Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurmalisa Kusmartini

NIM : 1403619021

Kelas : Pendidikan Sejarah A 2019

WARISAN MASA LALU DAN PENCIPTAAN HARI INI

Jati diri suatu bangsa, dalam berbagai kemungkinan skala adalah sesuatu yang sekaligus
ditentukan oleh dua hal, yaitu (a) warisan budaya yang berupa hasil-hasil penciptaan di masa
lalu; dan (b) hasil-hasil daya cipta di masa kini yang didorong, dipacu ataupun dimungkinkan
oleh tantangan dan kondisi actual dari zaman sekarang. Bagian yang berupa warisan masa lalu
itulah yang antara lain merupakan bahan-bahan kajian Arkeologi, Filologi dan Kajian Sejarah
dalam berbagai aspeknya.

A. SKALA KEBANGSAAN
Di Indonesia terdapat banyak satuan etnik (sekitar 500 dalam daftar M.J.
Melalatoa) yang secara kasar dapat dikelompokkan ke dalam “skala besar” dan “skala
kecil”. Perbedaan antara keduanya pada dasarnya dilihat dari jumlah orang yang
merupakan warganya, yang sering kali terkait pula dengan kesederhanaan atau kerumitan
struktur sosialnya. Satuan-satuan etnik itu pada dasarnya adalah suatu satuan kebangsaan
jika dipahami bahwa suatu bangsa ditandai oleh kebudayaannya
B. KEARIFAN ‘LOKAL’
Label “kearifan lokal” hendaknya diartikan sebagai “kearifan dalam kebudayaan
tradisional”, dengan catatan bahwa yang dimaksud dalam hal ini adalah kebudayaan
tradisional suku-suku bangsa. Kata “kearifan” hendaknya dimengerti dalam arti luasnya,
yaitu tidak hanya berupa norma-norma dan nilai-nilai budaya, melainkan juga segala
unsur gagasan, termasuk yang berimplikasi pada teknologi, penanganan Kesehatan dan
estetika. Dengan pengertian tersebut, maka yang termasuk sebagai penjabaran “kearifan
lokal” adalah berbagai pola tindakan dan hasil budaya materialnya.
C. RELEVASI KAJIAN ARKEOLOGI BAGI PERMASALAHAN MASA KINI
Kajian-kajian arkeologi secara berangsur diharapkan dapat mengungkapkan
pencapaian-pencapaian suatu bangsa di masa lalunya. Pencapaian-pencapaian yang
secara langsung dapat dimunculkan dalam analisis artefak adalah yang bersifat
teknologis. Namun, dengan berbagai cara analisis, baik dengan pendampingan sumber
tertulis, sastra lisan maupun analogi etnografik, dapat pula didekati apa-apa yang ada di
balik artefak tersebut, seperti fungsi, makna simbolik dan lain-lain.

BUDAYA JAWA DALAM DINAMIKA SOSIAL-POLITIK INDONESIA

Dalam wacana politik di Indonesia belakangan ini, yaitu mulai kira-kira pertengahan
masa kepemimpinan Presiden Suharto sampai dengan sekarang ini, sering dilontarkan
pernyataan tentang adanya “Jawanisasi”, sejalan dilontarkan pernyataan tentang adanya
“dominasi Jawa” atau variannya “dominasi pusat”. Namun, tak jarang pula sejumlah fakta
aksidental seperti itu diekstrapolasi sehingga terlihat sebagai suatu kesengajaan untuk
mendominasi dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

A. PELUANG YANG TAK SEIMBANG


Wilayah Jawa mempunyai kekuatan pada jumlah penduduk dan kemungkinan
mobilisasinya untuk menghasilkan produk-produk pertanian. Pada masa-masa yang
lalu, hubungan antarbangsa telah terjadi di Jawa, Sumatera dan Bali. Jawa khususnya
pernah disebut sebagai pemasok beras untuk tempat-tempat lain di luarnya. Daya
tariknya pun besar bagi orang Eropa pada suatu zaman menguasai perdagangan
internasional. Para pendatang Eropa kemudian menjajah pribumi dan sebagai
penghasil beras, Jawa dikembangkan untuk kebun tebu dan pabrik gula. Intensitas
penjajahan di Jawa membawa juga pemusatan pelaksanaan “politik etis” yang
dijabarkan ke dalam usaha pendirian sekolah-sekolah, sehingga membuat rakyat yang
dicerdaskan lebih banyak orang Jawa.
B. CITRA MAYORITAS
Kata-kata serapan dari bahasa Jawa yang jumlahnya cukup banyak memberikan
kesan ‘dominasi mayoritas’ pula. Suatu fakta historis yang tidak direkayasa adalah
kenyataan bahwa karya-karya sastra klasik tertua yang diketahui Indonesia adalah
yang berbahasa Jawa Kuno, suatu hasil perkembangan bahasa dan sastra yang banyak
sekali menyerap dari khazanah Sanskerta.

SISTEM BUDAYA MASA JAWA KUNO

Kata “masa Jawa Kuno” dipakai untuk mengacu kepada suatu zaman, khususnya di Jawa
dan Bali ketika Bahasa Jawa Kuno dipakai sebagai bahasa resmi dalam sastra dan dokumen-
dokumen kenegaraan. Masa itu, yang paling kurang merentang antara abad ke-7 dan abad ke-16
Masehi, telah memperlihatkan perkembangan kebudayaan yang amat banyak menyerap unsur-
unsur India, khususnya yang terbawa serta bersama agama-agama Hindu dan Buddha.

Apabila kita hendak mengembangkan kajian mengenai kebudayaan masa Jawa Kuno,
daerah-daerah kajian yang dapat dipilah adalah sebagai berikut.

A. SUBSISTEM BAHASA DAN PENGETAHUAN


B. SUBSISTEM RELIGI
C. SUBSISTEM TATA MASYARAKAT
D. SUBSISTEM KESENIAN
E. SUBSISTEM EKONOMI

Pertanyaan :

1. Uraikan pengertian dari tiga varian makna “bangsa”!


 Dalam penggunaan istilah “bangsa” setidaknya terdapat 3 varian pengertian: (1)
bangsa merupakan satuan-satuan etnik yang ditandai oleh kesamaan budaya
sebagai jati diri bangsa, (2) bangsa adalah suatu golongan dalam masyarakat yang
diperbedakan oleh status, dan (3) dalam makna modern, bangsa dipakai dalam arti
“nation” yaitu satuan warga dari suatu negara.
2. Setelah anda membaca teks, jelaskan peluang seperti apakah yang didapatkan Jawa!
 Sejak dahulu, Jawa dikenal sebagai wilayah subur pemasok beras. Kekayaan alam
Jawa ini kemudian menarik perhatian negara-negara Eropa untuk menguasai
wilayah tersebut. Masuknya Eropa ke Jawa tidak serta merta membawa dampak
negative, namun juga menghadirkan dampak positif—salah satunya adalah
pengadaan sekolah-sekolah di Jawa. Akibat dari peluang sekolah yang banyak di
Jawa, kaum intelek baru pun banyak muncul di Jawa.

Anda mungkin juga menyukai