Abstrak. Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki warisan budaya dan keragaman budaya yang masih ada relevansinya
sekarang. Bagaimana menjadikan keragaman budaya yang dimiliki masyarakat dapat dikemas sebagai identitas sekaligus
sebagai daya tarik wisata? Penelitian ini membahas pengemasan keragaman sumberdaya arkeologi Kutai Kartanegara
untuk dapat digunakan oleh komunitas yang lebih luas sehingga dapat menjadi identitas budaya dan daya tarik wisata.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif-deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sumber daya arkeologi di Kutai Kartanegara mengandung nilai simbolis dan estetika yang masih relevan dengan populasi
saat ini. Peningkatan pemahaman publik tentang nilai keanekaragaman budaya yang ditemukan dalam sumber arkeologi
adalah masalah penting dalam identitas budaya. Dengan demikian, mensinergikan sumber daya dan komponen pariwisata
lainnya yang melekat pada sumber daya arkeologi Kutai Kartanegara adalah tujuan yang penting.
Kata kunci: Kutai Kartanegara, sumber daya arkeologi, keragaman budaya, identitas budaya, daya tarik wisata
Abstract. Kutai Kartanegara Regency has a cultural heritage and cultural diversity that still have relevance today. How can
we relate this heritage and diversity to the needs of modern tourism? This study discusses the diversity of archaeological
resources in Kutai Kartanegara so that they can be used by the wider community for purposes of cultural identity and tourist
attraction. The method used in this research is qualitative-descriptive approach. Research results suggest the archaeological
resources in Kutai Kartanegara carry symbolic and aesthetic values that are still relevant to the current population.
Increased public understanding of the value of cultural diversity found in archaeological resources is an important issue in
cultural identity. Thus, synergizing the resources and other tourism components inherent in the archaeological resources of
Kutai Kartanegara is an important goal.
Keywords: Kutai Kartanegara, archaeological resources, cultural diversity, cultural identity, tourist attraction
Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 71
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
utama pembangunan Negara Kesatuan Republik sejarah Nusantara. Keberadaan kerajaan ini
Indonesia (NKRI). Nilai keberagaman pada ditandai dengan temuan tujuh “Prasasti Yupa” yang
sumber daya arkeologi mempunyai relevansi menggunakan aksara Pallawa dan bahasa
yang kuat untuk pembangunan daerah di era- Sanskerta. Prasasti ini merupakan tiang batu yupa
globalisasi saat ini. Kebudayaan seperti piramida yang didirikan oleh para brahmana sebagai tugu
berlapis tiga, yaitu lapisan di atas, hal-hal yang peringatan dan pemujaan dengan menuliskan
dapat dilihat dengan kasat mata seperti bentuk kata-kata yang berisi kebaikan Raja Mulawarman.
bangunan, pakaian, tarian, musik, teknologi, dan Sementara itu, pengaruh budaya Islami diawali
barang-barang lain; lapisan tengah adalah dengan berdirinya Kerajaan Kutai Kartanegara
perilaku, gerak-gerik dan adat istiadat, yang pada abad ke-13 Masehi dengan pusat kerajaan
seringkali dapat juga dilihat dan dirasa; dan di Jaitan Layar, yaitu di hilir Sungai Mahakam
lapisan bawah adalah kepercayaan, asumsi, dan (daerah ini kini berada di Desa Kutai Lama). Jejak
nilai-nilai (Koentjaraningrat 1998: 5). Perwujudan kebudayaan Islam yang ditemukan di kawasan
kebudayaan adalah benda-benda yang Jaitan Layar, yaitu makam raja yang diduga
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang sebagai raja pertama yang memeluk agama
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda Islam, dan ulama yang menyebarkan agama Islam
yang dapat teraba, misalnya pola-pola perilaku, di kawasan timur Kalimantan. Pusat pemerintahan
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, Kerajaan Kutai Kartanegara di Kutai Lama
seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk mengalami beberapa kali perpindahan, yaitu pada
membantu manusia dalam melangsungkan masa pemerintahan Pangeran Aji Dipati Tua (1715
kehidupan bermasyarakat (Liliweri 2001: 4). – 1745 Masehi), pindah ke Pemarangan
Dengan konsep piramida kebudayaan tersebut (Jembayan), dan pada masa pemerintahan Sultan
tinggalan arkeologi dapat dikategorikan sebagai Aji Muhammad Muslihuddin (1732 – 1782 Masehi)
kebudayaan masyarakat di masa lalu yang berada dipindahkan ke Tepian Pandan (Tangga Arung)
pada lapisan atas, yang terdiri atas istana, masjid, yang sekarang dikenal sebagai Kota Tenggarong
makam kuno serta berbagai artefak dan ekofak. (Dahlan 2003: 27).
