PENDAHULUAN
1
Universitas Kristen Petra
untuk berdagang dan mulai menyebar. Pedagang ini dikenal dengan pedagang
Melayu, hubungan baik perdagangan ini menyebapkan mereka mendapat tempat
istimewa dihati raja. Sehingga mereka diberikan fasilitas tempat ibadah.Untuk
memperkuat kepercayaan islam di Sulawesi Selatan didatangkannya tiga mubalig
atau tiga nabi besar. Penyebaran islam yang terjadi di Sulawesi Selatan memiliki
pola top down, yang berarti kerajaan islam masuk melalui kalangan elite penguasa
kerajaan, kemudian baru di sosialisasikan kepada masyarakat bawah (Sewang 86).
Karena ini agama Islam diakui sebagai agama kepercayaan yang dimana nilai-
nilai Islam ikut mempengaruhi nilai-nilai masyarakat Sulawesi Selatan.
Sejak awal abad ke-18 saat Belanda mulai memasuki Indonesia, dengan niat
yang sama pada awalnya ingin berdagang dan melihat potensi alam indonesia
sehingga muncul hasrat ingin menguasai beberapa tempat penghasil atau pusat
perdagangan di Indonesia. Salah satunya adalah Sulawesi Selatan, khusunya pada
kerajaan Gowa.
Menurut Sartono, et al. :“Pentingnya kerajaan Gowa baru mereka ketahui
setelah berhasil merampas sebuah kapal Portugis di dekat perairan Malaka yang
mempunyai awak dari Makassar. Dari orang Makassar ini mereka mendapat
informasi mengenai keadaan pelabuhan kerajaan Gowa yang merupakan suatu
pelabuhan tarnsito bagi kapal-kapal yang berlayar ke Maluku atau dari Maluku.
(371).”.
Setelah penandatanganan perjanjian Bungaya oleh pihak Gowa, aktifitas
perdagangan di Sulawesi Selatan dikuasai penuh oleh Belanda. Pada saat masa
penjajahan di Sulawesi Selatan, Belanda memaksakan budaya Eropa kedalam
budaya lokal setempat. Hal ini menyebapkan “geger budaya” karena budaya eropa
yang sangat agresif. Disebapkan Kebudayaan Eropa pada posisi “superior” dan
kebudayaan lokal pada posisi “inferior”. Dengan demikian terjadi proses
pemaksaan dari budaya yang progresif terhadap kebudayaan yang lebih lemah
(Sachari 6). Hal ini lebih terlihat pada bentukan arsitektur rumah, karena
kerinduan akan negara asal mereka sehingga mereka menciptakan suasana yang
mirip dengan negara asal mereka. (Pile 154). Hal ini mempengaruh pandangan
budaya masyarakat setempat.
2
Universitas Kristen Petra
Pemikiran mengenai karya budaya yaitu bangunan arsitektur atau bangunan
lokal masyarakat setempat mengandung nilai-nilai kepercayaan dan aturan-aturan
mulai bermunculan dan dijadikan sebagai ilmu, baik ilmu seni atau ilmu teknologi
yang mempunyai makna, manfaat dan kepentingan. Sebagai bangunan masa lalu
dimana makna bangunan lebih menekankan terhadap ketepatgunaan. Bangunan
juga merupakan salah satu abstraksi pemikiran kebudayaan yang diwujudkan
dalam kebudayaan fisik yang merupakan wujud ketiga dari 3 wujud kebudayaan
dimana berupa seluruh total fisik dari aktivitas , perbuataan dan karya pemikiran
dari sekelompok masyarakat (Koentjaraningrat. Pengantar 188). Sehingga
pemaknaannya tidak lepas dari wujud simbolnya walaupun secara teori terpisah.
Bangunan menjadi suatu sarana ekspresi budaya yang mengandung pesan-
pesan tertentu yang diturunkan dari gernerasi ke generasi. Bangunan tersebut
salah satunya adalah Museum Karaeng Pattingalloang. Museum ini didirikan
diatas istana Karaeng Pattingalloang setelah dihancurkan oleh Belanda. Museum
ini didirikan untuk mengingat Karaeng Pattingaloang sebagai pemersatu kerajaan
Gowa-Tallo di Sulawesi Selatan. Karaeng Pattingalloang sendiri adalah Raja
Tallo dan mangkubumi Gowa (Tika 3). Pendirian museum ini, mengikuti nilai-
nilai budaya Sulawesi Selatan karena jasa dari Karaeng Pattingalloang dengan
mengabungkan arsitektur Bugis-Gowa, ini terlihat dari bentuk bangunan yang
mendapat banyak pengaruh nilai-nilai budaya akibat pengaruh kepercayaan,
masuknya budaya asing dan nilai-nilai budaya dari suku-suku Sulawesi selatan
dalam hal ini, nilai-nilai pengabungan budaya Gowa dan Bugis.
