Anda di halaman 1dari 9

KERAGAMAN INDONESIA

Mata Kuliah: Komunikasi Etnik Nusantara

Dosen Pengampu: Intan Putri Cahyani, S.I.Kom., M.I.Kom

Disusun Oleh:

Rizqulloh Diandra Azni 1710411246

Lokal E

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Ilmu Komunikasi

Jakarta

2019
a. Sejarah Nusantara

Sejarah di tandai dengan adanya beberapa rangkaian peristiwa yang terjadi,


sejarah nusantara ditandai dengan adanya daratan Nusantara yang terbentuk dari dua
ujung Superbenua Pangaea di Era Mesozoikum (250 juta tahun yang lalu). Meliputi
sebuah rentan waktu yang panjang, di mulai dari zaman prasejarah berdasarkan
penemuan “ Manusia Jawa” atau biasa di sebut Homo Erectus Paleojavanicus yang
berusia 1,7 juta tahun yang lalu.

Rentan waktu yang panjang menunjukan perubahan dalam spesies manusia


tersebut. Migrasi Homo sapiens (manusia modern) masuk ke wilayah Nusantara
diperkirakan terjadi pada rentang waktu antara 70 000 dan 60 000 tahun yang lewat.
Warga berfenotipe Austrolomelanesoid, yang kelak sebagai moyang beberapa suku
pribumi di Semenanjung Malaya (Semang), Filipina (Negrito), Aborigin Australia,
Papua, dan Melanesia, masuk ke dalam kawasan Paparan Sunda.

Berikutnya kira-kira 2500 tahun sebelum Masehi, terjadi migrasi oleh penutur
bahasa Austronesia dari Taiwan ke Filipina, kemudian ke selatan dan Indonesia, dan
ke timur ke Pasifik. Mereka yaitu nenek moyang suku-suku di wilayah Nusantara.
Orang Austronesia ini paham metode bertani, ilmu pelayaran bahkan astronomi.
Mereka juga sudah mempunyai sistem tata pemerintahan sederhana serta mempunyai
pimpinan (raja kecil). Kemunculan imigran dari India pada abad-abad kesudahan
Sebelum Masehi memperkenalkan kepada mereka sistem tata pemerintahan yang
lebih maju (kerajaan).

Kontak dengan dunia luar dikenal dari catatan-catatan yang ditulis orang
Tiongkok. Dari sana dikenal bahwa telah terdapat warga yang berdagang dengan
mereka. Objek perdagangan terutama yaitu rempah-rempah. Titik-titik perdagangan
telah tumbuh, dipimpin oleh semacam penguasa yang dipilih oleh warga atau diwarisi
secara turun-temurun. Abad-abad pertama awal masehi di kenal ada warga beragama
Buddha, Hindu dan Animisme.
Dengan keberadaaan kerajaan yang terkenal di Nusantara, akhirnya nama
Nusantara dikenal oleh dunia. Berawal dari kerajaan Majapahit yang memperluas
kekuasaannya hingga wilayah Vietnam. Dengan itu kerajaan Majapahit dikenal
dengan kerajaan yang mempunyai kekuasaan terluas melebihi luas Indonesia yang
sekarang. Sebelum Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama
sudah mulai mengikuti Nusantara. Catatan Arab mengatakan pedagang-pedagang dari
timur berlayar sampai pantai timur Afrika. Peta Ptolemeus, penduduk Aleksandria,
menuliskan Chersonesos aurea ("Semenanjung Emas") sbg wilayah yang probabilitas
yaitu Semenanjung Malaya atau Pulau Sumatera.

Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh
Nusantara mulai berkurang. Pada masa bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru
yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat
Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa
lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada ditengah abad ke-15
mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera.

