Disusun Oleh:
Lokal E
Ilmu Komunikasi
Jakarta
2019
a. Sejarah Nusantara
Berikutnya kira-kira 2500 tahun sebelum Masehi, terjadi migrasi oleh penutur
bahasa Austronesia dari Taiwan ke Filipina, kemudian ke selatan dan Indonesia, dan
ke timur ke Pasifik. Mereka yaitu nenek moyang suku-suku di wilayah Nusantara.
Orang Austronesia ini paham metode bertani, ilmu pelayaran bahkan astronomi.
Mereka juga sudah mempunyai sistem tata pemerintahan sederhana serta mempunyai
pimpinan (raja kecil). Kemunculan imigran dari India pada abad-abad kesudahan
Sebelum Masehi memperkenalkan kepada mereka sistem tata pemerintahan yang
lebih maju (kerajaan).
Kontak dengan dunia luar dikenal dari catatan-catatan yang ditulis orang
Tiongkok. Dari sana dikenal bahwa telah terdapat warga yang berdagang dengan
mereka. Objek perdagangan terutama yaitu rempah-rempah. Titik-titik perdagangan
telah tumbuh, dipimpin oleh semacam penguasa yang dipilih oleh warga atau diwarisi
secara turun-temurun. Abad-abad pertama awal masehi di kenal ada warga beragama
Buddha, Hindu dan Animisme.
Dengan keberadaaan kerajaan yang terkenal di Nusantara, akhirnya nama
Nusantara dikenal oleh dunia. Berawal dari kerajaan Majapahit yang memperluas
kekuasaannya hingga wilayah Vietnam. Dengan itu kerajaan Majapahit dikenal
dengan kerajaan yang mempunyai kekuasaan terluas melebihi luas Indonesia yang
sekarang. Sebelum Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama
sudah mulai mengikuti Nusantara. Catatan Arab mengatakan pedagang-pedagang dari
timur berlayar sampai pantai timur Afrika. Peta Ptolemeus, penduduk Aleksandria,
menuliskan Chersonesos aurea ("Semenanjung Emas") sbg wilayah yang probabilitas
yaitu Semenanjung Malaya atau Pulau Sumatera.
Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh
Nusantara mulai berkurang. Pada masa bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru
yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat
Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa
lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada ditengah abad ke-15
mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera.
Budaya yang ada pada zaman dahulu sebagain besar sudah mengalami
perubahan karena munculnya globalisasi dalam kehidupan ini, tetapi keragaman
budaya di Indonesia yang sangat unik juga tidak bisa hilang dengan mudah begitu
saja. Setiap wilayah-wilayah di Nusantara memiliki budayanya masing-masing
dengan berbagai macam budaya, bahkan bukan tidak mungkin persilangan terjadi di
setiap daerah. Persilangan atau pengabungan budaya satu dengan yang lainnya
memiliki berbagai macam jenis, mulai dari Akulturasi yaitu menggabungkan dua
budaya dengan tidak menghilangkan ciri khas kebudayaannya sendiri, dan juga
terdapat Asimilasi, yaitu menggabungkan dua budaya dengan membuat suatu budaya
yang baru atau meninggalkan budaya yang lama dan membuat budaya yang baru.
Sifat positif yang lainnya adalah rasa simpati satu sama lain. Dengan adanya
persilangan budaya, rasa simpati yang dimiliki seseorang tentu diharapkan semakin
tinggi. Masyarakat tidak harus membeda-bedakan budaya yang lain dengan
budayanya sendiri karena Indonesia memiliki bermacam-macam budaya, kaya akan
budaya dan juga harus mempunyai sifat Bhienika Tunggal Ika yaitu berbeda-beda
tetapi tetap satu, yang artinya rasa simpati harus dimiliki seseorang tanpa memandang
budaya atau yang lainnya.
c. Keragaman Budaya
Kata budaya dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Dengan demikian kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan
budi dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah
culture. Dalam bahasa Belanda di sebut cultuur. Kedua bahasa ini diambil dari bahasa
latin colore yang artinya adalah mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah. Dengan demikian culture atau cultuur diartikan sebagai
segala jenis kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. ada pula yang
berpendapat bahwa kata budaya berasal dari budi daya yang berarti daya dari budi,
yaitu berupa cipta, karsa, dan rasa.