Peneliti tertarik meneliti budaya Sulawesi Selatan ini karena budaya ini
jarang diketahui oleh orang banyak dan banyaknya keragaman yang terdapat pada
museum ini. Menganalisa makna sebuah budaya perlu melihat berdasarkan sikap
hidup, perilaku manusia, dan pola pikir mereka dimana tempat bangunan itu
didirikan. Sebuah bangunan tidak dapat dianggap sebagai benda mati saja, karena
bentuk yang direalisasikan menjadi bentuk dan simbol-simbol bahasa rupa budaya.
Karena selama ini Sulawesi Selatan hanya terkenal dengan Tongkonannya jadi
penulis ingin mengangkat sisi lain dari keragaman budaya lainnya, mengingat
Gowa dan Bugis merupakan salah satu suku besar dan suku asli dari Sulawesi
Selatan sendiri. Pencampuran nilai-nilai budaya ini menghasilkan pola penikiran
3
Universitas Kristen Petra
baru oleh masyarakat setempat yang melahirkan keragaman budaya serta
keunikan dan jarang diketahui.
Secara garis besar, pola pemikiran latar belakang terwujud seperti berikut :
4
Universitas Kristen Petra
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan bentukan yang diterapkan pada interior museum Karaeng
Pattingalloang sesuai dengan nilai-nilai yang dipercaya masyarakat
Sulawesi Selatan.
2. Mengetahui makna dan nilai-nilai yang diterapkan pada bentukan museum.
5
Universitas Kristen Petra
Dalam pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian dalam
kebudayaan yaitu usaha atau cara yang bersistem untuk mengumpulkan kenyataan
dilapangan, menguji, menganalisis, dan menguraikannya dalam bentuk hipotesa
atau hasil penelitian untuk menjawab dari permasalahan yang timbul sesuai
dengan pengalaman yang dirasakan oleh peneliti saat meneliti dan
mencocokannya dengan teori untuk memperkuat dugaan. Sistematis dalam
melakukan penelitian ini terbagi atas tiga tahap yaitu, metode pendekatan, metode
pengumpulan data, metode analisis.
6
Universitas Kristen Petra
(Maryaeni 26). Penemuan naturalistik menyikapi realitas penelitian sebagai gejala
yang bersifat ganda, terekonstruksikan dan bersifat holistik. Hubungan ataran
peneliti dan realitas penelitian bersifat interaktif dan tidak dapat dipisahkan
(Maryaeni 29).
7
Universitas Kristen Petra
Museum Karaeng Pattingalloang. Kelima pada Bapak Abdul Kadir Bacololo, haji
selaku budayawan, pegawai arsip nasionla, pembicara dan penyusun buku
mengenai adat bugis-makassar. Keenam kepada bapak Drs. ABD Rahim M.Si
selaku wakil direktur pengelolah museum Karaeng Pattingalloang dan peneliti
rumah adat sulawesi selatan. Wawancara dilakukan dengan memberi pertanyaan
sekitar tradisi-tradisi pembangunan rumah ada Sulawesi Selatan, nilai-nilai dan
bentukan-bentukan yang hidup dalam masyrakat dulu, kepercayaan dan pamali
terhadap aturan maupun larangan terutama didalam rumah. sejarah dari museum
sendiri. Agar data yang didapatkan akurat dan dapat dianalisis.
2. Survey Lapangan
Metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta
dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual (Nazir 65). Survey
dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung di benteng Sumba Opu
pada museum Karaeng Pattingalloang, Gowa Sulawesi Selatan dan membuat
dokumentasi mengenai bentuk ruangan, elemen pembentu ruang, elemen
transisinya, dan elemen pendukungnya. Dokumentasi ini berupa foto dan gambar
yang akan dibahas dari objek yang akan diteliti.
Sekarang foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat untuk keperluan
penelitian kualitatif. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan
sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis
secara induktif. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan pada penelitian
kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti
sendiri (Moleong 162).
Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh dari pihak
lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data
sekunder biasanya berbentuk data dokumentasi atau data lapangan yang telah
tersedia (Azwar 91). Data sekunder dapat berupa :
Studi Pustaka
Metode studi pustaka adalah pencarian data yang akan mendukung
penelitian, juga untuk mengetahui sampai kemana ilmu yang berhubungan dengan
8
Universitas Kristen Petra
penelitian telah berkembang sehingga terdapat kesimpulan (Nazir 112). Studi
pustaka diambil dari buku-buku teks dan berita internet, dimana bahan ini
dijadikan acuan dan perbandingan dalam penulisan karya ini.
Pada umumnya lebih dari limapuluh persen kegiatan dalam seluruh proses
penelitian itu adalah membaca, karena sumber bacaan merupakan penunjang
penelitian yang esensial (Suryabrata 72).
Metode studi pustaka kali ini akan mencari lebih khusus mengenai budaya
Sulawesi Selatan, arsitektur yang meliputinya serta nilai-nilai yang hidup dengan
masyarakat sekitar. Serta mendalami mengenai metode penelitian yang akan di
pakai, sejarah-sejarah budaya, dan juga sejarah terjadinya transformasi budaya di
Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. Data-data ini dapat diperoleh dari
sumber acuan beberapa buku atau data dari internet.
9
Universitas Kristen Petra
1.7. Alur Berpikir
10
Universitas Kristen Petra