ini. Tiang
Landasan Teori petumbu adalah tiang yang pertama kali
Landasan teori yang akan digunakan sebagai ditanam dan pemasangannya dilakukan pada
kajian untuk membahas dan menganalisis subuh hari (sebelum matahari terbit). Setelah
tema ini sebagai berikut : petumbu didirikan, 4 hari atau lebih baru
1. Teori Lokal Berupa, didirikan tiang-tiang lainnya dengan maksud
a. masyarakat tolaki mempunyai Tujuh untuk melihat dalam jangka waktu tersebut
unsur kebudayaan yang menjadi apakah akan terjadi sesuatu terhadap tiang
tonggak dalam berkehidupan. Hakekat petumbu. Jika tidak terjadi sesuatu maka
dari ketujuh unsur kebudayaan dilakukan pemasangan kedelapan tiang yang
tersebut sangat terkait dengan simbol lainnya.
Budaya yang bernama “Kalo Sara”
148
Interpretasi Kalosara dalam Rumah Adat Tolaki
(Sachrul Ramadan)
Setelah kesembilan tiang berdiri yang pertama Kesembilan tiang ini dalam bahasa Tolaki
dipasang adalah balok powuatako (A) pada disebut siwolembatohu merupakan simbol dari
sisi dalam tiang arah bagian belakang rumah, delapan penjuru mata angin. Tiang petumbu
selanjutnya balok B dan C. Setelah balok merupakan pusat dari siwolembatohu. Oleh
powuatako dipasang selanjutnya pemasangan karena itu, inilah yang menjadi dasar
balok nambea (1) dimulai dari arah kanan pemikiran mengapa tiang petumbulah yang
rumah, kemudian menyusul nambea 2 dan pertama kali dibangun bahkan dalam
nambea 3. Semua Powuatako dan nambea, pemasangannya diikuti oleh upacara ritual dan
baik yang melintang maupun yang memanjang pada bagian puncaknya selalu ada sesaji guna
yang menempel pada tiang dipinggir luar memohon kepada Tuhan agar seisi rumah
badan bangunan, harus ditempatkan di yang menempati rumah ini dapat terhindar dari
belakang tiang agar setelah dinding dipasang berbagai bahaya yang datang dari delapan
tiang tak akan kelihatan dari luar, karena penjuru mata angin.
terhalang oleh dinding.
III. UTARA
C
BARAT B TIMUR
A nambea
1 2 3
SELAT
+ 2m 3
C
2
B
A 1
Gambar. 3.. Konfigurasi Sembilan Tiang Utama Sebagai Komponen Dasar Pembentuk
Rumah Tolaki (Sumber : Hasil Penelitian, 2004)
Tatanan Rumah Adat Tolaki rumah. Rumah Komali adalah induk dari
rumah tradisional Tolaki Oleh karena itu proses
Rumah adat Tolaki disebut dengan Nama pendirian rumah sebagaimana lazimnya rumah
Komali, yaitu rumah besar khusus raja Tolaki Tradisional dimulai dari pendirian sembilan
yang disebut Mokole. Jumlah tiang rumah adat tiang yang telah disebutkan diatas yaitu
Komali adalah 40 tiang di luar tiang dapur dan Siwolembatohu.
tiang teras. Makna dari jumlah 40 tiang ini
terkait dengan suatu jumlah yang disyaratkan Tiang-tiang lainnya didirikan setelah ke-9 tiang
dalam peminangan yaitu 40 pinang dan 40 ini jadi, barulah diikuti dengan pemasangan
lembar daun sirih. Jadi perwujudan ini tiang yang lain. Arah pengembangan rumah
manifestasikan dalam tiang-tiang penopang mengarah pada ke-4 sisinya dalam hal ini
14
9
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 17 Nomor 2 Juli 2018:145-154 https://doi.org/10.24853/nalars.17.2.145-154
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832
ARAH PENGEMBANGAN
SIWOLEMBATOHU
BALOK
PENGEMBANGAN
D
A. Ruang Botono
F B. Ruang Tinumba Ihana
C. Ruang Tinumba Moeri
D. Ruang Tinumba Ibungu
B C E. Ruang Tinumba Irai
F. Ruang Tidur Mokole
A
Kedudukan Siwolembatohu
Konfigurasi ruang rumah adat Tolaki setelah ibungu mempunyai tinggi permukaan lantai
dikembangkan, selalu terdiri atas empat sama dengan tinumba irai (depan), sedangkan
bagian yaitu ; (1) tinumba ibungu, (2) tinumba tinumba moeri (kiri), tinumba ihana dan botono
irai, (3) tinumba moeri, (4) tinumba ihana dan mempunyai permukaan lantai sama tinggi.