Pada awal abad ke-16, pelabuhan-pelabuhan perdagangan penting di pantai


utara Pulau Jawa sudah dikuasai oleh Kesultanan Demak, Khawatir peran pelabuhan
Sunda Kelapa semakin lemah, raja Sunda, Sri Baduga (Prabu Siliwangi) mencari
bantuan sebagai menjamin kelangsungan pelabuhan utama kerajaannya itu. Yang
dipilih jatuh ke Portugis, penguasa Malaka. Gagal menguasai pulau Jawa, bangsa
Portugis memindahkan perhatian ke arah timur yaitu ke Maluku. Melewati
penaklukan militer dan persekutuan dengan para pimpinan lokal, bangsa Portugis
membangun pelabuhan dagang, benteng, dan misi-misi di Indonesia bagian timur.
Sesudah usaha penaklukan militer di kepulauan ini berhenti dan minat mereka
akhirnya beralih.

b. Persilangan pengaruh di Nusantara

Keragaman budaya yang ada di Indonesia berawal dari masuknya agama


Hindu-Buddha hingga masuknya zaman reformasi sekarang. Persilangan bisa
diartikan yaitu penggabungan antara dua atau lebih sebuah benda ataupun teori.
Persilangan dalam Nusantara merupakan proses dimana dialihkannya suatu ide atau
gagasan budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan juga sebaliknya.
Persilangan juga dilakukan karena memiliki tujuan tertentu, entah untuk kebaikan
suatu budaya itu sendiri atau untuk menggabungkan, memersatukan dan
mengkolaborasi suatu budaya dengan budaya yang lain.

Budaya yang ada pada zaman dahulu sebagain besar sudah mengalami
perubahan karena munculnya globalisasi dalam kehidupan ini, tetapi keragaman
budaya di Indonesia yang sangat unik juga tidak bisa hilang dengan mudah begitu
saja. Setiap wilayah-wilayah di Nusantara memiliki budayanya masing-masing
dengan berbagai macam budaya, bahkan bukan tidak mungkin persilangan terjadi di
setiap daerah. Persilangan atau pengabungan budaya satu dengan yang lainnya
memiliki berbagai macam jenis, mulai dari Akulturasi yaitu menggabungkan dua
budaya dengan tidak menghilangkan ciri khas kebudayaannya sendiri, dan juga
terdapat Asimilasi, yaitu menggabungkan dua budaya dengan membuat suatu budaya
yang baru atau meninggalkan budaya yang lama dan membuat budaya yang baru.

Tentu persilangan mempunyai pengaruh yang positif dan juga negatif,


tergantung kepada apa yang dihasilkan dari persilangan tersebut. Persilangan
mempunyai sifat positif yaitu, bisa menambah tolerasi antar budaya. Dengan adanya
persilangan budaya, toleransi atau saling menghargai antara budaya satu dengan yang
lain semakin kuat, rasa saling memiliki semakin tinggi dan tidak membeda-bedakan
budaya yang satu dengan yang lain.

Sifat positif yang lainnya adalah rasa simpati satu sama lain. Dengan adanya
persilangan budaya, rasa simpati yang dimiliki seseorang tentu diharapkan semakin
tinggi. Masyarakat tidak harus membeda-bedakan budaya yang lain dengan
budayanya sendiri karena Indonesia memiliki bermacam-macam budaya, kaya akan
budaya dan juga harus mempunyai sifat Bhienika Tunggal Ika yaitu berbeda-beda
tetapi tetap satu, yang artinya rasa simpati harus dimiliki seseorang tanpa memandang
budaya atau yang lainnya.

