Anda di halaman 1dari 18

SUMBER DAYA ARKEOLOGI KUTAI KARTANEGARA:

Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya dan Daya Tarik Wisata

ARCHAEOLOGICAL RESOURCES OF KUTAI KARTANEGARA:


Cultural Diversity as Cultural Identity and a Tourist Attraction

Ni Komang Ayu Astiti

Asdep Industri dan Regulasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata


Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110, Telepon (021) 3838593, Fax (021) 34830644;
email: astitiayu69@yahoo.co.id

Diterima 22 Februari 2018 Direvisi 5 Maret 2018 Disetujui 20 April 2018

Abstrak. Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki warisan budaya dan keragaman budaya yang masih ada relevansinya
sekarang. Bagaimana menjadikan keragaman budaya yang dimiliki masyarakat dapat dikemas sebagai identitas sekaligus
sebagai daya tarik wisata? Penelitian ini membahas pengemasan keragaman sumberdaya arkeologi Kutai Kartanegara
untuk dapat digunakan oleh komunitas yang lebih luas sehingga dapat menjadi identitas budaya dan daya tarik wisata.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif-deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sumber daya arkeologi di Kutai Kartanegara mengandung nilai simbolis dan estetika yang masih relevan dengan populasi
saat ini. Peningkatan pemahaman publik tentang nilai keanekaragaman budaya yang ditemukan dalam sumber arkeologi
adalah masalah penting dalam identitas budaya. Dengan demikian, mensinergikan sumber daya dan komponen pariwisata
lainnya yang melekat pada sumber daya arkeologi Kutai Kartanegara adalah tujuan yang penting.

Kata kunci: Kutai Kartanegara, sumber daya arkeologi, keragaman budaya, identitas budaya, daya tarik wisata

Abstract. Kutai Kartanegara Regency has a cultural heritage and cultural diversity that still have relevance today. How can
we relate this heritage and diversity to the needs of modern tourism? This study discusses the diversity of archaeological
resources in Kutai Kartanegara so that they can be used by the wider community for purposes of cultural identity and tourist
attraction. The method used in this research is qualitative-descriptive approach. Research results suggest the archaeological
resources in Kutai Kartanegara carry symbolic and aesthetic values that are still relevant to the current population.
Increased public understanding of the value of cultural diversity found in archaeological resources is an important issue in
cultural identity. Thus, synergizing the resources and other tourism components inherent in the archaeological resources of
Kutai Kartanegara is an important goal.

Keywords: Kutai Kartanegara, archaeological resources, cultural diversity, cultural identity, tourist attraction

PENDAHULUAN semua produk dari kelompok manusia tertentu


yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Sensus Badan Pusat Statistik tahun 2010 Kebudayaan mencerminkan karakter dan
menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat 1.340 kepribadian dan merupakan unsur penting
suku bangsa dan 300 kelompok etnis serta pembentuk identitas suatu daerah atau bangsa.
terdapat 17.504 pulau. Masing-masing suku Falsafah kebangsaan Bhinneka Tunggal Ika
bangsa yang mendiami pulau-pulau ini mencerminkan bahwa Indonesia terbangun
mempunyai budaya yang menjadi ciri khas dan dengan keberagaman budaya dari masing-masing
identitas mereka dalam berbangsa. Budaya daerah dan suku bangsa di Indonesia. Nilai
merupakan tingkah laku, pola-pola keyakinan dan keragaman budaya ini menjadi senjata dan modal

Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 71
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
utama pembangunan Negara Kesatuan Republik sejarah Nusantara. Keberadaan kerajaan ini
Indonesia (NKRI). Nilai keberagaman pada ditandai dengan temuan tujuh “Prasasti Yupa” yang
sumber daya arkeologi mempunyai relevansi menggunakan aksara Pallawa dan bahasa
yang kuat untuk pembangunan daerah di era- Sanskerta. Prasasti ini merupakan tiang batu yupa
globalisasi saat ini. Kebudayaan seperti piramida yang didirikan oleh para brahmana sebagai tugu
berlapis tiga, yaitu lapisan di atas, hal-hal yang peringatan dan pemujaan dengan menuliskan
dapat dilihat dengan kasat mata seperti bentuk kata-kata yang berisi kebaikan Raja Mulawarman.
bangunan, pakaian, tarian, musik, teknologi, dan Sementara itu, pengaruh budaya Islami diawali
barang-barang lain; lapisan tengah adalah dengan berdirinya Kerajaan Kutai Kartanegara
perilaku, gerak-gerik dan adat istiadat, yang pada abad ke-13 Masehi dengan pusat kerajaan
seringkali dapat juga dilihat dan dirasa; dan di Jaitan Layar, yaitu di hilir Sungai Mahakam
lapisan bawah adalah kepercayaan, asumsi, dan (daerah ini kini berada di Desa Kutai Lama). Jejak
nilai-nilai (Koentjaraningrat 1998: 5). Perwujudan kebudayaan Islam yang ditemukan di kawasan
kebudayaan adalah benda-benda yang Jaitan Layar, yaitu makam raja yang diduga
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang sebagai raja pertama yang memeluk agama
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda Islam, dan ulama yang menyebarkan agama Islam
yang dapat teraba, misalnya pola-pola perilaku, di kawasan timur Kalimantan. Pusat pemerintahan
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, Kerajaan Kutai Kartanegara di Kutai Lama
seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk mengalami beberapa kali perpindahan, yaitu pada
membantu manusia dalam melangsungkan masa pemerintahan Pangeran Aji Dipati Tua (1715
kehidupan bermasyarakat (Liliweri 2001: 4). – 1745 Masehi), pindah ke Pemarangan
Dengan konsep piramida kebudayaan tersebut (Jembayan), dan pada masa pemerintahan Sultan
tinggalan arkeologi dapat dikategorikan sebagai Aji Muhammad Muslihuddin (1732 – 1782 Masehi)
kebudayaan masyarakat di masa lalu yang berada dipindahkan ke Tepian Pandan (Tangga Arung)
pada lapisan atas, yang terdiri atas istana, masjid, yang sekarang dikenal sebagai Kota Tenggarong
makam kuno serta berbagai artefak dan ekofak. (Dahlan 2003: 27).
Sumber daya arkeologi (SDA) merupakan Dengan berdirinya dua kerajaan besar,
kebudayaan materi sebagai hasil cipta Kerajaan Mulawarman dan Kutai Kartanegara, dan
masyarakat pendukung budaya tertentu di masa terjadinya beberapa kali perpindahan pusat-pusat
lalu, sehingga dapat digunakan untuk mengenali pemerintahan menyebabkan makin kompleksnya
budaya masyarakat di suatu daerah. kebudayaan yang berkembang di masyarakat
Data sejarah dan tinggalan-tinggalan pada masa itu. Daerah-daerah yang pernah
arkeologi di kawasan Kutai Kartanegara, menjadi pusat pemerintahan tentunya juga
mempunyai budaya yang sangat beragam dan menjadi pusat ekonomi pada masa itu.
kompleks, baik yang berasal dari periodisasi Peninggalan arkeologi di daerah ini sudah
masa Hindu-Buddha maupun masa Islam sampai menunjukkan adanya komponen kota, misalnya
dengan masa kolonial. Produk budaya dari dalam bentuk kompleks makam kuno, artefak,
masing-masing periodisasi akan berbeda dan ekofak dengan karakter yang berbeda sesuai
terutama budaya yang terkait dalam menunjang dengan budaya dan letak geografis daerah ini.
aktivitas sosial budaya suatu komunitas. Pengaruh Jejak-jejak budaya dari masa kedua kerajaan lebih
budaya Hindu-Buddha di Kutai Kartanegara terkonsentrasi pada daerah yang pernah menjadi
berasal dari masa Kerajaan Mulawarman atau pusat-pusat kerajaan kuno, yaitu Muara Kaman,
Kutai Martadipura yang berdiri pada abad ke-4 Kutai Lama, Jembayan, dan Tenggarong. Untuk
Masehi dengan lokasi pusat kerajaan di Muara temuan lepas berupa artefak dan ekofak disimpan
Kaman. Berdirinya kerajaan ini mempunyai di beberapa museum, baik museum nasional,
pengaruh besar dalam kebudayaan nasional museum provinsi maupun museum situs.
Indonesia, karena merupakan awal peradaban Peninggalan arkeologi yang ditemukan di daerah

