Anda di halaman 1dari 12

BALLA LOMPOA DAN KEBERLANGSUNGAN TRADISI SERTA

BAHASA MAKASSAR BAGI GENERASI MUDA DI KAB. GOWA

Husnul Muflihah
Meilinda Hayu

MAN 2 KOTA MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2022/2023

Guru pembimbing:
Drs. Khoiri, MM.

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 LATAR BELAKANG 3
1.2 RUMUSAN MASALAH 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN 4
1.4 MANFAAT PENELITIAN 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 PENELITIAN TERDAHULU 5
2.2 KONSEP-KONSEP TERKAIT PENELITIAN 6
BAB 3 METODE PENELITIAN 8
3.1 JENIS PENELITIAN 8
3.2 LOKASI PENELITIAN 8
3.3 TEKNIK PENENTUAN INFORMAN 8
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 8
3.5 TEKNIK ANALISIS DATA 9
DAFTAR PUSTAKA 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terdiri dari 300 suku bangsa dengan keberagaman budaya dan adat-
istiadatnya. Salah satu bukti identitas masih dipertahankan sampai saat ini dari masing-
masing suku adat adalah rumah tradisional. Rumah adat atau rumah tradisional merupakan
rumah yang memiliki ciri khas budaya atau gaya tertentu yang mencerminkan ciri khas
dari suatu wilayah. Keberadaan rumah adat di Indonesia sangat beragam dan mempunyai
arti yang penting dalam perspektif sejarah, warisan, dan kemajuan masyarakat dalam
sebuah peradaban. Kerajaan Gowa Tallo merupakan kerajaan bercorak Islam terbesar di
Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa Tallo dikenal juga dengan Kerajaan Makassar. Kerajaan
Gowa-Tallo adalah kerajaan gabungan dari Kerajaan Gowa serta Kerajaan Tallo yang
dimiliki oleh dua bersaudara.

Museum Balla Lompoa adalah sebuah museum yang terletak di tengah-tengah


Kelurahan Sungguminasa. Perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan
pribadi dan angkutan umum, baik roda empat maupun roda dua. Museum ini didirikan
pada tanggal 11 Desember 1973. Berdasarkan data yang diperoleh, rumah Balla Lompoa
memiliki keunikan tersendiri karena seluruh bangunan terbuat dari kayu hitam dan juga di
dalamnya terdapat banyak peninggalan raja Gowa yang sangat berharga.

Banyak budaya lokal di Indonesia khususnya budaya di Sulawesi Selatan yang diteliti
dan dikaji oleh peneliti asing karena memiliki daya tarik tersendiri untuk diteliti. Salah
satu dan berbagai cara manusia membudayakan dirinya adalah dengan melestarikan nilai-
nilai budaya dan memahami makna yang terkandung. Budaya dari tiap daerah perlu
dilestarikan, dijaga, dan dikembangkan melalui langkah-langkah nyata dengan
mempelajari nilai sejarah yang memiliki referensi keilmuan, serta memelihara bukti fisik
peninggalan leluhur berupa situs-situs masa lalu dan benda cagar budaya yang semua itu
dapat memberikan informasi masa lalu.

Melestarikan budaya berarti kita harus mengkaji, mempelajari, memahami nilai-nilai


sejarah yang terkandung dalam budaya tersebut. Kata “kebudayaan” berasal dari (Bahasa
Sangsekerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi
atau akal. Jadi, kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau
akal”.

3
Dalam suatu budaya khususnya kalangan masyarakat suku Makassar, Gowa hanya
sedikit yang berminat untuk mengetahui budayanya, banyak elemen yang tidak
mengetahui budaya dan sejarahnya sendiri. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian ini
karena banyaknya generasi muda di Kab. Gowa mengabaikan budaya daerahnya sendiri,
maka dari itu kami mencari tahu bagaimana Balla Lompoa selaku rumah adat di Kab.
Gowa bisa menjadi salah satu tempat dan salah satu alasan berlangsungnya budaya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Balla Lompoa berfungsi sebagai penjaga tradisi kerajaan/adat Makassar?
b. Bagaimana bahasa Makassar berusaha di pertahankan/dirawat dalam Balla Lompoa?
c. Bagaimana generasi muda di Kab.Gowa merespon tradisi dan kegiatan di Balla
Lompoa?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui bagaimana masyarakat Kab.Gowa menanggapi terkait keberadaan Balla
Lompoa sebagai rumah adat peninggalan kerajaan Gowa Tallo
b. Mengetahui bagaimana masyarakat Kab.Gowa mempertahankan budaya dan bahasa
Makassar di era modern saat ini.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoretis
a. Manfaat penelitian ini sebagai bentuk pengembangan khazanah ilmu pengetahuan,
utamanya bagi penelitian yang membahas ihwal serupa
b. Manfaat penelitian ini sebagai referensi penelitian selanjutnya
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
a. Sebagai referensi atau tambahan informasi berlangsungnya tradisi dan bahasa
pada generasi muda di Kab. Gowa
b. Menambah wawasan pemikiran tentang pentingnya budaya Balla Lompoa bagi
generasi muda