Budaya di Indonesia adalah suatu hal yang sangat menarik karena keragaman
yang seakan tidak terbatas. Fenomena keragaman budaya di Indonesia memiliki
keunikan tersendiri yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan proyeksi Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) jumlah penduduk Indonesia pada
2018 mencapai 265 juta jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 133,17 juta jiwa laki-laki
dan 131,88 juta jiwa perempuan. Dari jumlah penduduk yang sebesar itu pasti
mempunyai budaya yang berbeda-beda di masing-masing wilayah.
Dengan keanekaragaman budayanya, Indonesia dapat dikatakan mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret
kebudayaan 4 yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial
budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika
interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan
dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga
meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten
pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup
pergaulan dunia internasional pada saat itu.
Terkadang konflik juga sering didominasi oleh isu-isu yang lebih bersifat ke
arah politik dan ekonomi, namun penolakan terhadap keragaman budaya yang ada
tetap menjadi alasan yang paling utama. Keragaman budaya di Indonesia merupakan
sebuah potensi yang perlu dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, dengan tujuan agar
dapat mewujudkan kekuatan yang mampu menjawab berbagai tantangan saat ini
seperti melemahnya budaya lokal sebagai bagian dari masyarakat. Hal ini
dikhawatirkan akan menurunnya kebanggaan nasional yang dapat menimbulkan
disintegrasi sosial.
d. Keragaman Komunikasi
Ragam komunikasi pun bukan hanya dari betapa banyaknya bahasa lokal yang
ada di Indonesia saja, namun komunikasi non verbal juga menjadi salah satu
keragaman komunikasi yang dapat memersatu dan membuat masyarakat dapat
menerima pesan dan berkomunikasi antar sesama. Berbeda dengan berbagai bahasa
yang kita punya yaitu disebut juga dengan komunikasi verbal (bahasa/bicara), adapun
komunikasi non verbal (gerak-gerik) yang lebih sering kita lakukan daripada
komunikasi verbal. Seringkali komunikasi non verbal ini kita lakukan tanpa kita
sadari, namun komunikasi non verbal juga memiliki banyak keragaman, antara lain
seperti gerakan mata, gerakan tangan, gerakan wajah, dan gerakan-gerakan tubuh kita
yang lainnya.
Begitu banyak keragaman komunikasi yang ada, dan beberapa dari ragam
komunikasi tersebut adalah yang telah dituliskan di atas. Dengan beragam komunikasi
tersebut, kita bisa dengan mudah berkomunikasi dengan sesama manusia, tanpa harus
kesulitan dan membeda-bedakan antar sesama. Nilai toleransi pun dapat dengan
mudah untuk dibangun, walaupun kita mempunyai berbagai keragaman bahasa untuk
berkomunikasi, namun kita tetap dapat berkomunikasi antar sesama manusia dan
menjalin hubungan yang baik dengan komunikasi yang baik pula.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/27965042/MAKALAH_KERAGAMAN_BUDAYA_INDONESI
A.pdf
https://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/jurnal-ilmiah/article/view/21/89
http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_F9B76ECA-FD28-4D62-BCAE-
E89FEB2D2EDB_.pdf
http://jurnal-online-q.peradaban.web.id/id3/2904-2789/Sejarah-Indonesia_29570_jurnal-
online-q-peradaban.html
https://books.google.co.id/books?
id=bL48DwAAQBAJ&pg=PA134&lpg=PA134&dq=persilangan+pengaruh+
di+nusantara&source=bl&ots=nYVV_YyDcY&sig=ACfU3U3p-
AXkpix8x_Oesk3t8QrL1gTkPQ&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwik9ZqOqrvg
AhUFbisKHQItDDwQ6AEwEHoECAMQAQ
http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2016/02/jurnal%20adi
%20(02-25-16-03-13-08).pdf