Rita Tanduk
Universitas Kristen Indonesia Toraja
Jl. Nusantara No. 12 Makale
Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan
tandukrita02@gmail.com
ABSTRAK
Tuturan ritual sebagai sastra lisan Toraja sebagai unsur penting dalam prosesi upacara
adat rambu solo. Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemaknaan mitos yang
direpresentasikan melalui upacara adat matammu tedong dalam menciptakan ideologi
masyarakat Toraja. Metode yang digunakan adalah observasi partisipan dengan teknik catatan
lapangan, rekam, dan wawancara. Data dianalisis secara interpretatif dengan menggunakan
pendekatan semiotika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, teks ritual adat matammu
tedong terdapat ciri-ciri simbolik, paralelisme, dan metafor yang ikut merepresentasikan
pemaknaan mitos. Teks ritual adat matammu tedong mengontruksikan mitos dan ideologi
tentang nilai karakter masyarakat Toraja terhadap adat. Melalui tuturan ritual pada ketujuh
jenis kerbau dalam upacara adat matammu tedong menuangkan pandangan, konsep, dan
motivasi yang kemudian dijadikan acuan dan pedoman hidup bagi masyakat Toraja. Secara
semiotik, pemaknaan mitos telah mengonstruksikan nilai-nilai ideologis dalam upacara adat
matammu tedong sebagai sistem aturan adat masyarakat Toraja.
257
Jurnal KIP Vol. VI No. 3 November 2017 - Maret 2018
258
Jurnal KIP Vol. VI No. 3 November 2017 - Maret 2018
259
Jurnal KIP Vol. VI No. 3 November 2017 - Maret 2018
260
Jurnal KIP Vol. VI No. 3 November 2017 - Maret 2018
mitos, menghasilkan petanda baru yakni seba- engkau hewan bergelar kaki besi
gai pemersatu. Dalam konteks ini, kerbau todi (b) unnindo basse kasalle,
sebagai pemersatuyang akan mempererat tali tanda perjanjian besar dengan sumpah
kekerabatan rumpun keluarga sehingga selalu (c) unnambe panda dipamaroson
hidup tentram dan damai. simbol perdamaian.
5. Kerbau Sokko’ (d) Tangla situlak ia kada lan tammuan mali
semoga dalam musyawarah keluarga tidak
(a) Iko Sokko,
terjadi perselisihan
engkau tanduk tumbuh ke bawah
(b) tanduk tuo rokko/tama, Pada skema tanda di atas, kerbau tekken
tanduk tumbuh ke bawah/ke dalam langi direpresentasikan sebagai kerbau yang
(c) matannun-tannun papatui inaa memiliki bentuk tanduk yang tak searah (satu
menyimbolkan kerendahan hati tanduk mengarah ke atas, dan yang satunya
Pada sistem tanda tersebut di atas, kerbau mengarah ke bawah). Tanda pada diri kerbau
sokko direpresentasikan sebagai kerbau yang tekken langi menghasilkan makna pemegang
memiliki bentuk tanduk yang melengkung sumpah/janji adat. Pada tataran pertama
ke bawah. Tanda pada diri kerbau sokko tanda merujuk pada makna denotasi. Pada
menghasilkan makna rendah hati. Pada tataran kedua tanda dari tataran pertama
tataran pertama tanda merujuk pada makna menjadi penanda mitos, menghasilkan pe-
denotasi. Pada tataran kedua tanda dari tanda baru yakni sebagai pengaman. Dalam
tataran pertama menjadi penanda mitos, konteks ini, kerbau tekken langi sebagai
menghasilkan petanda baru yakni kesantunan pengaman bagi kehidupan masyarakat Toraja
atau sikap santun. Dalam konteks ini, kerbau terhadap pertikaian yang terjadi. Dalam hal
sokko digambarkan memiliki sikap santun ini, kerbau tekken langi digambarkan sebagai
dan rendah hati. Manusia Toraja dituntut pengamanyang akan mendamaikan keluarga
memiliki sikap yang santun tanpa meman- atau masyarakat atas pertikaian yang terjadi
dang perbedaan sehingga terjalin hubungan dalam lingkungan masyarakat
tentram dengan sesamanya.