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu yang kami jadikan sebagai bahan kajian untuk
penelitian kami :
‘‘Pengembangan Daya Tarik Wisata Balla Lompoa Di Kabupaten Gowa Provinsi
Sulawasi Selatan’’. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan daya
tarik wisata Balla Lompoa di Kabupaten Gowa. Dan juga bagaimana Balla Lompoa
digunakan sebagai tempat kegiatan kebudayaan yang selalu dilaksanakan seperti Accera
Kalompoang, upacara ganti jaga pasukan tubarania setiap bulannya, ma’udukan ri gowa atau
maulid Nabi. Semua itu tidak lepas dari manajemen strategi yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gowa. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan di jelaskan bahwa, Daya Tarik Wisata adalah
segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata adalah suatu objek ciptaan Tuhan maupun hasil
karya manusia, yang menarik minat orang untuk berkunjung dan menikmati keberadaannya.
Menurut Yoeti (2008: 15) mengatakan bahwa semua objek dan atraksi yang tersedia sebagai
daya tarik mengapa wisatawan mau datang berkunjung ke negara, kota atau daya tari
tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan
Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Balla Lompoa di Kabupaten Gowa Provinsi
Sulawesi Selatan [Sulham Winarto, Risma Niswaty, Jamaluddin].
“Warisan Budaya Pelestarian Dan Pemanfaatannya’’. Penelitian ini mengkaji faktor
kepentingan yang beragam dari berbagai pihak dalam hubungannya dengan pemanfaatan
sumber daya budaya, maka hal ini menimbulkan permasalahan tersendiri yang pada akhirnya
menyebabkan terjadinya benturan kepentingan antara berbagai pihak. Pemanfaatan sumber
daya budaya sering memberi dua dampak yaitu dampak positif dan negatif. Dampak
positif adalah munculnya keinginan masyarakat untuk memberi perhatian kepada
sumberdaya budaya sehingga muncul kesadaran untuk melestarikan dan memanfaatkannya.
Dampak negatif akan muncul seiring dengan pemanfaatan sumberdaya yang sangat
eksploitatif. Agar pemanfaatan sumberdaya budaya tidak hanya bertujuan untuk
eksploitasi dan ekonomis saja, maka diperlukan pemahaman terhadap aspek yuridis, aspek
arkeologis serta aspek manajerial. Oleh karena itu, dalam pemanfaatan sumberdaya
budaya perlu ada asas keseimbangan sehingga tidak terjadi konflik antara pihak-pihak
yang berkepentingan dengan sumberdaya tersebut. Metode penelitian yang dipakai adalah
metode penelitian kualitatif [Burhanuddin Arafah].
“Generasi Milineal Indonesia, Media, Dan Warisan Budaya’’. Penelitian ini mengkaji
dalam kajian budaya, peran intelektual adalah memberikan proses pencerahan serta berada di
balik gerakan emansipatoris dan melalui penelitiannya diharapkan menghasilkan perubahan
sosial. Penelitian digunakan teori budaya populer, kontra-hegemoni, dan teori dekonstruksi.
Hasil analisis menyimpulkan bahwa generasi Milenial Indonesia memiliki masalah dengan

