Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nurmalisa Kusmartini

NIM : 1403619021

Kelas : Pendidikan Sejarah A 2019

KODIFIKASI BAHASA DAN SASTRA DAERAH: TANTANGAN DAN HARAPANNYA

Dalam sosiolinguistik, kodifikasi adalah proses pemilihan dan penormaan kode bahasa
yang akan difungsikan di masyarakat sebagai acuan bahasa baku. Kodifikasi berfungsi mematok
dan mengerangkai norma kebahasaan yang berlaku pada saat tertentu, serta menerbitkan hasil
keputusan tersebut dalam kamus, tata bahasa, dan publikasi normatif lainnya. Kodifikasi
biasanya berhubungan dengan pembentukan ideologi benar-salahnya bahasa, yaitu bentuk-
bentuk yang disetujui secara normatif dianggap benar dan yang lain dianggap salah.

Melihat kondisi umumnya, kini jumlah bahasa yang telah dikaji dan dikumpulkan tidak
sebanding dengan suku bangsa yang ada di Indoneisia. Hal ini ditunjukkan dengan kenyataan
adanya perbedaan penulisan untuk nama-nama suku bangsa/bahasa yang sama menyerukan
bahwa kita masih kurang penelitian dalam hal fonologi.

TEKS DAN IKONOGRAFI “MANTRA” UNTUK VISUALISASI

Teks Sansekerta disebut sebagai acuan awal untuk melihat gagasan dasar penggunaan
ataupun penciptaan teks yang terkait dengan penciptaan arca-arca dewa. Contoh teks sanskerta
tersebut antara lain adalah “Sadhana Dhyana Mantram”, ialah teks suci yang berisi deskripsi
tentang dewata, sebagai sarana untuk melakukan Dhyana (meditasi). Sadhana Dhyana Mantram
ialah teks suci yang berisi deskripsi tentang dewata, sebagai sarana untuk melakukan Dhyana
(meditasi). Dimana tinggi arca yang akan dibuat, dapat ditentukan dengan membagi keseluruhan
tinggi tokoh yang telah ditentukan yang dinamakan dengan dehalabdha-anggula.

PENASKAHAN DAN ARKEOLOGI

Filologi merupakan ilmu mitra arkeologi yang mempelajari teks khususnya teks tertulis
atau lebih sering didefinisikan sebagai studi tentang teks-teks sastra dan catatan tertulis,
penetapan dari keautentikannya dan keaslian dari pembentukannya dan penentuan maknanya.
Filologi juga merupakan ilmu yang mempelajari naskah-naskah manuskrip, biasanya dari zaman
kuno. Filologi dan arkeologi merupakan dua ilmu yang terpisah karena jenis data yang diteliti
berbeda

Ilmu pengetahuan pernaskahan atau filologi dalam arti terbatas memiliki persamaan
dengan arkeologi dan ilmu sejarah. Dalam pokok kegiatannya berupa penafsiran terhada
peninggalan budaya dari masa lalu. Teks-teks kuno dapat membantu arkeolog untuk mempelajari
benda-benda budaya pada masa yang sama. Sejumlah teks tertentu memberikan gambaran
mengenai kehdupan di zaman tertentu

Dalam konteks kebudayaan, tradisi pernaskahan pernah hidup dalam berbagai satuan
budaya suku bangsa. Sejumlah sistem aksara yang pernah berkembang di Indonesia dapat
dikelompokkan ke dalam gugusan, antara lain; (1) Jawa kuno-Bali-Jawa, (2) Bugis-Makassar, (3)
Batak dengan varian-variannya, (4) Incung dan varian-variannya dan (5) Jawi-Pegon.

Dalam sejarah sistem aksara di Indonesia, terdapat tiga sistem yang pengaruhnya meluas
dan mendalam dalam pembentukan alam keberaksaraan dalam kehidupan masyarakat. Ketiga
sistem aksara itu adalah Pallava, Arab, dan Latin. Aksara Pallava dalam bentuk dasarnya pernah
digunakan dalam beberapa kerajaan di Asia Tenggara daratan maupun kepulauan. Aksara latin
modern, sistem aksara ini menjadi pengantar berbagai bahasa dalam media informasi umum
maupun proses pembelajaran serta dalam pelaksanaan penelitian.

PENATAAN TUBUH DALAM KEBUDAYAAN JAWA

Sesungguhnya suatu kebudayaan dapat memiliki pranata-pranata sistematik yang khas.


Pranata somatik adalah suatu sistem tingkah laku berpola yang berujuan memenuhi kebutuhan
tertentu dari badan. Terdapat beberapa upaya dalam pemeliharaan keindahan tubuh, antara lain:
olah tubuh, penggunaan kosmetika dan penataan busana. Urutan pemeliharaan ini disusun dari
yang paling lekat dengan bekal alamiah—badan—sampai yang paling luar.

Jika kita berbicara mengenai penataan tubuh dalam kebudayaan Jawa, maka kita juga
akan menyinggung mengenai tokoh-tokoh perwayangan. Dimana bagi orang Jawa, wayang
bukanlah semata-mata untuk hiburan dan kesenian. Wayang adalah model-model gambaran diri
dari manusia. Pandangan orang Jawa mengenai tipologi watak wayang telah dirumuskan seluas-
luasnya ke dalam tokoh-tokoh wayang.

Anda mungkin juga menyukai