Sumber daya arkeologi (SDA) merupakan Dengan berdirinya dua kerajaan besar,
kebudayaan materi sebagai hasil cipta Kerajaan Mulawarman dan Kutai Kartanegara, dan
masyarakat pendukung budaya tertentu di masa terjadinya beberapa kali perpindahan pusat-pusat
lalu, sehingga dapat digunakan untuk mengenali pemerintahan menyebabkan makin kompleksnya
budaya masyarakat di suatu daerah. kebudayaan yang berkembang di masyarakat
Data sejarah dan tinggalan-tinggalan pada masa itu. Daerah-daerah yang pernah
arkeologi di kawasan Kutai Kartanegara, menjadi pusat pemerintahan tentunya juga
mempunyai budaya yang sangat beragam dan menjadi pusat ekonomi pada masa itu.
kompleks, baik yang berasal dari periodisasi Peninggalan arkeologi di daerah ini sudah
masa Hindu-Buddha maupun masa Islam sampai menunjukkan adanya komponen kota, misalnya
dengan masa kolonial. Produk budaya dari dalam bentuk kompleks makam kuno, artefak,
masing-masing periodisasi akan berbeda dan ekofak dengan karakter yang berbeda sesuai
terutama budaya yang terkait dalam menunjang dengan budaya dan letak geografis daerah ini.
aktivitas sosial budaya suatu komunitas. Pengaruh Jejak-jejak budaya dari masa kedua kerajaan lebih
budaya Hindu-Buddha di Kutai Kartanegara terkonsentrasi pada daerah yang pernah menjadi
berasal dari masa Kerajaan Mulawarman atau pusat-pusat kerajaan kuno, yaitu Muara Kaman,
Kutai Martadipura yang berdiri pada abad ke-4 Kutai Lama, Jembayan, dan Tenggarong. Untuk
Masehi dengan lokasi pusat kerajaan di Muara temuan lepas berupa artefak dan ekofak disimpan
Kaman. Berdirinya kerajaan ini mempunyai di beberapa museum, baik museum nasional,
pengaruh besar dalam kebudayaan nasional museum provinsi maupun museum situs.
Indonesia, karena merupakan awal peradaban Peninggalan arkeologi yang ditemukan di daerah
Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 73
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
kepentingan ekonomi tanpa memperhatikan memenuhi permintaan konsumen, sementara
pelestariannya. industri budaya menekankan pada produk dan
Perkembangan saat ini, wisatawan global aspek penawaran (Ap dan Mark 1999: 5). Warisan
lebih termotivasi untuk mengunjungi destinasi budaya Kutai Kartanegara sebagai daya tarik
wisata dengan tujuan untuk mempelajari wisata lebih menekankan pada penyediaan dan
kebudayaan yang menjadi identitas masyarakat pengelolaan sebagai aset dalam pembangunan
tertentu. Para wisatawan ingin mendapat di bidang ekonomi sekaligus sebagai identitas
pengetahuan dan pengalaman yang baru dari daerah. Pengemasan SDA Kutai Kartanegara
aktivitas wisata yang mereka lakukan. Hal ini harus dilakukan dengan memberikan informasi
menyebabkan industri pariwisata menjadikan yang tepat yang sangat diperlukan agar
warisan budaya sebagai komoditas yang wisatawan mendapatkan nilai experiences dari
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Warisan budaya setiap warisan budaya yang dikunjungi. Hal ini
diartikan sebagai produk atau hasil budaya fisik penting agar wisatawan mendapatkan
dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasi pengalaman dan pengetahuan yang baru,
spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang sehingga dapat mendorong motivasi mereka
menjadi elemen pokok dalam jati diri suatu untuk senantiasa berkunjung. Penciptaan
kelompok atau bangsa (Davidson 1997: 2). Agar experience yang memberikan pengetahuan dan
tidak terjadi eksploitasi budaya dan kelestarian pengalaman yang baru di kawasan ini sesuai
warisan budaya tetap terjaga dengan nilai dengan pendapat Kotler (1997: 9) bahwa ide
intangible yang dikandungnya, maka diperlukan yang terkandung pada produk adalah sesuatu
pengelolaan yang bijaksana. Ide pemanfaatan yang diinginkan oleh konsumen sehingga produk
warisan budaya sebagai produk diawali dengan harus memenuhi unsur menarik perhatian
adanya tujuan utama untuk memberikan kepuasan konsumen, dapat dimilliki, dapat digunakan, dan
pada wisatawan, yaitu mempersembahkan dikonsumsi untuk mewujudkan kepuasan atau
pengalaman baru yang menjadi kebutuhan keinginan. Nilai keberagaman budaya yang
wisatawan. Pola pendekatan yang digunakan terkandung pada sumber daya arkeologi
dalam mencapai tujuan ini adalah pendekatan sebagai warisan budaya masyarakat Kutai
