Anda di halaman 1dari 8

Nama : Hasna Nurzaena Fauziyah

NPM : 180210190033

RANGKUMAN FILOLOGI DAN SELUK BELUKNYA


Oleh: Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, MS
Bagian Tiga

PERAN DAN KEDUDUKAN FILOLOGI

A. Ilmu Bantu Filologi

1. Linguistik

Ada beberapa cabang linguistik yang dipandang dapat membantu filologi, antara
lain: etimologi, sosiolinguistik, dan stilistika. Etimologi adalah ilmu yang mempelajari asal-
usul dan sejarah kata. Fonologi yaitu ilmu yang mempelajari bunyi bahasa; morfologi yaitu
ilmu yang mempelajari pembentukan kata, dan; semantik yaitu ilmu mengenai makna kata.

Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan dan saling


memengaruhi antara perilaku bahasa dan perilaku masyarakat.

Stilistika yaitu cabang linguistik yang menyelidiki bahasa sastra, khususnya gaya bahasa.
Pengetahuan silistika diharapkan dapat membantu penentuan usia teks.

2. Pengetahuan Bahasa-Bahasa yang Mempengaruhi Bahasa Teks

Bahasa yang memengaruhi bahasa-bahasa naskah Nusantara, diantaranya: bahasa Sansakerta,


Tamil, Arab, Persi, dan bahasa daerah. Ilmu bantu filologi yang tak kalah pentingnya ialah
paleografi, yaitu ilmu macam-macam tulisan kuno.

3. Ilmu Sastra

Ilmu Sastra merupakan salah satu ilmu bantu filologi, hal ini dimaklumi karena naskah-naskah
nusantara kebanyakan mengandung teks sastra, yakni teks yang berisi cerita rekaan (fiksi).
Ilmu sastra tela dipelajari sejak zaman Aristoteles, melalui bukunya yang berjudul Peotika.

4. Pengaruh Agama Hindu, Budha, dan Islam

Naskah-naskah Nusantara yang ditelaah secara ilmiah, memberikan kesan bahwa naskah-
naskah itu diwarnai oleh pengaruh-pengaruh agama Hindu, Budha, dan Islam. Pengetahuan
tentang agama Hindu, Budha, dan Islam sangat diperlukan bekal penanganan sebagian besar
naskah-naskah Nusantara, terutama untuk naskah-naskah yang berisi keagamaan yang biasa
disebut Sastra Kitab.

5. Sejarah Kebudayaan

Sejarah kebudayaan, seperti kebudayaan Hindu dan Islam diperlukan pendekatan historis
terhadap karya-karya lama Nusantara. Melalui sejarah kebudayaan, akan diketahui
pertumbuhan dan perkembangan unsur-unsur budaya suatu bangsa.

6. Antropologi

Penggarapan naskah tidak terlepas dari konteks masyarakat dan budaya masyarakat yang
melahirkannya. Untuk keperluan ini, filolog dapat memanfaatkan hasil kajian atau metode
antropologi sebagai suatu ilmu yang objek penyelidikan manusia dipandang dari segi fisik,
masyarakat, dan kebudayaannya.

7. Folklor

Folklor erat kaitannya dengan filologi, karena banyak teks lama yang mencerminkan unsur-
unsur folklor, misalnya teks-teks yang termasuk jenis sastra atau babad. Unsur-unsur folklor
yang tampak jelas dalam teks jenis ini, antara lain: mite, legenda, dan cerita asal-usul.

B. Filologi sebagai Ilmu Bantu Ilmu-Ilmu Lain.

1. Filologi sebagai Ilmu Bantu Linguistik

Filologi sangat diperlukan dalam penelitian-penelitian linguistik, terutama yang berhubungan


dengan linguistik diakronik. Ahli linguistik memerlukan suntingan teks-teks lama hasil kerja
filologi dan mungkin juga membutuhkan hasil kajian bahasa teks lama oleh ahli filologi.

2. Filologi sebagai Ilmu Bantu Ilmu Sastra

Hal ini tidak bisa dipungkiri karena banyak naskah-naskah lama yang membahas atau mengkaji
tentang sastra. Seorang peneliti sastra dapat memanfaatkan hasil suntingan teks para filolog.
Ilmu sastra akan benar-benar bersifat umum apabila data untuk penyusunan teori-teorinya
didasarkan hanya pada sastra lama, bukan sastra baru.
3. Filologi sebagai Ilmu Bantu Ilmu Sejarah Kebudayaan

Filologi banyak mengungkap khazanah rohaniah warisan nenek moyang, misalnya teks yang
kepercayaan, adat-istiadat, kesenian, dan lain-lain. Melalui pembacaan naskah-naskah lama
banyak dijumpai penyebutan atau pemberitahuan adanya unsur-unsur budaya yang sekarang
telah punah, misalnya istilah-istilah untuk unsur-unsur budaya bidang musik, takaran,
timbangan, ukuran, mata uang dsb.

4. Filologi sebagai Ilmu Bantu Ilmu Hukum Adat

Manfaat filologi bagi ilmu hukum adat, terutama dalam penyediaan teks. Banyak naskah
nusantara yang merekam adat-istiadat. Selain itu, dalam khazanah sastra nusantara terdapat
teks yang memang dimaksudkan sebagai hukum, yang dalam masyarakat Melayu disebut
dengan istilah undang-undang, di Jawa dikenal dengan istilah angger-angger.