Persilangan tentu saja mempunyai sifat negatif, yaitu perpecahan. Perpecahan


sangat rentan terjadi dengan keberadaan budaya yang sangat banyak di Indonesia ini.
Persilangan merupakan salah satu penyebab suatu negara terpecah. Dan persilangan
juga dapat menghasilkan sebuah budaya terpecah dan mengakibatkan masyarakat
meninggalkan budayanya yang dulu. Perpecahan bisa terjadi akibat miss
communication antara salah satu pihak atau masyarakat mendengar isu-isu yang tidak
benar maupun yang belum tentu benar adanya. pada kenyataannya memang sangat
banyak penyebab dari perpecahan yang terjadi akibat persilangan.

c. Keragaman Budaya

Kata budaya dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Dengan demikian kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan
budi dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah
culture. Dalam bahasa Belanda di sebut cultuur. Kedua bahasa ini diambil dari bahasa
latin colore yang artinya adalah mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah. Dengan demikian culture atau cultuur diartikan sebagai
segala jenis kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. ada pula yang
berpendapat bahwa kata budaya berasal dari budi daya yang berarti daya dari budi,
yaitu berupa cipta, karsa, dan rasa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keanekaragaman budaya


dimaknai sebagai proses, cara atau pembuatan yang menjadikan dan memunculkan
banyak macam ragamnya tentang kebudayaan yang sampai sudah berkembang. Hal
ini dimaksudkan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat memiliki corak kehidupan
yang sangat amat beragam dengan latar belakang kesukuan, agama, maupun ras yang
berbeda-beda.

Budaya di Indonesia adalah suatu hal yang sangat menarik karena keragaman
yang seakan tidak terbatas. Fenomena keragaman budaya di Indonesia memiliki
keunikan tersendiri yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan proyeksi Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) jumlah penduduk Indonesia pada
2018 mencapai 265 juta jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 133,17 juta jiwa laki-laki
dan 131,88 juta jiwa perempuan. Dari jumlah penduduk yang sebesar itu pasti
mempunyai budaya yang berbeda-beda di masing-masing wilayah.
Dengan keanekaragaman budayanya, Indonesia dapat dikatakan mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret
kebudayaan 4 yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial
budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika
interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan
dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga
meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten
pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup
pergaulan dunia internasional pada saat itu.

Adanya berbagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat yang beragam,


sesungguhnya merupakan masyarakat yang mempunyai potensi konflik. Hal ini akan
berakibat timbul perilaku ekslusif berupa kecenderungan memisahkan diri dari
masyarakat yang lainnya bahkan mendominasi masyarakat lainnya. Nilai negatif lain
yang harus dihindari adalah pandangan diskriminatif yang berupa sikap membeda-
bedakan perlakuan sesama anggota masyarakat dan akibatnya dapat menimbulkan
prasangka yang bersifat subyektif serta memunculkan konsep sifat/watak dari suatu
golongan tertentu.

Terkadang konflik juga sering didominasi oleh isu-isu yang lebih bersifat ke
arah politik dan ekonomi, namun penolakan terhadap keragaman budaya yang ada
tetap menjadi alasan yang paling utama. Keragaman budaya di Indonesia merupakan
sebuah potensi yang perlu dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, dengan tujuan agar
dapat mewujudkan kekuatan yang mampu menjawab berbagai tantangan saat ini
seperti melemahnya budaya lokal sebagai bagian dari masyarakat. Hal ini
dikhawatirkan akan menurunnya kebanggaan nasional yang dapat menimbulkan
disintegrasi sosial.

Keragaman budaya juga menjadi kekayaan bagi Indonesia yang memang


sudah sepatutnya untuk dijaga dan dilestarikan, sehingga keragaman budaya ini tidak
akan punah dan tidak akan dilupakan begitu saja oleh masyarakat Indonesia. Jangan
sampai keudayaan Indonesia yang adalah kekayaan bangsa Indonesia yang langka ini
jatuh kepada negara asing. Dan kebudayaan yang sangat beragam ini dapat menjadi
ciri khas bangsa dan identitas bangsa Indonesia untuk dikenal oleh seluruh bangsa
yang ada di dunia ini.

d. Keragaman Komunikasi

Komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator


kepada komunikan nya sehingga komunikan dapat menerima pesan tersebut dengan
baik. Komunikasi juga sangat penting dalam kehidupan, karena manusia adalah
makhluk sosial dimana manusia harus hidup berdampingan dengan sesamanya dan
manusia membutuhkan satu sama lain untuk menjalani hidupnya, maka memerlukan
komunikasi antar sesama manusia. Jika tidak ada komunikasi, manusia tidak dapat
hidup.