produk dan pemasaran yang berimbang dengan Kartanegara saat ini harus muncul dan dapat
memadukan tujuan antara pelestarian dan memberikan nilai pengalaman bagi wisatawan,
pengelolaan warisan budaya sebagai sebuah sehingga menjadi kebanggaan masyarakat
komoditas pariwisata (Rai 2011: 3). Nilai yang setempat. Hal ini akan menjadi jembatan antara
terkandung dalam sumber daya arkeologi di Kutai pengelola warisan budaya, yang lebih
Kartanegara, yang mengandung nilai simbolis, mengutamakan pelestarian, dengan pengelola
estetis, terutama nilai keragaman budaya, harus industri pariwisata, dengan tujuan untuk
dapat dikemas menjadi produk pariwisata. Gunn meningkatkan kunjungan dan memberikan citra
(1998: 10) menyatakan bahwa sering terjadi yang baik kepada wisatawan. Jika kedua belah
kesalahan tentang pengertian produk pariwisata pihak, pengelola warisan budaya dan pengelola
pada sistem pariwisata, dan kebanyakan sering industri pariwisata, dapat memberikan pelayanan,
mengacu pada pemahaman bahwa produk adalah informasi dan pengalaman dengan nilai
sesuatu yang berwujud. Sumber daya arkeologi experiences pada setiap wisatawan yang
sebagai daya tarik wisata di Kutai Kartanegara berkunjung ke Kutai Kartanegara, maka nilai-nilai
harus mempunyai konsep yang selaras antara tentang keberagaman budaya sebagai identitas
pengemasannya untuk identitas budaya budaya dan daya tarik wisata akan mencapai hasil
masyarakat dan SDA sebagai produk pariwisata, yang optimal. Pusat-pusat Kerajaan Kutai
agar terjadi keseimbangan. Kartanegara sebagai zona konsentris
Pariwisata digerakkan oleh pasar industri dan keberadaan sumber daya arkeologi dapat
lebih menekankan pada tujuan kemudahan untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya.
Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 75
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
pusat kerajaan atau keraton merupakan tempat timur Kalimantan maupun luar pulau Kalimantan
bersemayam raja yang dianggap sebagai tokoh dengan tujuan utama untuk melakukan ziarah. Hal
yang diidentikkan dengan dewa. Pada masa ini juga terjadi di Kutai Lama di mana pada saat
pengaruh kebudayaan Islam, unsur menghormati raja yang berkuasa mempunyai latar belakang
raja dan sultan masih tetap ada, di mana sultan kepercayaan Islam, mulai dibangun komponen
juga dianggap seorang tokoh yang sangat kota yang bernafaskan Islami, baik yang berkaitan
berpengaruh pada masyarakatnya. dengan aspek sosial, ekonomi, politik maupun
Setelah wafat, makam raja atau sultan sering aspek kultural yang menggambarkan alam pikiran
dikunjungi orang dengan tata cara adat para konseptornya (Wiryomartono 1995: 8-9 dan
sebagaimana orang menghadap kepada raja atau Adrisijanti 2000: 17-18). Kutai Lama sebagai pusat
sultan yang masih berkuasa. Tradisi Kerajaan Kutai Kartanegara abad ke-13 Masehi,
penghormatan ini masih terlihat kuat pada yang merupakan kerajaan pertama menggunakan
masyarakat di Jawa dalam mengunjungi makam ideologi Islam di kawasan timur Kalimantan,
raja dan para wali (Tjandrasasmita 2000: 53-54). tentunya memiliki potensi arkeologi yang
Tradisi di Jawa ini ternyata juga menjadi tradisi mempunyai nilai dan makna kebudayaan yang
masyarakat yang ada di Kalimantan Timur, di mana penting. Keberadaan pusat-pusat kota Kerajaan
masyarakat masih banyak yang mendatangi Kutai Kartanegara seperti pada gambar 1 dengan
makam-makam kuno, khususnya makam Raja Aji komponen-komponen pemukiman kuno yang
Mahkota dan Aji Dilanggar, serta makam ulama ditemukan terdistribusi mengikuti aliran sungai.
yang terdapat di Kutai Lama. Kompleks makam Hal ini menunjukkan bahwa sungai pada saat itu
raja yang ada di belakang Museum Mulawarman mempunyai peran yang penting. Temuan
di Tenggarong juga banyak dikunjungi oleh berbagai artefak, yang mengandung nilai
masyarakat dari berbagai daerah baik dari wilayah keberagaman budaya, berupa berbagai macam
Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 77
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
Pengaruh Islam beberapa daerah di Nusantara, Islam sudah mulai
Pada tahun 1300, Aji Batara Agung Dewa Sakti diperkenalkan oleh para pedagang dari Arab
berhasil mendirikan kerajaan baru yang terletak kepada masyarakat di Nusantara.