72 Naditira Widya Vol. 12 No. 1 April 2018-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan


ini menjadi representatif warisan budaya bagi seseorang, tetapi dapat menjadi ciri khas
masyarakat yang berdiam di kawasan Kutai kebudayaan yang melatarbelakanginya. Dari ciri
Kartanegara saat ini, dan memberikan gambaran khas ini masyarakat dapat menemukan dari mana
tentang sejarah dan kebudayaan mereka di masa mereka berasal dan dikenal oleh masyarakat luas.
lalu. Sumber daya arkeologi merupakan Identitas budaya memiliki beberapa atribut, yaitu
komponen penting masa kini karena mempunyai a) dipengaruhi oleh hubungan dekat; b) berubah
nilai-nilai penting yang dapat diorientasikan dalam sesuai dengan waktu; c) erat kaitannya dengan
melayani kebutuhan masa kini (Cleere 1989: 5- kekuasaan dan hak istimewa; d) bisa
6). Warisan budaya di Kutai Kartanegara menjadi membangkitkan emosi; dan e) dapat
mata rantai masa lalu dan menjadi identitas dinegosiasikan melalui komunikasi (Jameson
masyarakat sekarang. Permasalahan dalam 2007: 281-285).
penelitian ini adalah bagaimana menjadikan Secara etimologis, kata identitas berasal dari
keragaman budaya pada sumber daya arkeologi kata identity yang berarti (1) kondisi atau
sebagai warisan budaya masyarakat Kutai kenyataan tentang sesuatu yang sama, suatu
Kartanegara dapat dikemas sebagai identitas keadaan yang mirip satu sama lain; (2) kondisi
sekaligus sebagai daya tarik wisata budaya? atau fakta tentang sesuatu yang sama diantara dua
Pengemasan sumber daya arkeologi, yang orang atau dua benda; (3) kondisi atau fakta yang
sudah menjadi koleksi museum dan bangunan menggambarkan sesuatu yang sama diantara dua
atau monumen yang ada di situs-situs arkeologi, orang individu atau dua kelompok atau benda
memerlukan teknik dan strategi pengelolaan (Liliweri 2003: 69). Perhatian identitas budaya
yang berbeda. Pengelolaan sumber daya adalah mengenai apa yang telah dipelajari
arkeologi mempunyai tiga tumpuan, yaitu seseorang di masa lalu dan bagaimana mereka
ideologis berkaitan dengan jati diri dan identitas menggunakannya untuk mempengaruhi masa
(cultural identity), akademis untuk pengembangan depan (Jameson 2007: 207-208). Tujuan
ilmu pengetahuan, dan ekonomis berkaitan penelitian ini adalah untuk mengemas dan
dengan kepariwisataan. Sumber daya arkeologi menginformasikan nilai keragaman budaya
dikembangkan untuk ketiga kepentingan berkenaan dengan sumber daya arkeologi di
tersebut, dan harus secara seimbang serta tidak Kutai Kartanegara agar mudah dipahami oleh
dapat dipisahkan secara tegas (Cleere 1989: 9- masyarakat luas sehingga dapat menjadi identitas
10). Sumber daya arkeologi yang dimiliki Kutai budaya dan daya tarik wisata budaya. Pada
Kartanegara menunjukkan keberagaman budaya masyarakat modern, budaya yang ada di
yang sangat kompleks, karena dipengaruhi oleh masyarakat seringkali dijadikan komoditas yang
keberadaan kedua kerajaan besar yang bernilai ekonomis sebagai daya tarik wisata.
melatarbelakangi perkembangan daerah ini Budaya harus dapat dikelola secara bijaksana
sampai menjadi daerah Kabupaten Kutai agar tidak terjadi eksploitasi dan budaya
Kartanegara yang sekarang. Keragaman budaya disamakan dengan benda yang berwujud.
yang dimiliki masyarakat saat ini dapat menjadi Budaya dapat dikonsumsi sebagai komoditas
identitas budaya sekaligus daya tarik wisata. dalam industri pariwisata karena di dalamnya
Pengemasan dan pengelolaan sumber daya terkandung nilai experiences (Rai 2016: 1). Dari
arkeologi tidak hanya dengan mengedepan- konsep tersebut sumber daya arkeologi Kutai
kannya menjadi sesuatu yang dapat dilihat, Kartanegara merupakan warisan budaya yang
sesuatu yang dapat dilakukan atau dikerjakan, dapat menjadi aset potensial sebagai daya tarik
ataupun sesuatu yang dapat dibeli saja, tetapi juga pariwisata. Pengelolaan warisan budaya di daerah
harus ada sesuatu yang dapat dipelajari sebagai ini harus dilakukan secara seimbang dan
pembentuk identitas budaya masyarakat. bijaksana dengan memprioritaskan nilai
Pembentukan identitas budaya dilakukan, karena pengalaman (experiences) yang dimiliki untuk
tidak hanya memberikan makna tentang pribadi menghindari terjadinya eksploitasi hanya untuk

Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 73
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
kepentingan ekonomi tanpa memperhatikan memenuhi permintaan konsumen, sementara
pelestariannya. industri budaya menekankan pada produk dan
Perkembangan saat ini, wisatawan global aspek penawaran (Ap dan Mark 1999: 5). Warisan
lebih termotivasi untuk mengunjungi destinasi budaya Kutai Kartanegara sebagai daya tarik
wisata dengan tujuan untuk mempelajari wisata lebih menekankan pada penyediaan dan
kebudayaan yang menjadi identitas masyarakat pengelolaan sebagai aset dalam pembangunan
tertentu. Para wisatawan ingin mendapat di bidang ekonomi sekaligus sebagai identitas
pengetahuan dan pengalaman yang baru dari daerah. Pengemasan SDA Kutai Kartanegara
aktivitas wisata yang mereka lakukan. Hal ini harus dilakukan dengan memberikan informasi
menyebabkan industri pariwisata menjadikan yang tepat yang sangat diperlukan agar
warisan budaya sebagai komoditas yang wisatawan mendapatkan nilai experiences dari
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Warisan budaya setiap warisan budaya yang dikunjungi. Hal ini
diartikan sebagai produk atau hasil budaya fisik penting agar wisatawan mendapatkan
dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasi pengalaman dan pengetahuan yang baru,
spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang sehingga dapat mendorong motivasi mereka
menjadi elemen pokok dalam jati diri suatu untuk senantiasa berkunjung. Penciptaan
kelompok atau bangsa (Davidson 1997: 2). Agar experience yang memberikan pengetahuan dan
tidak terjadi eksploitasi budaya dan kelestarian pengalaman yang baru di kawasan ini sesuai
warisan budaya tetap terjaga dengan nilai dengan pendapat Kotler (1997: 9) bahwa ide
intangible yang dikandungnya, maka diperlukan yang terkandung pada produk adalah sesuatu
pengelolaan yang bijaksana. Ide pemanfaatan yang diinginkan oleh konsumen sehingga produk
warisan budaya sebagai produk diawali dengan harus memenuhi unsur menarik perhatian
adanya tujuan utama untuk memberikan kepuasan konsumen, dapat dimilliki, dapat digunakan, dan
pada wisatawan, yaitu mempersembahkan dikonsumsi untuk mewujudkan kepuasan atau
pengalaman baru yang menjadi kebutuhan keinginan. Nilai keberagaman budaya yang
wisatawan. Pola pendekatan yang digunakan terkandung pada sumber daya arkeologi
dalam mencapai tujuan ini adalah pendekatan sebagai warisan budaya masyarakat Kutai
produk dan pemasaran yang berimbang dengan Kartanegara saat ini harus muncul dan dapat
memadukan tujuan antara pelestarian dan memberikan nilai pengalaman bagi wisatawan,
pengelolaan warisan budaya sebagai sebuah sehingga menjadi kebanggaan masyarakat
komoditas pariwisata (Rai 2011: 3). Nilai yang setempat. Hal ini akan menjadi jembatan antara
terkandung dalam sumber daya arkeologi di Kutai pengelola warisan budaya, yang lebih
Kartanegara, yang mengandung nilai simbolis, mengutamakan pelestarian, dengan pengelola
estetis, terutama nilai keragaman budaya, harus industri pariwisata, dengan tujuan untuk
dapat dikemas menjadi produk pariwisata. Gunn meningkatkan kunjungan dan memberikan citra
(1998: 10) menyatakan bahwa sering terjadi yang baik kepada wisatawan. Jika kedua belah
kesalahan tentang pengertian produk pariwisata pihak, pengelola warisan budaya dan pengelola
pada sistem pariwisata, dan kebanyakan sering industri pariwisata, dapat memberikan pelayanan,
mengacu pada pemahaman bahwa produk adalah informasi dan pengalaman dengan nilai
sesuatu yang berwujud. Sumber daya arkeologi experiences pada setiap wisatawan yang
sebagai daya tarik wisata di Kutai Kartanegara berkunjung ke Kutai Kartanegara, maka nilai-nilai
harus mempunyai konsep yang selaras antara tentang keberagaman budaya sebagai identitas
pengemasannya untuk identitas budaya budaya dan daya tarik wisata akan mencapai hasil
masyarakat dan SDA sebagai produk pariwisata, yang optimal. Pusat-pusat Kerajaan Kutai
agar terjadi keseimbangan. Kartanegara sebagai zona konsentris
Pariwisata digerakkan oleh pasar industri dan keberadaan sumber daya arkeologi dapat
lebih menekankan pada tujuan kemudahan untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya.