Di Indonesia sendiri memiliki beraneka ragam suku, dan tentunya dalam


setiap suku memiliki bahasa lokalnya masing-masing. Sebagai contoh, orang Suku
Jawa mempunyai bahasanya sendiri yaitu bahasa Jawa, orang Suku Sunda memiliki
bahasanya sendiri yaitu bahasa Sunda, orang Suku Batak memiliki bahasanya sendiri
yaitu bahasa Batak, dan orang Suku Papua memiliki bahasanya sendiri yaitu bahasa
Papua. Dengan begitu banyaknya bahasa lokal yang dimiliki, Indonesia tetap
memiliki bahasa kesatuan dan menjadi bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia inilah yang digunakan oleh semua Suku di seluruh Indonesia, dari
Sabang sampai Merauke.

Bahasa ini merupakan alat pemersatu bangsa, dengan adanya bahasa


Indonesia, masyarakat Indonesia tidak perlu membeda-bedakan bahasa-bahasa daerah
satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa pemersatu bangsa, orang Indonesia bisa
lebih menghargai satu sama lain walaupun berbeda suku dan agama, dan dapat
memunculkan toleransi yang besar antar sesama warga negara Indonesia.

Ragam komunikasi pun bukan hanya dari betapa banyaknya bahasa lokal yang
ada di Indonesia saja, namun komunikasi non verbal juga menjadi salah satu
keragaman komunikasi yang dapat memersatu dan membuat masyarakat dapat
menerima pesan dan berkomunikasi antar sesama. Berbeda dengan berbagai bahasa
yang kita punya yaitu disebut juga dengan komunikasi verbal (bahasa/bicara), adapun
komunikasi non verbal (gerak-gerik) yang lebih sering kita lakukan daripada
komunikasi verbal. Seringkali komunikasi non verbal ini kita lakukan tanpa kita
sadari, namun komunikasi non verbal juga memiliki banyak keragaman, antara lain
seperti gerakan mata, gerakan tangan, gerakan wajah, dan gerakan-gerakan tubuh kita
yang lainnya.

Begitu banyak keragaman komunikasi yang ada, dan beberapa dari ragam
komunikasi tersebut adalah yang telah dituliskan di atas. Dengan beragam komunikasi
tersebut, kita bisa dengan mudah berkomunikasi dengan sesama manusia, tanpa harus
kesulitan dan membeda-bedakan antar sesama. Nilai toleransi pun dapat dengan
mudah untuk dibangun, walaupun kita mempunyai berbagai keragaman bahasa untuk
berkomunikasi, namun kita tetap dapat berkomunikasi antar sesama manusia dan
menjalin hubungan yang baik dengan komunikasi yang baik pula.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/27965042/MAKALAH_KERAGAMAN_BUDAYA_INDONESI
A.pdf

https://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/jurnal-ilmiah/article/view/21/89

http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_F9B76ECA-FD28-4D62-BCAE-
E89FEB2D2EDB_.pdf

http://jurnal-online-q.peradaban.web.id/id3/2904-2789/Sejarah-Indonesia_29570_jurnal-
online-q-peradaban.html

https://books.google.co.id/books?
id=bL48DwAAQBAJ&pg=PA134&lpg=PA134&dq=persilangan+pengaruh+
di+nusantara&source=bl&ots=nYVV_YyDcY&sig=ACfU3U3p-
AXkpix8x_Oesk3t8QrL1gTkPQ&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwik9ZqOqrvg
AhUFbisKHQItDDwQ6AEwEHoECAMQAQ

http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2016/02/jurnal%20adi
%20(02-25-16-03-13-08).pdf

Anda mungkin juga menyukai