di hilir Sungai Mahakam, di Kutai Lama, dengan Di perairan Selat Malaka, kedatangan Islam
tujuan untuk menyaingi dan membatasi gerak berlangsung sejak abad ke-7-13 Masehi, dan
kerajaan dinasti Mulawarman yang letaknya lebih pada awal abad ke-15 Masehi di daerah ini
di hulu Sungai Mahakam. Aji Batara Agung Dewa terbentuk kerajaan bercorak Islam (Kerajaan
Sakti (ABADS) mulai melakukan misinya untuk Demak). Semenjak itu, pengaruh Islam mulai
menaklukkan kerajaan dinasti Mulawarman, tetapi menyebar ke daerah lainnya, seperti di pesisir
tidak berhasil. Dalam serangan ini raja berhasil utara Jawa, yaitu Mataram (1536 Masehi), Banten
melarikan (menculik?) putri Indra Parwati Dewi (1526 Masehi), dan kota pesisir Banjarmasin (1595
Putri dari dinasti Mulawarman, dan akhirnya Masehi) (Tjandrasasmita 2000: 2-3). Pada waktu
dijadikan permaisuri oleh Raja Aji Batara Agung yang bersamaan Kutai Lama mulai ramai didatangi
Paduka Nira (putra dari ABADS), dan berganti oleh para pedagang Nusantara dan pedagang
nama Mahasuri Bengalon (Dahlan 2003: 21). Dari asing, sehingga Islam secara tidak langsung
daftar nama-nama Raja Kutai Kartanegara yang sudah berpengaruh di daerah ini. Dengan
dikutip dari Salasilah Kutai, ada kemungkinan demikian, corak pemerintahan Kerajaan Kutai
pengaruh Islam di Kutai Lama sudah terjadi jauh Kartanegara sejak di Kutai Lama telah bergeser
sebelum Raja Aji Mahkota memeluk Agama tata nilainya yang semula didominasi oleh
Islam, yaitu pada masa pemerintahan Maharaja kebudayaan Hindu oleh budaya Islami. Kaum sufi
Sultan (1450-1500) dan Raja Mandarsyah (1500 – dan mursid membina budaya Islami melalui
1530). Kata ’sultan’ jelas bukan pengaruh Hindu, pembentukan kader-kader mubalig agar bisa
melainkan pengaruh Islam yang biasanya menyebarluaskan agama Islam. Mereka juga
dipergunakan untuk gelar seorang raja. berperan besar dalam menysusun karya-karya
Sementara itu, gelar “syah” pada nama Raja sastra dan seni serta memberikan konsep
Mandarsyah merupakan gelar raja-raja di Persia kehidupan sosial berdasarkakan hukum Islam.
yang memeluk agama Islam aliran Syiah yang
artinya raja (Dahlan 2003: 31). Kabupaten Kutai Kartanegara Abad ke-20 Masehi
Dari Salasilah Kutai yang ditulis oleh Adham Daerah Kutai seperti halnya daerah lain di
(2002:19-21) diketahui bahwa sejak masa Raja Aji Nusantara yang mengalami kedaulatan
Batara Agung Dewa Sakti, Kutai Lama sudah pemerintahan Hindia Belanda sebagai akibat
ramai didatangi oleh para pedagang dari luar politik kolonialisme Belanda di Indonesia.
Kalimantan, bahkan raja sudah sering melakukan Kedatangan Belanda di Kalimantan mendapat
perjalanan ke Majapahit untuk menyabung ayam. perlawanan dari raja-raja, karena mereka tidak
Hubungan antara Kutai Lama dengan Majapahit setuju adanya campur tangan pemerintah Hindia
makin erat ketika dua putra mahkota Kerajaan Belanda dalam urusan rumah tangga daerahnya.
Kutai Lama, yaitu Maharaja Sultan dan Maharaja Pengaruh dan kekuasaan Hindia Belanda di
Sakti, pergi ke Majapahit untuk belajar adat Kalimantan dimulai dari Banjarmasin, kemudian
istiadat. Di Majapahit, kedua putra mahkota ini menyusuri pantai barat ke daerah Kerajaan
memperkenalkan diri dengan Raja Bermawijaya Pontianak, Sukadana, Montrado, dan pantai timur
kalau nama negeri mereka adalah Kutai Kalimantan.