74 Naditira Widya Vol. 12 No. 1 April 2018-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan


Pengembangan ini merupakan bentuk konkrit HASIL DAN PEMBAHASAN
agar dapat menjadi aset utama untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat akan nilai Nilai Keberagaman Sumber Daya Arkeologi
warisan budaya dan relevansinya untuk generasi sebagai Identitas Budaya
saat ini. Nilai keberagaman sebagai daya tarik
wisata juga memberikan manfaat terhadap Sumber daya arkeologi sebagai benda
pelestarian warisan budaya itu sendiri, serta budaya setidaknya memiliki dua dari sejumlah
menjadi kebanggaan daerah dan untuk aspek intangible (tidak teraba) yang melekat
kepentingan ekonomi. padanya, yaitu 1) konsep mengenai benda itu
sendiri, perlambangan yang diwujudkan melalui
METODE benda itu, makna dalam kaitan dengan fungsi atau
kegunaannya, isi pesan yang terkandung di
Tren wisatawan global yang termotivasi untuk dalamnya khususnya apabila terdapat tulisan
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru padanya, teknologi untuk membuatnya; dan 2)
menjadi peluang bagi daerah Kutai Kartanegara pola tingkah laku yang terkait dengannya
untuk mengembangkan daerah-daerah yang ada (Sedyawati 2003: 2). Selain itu, sumber daya
di pedalaman, yang pernah menjadi pusat arkeologi merupakan bentuk kebudayaan materi
kerajaan sebagai daya tarik wisata. Keautentikan dan tinggalan sejarah dari masyarakat di masa
dan originalitas sumber daya arkeologi harus tetap lalu yang saat ini mempunyai nilai penting dalam
dijaga dalam pengemasan nilai dan makna pembangunan, baik dalam bidang
keragaman budaya. Untuk dapat melakukan pengembangan ilmu pengetahuan, identitas
pengemasan dan menginformasikan nilai maupun bidang ekonomi. Pemanfaatan
keragaman budaya berkenaan dengan sumber peninggalan sejarah dapat dibagi menjadi dua,
daya arkeologi di Kutai Kartanegara agar mudah yaitu pemanfaatan fisik sebagai objek pariwisata,
dipahami oleh masyarakat luas dan dapat menjadi dan pemanfaatan non-fisik yang berkaitan dengan
identitas budaya dan daya tarik wisata budaya makna kultural dan nilai luhur (identitas), yang
perlu dilakukan metode penelitian yang tepat. keduanya dapat berjalan bersama. Dalam
Metode dengan pendekatan deskirptif- pemanfaatan non-fisik, maka penyebarluasan
kualitatif ini digunakan untuk menjawab pengetahuan SDA, terkait nilai dan makna yang
permasalahan dan pencapaian tujuan penelitian. terkandung di dalamnya, kepada masyarakat luas
Teknik pengumpulan data yang dilakukan antara dianggap sangat penting (Soebadio 1993/1994:
lain: a) data sekunder dengan melakukan studi 4-9). Agar sumber daya arkeologi mempunyai
pustaka hasil-hasil penelitian terdahulu, artikel- manfaat, baik secara fisik maupun nonfisik, dalam
artikel yang mendukung untuk menjawab pembangunan saat ini perlu dilakukan
permasalahan dalam tulisan ini; b) data primer pengemasan dan diinformasikan kepada
dengan melakukan observasi langsung di daerah- masyarakat luas.
daerah yang pernah menjadi pusat kerajaan di Nilai keberagaman budaya yang terdapat
daerah ini (Muara Kaman, Kutai Lama, Jembayan, pada sumber daya arkeologi di Kutai Kartanegara
dan Tenggarong); c) melakukan wawancara dapat menjadi identitas budaya pada masyarakat
dengan stakeholder di bidang pariwisata di daerah di wilayah ini. Kerajaan Mulawarman sebagai
ini; dan d) pengumpulan data primer dilakukan kerajaan tertua berlatar belakang Hindu, yang
pada tahun 2010 – 2012). Sementara analisis data menandai awal peradaban sejarah Nusantara di
hasil penelitian dengan melakukan analisis daerah ini, menjadi bagian penting sejarah
potensi dan peluang sumber daya arkeologi yang Nasional Indonesia. Di daerah Kutai Kartanegara
dapat dikelola sebagai identitas masyarakat dan juga ditemukan makam ulama dan raja yang
daya tarik wisata. memeluk agama Islam pertama di Kalimantan
Timur. Pada masa sejarah kuno atau pra-Islam,

Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 75
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
pusat kerajaan atau keraton merupakan tempat timur Kalimantan maupun luar pulau Kalimantan
bersemayam raja yang dianggap sebagai tokoh dengan tujuan utama untuk melakukan ziarah. Hal
yang diidentikkan dengan dewa. Pada masa ini juga terjadi di Kutai Lama di mana pada saat
pengaruh kebudayaan Islam, unsur menghormati raja yang berkuasa mempunyai latar belakang
raja dan sultan masih tetap ada, di mana sultan kepercayaan Islam, mulai dibangun komponen
juga dianggap seorang tokoh yang sangat kota yang bernafaskan Islami, baik yang berkaitan
berpengaruh pada masyarakatnya. dengan aspek sosial, ekonomi, politik maupun
Setelah wafat, makam raja atau sultan sering aspek kultural yang menggambarkan alam pikiran
dikunjungi orang dengan tata cara adat para konseptornya (Wiryomartono 1995: 8-9 dan
sebagaimana orang menghadap kepada raja atau Adrisijanti 2000: 17-18). Kutai Lama sebagai pusat
sultan yang masih berkuasa. Tradisi Kerajaan Kutai Kartanegara abad ke-13 Masehi,
penghormatan ini masih terlihat kuat pada yang merupakan kerajaan pertama menggunakan
masyarakat di Jawa dalam mengunjungi makam ideologi Islam di kawasan timur Kalimantan,
raja dan para wali (Tjandrasasmita 2000: 53-54). tentunya memiliki potensi arkeologi yang
Tradisi di Jawa ini ternyata juga menjadi tradisi mempunyai nilai dan makna kebudayaan yang
masyarakat yang ada di Kalimantan Timur, di mana penting. Keberadaan pusat-pusat kota Kerajaan
masyarakat masih banyak yang mendatangi Kutai Kartanegara seperti pada gambar 1 dengan
makam-makam kuno, khususnya makam Raja Aji komponen-komponen pemukiman kuno yang
Mahkota dan Aji Dilanggar, serta makam ulama ditemukan terdistribusi mengikuti aliran sungai.
yang terdapat di Kutai Lama. Kompleks makam Hal ini menunjukkan bahwa sungai pada saat itu
raja yang ada di belakang Museum Mulawarman mempunyai peran yang penting. Temuan
di Tenggarong juga banyak dikunjungi oleh berbagai artefak, yang mengandung nilai
masyarakat dari berbagai daerah baik dari wilayah keberagaman budaya, berupa berbagai macam

Sumber: Astiti 2010: 3


Gambar 1 Perpindahan Pusat Kerajaan Kutai Kartanegara dari Kutai Lama sampai ke
Tenggarong

76 Naditira Widya Vol. 12 No. 1 April 2018-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan


arca, keramik asing, tembikar, mata uang, manik- ditandai dengan kebudayaan materi dari awal
manik, alat batu, naskah kuno, dan sisa fauna. peradaban sejarah Nusantara di wilayah
Sumber daya ini menjadi warisan budaya dan aset Kabupaten Kutai Kartanegara sangat relevan
dalam pembangunan terutama untuk pengenalan untuk pembentukan identitas generasi muda
identitas dan daya tarik wisata. pada dunia global. Kemajuan teknologi dan
Dalam rangka menumbuhkan pemahaman informasi menyebabkan dunia seakan tanpa
masyarakat dan memberikan pengalaman batas dan budaya yang berkembang cenderung
(experiences) terkait nilai keberagaman budaya homogen, sehingga identitas budaya untuk
pada sumber daya arkeologi di Kutai Kartanegara membangun karakter suatu bangsa atau daerah
perlu pengemasan dan pengkomunikasian sangat dibutuhkan. Keberagaman budaya,
dengan tepat. Aspek ideologis berupa sebagai identitas budaya masyarakat, yang
keragaman budaya penting sebagai identitas dimiliki masyarakat Kutai Kartanegara banyak
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan dipengaruhi oleh hubungan dekat antara
bernegara di era globalisasi. Nilai keragaman masyarakat asli (Dayak atau pedalaman) dengan
budaya sebagai identitas masyarakat di Kutai saudagar-saudagar yang datang dari berbagai
Kartanegara dapat ditentukan berdasarkan daerah dengan budaya Melayu (pesisir) dan
warisan budaya masa lalu terutama dalam bentuk budaya kerajaan (keraton) yang berasal dari Jawa,
budaya tangible berupa sumber daya arkeologi. ataupun daerah-daerah lainnya. Kebudayaan
Identitas atau jati diri suatu bangsa dapat masyarakat Kutai Kartanegara bersifat dinamis dan
ditentukan oleh dua hal, yaitu (1) warisan budaya terus mendapat pengaruh budaya dari luar,
yang berupa hasil-hasil penciptaan di masa lalu, bersamaan dengan makin gencarnya pengaruh
dan (2) hasil-hasil daya cipta di masa kini yang budaya asing, sehingga terjadi akulturasi dan
didorong, dipacu, ataupun dimungkinkan oleh membentuk budaya baru. Kebudayaan
tantangan dan kondisi aktual dari zaman sekarang. masyarakat Kutai Kartanegara saat ini tidak
Suatu bangsa terdiri dari satuan-satuan etnis yang terlepas dari pengaruh budaya dan politik yang
ditandai oleh kebudayaan masing-masing sebagai pernah tumbuh dan berkembang di daerah ini,
tanda jati diri ataupun tanda pembeda dengan antara lain:
bangsa atau etnis lain. Seluruh hasil budaya suatu
etnis adalah sosok dari jati diri pemiliknya yang Pengaruh Hindu-Buddha
bersifat dinamis. Meskipun dinamika budaya di Kalimantan, khususnya Kutai Kartanegara
Kutai Kartanegara mendapat pengaruh dari dikenal melalui jalur perdagangan karena
berbagai negara atau daerah, tetapi tetap kekayaan alamnya oleh para pedagang asing
menunjukkan budaya asli daerah ini. Budaya asli seperti India dan Cina. Mereka menelusuri jalur
masyarakat Kutai Kartanegara adalah hidup pelayaran memasuki Sungai Mahakam untuk
gotong royong dan menerima kemajemukan tukar-menukar barang dagangan dengan
sehingga dapat hidup berdampingan dengan penduduk asli. Bukti paling penting yang
berbagai etnis. Pengaruh budaya luar, baik menunjukkan adanya hubungan antara Kutai
budaya yang menggunakan ideologi Hindu- dengan India, yaitu dengan ditemukannya prasasti
Buddha seperti di Muara Kaman maupun budaya Yupa di daerah Muara Kaman. Prasasti Yupa
dengan ideologi Islam di Kutai Lama sampai menyebutkan adanya pemberian penghargaan
Tenggarong, tetap tidak meninggalkan budaya kepada para brahmana yang telah berjasa pada
lama. Akulturasi budaya dari luar membentuk Kerajaan Mulawarman. Atas jasa para brahmana
budaya baru yang menjadi ciri khas daerah ini. itulah diadakan upacara peringatan korban
Salah satu contoh yang ditemukan di Kutai Bhahusuwarnakam, yakni korban kepada Dewa
Kartanegara adalah motif makam raja yang ada Siwa. Dalam upacara tersebut juga diberikan
di Kutai Lama berupa bunga padma (Sinar hadiah sapi, jiwandana, wijen, tanah, dan kalpataru
Majapahit) yang menunjukkan budaya dari masa kepada para Dwija (brahmana) di Waprakeswara.
Hindu-Buddha. Nilai keberagaman budaya yang

Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 77
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
Pengaruh Islam beberapa daerah di Nusantara, Islam sudah mulai
Pada tahun 1300, Aji Batara Agung Dewa Sakti diperkenalkan oleh para pedagang dari Arab
berhasil mendirikan kerajaan baru yang terletak kepada masyarakat di Nusantara.
di hilir Sungai Mahakam, di Kutai Lama, dengan Di perairan Selat Malaka, kedatangan Islam
tujuan untuk menyaingi dan membatasi gerak berlangsung sejak abad ke-7-13 Masehi, dan
kerajaan dinasti Mulawarman yang letaknya lebih pada awal abad ke-15 Masehi di daerah ini
di hulu Sungai Mahakam. Aji Batara Agung Dewa terbentuk kerajaan bercorak Islam (Kerajaan
Sakti (ABADS) mulai melakukan misinya untuk Demak). Semenjak itu, pengaruh Islam mulai
menaklukkan kerajaan dinasti Mulawarman, tetapi menyebar ke daerah lainnya, seperti di pesisir
tidak berhasil. Dalam serangan ini raja berhasil utara Jawa, yaitu Mataram (1536 Masehi), Banten
melarikan (menculik?) putri Indra Parwati Dewi (1526 Masehi), dan kota pesisir Banjarmasin (1595
Putri dari dinasti Mulawarman, dan akhirnya Masehi) (Tjandrasasmita 2000: 2-3). Pada waktu
dijadikan permaisuri oleh Raja Aji Batara Agung yang bersamaan Kutai Lama mulai ramai didatangi
Paduka Nira (putra dari ABADS), dan berganti oleh para pedagang Nusantara dan pedagang
nama Mahasuri Bengalon (Dahlan 2003: 21). Dari asing, sehingga Islam secara tidak langsung
daftar nama-nama Raja Kutai Kartanegara yang sudah berpengaruh di daerah ini. Dengan
dikutip dari Salasilah Kutai, ada kemungkinan demikian, corak pemerintahan Kerajaan Kutai
pengaruh Islam di Kutai Lama sudah terjadi jauh Kartanegara sejak di Kutai Lama telah bergeser
sebelum Raja Aji Mahkota memeluk Agama tata nilainya yang semula didominasi oleh
Islam, yaitu pada masa pemerintahan Maharaja kebudayaan Hindu oleh budaya Islami. Kaum sufi
Sultan (1450-1500) dan Raja Mandarsyah (1500 – dan mursid membina budaya Islami melalui
1530). Kata ’sultan’ jelas bukan pengaruh Hindu, pembentukan kader-kader mubalig agar bisa
melainkan pengaruh Islam yang biasanya menyebarluaskan agama Islam. Mereka juga
dipergunakan untuk gelar seorang raja. berperan besar dalam menysusun karya-karya
Sementara itu, gelar “syah” pada nama Raja sastra dan seni serta memberikan konsep
Mandarsyah merupakan gelar raja-raja di Persia kehidupan sosial berdasarkakan hukum Islam.
yang memeluk agama Islam aliran Syiah yang
artinya raja (Dahlan 2003: 31). Kabupaten Kutai Kartanegara Abad ke-20 Masehi
Dari Salasilah Kutai yang ditulis oleh Adham Daerah Kutai seperti halnya daerah lain di
(2002:19-21) diketahui bahwa sejak masa Raja Aji Nusantara yang mengalami kedaulatan
Batara Agung Dewa Sakti, Kutai Lama sudah pemerintahan Hindia Belanda sebagai akibat
ramai didatangi oleh para pedagang dari luar politik kolonialisme Belanda di Indonesia.
Kalimantan, bahkan raja sudah sering melakukan Kedatangan Belanda di Kalimantan mendapat
perjalanan ke Majapahit untuk menyabung ayam. perlawanan dari raja-raja, karena mereka tidak
Hubungan antara Kutai Lama dengan Majapahit setuju adanya campur tangan pemerintah Hindia
makin erat ketika dua putra mahkota Kerajaan Belanda dalam urusan rumah tangga daerahnya.
Kutai Lama, yaitu Maharaja Sultan dan Maharaja Pengaruh dan kekuasaan Hindia Belanda di
Sakti, pergi ke Majapahit untuk belajar adat Kalimantan dimulai dari Banjarmasin, kemudian
istiadat. Di Majapahit, kedua putra mahkota ini menyusuri pantai barat ke daerah Kerajaan
memperkenalkan diri dengan Raja Bermawijaya Pontianak, Sukadana, Montrado, dan pantai timur
kalau nama negeri mereka adalah Kutai Kalimantan.
Kertanegara dengan tujuan untuk belajar adat Di kawasan timur Kalimantan, selain
istiadat yang akan dipakai di negerinya nanti. Pada menghadapi raja-raja lokal, pemerintah Hindia
masa ini Islam kemungkinan sudah dikenal di Belanda juga berhadapan dengan Pemerintah
Kutai terutama oleh para kerabat kerajaan Inggris. Pada tanggal 17 Juli 1863,
mengingat pada masa-masa itu agama Islam ditandatanganilah perjanjian antara pemerintah
sudah menjadi agama yang tidak asing lagi bagi Hindia Belanda dengan Kerajaan Kutai, dan
masyarakat di Nusantara. Jauh sebelum itu, di merupakan awal dari penjajahan Belanda di

78 Naditira Widya Vol. 12 No. 1 April 2018-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan


daerah ini, yang ditandai dengan pemerintahan yang lebih dari satu, yaitu budaya masyarakat
Swapraja. Pemerintahan Swapraja diberi hak yang ada di daerah pedalaman sebagai daerah
untuk mengurus rumah tangganya sendiri agraris, budaya Melayu yang berada di daerah
(otonomi) di samping memenuhi tugas untuk pesisir, dan budaya keraton atau kerajaan yang
kepentingan pemerintah Hindia Belanda. berada di lingkungan pusat kerajaan. Warisan
Kedudukan Swapraja adalah bagian dari budaya masa lalu ini masih tercermin dalam adat
pemerintah Belanda, sehingga tidak dan tradisi dalam kehidupan masyarakat Kutai
diperbolehkan mengadakan perjanjian Kartanegara dalam kehidupan sehari-hari dan
internasional. Pemerintahan Swapraja di Kutai diwujudkan dalam kebudayaan materi sebagai
adalah peninggalan dari organisasi kenegaraan produk budaya masa lalu untuk memenuhi
seperti pada masa kerajaan. Kekuasaan kebutuhan sosial budaya mereka.
Swapraja berpusat dan dipegang oleh jabatan
tertinggi, yaitu raja. Jabatan raja bukan saja Sumber Daya Arkeologi sebagai Daya Tarik
merupakan jabatan lahir, tetapi juga memegang Pembangunan Wisata Budaya
kekuasaan batin sehingga raja selain sebagai
kepala negara juga menjadi kepala agama. Raja Sumber daya arkeologi di Kabupaten Kutai
pada satu pihak merupakan kepala masyarakat, Kartanegara mempunyai potensi sebagai daya
pada pihak yang lain ia adalah penghubung tarik wisata karena keunikan dan autentisitas yang
dengan dewa-dewa (menjalankan perintah dari tinggi. Jenis daya tarik wisata yang dapat
Tuhan untuk membawa umatnya ke jalan yang ditawarkan kepada wisatawan juga beragam,
baik). Sultan disamping sebagai pemegang sehingga wisatawan mempunyai banyak pilihan
kekuasaan eksekutif yang tertinggi, juga sesuai dengan tujuan kunjungan mereka ke
memegang tampuk kekuasaan adat yang tertinggi kawasan ini. Strategi mengemas dan
dalam daerah kekuasaan Kutai. Masyarakat Kutai menginformasikan sumber daya arkeologi sangat
menganggap sultan merupakan orang yang turun- diperlukan agar nilai dan makna budaya yang
temurun dari leluhurnya dan dikeramatkan serta terkandung dapat dengan mudah dipahami oleh
dipandang suci menurut adat yang tidak dapat wisatawan.
diganggu gugat. Sultan Kutai juga menjadi hakim
tertinggi dalam daerahnya, dan jika berhalangan Potensi Sumber Daya Arkeologi
dalam melaksanakan tugasnya maka baru Pariwisata di tingkat global telah mengalami
ditunjuk penggantinya baik dari lingkungan ekspansi dan diversifikasi secara berkelanjutan
keluarga maupun dari asisten Wedana (Astiti 2010: dan menjadi salah satu sektor ekonomi besar,
134-137). Masyarakat Kutai Kartanegara saat ini serta mengalami pertumbuhan sangat cepat. Hal
bersifat multikultural dan telah menjadi identitas ini dibuktikan dengan jumlah orang yang
mereka yang ditunjukkan dalam budaya melakukan perjalanan wisata di tingkat
masyarakat sehari-hari seperti kesenian, tradisi internasional yang menunjukkan pertumbuhan
dan adat istiadat. Identitas masyarakat Kutai yang positif dari tahun ke tahun, meskipun negara-
Kartanegara yang multikultural sangat dipengaruhi negara di dunia beberapa kali mengalami krisis
oleh hubungan-hubungan pada masa kerajaan global. Lonjakan pertumbuhan pariwisata ini
yang bercorak Hindu sampai pada pengaruh menunjukkan bahwa pariwisata di dunia
Pemerintahan Belanda di daerah ini, sehingga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan
dari waktu ke waktu terus mengalami dinamika tidak terpengaruh secara ekstrim ketika dunia
dan akulturasi. Dinamika yang terjadi sangat erat mengalami pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif.
kaitannya dengan kekuasaan dan sistem Pariwisata Indonesia memiliki banyak keunggulan
pemerintahan yang dikomunikasikan kepada kompetitif dan keunggulan komparatif, dan pada
masyarakat luas. Masyarakat Kutai Kartanegara tahun 2019 diproyeksikan menjadi kelompok
mempunyai identitas sebagai masyarakat yang empat sektor penghasil devisa terbesar di
multikultural ditandai dengan struktur kebudayaan Indonesia, yaitu sebesar USD 24 Miliar, yang

Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 79
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
melampaui sektor migas, batu bara dan minyak destinasi pariwisata nasional (DPN) yang ada di
kelapa sawit. Kalimantan Timur dan kawasan perkotaan (KPP
Industri pariwisata menjadi sektor yang 1), serta mendukung terwujudnya Indonesia
strategis dan media integrasi program, serta sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia,
kegiatan antarsektor pembangunan seperti berdaya saing, berkelanjutan dan mampu
pendidikan, ideologi, ekonomi, politik, dan mendorong pembangunan daerah dan
budaya. Sektor ini juga dapat menggerakkan kesejahteraan rakyat.
perekonomian masyarakat dan sebagai sentral Tenggarong yang pernah menjadi salah satu
dalam pembangunan infrastruktur dan fasilitas pusat Kerajaan Kutai Kartanegara sehingga
penunjang lainnya. Pariwisata menjadi leading memiliki berbagai sumber daya arkeologi dalam
pembangunan karena dapat menjadi kunci dalam bentuk komponen-komponen pusat kota pada
pembangunan di berbagai sektor. Kontribusi masa lalu. Sumber daya arkeologi dalam bentuk
sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto peralatan sehari-hari yang mendukung aktivitas
(PDB) dalam lima tahun terakhir (2010–2015) selalu masyarakat juga banyak ditemukan, dan
mengalami peningkatan. Dengan alasan ini setiap sekarang telah menjadi koleksi museum seperti
daerah mempunyai peluang untuk seperangkat gamelan, wadah-wadah dari
mengembangkan industri pariwisata sesuai keramik, dan lain-lain. Tenggarong dan pusat-
dengan potensi yang dimiliki. Daerah harus pusat kota kerajaan yang ada di Kutai Kartanegara
didorong agar selalu inovatif dan melakukan tidak dapat dipisahkan dari pengaruh ekspedisi
eksplorasi sumber daya arkeologi yang dimiliki dan kekuasaan kerajaan dari bangsa lain. Ciri
sebagai daya tarik wisata dan melakukan sinergi khas pusat-pusat kota di daerah ini, yaitu terletak
dengan berbagai pemangku kepentingan. di tepi aliran sungai besar atau anak-anak sungai
Sektor pariwisata, baik secara nasional yang mempunyai akses ke daerah dan negara
maupun global telah teruji dan mampu tumbuh tetangga. Sungai pada masa lalu mempunyai
dalam kondisi krisis ekonomi, dan menjadi peran penting sebagai jalur perekonomian,
penghasil devisa yang mengalami pertumbuhan termasuk perdagangan yang sangat ramai,
positif. Industri migas dan batu bara merupakan sehingga secara politik pemerintahan kerajaan
ujung tombak dan sektor unggulan Kabupaten berusaha untuk menguasai jalur perdagangan
Kutai Kartanegara dalam beberapa tahun terakhir. yang menghubungkan daerah pedalaman dan
Namun, secara Nasional, sektor migas dan batu pesisir.
bara mengalami penurunan dalam memberikan Sungai Mahakam merupakan sungai terbesar
sumbangan PDB, sehingga daerah Kutai yang ada di kawasan Kutai Kartanegara, sehingga
Kartanegara juga harus mengeksplorasi sektor pusat-pusat kota kerajaan seperti Muara Kaman,
industri baru untuk mengantisipasi penurunan Jembayan, Kutai Lama, dan Tenggarong terletak
sumbangan PAD (Pendapatan Anggaran Daerah) di tepi sungai besar, karena sekaligus sebagai
dari kedua industri tersebut. Pengembangan pusat pelayanan dan pemerintahan pada masa
industri pariwisata dengan tinggalan arkeologi itu. Pusat kota atau central business district terletak
sebagai aset dan sumber daya merupakan di tengah kota yang ditandai dengan bangunan-
peluang bagi Kutai Kartanegara di tengah-tengah bangunan komponen kota Islami Nusantara, yaitu
menurunnya sumbangan devisa sektor industri bangunan keraton, masjid dan makam-makam
migas dan batu bara. Mengacu pada Peraturan raja, alun-alun dan taman sari. Komponen-
Pemerintah nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana komponen pusat kota ini masih lengkap
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional ditemukan sekarang di pusat Kerajaan Kutai
Tahun 2010–2025, dalam Rencana Induk Kartanegara abad ke-13 Masehi di Tenggarong,
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPARDA) yang membentuk zona konsentris. Bangunan
Provinsi Kalimantan Timur (2013-2023), keraton menghadap ke Sungai Mahakam, dan
Tenggarong ditetapkan sebagai salah satu saat ini dijadikan sebagai museum negeri dan

80 Naditira Widya Vol. 12 No. 1 April 2018-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan


sebagai tempat menampilkan koleksi berbagai yang sampai dengan saat ini masih menjadi
tinggalan arkeologi dari masa Hindu-Buddha aktivitas masyarakat sehari-hari.
sampai dengan masa kolonial. Dari arsitektur
bangunan kuno, teknologi, seni, dan bahan setiap Jenis Daya Tarik Wisata Berbasis Sumber Daya
warisan budaya yang ada di daerah ini Arkeologi
mencerminkan tingkat peradaban masyarakat Dalam era global, sekarang ini muncul
pada masanya. kecenderungan bahwa masyarakat ingin
Sumber daya arkeologi Kutai Kartanegara memahami kebudayaan di luar lingkungannya.
menjadi aset dan potensi untuk pengembangan Kecenderungan ini menjadi peluang bagi Kutai
industri pariwisata, yaitu atraksi wisata yang Kartanegara untuk dapat menarik wisatawan
dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan dengan segmen pasar khusus, yaitu para
tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti ‘knowledge workers’ atau dalam istilah
sosial dan pelestarian (Pendit 1999: 21). kepariwisataan disebut ‘mature tourist’ atau
Pengertian Daya Tarik Wisata menurut Undang- wisatawan yang berpengalaman. Motivasi mature
undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 tourists berkunjung ke destinasi wisata ini tidak
tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 5, semata-mata bersifat recreational, tetapi lebih
menyebutkan bahwa : “…daya tarik wisata adalah bermotivasi untuk mencari serta menambah
segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, pengetahuan dan pengalaman mereka terkait
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan sumber daya arkeologi dan kebudayaan lokal
alam, budaya dan hasil buatan manusia yang yang berkembang di daerah setempat. Atraksi
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata budaya perlu dikembangkan untuk
wisatawan…”. meningkatkan diversifikasi atraksi wisata yang ada
Sumber daya arkeologi di daerah ini di daerah Kutai Kartanegara. Muara Kaman
mempunyai keunikan karena mempunyai ciri khas sebagai lokasi awal peradaban sejarah nusantara,
baik dari bentuk, motif maupun arsitekturnya yang wisatawan dapat melakukan beberapa aktivitas
tidak ditemukan di daerah lain serta mempunyai seperti menapak tilas di beberapa perkampungan
nilai-nilai adiluhung yang masih relevan dengan tradisional yang memiliki toponim dalam naskah-
pembangunan saat ini. Pada pusat-pusat kota naskah kuno, tempat temuan tujuh yupa,
lama di Kutai Kartanegara, masing-masing melakukan ziarah ke makam-makam kuno,
mempunyai karakter budaya sendiri, baik mengelilingi benteng-benteng kuno dan sisa-sisa
lansekap situs arkeologi, dalam bentuk bangunan lainnya, ke museum situs ataupun
monumen, artefak, dan ekofak. Sumber daya menyusuri sungai untuk melihat landscape
arkeologi yang ada di daerah Kutai Kartanegara pemukiman-pemukiman kuno tempat dahulu
dikembangkan sebagai daya tarik pariwisata ditemukan berbagai benda-benda arkeologi.
budaya, karena mempunyai originalitas dan Banyak masyarakat yang berkunjung ke
autentisitas yang tinggi. Keautentikan dan Muara Kaman dengan tujuan untuk melakukan
originalitas sumber daya arkeologi Kutai ziarah ke makam-makam kuno. Keberadaan
Kartanegara ini menjadi motivasi penarik (pull Lesung Batu di Muara Kaman juga menjadi daya
factor) bagi wisatawan, dan mempengaruhi tarik wisatawan minat khusus. Dari kunjungan ini
pengambilan keputusan untuk mengunjungi suatu para wisatawan akan mendapatkan pengetahuan
destinasi pariwisata. Pariwisata budaya pada dan pengalaman terkait lokasi dan sejarah awal
intinya merupakan jenis pariwisata yang mula peradaban nusantara. Sementara di Kutai
menawarkan kebudayaan sebagai objek atraksi, Lama, para wisatawan akan lebih banyak
baik yang bersifat tangible (benda) maupun melakukan aktivitas ziarah ke kompleks makam
intangible (tak benda). Daya tarik utama lain untuk raja dan ulama, serta naik perahu untuk
menarik kunjungan wisatawan budaya dapat mengetahui beberapa pemukiman kuno yang ada
bersifat living culture (budaya yang masih hidup) di seberang sungai Kutai Lama. Di lain pihak,

Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 81
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
Jembayan belum banyak dikunjungi oleh ataupun lembaga (Damanik 2013: 118). Pendapat
wisatawan. Aktivitas wisata budaya yang paling lain mengatakan pariwisata budaya sebagai wisata
banyak dapat dilakukan oleh wisatawan adalah yang didalamnya terdapat aspek dan nilai budaya
di Tenggarong, karena daya tarik wisata budaya mengenai adat istiadat masyarakat, tradisi
di daerah ini sangat kompleks. Beragamnya daya keagamaan, dan warisan budaya di suatu daerah.
tarik wisata di Tenggarong, karena daerah ini Penjelasan Rencana Induk Pembangunan
paling lama dan merupakan kota terakhir yang Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS tahun 2011
menjadi pusat kerajaan dan aktivitas pasal 14 ayat (1) huruf b menjelaskan bahwa: ...”
pemerintahan dan perekonomian di Kutai daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata
Kartanegara. Belanda juga menjadikan berupa hasil olah cipta, rasa, dan karsa manusia
Tenggarong sebagai pusat pemerintahan sampai sebagai makhluk budaya. Daya tarik wisata
pada masa kemerdekaan, lalu berlanjut sebagai budaya dibedakan menjadi dua, yaitu daya tarik
pusat kota kabupaten. Di Tenggarong wisatawan wisata budaya yang bersifat berwujud (tangible)
dapat melakukan aktivitas fotografi dan dan daya tarik wisata budaya yang bersifat tidak
mempelajari arsitektur beberapa bangunan berwujud (intangible)…”, Sumber daya arkeologi
kolonial termasuk istana yang saat ini difungsikan mempunyai nilai informatif, simbolik, estetik, dan
sebagai museum negeri, melakukan ziarah ke ekonomik (Lipe 1989: 9). Nilai simbolik dapat
kompleks makam kuno yang berada di belakang ditunjukkan karena sumber daya arkeologi yang
museum serta ke masjid kuno. ada di Kutai Kartanegara merupakan bukti nyata
Sumber daya arkeologi sebagai daya tarik keberadaan kerajaan-kerajaan besar yang pernah
wisata di Kutai Kartanegara merupakan salah satu ada di daerah ini dan dapat menghubungkan
strategi untuk pelestarian dan pengembangan dengan masyarakat sekarang. Makam-makam
kebudayaan daerah dalam memperkokoh kuno, masjid kuno, bangunan istana, dan
ketahanan budaya dan menunjukkan identitas. berbagai artefak yang tersimpan di museum dapat
Pengembangan pariwisata berbasis sumber daya menghubungkan masyarakat sekarang dengan
arkeologi di daerah ini, selain untuk ekonomi, masa pada saat masa sumber daya ini dibuat.
juga menjadi kekuatan sosial budaya di Sumber daya ini merupakan media atau simbol
masyarakat. Pariwisata dapat digunakan sebagai yang dapat membantu ingatan masyarakat tentang
media untuk meningkatkan pemahaman lintas masa kerajaan dulu, tentang raja atau sultan
budaya atau sarana diplomasi budaya, menjadi dengan berbagai aktivitasnya. Salah satu
motivasi untuk melestarikan budaya dan contohnya, ketika masyarakat saat ini melihat
lingkungan, serta memperkuat semangat lokasi makam raja yang berdekatan dengan
kebangsaan dan identitas daerah. Wisatawan masjid dan keraton, akan dapat mengingatkan
juga mendapatkan pengetahuan tentang sejarah masyarakat sekarang bahwa sultan membangun
dan dinamika perkembangan budaya, hasil komponen kota ini untuk mempermudah sultan
penciptaan masyarakat pendukung budaya masa dan kerabat dalam melakukan aktivitas sosial
lalu, tradisi dan kearifan lokal masyarakat Kutai budaya terkait dengan religi (ziarah dan sholat).
Kartanegara. Pemahaman dan pengetahuan yang Sumber daya arkeologi juga dapat
terkandung pada setiap warisan budaya, agar memberikan informasi tentang masa pembuatan,
lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas harus teknologi, fungsi, keindahan, perilaku, dan budaya
diinterprestasi terlebih dahulu. Hal ini penting masyarakat pedukung budaya ini. Banyak
karena tingkat pemahaman wisatawan berbeda- informasi yang dapat disampaikan oleh sumber
beda. daya arkeologi ini, tentang asal usul dan jalur
Pariwisata budaya merupakan kunjungan perdagangan, hubungan dengan negara dan
orang dari luar destinasi yang didorong oleh daerah lain, serta kemahiran atau teknologi yang
ketertarikan pada objek-objek atau peninggalan dikuasai oleh masyarakat pada masa itu. Nilai dan
sejarah, seni, ilmu pengetahuan dan gaya hidup pengetahuan ini dapat diinformasikan kepada
yang dimiliki oleh kelompok, masyarakat, daerah wisatawan melalui pemandu wisata, papan

82 Naditira Widya Vol. 12 No. 1 April 2018-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan


informasi dan leaflet, teks tentang objek yang sistem baru dengan tujuan untuk memberi roh baru
dipamerkan di suatu museum, media elektronik, agar memberikan manfaat bagi masyarakat
serta menggunakan media digital dengan cara sekarang, baik untuk ekonomi maupun jati diri
yang lebih interaktif. Untuk meningkatkan atau identitas budaya.
pengalaman dan nilai experiences wisatawan Sementara itu, prinsip interaktivitas
terhadap setiap sumber daya arkeologi yang (interactivity) pada sumber daya arkeologi
dikunjungi, maka harus meningkatkan media sebagai daya tarik wisata sangat penting agar
interpretasi. Hal ini penting agar masyarakat dan informasi yang terkandung dalam setiap warisan
wisatawan mendapatkan pengetahuan dan budaya ini, mampu disampaikan dan dipahami
pemahaman yang benar terhadap setiap warisan oleh masyarakat luas termasuk wisatawan,
budaya yang menjadi daya tarik wisata budaya. sehingga wisatawan pun dapat memberikan
Pengalaman dan nilai experiences yang diperoleh respon terhadap nilai dan makna budaya yang
wisatawan sangat mempengaruhi motivasi mereka terkandung. Respon masyarakat lokal terhadap
untuk berkunjung ke daerah ini, sehingga sumber daya arkeologi yang ada didaerahnya
kunjungan wisata secara langsung akan diharapkan dapat menjadi inspirasi dan inovasi
memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat dalam menjaga persatuan dan kesatuan karena
lokal. nenek moyangnya sejak dahulu sudah dapat
hidup rukun dengan keragaman budaya.
Strategi Mengemas dan Mengkomunikasikan Informasi yang disampaikan kepada
Sumber Daya Arkeologi masyarakat luas merupakan hasil interprestasi
Dalam menginformasikan nilai-nilai yang yang telah dilakukan terhadap sumber daya
terkandung pada sumber daya arkeologi perlu arkeologi, baik itu berupa koleksi museum
dilakukan pengemasan untuk meningkatkan nilai maupun bangunan-bangunan kuno. Interpretasi ini
experiences wisatawan di Kutai Kartanegara. sangat dibutuhkan agar wisatawan dan
Terdapat beberapa prinsip yang harus masyarakat dapat memahami nilai dan makna
diperhatikan dalam mengemas SDA, yaitu: a) yang terkandung pada setiap sumber daya
mempertahankan keasliannya (authenticity); b). arkeologi yang dikunjungi. Nilai budaya sumber
kontektualisasi (contextualization); dan c). daya arkeologi dikomunikasikan kepada
interaktivitas (interactivity) (Astiti 2017: 200). wisatawan, baik secara lisan oleh pemandu wisata
Keautentikan (authenticity) sumber daya arkeologi atau penjaga situs maupun melalui media cetak
sebagai daya tarik wisata penting agar dan digital. Budaya diciptakan, dibentuk,
memberikan kesempatan kepada masyarakat ditransmisikan, dan dipelajari melalui komunikasi,
plural dan multikultural untuk menafsirkan nilai dan sebaliknya praktik-praktik komunikasi diciptakan,
makna budaya yang terkandung sesuai dengan dibentuk dan ditransmisikan melalui budaya
versi dan interpretasi mereka masing-masing. Hal (Rahardjo 2005: 49-51). Media komunikasi yang
ini penting terutama untuk segmen pasar wisata tepat dapat menambah aktivitas interaktif
yang mempunyai minat dan ketertarikan khusus wisatawan dan experiences sehingga menambah
terhadap warisan budaya tertentu.Prinsip ini juga motivasi mereka untuk lebih tertarik menjelajahi
penting sebagai upaya pelestarian dengan situs-situs arkeologi yang ada di daerah Kutai
memberikan informasi nilai penting sumber daya Kartanegara. Dengan demikian, wisatawan dapat
arkeologi kepada masyarakat luas. Sumber daya terinspirasi terhadap pencapaian masa lalu
arkeologi sebagai daya tarik wisata juga harus daerah ini, baik di sektor budaya maupun
mempunyai kontekstualisasi yang tepat, seperti ekonomi.
keberadaan makam-makam raja dan ulama Sumber daya arkeologi di Kutai Kartanegara
terletak tidak jauh dari masjid kuno dan istana adalah khas dan sudah banyak yang langka
sebagai konsep pemukiman pada masa itu. seperti lokasi temuan yupa, lesung batu, masjid,
Kontekstualisasi sangat penting sebagai upaya dan makam-makam kuno, lansekap pemukiman
pemaknaan kembali dalam konteks kekinian atau kuno, serta berbagai artefak dan ekofak yang

Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 83
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
disimpan di museum. Sumber daya ini sebagian kota Kerajaan Kutai Kartanegara sebagai warisan
besar bersifat asli, baik dari bahan, arsitektur budaya yang menunjukkan nilai keberagaman
maupun teknologi yang digunakan. Beberapa budaya sangat penting untuk mempertahankan
artefak dibuat dalam bentuk replika tetapi produk keberadaannya.
ini tetap mempunyai nilai budaya yang hampir Pemanfaatan sumber daya arkeologi untuk
sama dengan yang aslinya. Daya tarik wisata yang kepentingan ekonomi melalui pariwisata tetap
baik sangat terkait dengan tiga hal, yaitu: a) mempunyai dampak yang penting terhadap
keunikan: sebagai kombinasi kelangkaan dan pelestarian warisan budaya tersebut. Pariwisata
kekhasan yang melekat pada suatu daya tarik mempunyai beberapa dampak terhadap
wisata; b). originalitas: (mencerminkan keaslian kebudayaan yaitu: 1) merangsang dalam usaha
atau kemurnian): seberapa jauh suatu produk tidak pemeliharaan monumen-monumen budaya yang
terkontaminasi atau tidak mengadopsi nilai yang dapat dinikmati penduduk setempat dan
berbeda dengan nilai aslinya; c) autentisitas: wisatawan; 2) memberikan dorongan dalam usaha
mengacu pada keaslian yang lebih sering melestarikan dan menghidupkan kembali
dikaitkan dengan keantikan atau eksotisme beberapa pola budaya dan tradisi seperti
budaya sebagai daya tarik wisata dan merupakan kesenian, kerajinan tangan, upacara, pakaian,
kategori nilai yang memadukan sifat alamiah, kesenian dan lain-lain; 3) memberikan dorongan
eksotis, dan bersahaja; (Damanik dan Weber untuk memperbaiki lingkungan hidup yang bersih
2006: 13). dan menarik; 4) terjadi tukar-menukar kebudayaan
Sumber daya arkeologi di daerah ini banyak antara wisatawan dan masyarakat lokal, wisatawan
yang masih asli terutama bahan dan arsitekturnya dapat lebih banyak mengenal kebudayaan,
mempunyai nilai eksotisme budaya yang tinggi. lingkungan dan penduduk lokal, masyarakat juga
Sumber daya arkeologi sebagai daya tarik wisata dapat mengenal tentang budaya dari wisatawan
di daerah ini mempunyai nilai-nilai dari tiga hal karena antara wisatawan dan masyarakat lokal
tersebut mempunyai keunikan, bersifat original dapat melakukan interaksi secara langsung; dan
dan mempunyai autentisitas yang tinggi. Hal ini 5) mendorong pendidikan di bidang
dapat menjadi referensi bagi wisatawan yang ingin kepariwisataan untuk menghasilkan sumber daya
memperluas pandangan hidup dan pengalaman manusia (SDM) yang handal di bidang pariwisata
terkait warisan budaya masa lalu. Dalam (Sihite 2000: 76). Masyarakat menganggap
pengembangan pariwisata, sumber daya sumber daya arkeologi yang ada di sekitarnya
arkeologi sebagai komoditas industri pariwisata menjadi aset untuk memenuhi kebutuhan hidup
di Kabupaten Kutai Kartanegara harus mereka sehari-hari, sehingga mereka mempunyai
diintegrasikan dengan komoditas yang lain. tanggung jawab untuk ikut menjaga kelestarian
Komoditas ini dapat dari berbagai usaha sumber daya arkeologi.
pariwisata seperti suvenir, restoran dan rumah Pengembangan pariwisata di kawasan bekas
makan, taman bermain, dan transportasi sehingga pusat-pusat Kerajaan Kutai Kartanegara
peluang usaha dan pergerakan ekonomi difokuskan pada target pasar untuk wisatawan
masyarakat lokal meningkat. Upaya melestarikan yang mempunyai motivasi dan minat khusus,
warisan budaya dengan diorientasikan dengan karena saat ini banyak wisatawan lebih memilih
pembangunan yang ada saat ini baik secara fisik produk-produk unik yang beragam dan bermutu
maupun non fisik. Aspek-aspek tradisional pada tinggi, dan meninggalkan produk-produk standar
warisan budaya ini dijadikan sebagai komoditas berskala massal. Destinasi-destinasi wisata baru
dalam industri pariwisata sangat penting untuk yang berada di daerah pedalaman atau desa-
menjaga pelestarian budaya. Pelestarian menurut desa tradisional yang kaya sumber daya alam
UU Cagar Budaya adalah upaya dinamis untuk dan budaya yang unik yang menjadi sasaran
mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan wisatawan minat khusus. Hal ini menjadi peluang
nilainya dengan cara melindungi, mengem- untuk pengembangan sumber daya arkeologi
bangkan, dan memanfaatkannya. Pusat-pusat yang masih banyak di daerah-daerah pedalaman

84 Naditira Widya Vol. 12 No. 1 April 2018-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan


Kutai Kartanegara sebagai daya tarik wisata, akomodasi yang nyaman selama berada di
selain Tenggarong. destinasi wisata (what to stay).
Kutai Kartanegara dalam pengembangan Sumber daya arkeologi Kutai Kartanegara
pariwisata, dengan menggunakan sumber daya mempunyai daya tarik wisata dan menjadi
arkeologi sebagai komponen utama, harus motivasi wisatawan untuk berkunjung ke daerah
memenuhi berbagai syarat yang sesuai dengan ini. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke
pengembangan daerahnya. Menurut Maryani kawasan ini mempunyai dampak baik secara
(1991: 11) dalam pengembangan pariwisata harus langsung maupun tidak kepada masyarakat lokal.
mempunyai beberapa komponen yaitu: a) what Menurut Graburn (2000: 339) dampak kunjungan
to see: harus mempunyai atraksi wisata khusus wisatawan terhadap masyarakat lokal dilandasi
yang berbeda dan tidak dimiliki daerah lain dan oleh a). keinginan untuk memberikan hasil karya
atraksi budaya yang dapat dijadikan seni ataupun kerajinan yang bermutu tinggi
‘entertainment’ bagi wisatawan; b). what to do: kepada wisatawan; b). masyarakat menjaga citra
terdapat jenis atraksi atau fasilitas wisata yang positif dan menunjukan identitas budaya lokal
membuat wisatawan lebih lama di tempat wisata; kepada dunia luar; dan c). masyarakat
c). what to buy: tersedia fasilitas untuk berbelanja mempunyai keinginan untuk memperoleh uang
terutama barang suvenir dan kerajinan rakyat akibat meningkatnya komersialisasi.
sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat Berkembangnya industri pariwisata di Kabupaten
asal; d). what to arrived: merupakan aksesibilitas Kutai Kartanegara tentunya menjadi peluang untuk
untuk mengunjungi daya tarik seperti: bagaimana pengembangan industri pariwisata yang lain.
cara mengunjungi, kendaraan apa yang Tumbuh kembangnya industri pariwisata di
digunakan, dan berapa lama tiba ketempat tujuan daerah ini dapat menjadi subjek alternatif sektor
wisata; e). what to stay: bagaimana wisatawan unggulan struktur ekonomi saat ini, selain migas
akan tingggal selama berwisata. Kutai Kartanegara dan batu bara. Industri pariwisata yang
banyak menawarkan atraksi khusus yang dapat menggunakan sumber daya arkeologi sebagai
dilakukan oleh wisatawan seperti melakukan komponen utama tentunya mempunyai beberapa
napak tilas pada beberapa acara adat erau fungsi selain semata-mata untuk meningkatkan
Kerajaan Kutai Kartanegara yang masih berlanjut perekonomian masyarakat lokal. Pengembangan
sampai saat ini, atau melakukan tracking ke Bukit pariwisata budaya dengan menggunakan sumber
Jaitan Layar yang merupakan lokasi disebut- daya arkeologi sebagai daya tarik wisata di
sebut di Salasilah Kutai dan tempat tertinggi yang Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai
ada di Kutai Lama sehingga wisatawan dapat beberapa manfaat yaitu: a). meningkatkan
menikmati dan memantau Sungai Mahakam dari perekonomian dengan membuka lebih banyak
kejauhan. Wisatawan juga dapat tinggal lebih lama peluang usaha; b). melestarikan warisan budaya
di destinasi wisata karena dapat disuguhi dan lingkungannya; c). meningkatkan
(perhatikan sufiks) berbagai kesenian dan tradisi kebanggaan daerah; e). memupuk rasa cinta
adat yang masih dilaksanakan oleh masyarakat tanah air dan bangsa; dan f) sebagai sarana
sehari-hari. Suvenir khas kerajinan Kutai diplomasi budaya. Nilai-nilai keragaman budaya
Kartanegara berupa manik-manik atau miniatur yang terkandung dalam sumber daya arkeologi
berbagai produk budaya juga banyak tersedia sebagai cerminan masyarakat Kutai Kartanegara
di sekitar museum dan kompleks makam-makam dapat menjadi media diplomasi kepada dunia
raja. Permasalahan yang masih muncul di Kutai melalui wisatawan yang berkunjung ke daerah ini.
Kartanegara adalah belum banyaknya informasi
terkait dengan akses untuk menuju sumber daya PENUTUP
arkeologi yang menjadi daya tarik wisata budaya
serta bagaimana dan dimana mereka Sumber daya arkeologi dapat memperkuat
mendapatkan berbagai fasilitas, seperti identitas budaya atau jati diri serta meningkatkan

Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 85
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
kesejahteran masyarakat. Pemanfaatan sumber perjalanan wisata berbasis SDA yang tidak
daya arkeologi untuk memperkuat karakter semata-mata untuk tujuan rekreasi, melainkan
masyarakat dan daya tarik wisata merupakan mencari pengetahuan dan pengalaman baru.
sikap yang bijaksana untuk meminimalisasi Sumber daya arkeologi pada era globalisasi
dampak negatif dari pengaruh globalisasi. oleh masyarakat Kutai Kartanegara sebagai media
Globalisasi berdampak pada semua aspek yang tepat yang dapat difungsikan untuk
kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, mengemas dan mengelola nilai keberagaman
maupun perilaku dan sosial budaya masyarakat budaya yang dimilikinya. Tujuan mengemas dan
sehingga harus disikapi dengan bijaksana. menginformasikan nilai dan makna simbolis,
Masyarakat Kutai Kartanegara mempunyai informatis, dan estetis yang terdapat pada sumber
budaya yang beragam (multiculture) dan sudah daya arkeologi sebagai daya tarik wisata dapat
menjadi identitas mereka sejak berdirinya dua mempermudah pemahaman masyarakat luas
kerajaan besar di daerah ini. Sumber daya terhadap keragaman budaya. Dalam
arkeologi sebagai warisan budaya dari dua menginformasikan nilai-nilai yang terkandung pada
kerajaan besar, yaitu Kerajaan Mulawarman di sumber daya arkeologi di Kutai Kartanegara perlu
Muara Kaman sebagai penanda awal peradaban meningkatkan nilai pengalaman (experiences)
sejarah Nusantara yang bercorak Hindu-Buddha wisatawan dengan memperhatikan keasliannya,
dan Kerajaan Kutai Kartanegara yang mendapat kontektualisasi, dan interaktivitas kemasan.
pengaruh kebudayaan Islami. Keberadaan dua Keragaman budaya ini pula yang dapat
kerajaan ini menjadi salah satu latar belakang memotong perbedaan budaya dari kelompok-
yang membentuk masyarakat Kabupaten Kutai kelompok masyarakat, sehingga dapat menjadi
Kartanegara menjadi masyarakat yang memiliki landasan sikap yang bijaksana untuk
keragaman budaya. Mengacu pada makna meminimalisasi dampak negatif pengaruh budaya
simbolis, informatis, estetis, dan nilai-nilai budaya globalisasi. Meningkatnya kunjungan masyarakat
pada sumber daya arkeologi di Kutai Kartanegara dari luar wilayah Kutai Kartanegara ke kawasan
akan dapat memberikan makna kekinian pada ini dengan tujuan untuk mempelajari dan
pembangunan di daerah ini. Nilai-nilai keragaman mendapatkan experiences yang baru terhadap
budaya yang terdapat pada sumber daya nilai keberagaman budaya Kutai Kartanegara,
arkeologi di daerah dapat menjadi mata rantai dapat membanggakan dan meningkatkan
yang menghubungkan masa lalu dengan identitas perekonomian masyarakat.
budaya masyarakat sekarang. Sumber daya Pada akhirnya, dalam mengemas sumber
arkeologi Kutai Kartanegara sebagai hasil-hasil daya arkeologi sebagai pembentuk identitas
penciptaan di masa lalu sudah menentukan budaya dan daya tarik wisata, pengelola harus
identitas budaya atau jati diri masyarakat di daerah tetap mempertahankan keunikan, originalitas, dan
ini. Sumber daya arkeologi Kutai Kartanegara juga autentisitas dalam mengeksplorasi potensi wisata.
mempunyai nilai ekonomis yang dapat Langkah penting yang lain adalah mensinergikan
dikembangkan sebagai daya tarik wisata yang sumber daya atau komponen pariwisata lainnya
selaras dengan tren wisata global. Tren wisata di sekitar sumber daya arkeologi untuk
global Kutai Kartanegara harus menawarkan meningkatkan keberagaman atraksi wisata di
daerah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adham, M. 2002. Salasilah Kutai. Tenggarong: Adrisijanti, I. 2000. Arkeologi Perkotaan Mataram
Bagian Kehumasan dan Keprotokolan Islam. Yogyakarta: Jendela
Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Ap, J. dan B. Mark. 1999. “Balancing Cultural
Kartanegara. Heritage, Conservation and

86 Naditira Widya Vol. 12 No. 1 April 2018-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan


TourismDevelopment in a Sustainable Liliweri. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi
Manner” Paper presented at the International Antarbudaya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Conference: Heritage and Tourism, 13th– Lipe, W. 1989. “Value and Meaning in Cultural
15th December. Hong Kong resources”. In approaches to the
Astiti, Ni Komang Ayu. 2010. “Pusat Kerajaan Kutai Archaelogical Heritage, ed. H.Cleere. New
Kartanegara Abad XIII – XVII (Kajian Sumber York: Cambridge University Press.
Daya Budaya)”. Tesis. Depok: FIB UI. Maryani. 1991. “Pengantar Geografi Pariwisata.
______. 2017. “Kawasan Kompleks Bangunan Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi
Megalitik di Kabupaten Lahat Sebagai FPIPS IKIP.
Daya Tarik Wisata Budaya dan Alam”. Pendit. 1999. Ilmu Pariwisata. Jakarta: Akademi
Kapata Arkeologi 13 (2): 195-208. Pariwisata Tri Sakti.
Cleere, Henry. 1989. “Introduction:The Rationale Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-
of Archaeological Heritage Management”. Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Hlm 1-19 dalam Henry F.Cleere (ed) Kepariwisataan. Jakarta
Archaeological Heritage Management in the Presiden Republik Indonesia. 2010. Undang –
Modern World. London: Unwin Hyman Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 Tentang
Damanik, J. dan Helmut F. Weber. 2006. Cagar Budaya. Jakarta.
Perencanaan Ekowisata: dari Teori ke Presiden Republik Indonesia. 2011. Peraturan
Aplikasi. Yogyakarta: Andi. Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50
Damanik, J. 2013. Pariwisata Indonesia. tahun 2011 tentang Rencana Induk
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Dahlan. 2003. Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai. Tahun 2010-2025. Jakarta.
Tenggarong: Museum Negeri Mulawarman Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah.
Davidson. 1997. Strategic Marketing Mix, 5th Yogyakarta: Graha Ilmu.
Edition. The Mc Graw Hill Companies, Inc Rai, Utama. 2011. “Refleksi Pembangunan
Gunn, C.A. 1998. Tourism Planning 2nd Edition. Pariwisata Bali: Antara Pelestarian Budaya
New York: Taylor and Francis. dan Pembangunan Ekonomi”. Di Unduh 21
Graburn, N.H.H. 2000. “Tradition, Tourism and Februari 2018 https://
textile: Creativity at the Cutting Edge”. Hlm. tourismbali.wordpress.com/2011/07/18/
338-353 dalam Building on Batik The refleksi-pembangunan-pariwisata-bali-
Globalization of a Craft Community, editor antara-pelestarian-budaya-dan-
M. Hitchcock dan W. Nuryanthi. Burlington: pembangunan-ekonomi)
Ashgate. Rai, Utama. 2016. “Mengelola Warisan Budaya
Jameson, Daphne A. 2007. “Reconceptualizing sebagai Produk Pariwisata”. Di Unduh 21
Cultural Identity and Its Role in Intercultural Februari 2018 (https://
Business Communication”. Journal of www.researchgate.net/publica tion/
Business Communication 44(3): 199-235 280011503).
Koentjaraningrat. 1998. Pengantar Antropologi Sedyawati, Edi . 2003. “Warisan Budaya Intangible
Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta: Rineka yang Tersisa dalam yang Tangible”.
Cipta Ceramah Ilmiah Arkeologi disampaikan
Kotler, Philip. 1997. Marketing Management pada tanggal 18 Desember 2003 di Fak.
Analysis, Planning, Implementation and Ilmu Pengetahuan Budaya UI. Depok:
Control (9th ed.). New Jersey: Prentice Hall Universitas Indonesia.
International, Inc. Sihite. 2000. Tourism Industry. Surabaya : SIC.
Liliweri. 2001. Gatra gatra komunikasi antar Soebadio H. 1993/1994. “Arkeologi dan
budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Pengembangan Sosial Budaya Bangsa”.

Sumber Daya Arkeologi Kutai Kartanegara: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya 87
dan Daya Tarik Wisata-Ni Komang Ayu Astiti (71-88)
Hlm 3-13 dalam Proceeding PIA VI. Jakarta: Indonesia Dari Abad XIII-XVIII Masehi.
Puslit Arkenas. Jakarta: Penerbit Menara Kudus.
Tjandrasasmita. 2000. Pertumbuhan dan Wiryomartono. 1995. Seni Bangunan dan Seni
Perkembangan Kota-Kota Muslim di Binakota di Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

88 Naditira Widya Vol. 12 No. 1 April 2018-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Anda mungkin juga menyukai