5
ranah ujaran dan bahasa serta memiliki sikap individualistis tinggi. Generasi milenial
merupakan generasi yang terbentuk setelah generasi tradisionalis, generasi baby boomers,
dan generasi X. Dalam klasifikasi generasi di dunia, generasi milenial merupakan generasi
yang lahir dalam kurun waktu tahun 1981 hingga awal tahun 2000an. Peran akademisi
diharapkan untuk membantu mereka yang terhegemoni oleh sistem kapital sehingga lupa
tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa. Dalam kajian budaya mereka disebut
sebagai kelompok subkultur yang dalam konsepsinya memberi ruang bagi budaya populer
atau perilaku yang dianggap menyimpang. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah
metode penelitian kualitatif dengan teknik wawancara terstruktur [Asmyta surbakti].
“Konsep Pengembangan Museum Balla Lompoa Sungguminasa di Kabupaten Gowa:
Media Publikasi Arkeologi” Penelitian ini mengetahui kondisi museum balla lompoa
Sungguminasa saat ini, kemudian berdasarkan kondisi tersebut penulis melakukan evaluasi
untuk menentukan konsep yang bisa digunakan dalam pengembangan museum balla
lompoa Sungguminasa ke depannya. Salah satu museum yang memiliki potensi untuk
bisa dikembangkan sebagai media komunikasi arkeologi kepada masyarakat adalah
Museum Balla Lompoa Sungguminasa. Mulai diresmikan pada tahun 1973 oleh K.S
Masud, Bupati Gowa kala itu. Tujuan didirikannya adalah untuk menyelamatkan
warisan budaya bangsa yang sudah hampir punah dan memantapkan ketahanan nasional
di bidang kebudayaan. Selain berfungsi sebagai museum, Balla Lompoa juga
berfungsi sebagai pusat kebudayaan Makassar Gowa (Limpo, Suryadi, & Tika, 1995,
p.101). Penelitian ini menggunakan teknik survei dan observasi, dengan metode deskriptif
dan penalaran induktif. [Nurul Adliyah Purnamasari].

2.2 Konsep-Konsep Terkait Penelitian

A. Revitalisasi Kebudayaan (Tradisi)


Revitalisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti proses, cara, dan
perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sehingga
revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan untuk menjadi vital, sedangkan kata
vital mempunyai arti sangat penting atau sangat diperlukan sekali untuk kehidupan dan
sebagainya.
Sedangkan menurut E.B Tylor “budaya merupakan suatu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, adat istiadat, dan kemampuan
lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Jadi,
Revitalisasi budaya merupakan pelurusan kembali nilai-nilai budaya lokal yang mungkin
banyak penyimpangan di kalangan penganut budaya, penyimpangan-penyimpangan tersebut
bisa di tinjau dari perspektif agama, sosial, pendidikan, ekonomi maupun masyarakat,
sehingga keberadaan budaya tersebut tidak merupakan salah satu pihak di satu sisi dan
menguntungkan sisi yang lain. Sebagai generasi milenial, pelaku budaya harus terus
melestarikan budaya lokal. Budaya lokal harus diperkenalkan sejak dini kepada anak-anak.
B. Bahasa
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
6
berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas
kata-kata atau kumpulan kata. Secara umum Bahasa merupakan suatu ungkapan yang
mengandung maksud untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang
dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara
melalui bahasa yang diungkapkan.
Bahasa-bahasa berubah dan bervariasi sepanjang waktu, dan sejarah evolusinya dapat
direkonstruksi ulang dengan membandingkan bahasa modern untuk menentukan sifat-sifat
mana yang harus dimiliki oleh bahasa leluhurnya supaya perubahan nantinya dapat terjadi.
Sekelompok bahasa yang diturunkan dari leluhur yang sama dikenal sebagai rumpun bahasa.
Penggunaan bahasa telah berakar dalam kultur manusia. Oleh karena itu, selain digunakan
untuk berkomunikasi, bahasa juga memiliki banyak fungsi sosial dan kultural, misalnya
untuk menandakan identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial, dan untuk dandanan sosial
dan hiburan.
Menurut Kridalaksana (2009: 24) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua
pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua,
bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran)
yang bersifat arbitrer.

C. Generasi
Generasi adalah sebuah kelompok yang terdiri atas individu dengan kisaran umur
yang sama yang telah mengalami peristiwa sejarah yang sama dalam periode waktu yang
sama (Ryder, 1965). Borodin, Smith dan Bush (2010); Schullery (2013) menyatakan pula
bahwa orang- orang yang berasal dari generasi yang sama mempunyai kesamaan pengalaman
seperti kultur, politik, ekonomi, persitiwa dunia, bencana alam dan teknologi sehingga
membentuk pandangan, nilai, pilihan dan kepercayaan yang sama.
Adapun yang dimaksud dengan generasi X, Y, dan Z. Generasi X adalah generasi
yang lahir pada tahun-tahun awal dari perkembangan teknologi dan informasi seperti
penggunaan PC (personal Computer), video games, TV kabel dan internet. Generasi X ini
mampu beradaptasi dan mampu menerima perubahan dengan cukup baik sehingga dapat
dikatakan sebagai generasi yang tanggung, yang memiliki karakter. Lahir pada tahun 1930-
1980. Generasi Y dikenal dengan sebutan generasi mellenial atau milenium. Generasi Y ini
banyak menggunakan teknologi komunikasi instant seperti email, SMS, instant messanging
dan lain2. Hal ini dikarenakan generasi Y merupakan generasi yang tumbuh pada era internet
booming (Lyons, 2004) (dalam Putra, 2016). Lahir pada tahun 1980-1995. Sedangkan,
Generasi Z merupakan generasi yang paling muda yang baru memasuki angkatan kerja.
Generasi ini biasanya disebut dengan generasi internet atai Igeneration. Generasi Z lebih
banyak berhubungan sosial lewat dunia maya. Sejak kecil, generasi ini sudah banyak
dikenalkan oleh teknologi dan sangat akrab dengan smartphone dan dikategorikan sebagai
generasi yang kreatif. Lahir pada tahun 1995-2010.