Kertanegara dengan tujuan untuk belajar adat Di kawasan timur Kalimantan, selain
istiadat yang akan dipakai di negerinya nanti. Pada menghadapi raja-raja lokal, pemerintah Hindia
masa ini Islam kemungkinan sudah dikenal di Belanda juga berhadapan dengan Pemerintah
Kutai terutama oleh para kerabat kerajaan Inggris. Pada tanggal 17 Juli 1863,
mengingat pada masa-masa itu agama Islam ditandatanganilah perjanjian antara pemerintah
sudah menjadi agama yang tidak asing lagi bagi Hindia Belanda dengan Kerajaan Kutai, dan
masyarakat di Nusantara. Jauh sebelum itu, di merupakan awal dari penjajahan Belanda di
Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 79
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
melampaui sektor migas, batu bara dan minyak destinasi pariwisata nasional (DPN) yang ada di
kelapa sawit. Kalimantan Timur dan kawasan perkotaan (KPP
Industri pariwisata menjadi sektor yang 1), serta mendukung terwujudnya Indonesia
strategis dan media integrasi program, serta sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia,
kegiatan antarsektor pembangunan seperti berdaya saing, berkelanjutan dan mampu
pendidikan, ideologi, ekonomi, politik, dan mendorong pembangunan daerah dan
budaya. Sektor ini juga dapat menggerakkan kesejahteraan rakyat.
perekonomian masyarakat dan sebagai sentral Tenggarong yang pernah menjadi salah satu
dalam pembangunan infrastruktur dan fasilitas pusat Kerajaan Kutai Kartanegara sehingga
penunjang lainnya. Pariwisata menjadi leading memiliki berbagai sumber daya arkeologi dalam
pembangunan karena dapat menjadi kunci dalam bentuk komponen-komponen pusat kota pada
pembangunan di berbagai sektor. Kontribusi masa lalu. Sumber daya arkeologi dalam bentuk
sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto peralatan sehari-hari yang mendukung aktivitas
(PDB) dalam lima tahun terakhir (2010–2015) selalu masyarakat juga banyak ditemukan, dan
mengalami peningkatan. Dengan alasan ini setiap sekarang telah menjadi koleksi museum seperti
daerah mempunyai peluang untuk seperangkat gamelan, wadah-wadah dari
mengembangkan industri pariwisata sesuai keramik, dan lain-lain. Tenggarong dan pusat-
dengan potensi yang dimiliki. Daerah harus pusat kota kerajaan yang ada di Kutai Kartanegara
didorong agar selalu inovatif dan melakukan tidak dapat dipisahkan dari pengaruh ekspedisi
eksplorasi sumber daya arkeologi yang dimiliki dan kekuasaan kerajaan dari bangsa lain. Ciri
sebagai daya tarik wisata dan melakukan sinergi khas pusat-pusat kota di daerah ini, yaitu terletak
dengan berbagai pemangku kepentingan. di tepi aliran sungai besar atau anak-anak sungai
Sektor pariwisata, baik secara nasional yang mempunyai akses ke daerah dan negara
maupun global telah teruji dan mampu tumbuh tetangga. Sungai pada masa lalu mempunyai
dalam kondisi krisis ekonomi, dan menjadi peran penting sebagai jalur perekonomian,
penghasil devisa yang mengalami pertumbuhan termasuk perdagangan yang sangat ramai,
positif. Industri migas dan batu bara merupakan sehingga secara politik pemerintahan kerajaan
ujung tombak dan sektor unggulan Kabupaten berusaha untuk menguasai jalur perdagangan
Kutai Kartanegara dalam beberapa tahun terakhir. yang menghubungkan daerah pedalaman dan
Namun, secara Nasional, sektor migas dan batu pesisir.
bara mengalami penurunan dalam memberikan Sungai Mahakam merupakan sungai terbesar
sumbangan PDB, sehingga daerah Kutai yang ada di kawasan Kutai Kartanegara, sehingga
Kartanegara juga harus mengeksplorasi sektor pusat-pusat kota kerajaan seperti Muara Kaman,
industri baru untuk mengantisipasi penurunan Jembayan, Kutai Lama, dan Tenggarong terletak
sumbangan PAD (Pendapatan Anggaran Daerah) di tepi sungai besar, karena sekaligus sebagai
dari kedua industri tersebut. Pengembangan pusat pelayanan dan pemerintahan pada masa
industri pariwisata dengan tinggalan arkeologi itu. Pusat kota atau central business district terletak
sebagai aset dan sumber daya merupakan di tengah kota yang ditandai dengan bangunan-
peluang bagi Kutai Kartanegara di tengah-tengah bangunan komponen kota Islami Nusantara, yaitu
menurunnya sumbangan devisa sektor industri bangunan keraton, masjid dan makam-makam
migas dan batu bara. Mengacu pada Peraturan raja, alun-alun dan taman sari. Komponen-
Pemerintah nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana komponen pusat kota ini masih lengkap
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional ditemukan sekarang di pusat Kerajaan Kutai
Tahun 2010–2025, dalam Rencana Induk Kartanegara abad ke-13 Masehi di Tenggarong,
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPARDA) yang membentuk zona konsentris. Bangunan
Provinsi Kalimantan Timur (2013-2023), keraton menghadap ke Sungai Mahakam, dan
Tenggarong ditetapkan sebagai salah satu saat ini dijadikan sebagai museum negeri dan
Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 81
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
Jembayan belum banyak dikunjungi oleh ataupun lembaga (Damanik 2013: 118). Pendapat
wisatawan. Aktivitas wisata budaya yang paling lain mengatakan pariwisata budaya sebagai wisata
banyak dapat dilakukan oleh wisatawan adalah yang didalamnya terdapat aspek dan nilai budaya
di Tenggarong, karena daya tarik wisata budaya mengenai adat istiadat masyarakat, tradisi
di daerah ini sangat kompleks. Beragamnya daya keagamaan, dan warisan budaya di suatu daerah.