7. Kerbau Sambao’
6. Kerbau Tekken Langi
(a) Iko sambao,
(a) Iko tekken langi engkau hewan berwarna kelabu
261
Jurnal KIP Vol. VI No. 3 November 2017 - Maret 2018
(b) Tedong makuli pindan, yaitu pembersihan atau pemulihan adat. Mitos
kerbau berkulit putih atau bersih pembersihan adat merujuk pada makna wali adat.
(c) Umpokuli bulo bangko Mitos menghasilkan petanda baru sebagai ideolo-
berkulit tebal dan halus gi. Pada tataran ideologi, kerbau sambao dise-
(d) kemakambanmi dandanan sangka dilenda but sebagai sosok yang akan memulihkan kembali
pesalu, pelanggaran-pelanggaran adat. Dalam konteks ini,
banyak yang melanggar aturan adat pengorbanan kerbau sambao sebagai tanda pemu-
(e) kemanimpai penanda bisara dilenda su- lihan adat.
mallan
banyak yang menjaga aturan adat men- Mitos dan ideologi bersinergi membentuk sesu-
dapatkan imbalan atau pahala. atu yang bermakna. Pengorbanan kerbau dalam
upacara adat rambu solo menciptakan mitos. Peng-
Pada tataran pertama kerbau sambao sebagai pem- hormatan kerbau dalam upacara adat tidak seka-
beri sangsi adat menjadi penanda dan menghasilk- dar menyampaikan identitas maupun keunggulan-
an konsep baru sebagai petanda pada level kedua keunggulan yang dimiliki, namun membuat kerbau
262
Jurnal KIP Vol. VI No. 3 November 2017 - Maret 2018
bermakna sesuatu yang manusiawi (makna sosial tensinya dalam pemertahanan nilai-nilai karakter
dan budaya) bagi manusia Toraja. budaya bangsa melalui upacara adatnya.
REFERENSI
IV. Kesimpulan
[1] Barthes, Roland. 1957. Mythologies. Paris:
Tuturan ritual kerbau merupakan bentuk penye- Edition de Suil
butan dan penyucian kerbau dalam upacara adat
rambu solo. Tuturan ritual sebagai ungkapan sakral [2] Barthes, Roland. 1972. Membedah Mitos-
yang dituturkan oleh tominaa berisi harapan, doa, Mitos Budaya Massa. Jakarta: Jalasutra.
nasihat, dan aturan-aturan adat bagi kehidupan
[3] Barthes, Roland. 1973. Elements of Semiology.
masyarakat Toraja. Dapat dikatakan simbolisa-
New York. Hill and Wang
si tujuh jenis kerbau mengarakterisasikan pribadi
masyarakat Toraja dengan penanaman nilai-nilai [4] Bell, C. (1992). Ritual Theory Ritual Practice.
kehidupan. Simbolisasi ketujuh jenis kerbau dalam New York Oxford: Oxford University Press.
upacara adat rambu solo mengungkapkan nilai-nilai
keteladanan dan pandangan hidup bagi masyaraka- [5] Duranti, A. (1997). Linguistics Anthropology.
ta Toraja. Makna denotasi teks ritual menjelaskan New York: Cambridge UniversityPress.
bentuk-bentuk penghormatan kerbau dalam ritu-
[6] Duranti, A. (2004). A Companion to Linguis-
al adat rambu solo yang menyebutkan nama dan
tics Anthropology. USA: BlackwellPublishing
ciri-ciri kerbau. Makna konotasi berkaitan dengan
Ltd.
pemaknaan kerbau berdasarkan berbagai pandang-
an masyarakat Toraja yang bersifat konvensional. [7] Fiske, John. (1990). Cultural and Communi-
Dapat dikatakan pemaknaan konotasi itulah yang cation Studies. London: Routledge.
membentuk konsep dan pandangan masyarakat To-
raja sehingga menciptakan mitos.
Masyarakat Toraja melalui ritual adatnya mena-
turalisasikan konsep dan pandangan-pandangannya
ke dalam teks ritual kerbau menjadi ide atau ga-
gasan yang berterima dan dianggap wajar dalam
masyarakat. Teks ritual sebagai salah satu bentuk
sastra lisan Toraja yang telah menunjukkan eksis-
263
Jurnal KIP Vol. VI No. 3 November 2017 - Maret 2018
264