7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut creswell,
J. W penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti masalah manusia
dan sosial. Dimana peneliti akan melaporkan dari hasil penelitian berdasarkan laporan
pandangan data dan analisa data yang didapatkan di lapangan, kemudian di deskripsikan
dalam laporan penelitian secara rinci. David Williams (1995) mengartikan penelitian
kualitatif adalah upaya peneliti mengumpulkan data yang didasarkan pada latar alamiah.
Tentu saja, karena dilakukan secara alamiah atau natural, hasil penelitiannya pun juga ilmiah
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian ini dilakukan dengan kunjungan langsung ke lokasi Balla Lompoa untuk
melakukan pengamatan dan wawancara kepada pengurus Balla Lompoa.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan di lakukan di Kelurahan Sunguminasa, Kec. Somba Opu,
Kabupaten Gowa. Hal ini dikarenakan Balla Lompoa berada di tempat tersebut.
3.3 Teknik Penentuan Informan
Pada teknik penentuan informan pada penelitian ini, peneliti akan memilih metode
kualitatif studi kasus. Metode kualitatif studi kasus adalah penelitian yang bertujuan untuk
meneliti suatu peristiwa yang sudah terjadi. Dalam hal ini peneliti turun langsung ke lokasi
Balla Lompoa untuk mewawancarai orang yang berada di Balla Lompoa untuk
mendapatkan informasi yang valid dan dapat di pertanggung jawabkan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data

a. Pengamatan (observation)
Menurut Prof. Heru (2006) Observasi merupakan pengamatan sebuah studi kasus atau
pembelajaran yang dilakukan dengan sengaja, terarah, urut, dan sesuai pada tujuan. Observasi
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Hasil observasi tersebut dijelaskan
secara rinci, tepat, akurat, teliti, objektif, dan bermanfaat. Pencatatan pada kegiatan
pengamatan disebut hasil observasi.
Teks laporan hasil observasi berisi tentang ragam informasi penting dari hasil
pengamatan yang disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu. Kegiatan observasi yang
dilakukan juga bersifat sistematis dan objektif, sehingga dapat menemukan sebuah
jawaban atau hipotesis atas permasalahan. Adapun tujuan dari observasi yakni mencari
informasi tentang kegiatan yang berlangsung untuk kemudian dijadikan objek kajian
penelitian.
b. Wawancara
Menurut Koentjaraningrat (1985), wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Melaksanakan teknik wawancara berarti

8
melakukan interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara. Menurut Sugiyono
(2017:233) Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur, semi terstruktur dan tak
terstruktur. Adapun jenis wawancara terbagi menjadi tiga yaitu:
1) Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian beberapa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan.
2) Wawancara Semi terstruktur
Beberapa pengertian wawancara semi terstruktur yang dijelaskan oleh para ahli antara
lain:
Menurut Sugiyono (2010:233) mengemukakan bahwa wawancara semi terstruktur adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, ide-idenya. Dasar pertimbangan pemilihan wawancara semi terstruktur
karena pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur sehingga
akan timbul keakraban antara peneliti dan responden yang ada pada akhirnya akan
memudahkan peneliti dalam menghimpun data.
Menurut Arikunto (2010:270) mengemukakan bahwa wawancara semi terstruktur
merupakan bentuk wawancara yang mula-mula peneliti menanyakan pertanyaan yang sudah
terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan
demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang
lengkap dan mendalam.
3) Wawancara Tak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah, wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan data.
3.5 Teknik Analisis Data
Kata "analisis" berasal dari bahasa Yunani yaitu "ana" dan "lysis." Kata “ana” berarti
"di atas" (above), sedangkan kata lysis berarti "mematahkan atau menghancurkan". Teknik
analisis data adalah suatu proses untuk mengolah data dan informasi ke dalam proses penelitian,
nantinya data tersebut akan dijadikan sebagai hasil penelitian atau informasi baru. Proses analisis
data perlu dilakukan agar tahu kevalidan data yang didapat sehingga nantinya akan memudahkan
dalam proses-proses selanjutnya.
Prof. Lexy berpendapat teknik analisis data merupakan kegiatan analisis dalam
sebuah penelitian yang dilakukan dengan memeriksa semua data dari instumen penelitian,
seperti dokumen, catatan, rekaman, hasil tes, dan lain-lain. 
Dari berbagai pendapat ahli dan pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik analisis data
adalah suatu metode atau cara untuk memproses suatu data menjadi informasi sehingga data