tarik wisata di Tenggarong, karena daerah ini Penjelasan Rencana Induk Pembangunan
paling lama dan merupakan kota terakhir yang Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS tahun 2011
menjadi pusat kerajaan dan aktivitas pasal 14 ayat (1) huruf b menjelaskan bahwa: ...”
pemerintahan dan perekonomian di Kutai daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata
Kartanegara. Belanda juga menjadikan berupa hasil olah cipta, rasa, dan karsa manusia
Tenggarong sebagai pusat pemerintahan sampai sebagai makhluk budaya. Daya tarik wisata
pada masa kemerdekaan, lalu berlanjut sebagai budaya dibedakan menjadi dua, yaitu daya tarik
pusat kota kabupaten. Di Tenggarong wisatawan wisata budaya yang bersifat berwujud (tangible)
dapat melakukan aktivitas fotografi dan dan daya tarik wisata budaya yang bersifat tidak
mempelajari arsitektur beberapa bangunan berwujud (intangible)…”, Sumber daya arkeologi
kolonial termasuk istana yang saat ini difungsikan mempunyai nilai informatif, simbolik, estetik, dan
sebagai museum negeri, melakukan ziarah ke ekonomik (Lipe 1989: 9). Nilai simbolik dapat
kompleks makam kuno yang berada di belakang ditunjukkan karena sumber daya arkeologi yang
museum serta ke masjid kuno. ada di Kutai Kartanegara merupakan bukti nyata
Sumber daya arkeologi sebagai daya tarik keberadaan kerajaan-kerajaan besar yang pernah
wisata di Kutai Kartanegara merupakan salah satu ada di daerah ini dan dapat menghubungkan
strategi untuk pelestarian dan pengembangan dengan masyarakat sekarang. Makam-makam
kebudayaan daerah dalam memperkokoh kuno, masjid kuno, bangunan istana, dan
ketahanan budaya dan menunjukkan identitas. berbagai artefak yang tersimpan di museum dapat
Pengembangan pariwisata berbasis sumber daya menghubungkan masyarakat sekarang dengan
arkeologi di daerah ini, selain untuk ekonomi, masa pada saat masa sumber daya ini dibuat.
juga menjadi kekuatan sosial budaya di Sumber daya ini merupakan media atau simbol
masyarakat. Pariwisata dapat digunakan sebagai yang dapat membantu ingatan masyarakat tentang
media untuk meningkatkan pemahaman lintas masa kerajaan dulu, tentang raja atau sultan
budaya atau sarana diplomasi budaya, menjadi dengan berbagai aktivitasnya. Salah satu
motivasi untuk melestarikan budaya dan contohnya, ketika masyarakat saat ini melihat
lingkungan, serta memperkuat semangat lokasi makam raja yang berdekatan dengan
kebangsaan dan identitas daerah. Wisatawan masjid dan keraton, akan dapat mengingatkan
juga mendapatkan pengetahuan tentang sejarah masyarakat sekarang bahwa sultan membangun
dan dinamika perkembangan budaya, hasil komponen kota ini untuk mempermudah sultan
penciptaan masyarakat pendukung budaya masa dan kerabat dalam melakukan aktivitas sosial
lalu, tradisi dan kearifan lokal masyarakat Kutai budaya terkait dengan religi (ziarah dan sholat).
Kartanegara. Pemahaman dan pengetahuan yang Sumber daya arkeologi juga dapat
terkandung pada setiap warisan budaya, agar memberikan informasi tentang masa pembuatan,
lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas harus teknologi, fungsi, keindahan, perilaku, dan budaya
diinterprestasi terlebih dahulu. Hal ini penting masyarakat pedukung budaya ini. Banyak
karena tingkat pemahaman wisatawan berbeda- informasi yang dapat disampaikan oleh sumber
beda. daya arkeologi ini, tentang asal usul dan jalur
Pariwisata budaya merupakan kunjungan perdagangan, hubungan dengan negara dan
orang dari luar destinasi yang didorong oleh daerah lain, serta kemahiran atau teknologi yang
ketertarikan pada objek-objek atau peninggalan dikuasai oleh masyarakat pada masa itu. Nilai dan
sejarah, seni, ilmu pengetahuan dan gaya hidup pengetahuan ini dapat diinformasikan kepada
yang dimiliki oleh kelompok, masyarakat, daerah wisatawan melalui pemandu wisata, papan
Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 83
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
disimpan di museum. Sumber daya ini sebagian kota Kerajaan Kutai Kartanegara sebagai warisan
besar bersifat asli, baik dari bahan, arsitektur budaya yang menunjukkan nilai keberagaman
maupun teknologi yang digunakan. Beberapa budaya sangat penting untuk mempertahankan
artefak dibuat dalam bentuk replika tetapi produk keberadaannya.