(5) botono. Bagian belakang disebut tinumba Botono merupakan ruang tengah pada bagian
150
Interpretasi Kalosara dalam Rumah Adat Tolaki
(Sachrul Ramadan)
siwolembatohu yang difungsikan sebagai menggunakan tirai. Hal ini disebabkan agar
ruang tidur mokole. Tinumba moeri biasa daya tampung keluarga ketika diadakan
digunakan sebagai ruang tidur wanita dan aktivitas adat bisa lebih banyak, sehingga
tinumba ihana (kanan) biasa difungsikan selalu membutuhkan ruang yang besar. Tirai
sebagai ruang tidur pria. Tinumba ibungu biasa digunakan sebagai pemisah ruang agar efisien
difungsikan sebagai ruang makan dan tinumba untuk membenahi jika rumah tersebut akan
irai biasa berfungsi sebagai teras. dilangsungkan suatu aktivitas adat. Ruang
Teritori masing-masing lantai hanya dipisahkan tidur mokole terletak di bagian belakang ruang
oleh perbedaan ketinggian lantai dan jajaran botono. Ruang tidur ini adalah satu-satunya
tiang-tiang. Sekat nyata sebagai dinding ruang yang menggunakan dinding nyata
pembatas ruang hanya terdapat pada ruang sebagai pemisah.
tidur mokole selebihnya hanya
dapur
Bidang siwolembatohu
Jalusi tegak
Teras
E
D
C
Dapur dan ruang makan terletak di bagian Anak tangga selalu berjumlah ganjil terbuat
belakang terpisah dengan badan rumah, dari kayu bulat.
dihubungkan dengan selasar. Dapur dibuat
terpisah karena menghindari bahaya Loteng difungsikan sebagai ruang tidur wanita
kebakaran dan menghindari asap masuk ke dan tempat menyimpan barang-barang
dalam rumah induk. Tempat tungku api berada berharga atau pusaka. Loteng tidak
pada posisi kiri rumah. Untuk patokan arah sepenuhnya menutupi permukaan lantai satu,
kanan dan kiri ketika kita berada dalam rumah tetapi membujur dari tiang B hingga tiang ke
dan menghadap ke arah depan. Bukaan tiang D (lihat Gambar 6) . Akses ke loteng
berupa ventilasi mengelilingi dinding dapur. dihubungkan oleh anak tangga yang terdapat
Pada bagian penghubung dapur terdapat pada bagian belakang ruang tidur Mokole.
sarika yaitu tempat duduk sepanjang Konon loteng sengaja ditempatkan tepat di
penghubung yang biasa difungsikan sebagai atas ruang tidur mokole agar kemudahan
tempat santai mokole. Atap dapur berbentuk kontrol terhadap anak gadis dan benda-benda
perisai dengan bubungan tidak melengkung berharga bisa maksimal dilakukan.
seperti pada bubungan rumah induk.
Ketinggian lantai dapur serupa dengan Secara keseluruhan atap berbentuk perisai
ketinggian tinumba irai. Tangga terdapat pada dengan bagian bubungan melengkung. Batas
bagian depan menempel pada tinumba irai dan lengkungan bubungan atap pada tiang F dan
bagian dapur melekat pada penghubung, D (gambar 7 ) merupakan tiang penopang
15
1
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 17 Nomor 2 Juli 2018:145-154 https://doi.org/10.24853/nalars.17.2.145-154
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832
utama yang berjumlam 9 jajar tiang. Ragam di puncak atap bagian depan dan belakang
hias yang terdapat di rumah komali adalah serta ukiran model kepala pakis terdapat pada
tanduk kerbau (tanu ngginiku) yang diletakkan ujung lisplank.
Tanu ngginiku
Ukiran pakis
Makna tanduk kerbau adalah simbol Kalo terdiri atas 3 unsur yaitu : (1) unsur
kemakmuran masyarakat Tolaki. Kerbau lingkaran yang terbuat dari bahan rotan yang
merupakan hewan yang disakralkan karena dililit dan dipertemukan pada kedua ujungnya,
pada setiap acara adat selalu menyembelih (2) kain putih berbentuk segi empat, dan (3)
kerbau. Makin banyak kerbau yang disembelih anyaman motif pakis yang berbentuk segi empat.
makin menunjukkan tingginya status sosial Dijelaskan dalam Tarimana Rauf bahwa di antara
mereka mengingat dahulu kerbau hanya beberapa maknanya, kalo juga merupakan
dimiliki oleh para bangsawan. Berkaitan manifestasi dari hirarki cosmis. [1]. Hirarki
dengan makna ini maka tanduk kerbau tertinggi adalah lingkaran yang
merupakan simbol dari rumah para memanifestasikan dunia atas atau dunia suci
bangsawan. (lahu ene). Hirarki kedua adalah kain putih
yangmemanifestasikanduniatengah
INTERPRETASI KALO SARA DALAM (wuta’aha) yaitu dunia tempat manusia
TATANA RUMAH TRADISIONIL bersosialisasi dan hirarki ke tiga adalah segi
empat anyaman yang merupakan manifestasi
dari dunia bawah atau nista (puri wuta).
152
Interpretasi Kalosara dalam Rumah Adat Tolaki
(Sachrul Ramadan)
Lahu ene
wuta’aha
Puri wuta
Gambar. 9. Susunan Kosmis dalam Paranata Budaya Tolaki kaitannya dengan Kalo
(Sumber : Rekonstruksi Peneliti, 2008)
A B C
POSISI
SIWOLEMBATOHU
Lahu ene
wuta’aha
Puri wuta
A B C FASAD SAMPING
153
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 17 Nomor 2 Juli 2018:145-154 https://doi.org/10.24853/nalars.17.2.145-154
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832
154