9
tersebut menjadi mudah dipahami dan bermanfaat untuk digunakan menemukan solusi dari
permasalahan penelitian.

Setelah itu, data harus dianalisis menggunakan teknik interaktif Miles dan Huberman,
yang meliputi:
1. Pengumpulan data
Peneliti mengumpulkan data dari observasi, wawancara, dokumen, dan file, serta
catatan lainnya, sebagai tahap awal dalam proses penelitian.
2. Reduksi data
Peneliti mengklasifikasikan dan melaporkan data berdasarkan variabel; mereduksi
data memerlukan meringkas, memilih elemen yang paling signifikan, dan berfokus pada
elemen yang paling penting. Data yang disederhanakan akan menciptakan citra yang lebih
baik dan memudahkan penulis memperoleh informasi tambahan dan menemukannya saat
dibutuhkan.
Meringkas serta memilih informasi yang paling signifikan dan relevan, mencari tema
dan pola, menghapus data yang tidak relevan, dan melanjutkan reduksi data sampai penelitian
lapangan selesai dan laporan akhir tersusun secara sistematis dan mudah dikelola.
3. Penyajian data
Data tersebut akan disajikan dalam bentuk laporan yang memuat uraian yang
menyeluruh dan rinci dalam penelitian ini. Informasi tersebut diklasifikasikan,
dikelompokkan, kemudian diolah dan dianalisis sebelum diarahkan untuk diorganisasikan.
Bagan, diagram alur, tabel, deskripsi naratif dan digunakan untuk mengatur data. Data dari
tinjauan pustaka serta investigasi lapangan akan diperiksa secara deskriptif dan kualitatif.
4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Setelah verifikasi, kesimpulan akan dicapai, yang akan menjadi temuan penelitian.
Yaitu, dengan mencoba menguraikan signifikansi topik penelitian. Kesimpulan didasarkan
pada data penelitian lapangan yang telah dibandingkan dengan teori ahli. Kesimpulan yang
dicapai pada awal proses penelitian dan dikonfirmasi oleh bukti yang andal dan konsisten
ketika peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data yang dapat dipercaya (mam
Surayogo dan Torbani, 2001).

10
DAFTAR PUSTAKA

Surbakti Asbyta. Generasi Milenial Indonesia, Media, Dan Warisan Budaya. Press.unhi.
Diakses pada 6 Desember 2022
https://press.unhi.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/31.pdf
Winarto Sulham (2015, Juli ) Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Balla Lompoa di
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawasi Selatan. Jurnal unm. Diakses pada 6 Desember 2022
https://ojs.unm.ac.id/administrare/article/view/1526/600
Purnamasari Nurul Adliyah (28/11/2019) Konsep Pengembangan Museum Balla Lompoa
Sungguminasa di Kabupaten Gowa: Media Publikasi Arkeologi. Jurnal kemendikbud.
Diakses pada 8 Desember 2022
https://walennae.kemdikbud.go.id/index.php/walennae/article/view/374/340
Burhanuddin Arafah. Warisan Budaya, Pelestarian Dan Pemanfaatannya. Adoc Pub. Diakses
pada 15 Februari 2021.
https://adoc.pub/warisan-budaya-pelestarian-dan-pemanfaatannya.html
Kamus Besar Bahasa Indonesia ; Pengertian Bahasa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia ; Pengertian Revitalisasi.
https://kbbi.web.id/revitalisasi.html
Krisnan. Pengertian Deskriptif Menurut Para Ahli. Meenta.Net. Diakses Pada 3 juli 2022.
https://meenta.net/pengertian-penelitian-deskriptif/
Awaludin Mahmud. Pengertian Revitalisasi Budaya. Kompasiana. Diakses pada 9 oktober
2012
https://www.kompasiana.com/waelkriwul/59db38e65d59440fb403ab42/revitalisasi-budaya
Pengertian Generasi X, Y, Dan Z.
https://parent.binus.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/Generasi-X-Y-Z.pdf

11
12

Anda mungkin juga menyukai