ini tetap mempunyai nilai budaya yang hampir Pemanfaatan sumber daya arkeologi untuk
sama dengan yang aslinya. Daya tarik wisata yang kepentingan ekonomi melalui pariwisata tetap
baik sangat terkait dengan tiga hal, yaitu: a) mempunyai dampak yang penting terhadap
keunikan: sebagai kombinasi kelangkaan dan pelestarian warisan budaya tersebut. Pariwisata
kekhasan yang melekat pada suatu daya tarik mempunyai beberapa dampak terhadap
wisata; b). originalitas: (mencerminkan keaslian kebudayaan yaitu: 1) merangsang dalam usaha
atau kemurnian): seberapa jauh suatu produk tidak pemeliharaan monumen-monumen budaya yang
terkontaminasi atau tidak mengadopsi nilai yang dapat dinikmati penduduk setempat dan
berbeda dengan nilai aslinya; c) autentisitas: wisatawan; 2) memberikan dorongan dalam usaha
mengacu pada keaslian yang lebih sering melestarikan dan menghidupkan kembali
dikaitkan dengan keantikan atau eksotisme beberapa pola budaya dan tradisi seperti
budaya sebagai daya tarik wisata dan merupakan kesenian, kerajinan tangan, upacara, pakaian,
kategori nilai yang memadukan sifat alamiah, kesenian dan lain-lain; 3) memberikan dorongan
eksotis, dan bersahaja; (Damanik dan Weber untuk memperbaiki lingkungan hidup yang bersih
2006: 13). dan menarik; 4) terjadi tukar-menukar kebudayaan
Sumber daya arkeologi di daerah ini banyak antara wisatawan dan masyarakat lokal, wisatawan
yang masih asli terutama bahan dan arsitekturnya dapat lebih banyak mengenal kebudayaan,
mempunyai nilai eksotisme budaya yang tinggi. lingkungan dan penduduk lokal, masyarakat juga
Sumber daya arkeologi sebagai daya tarik wisata dapat mengenal tentang budaya dari wisatawan
di daerah ini mempunyai nilai-nilai dari tiga hal karena antara wisatawan dan masyarakat lokal
tersebut mempunyai keunikan, bersifat original dapat melakukan interaksi secara langsung; dan
dan mempunyai autentisitas yang tinggi. Hal ini 5) mendorong pendidikan di bidang
dapat menjadi referensi bagi wisatawan yang ingin kepariwisataan untuk menghasilkan sumber daya
memperluas pandangan hidup dan pengalaman manusia (SDM) yang handal di bidang pariwisata
terkait warisan budaya masa lalu. Dalam (Sihite 2000: 76). Masyarakat menganggap
pengembangan pariwisata, sumber daya sumber daya arkeologi yang ada di sekitarnya
arkeologi sebagai komoditas industri pariwisata menjadi aset untuk memenuhi kebutuhan hidup
di Kabupaten Kutai Kartanegara harus mereka sehari-hari, sehingga mereka mempunyai
diintegrasikan dengan komoditas yang lain. tanggung jawab untuk ikut menjaga kelestarian
Komoditas ini dapat dari berbagai usaha sumber daya arkeologi.
pariwisata seperti suvenir, restoran dan rumah Pengembangan pariwisata di kawasan bekas
makan, taman bermain, dan transportasi sehingga pusat-pusat Kerajaan Kutai Kartanegara
peluang usaha dan pergerakan ekonomi difokuskan pada target pasar untuk wisatawan
masyarakat lokal meningkat. Upaya melestarikan yang mempunyai motivasi dan minat khusus,
warisan budaya dengan diorientasikan dengan karena saat ini banyak wisatawan lebih memilih
pembangunan yang ada saat ini baik secara fisik produk-produk unik yang beragam dan bermutu
maupun non fisik. Aspek-aspek tradisional pada tinggi, dan meninggalkan produk-produk standar
warisan budaya ini dijadikan sebagai komoditas berskala massal. Destinasi-destinasi wisata baru
dalam industri pariwisata sangat penting untuk yang berada di daerah pedalaman atau desa-
menjaga pelestarian budaya. Pelestarian menurut desa tradisional yang kaya sumber daya alam
UU Cagar Budaya adalah upaya dinamis untuk dan budaya yang unik yang menjadi sasaran
mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan wisatawan minat khusus. Hal ini menjadi peluang
nilainya dengan cara melindungi, mengem- untuk pengembangan sumber daya arkeologi
bangkan, dan memanfaatkannya. Pusat-pusat yang masih banyak di daerah-daerah pedalaman
Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 85
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
kesejahteran masyarakat. Pemanfaatan sumber perjalanan wisata berbasis SDA yang tidak
daya arkeologi untuk memperkuat karakter semata-mata untuk tujuan rekreasi, melainkan
masyarakat dan daya tarik wisata merupakan mencari pengetahuan dan pengalaman baru.
sikap yang bijaksana untuk meminimalisasi Sumber daya arkeologi pada era globalisasi
dampak negatif dari pengaruh globalisasi. oleh masyarakat Kutai Kartanegara sebagai media
Globalisasi berdampak pada semua aspek yang tepat yang dapat difungsikan untuk
kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, mengemas dan mengelola nilai keberagaman
maupun perilaku dan sosial budaya masyarakat budaya yang dimilikinya. Tujuan mengemas dan
sehingga harus disikapi dengan bijaksana. menginformasikan nilai dan makna simbolis,
Masyarakat Kutai Kartanegara mempunyai informatis, dan estetis yang terdapat pada sumber
budaya yang beragam (multiculture) dan sudah daya arkeologi sebagai daya tarik wisata dapat
menjadi identitas mereka sejak berdirinya dua mempermudah pemahaman masyarakat luas
kerajaan besar di daerah ini. Sumber daya terhadap keragaman budaya. Dalam
arkeologi sebagai warisan budaya dari dua menginformasikan nilai-nilai yang terkandung pada
kerajaan besar, yaitu Kerajaan Mulawarman di sumber daya arkeologi di Kutai Kartanegara perlu
Muara Kaman sebagai penanda awal peradaban meningkatkan nilai pengalaman (experiences)
sejarah Nusantara yang bercorak Hindu-Buddha wisatawan dengan memperhatikan keasliannya,
dan Kerajaan Kutai Kartanegara yang mendapat kontektualisasi, dan interaktivitas kemasan.
pengaruh kebudayaan Islami. Keberadaan dua Keragaman budaya ini pula yang dapat
kerajaan ini menjadi salah satu latar belakang memotong perbedaan budaya dari kelompok-
yang membentuk masyarakat Kabupaten Kutai kelompok masyarakat, sehingga dapat menjadi
Kartanegara menjadi masyarakat yang memiliki landasan sikap yang bijaksana untuk
keragaman budaya. Mengacu pada makna meminimalisasi dampak negatif pengaruh budaya
simbolis, informatis, estetis, dan nilai-nilai budaya globalisasi. Meningkatnya kunjungan masyarakat
pada sumber daya arkeologi di Kutai Kartanegara dari luar wilayah Kutai Kartanegara ke kawasan
akan dapat memberikan makna kekinian pada ini dengan tujuan untuk mempelajari dan
pembangunan di daerah ini. Nilai-nilai keragaman mendapatkan experiences yang baru terhadap
budaya yang terdapat pada sumber daya nilai keberagaman budaya Kutai Kartanegara,
arkeologi di daerah dapat menjadi mata rantai dapat membanggakan dan meningkatkan
yang menghubungkan masa lalu dengan identitas perekonomian masyarakat.
budaya masyarakat sekarang. Sumber daya Pada akhirnya, dalam mengemas sumber
arkeologi Kutai Kartanegara sebagai hasil-hasil daya arkeologi sebagai pembentuk identitas
penciptaan di masa lalu sudah menentukan budaya dan daya tarik wisata, pengelola harus
identitas budaya atau jati diri masyarakat di daerah tetap mempertahankan keunikan, originalitas, dan
ini. Sumber daya arkeologi Kutai Kartanegara juga autentisitas dalam mengeksplorasi potensi wisata.
mempunyai nilai ekonomis yang dapat Langkah penting yang lain adalah mensinergikan
dikembangkan sebagai daya tarik wisata yang sumber daya atau komponen pariwisata lainnya
selaras dengan tren wisata global. Tren wisata di sekitar sumber daya arkeologi untuk
global Kutai Kartanegara harus menawarkan meningkatkan keberagaman atraksi wisata di
daerah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adham, M. 2002. Salasilah Kutai. Tenggarong: Adrisijanti, I. 2000. Arkeologi Perkotaan Mataram
Bagian Kehumasan dan Keprotokolan Islam. Yogyakarta: Jendela
Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Ap, J. dan B. Mark. 1999. “Balancing Cultural
Kartanegara. Heritage, Conservation and
Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 87
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
Hlm 3-13 dalam Proceeding PIA VI. Jakarta: Indonesia Dari Abad XIII-XVIII Masehi.
Puslit Arkenas. Jakarta: Penerbit Menara Kudus.
Tjandrasasmita. 2000. Pertumbuhan dan Wiryomartono. 1995. Seni Bangunan dan Seni
Perkembangan Kota-Kota Muslim di Binakota di Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.