5. Filologi sebagai Ilmu Bantu Sejarah Perkembangan Agama

Naskah-naskah nusantara banyak yang mengandung teks-teks keagamaan. Sehubungan dengan


itu, suntingan naskah, terutama naskah yang mengandung teks keagamaan/sastra kitab dan
hasil pembahasan kandungannya, akan menjadi bahan penulisan perkembangan agama yang
sangat berguna.

6. Filologi sebagai Ilmu Bantu Filsafat

Filologi dapat menjadi ilmu bantu bagi ilmu filsafat, hal ini disebabkan kerena renungan yang
bersifat filsafat terjadi pada masa lampau, antara lain dapat digali melalui warisan budaya lama
yang berwujud naskah atau teks sastra.
Bagian Empat

FILOLOGI DAN SELUK-BELUKNYA

A. Naskah dan Teks

1. Pengertian Naskah dan Teks

Semua bahan tulisan tangan itu disebut naskah ‘hanscrift’ dengan singkatan hs untuk tunggal,
dan hss untuk jamak; manuscrift dengan singkatan ms untuk tunggal, dan mss untuk jamak.
Dengan demikian naskah merupakan benda konkrit yang dapat dilihat atau dipegang.
Sedangkan yang dimaksud dengan teks ialah kandungan atau isi dari naskah yang bersifat
abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja.

Jadi semakin jelas bahwa naskah merupakan sesuatu yang kongkrit. Artinya naskah berbentuk
benda konkrit yang dapat terlihat secara nyata dan dapat dipegang.

Ilmu yang khusus mempelajari naskah disebut kodikologi. Kodikologi merupakan ilmu bagian
dari filologi. Jika filologi mengkaji naskah dan teks, maka kodikologi kajiannya lebih sempit,
yaitu hanya membahas naskah.

2. Kodikologi

Yang dimaksud dengan kodikologi adalah ilmu kodeks. Kodeks itu sendiri merupakan bahan
tulisan tangan, atau menurut The new Oxford Dictionary (1982); manuscrift volume, eps. Of
ancient texts gulungan atau buku tulisan tangan, terutama dari teks-teks
klasik. Kodikologi mempelajari seluk beluk atau semua aspek naskah, anatara lain: bahan,
umur, tempat penulisan, dan perkiraan penulisan naskah.

Setelah seni cetak ditemukan, kodeks berubah arti menjadi buku tertulis. Kodeks pada
hakikatnya berbeda dengan naskah. Kodeks adalah buku yang tersedia untuk umum yang
hampir selalu didahului oleh sebuah naskah. Kodeks mempunyai nilai dan fungsi yang sama
dengan buku tercetak sekarang.

Melalui skema dapat digambarkan:

Konsep

Teks bersih (naskah)

Kodeks
Setelah ditemukan seni cetak:

Konsep

Teks bersih

Cetakan

Teks bersih yang ditulis pengarang disebut otograf, sedangkan salinan bersih pleh orang-orang
lain disebut apografi.

3. Tekstologi

Tektologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk teks, yang antara lain meneliti penjelmaan
dan penurunan teks sebuah karya sastra, penafsiran, dan pemahamannya. Sebagai pegangan
yang berguna sekali adalah sepuluh prinsip Lichacev untuk penelitian tekstologi karya-karya
monumental sastra lama Rusia. Dalam ruang lingkup terbatas, prinsip-prinsip tersebut
hanyalah disebutkan saja tanpa keterangan lebih lanjut.

 Tekstologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki sejarah teks suatu karya sastra.
Salah satu diantara penerapannya yang praktis adalah edisi ilmiah yang bersangkutan.
 Penelitian teks harus didahulukan dari penyuntingannya.
 Edisi teks harus menggambarkan sejarahnya.
 Tidak ada kenyataan tekstologi tanpa penjelasannya.
 Secara metodis perubahan yang diadakan secara sadar dalam sebuah teks (perubahan
ideologis, artistik, psikologis, dan lain-lain) harus didahulukan daripada perubahan
mekanis, misalnya kekeliruan tidak sadar oleh seorang penyalin.
 Teks harus diteliti sebagai keseluruhan (prinsip kekompleksan pada penelitian teks).
Bahan-bahan yang mengiringi sebuah teks (dalam naskah ) harus diikut sertakan dalam
penelitian.
 Perlu diteliti pemantauan sejarah teks sebuah karya dalam teks-teks dan monument
sastra lain.
 Pekerjaan seorang penyalin dan kegiatan skriptoria-skriptoria (sanggar penelitian/
penyalinan ; biara, madrasah) tertentu harus diteliti secara menyeluruh.
 Rekonstruksi teks tidak dapat menggantikan teks yang diturunkan dalam naskah-
naskah.
4. Terjadinya Teks

Berkaitan dengan masalah teks, jarang ada teks yang bentuk aslinya atau bentuk sempurnanya
sekaligus jelas dan tersedia. Menurut de Haan, mengenai terjadinya teks ada beberapa
kemungkinan:

1. Aslinya hanya ada dalam ingatan pengarang atau pengelola cerita.

2. Aslinya teks tertulis, yang lebih kurang merupakan kerangka yang masih memungkinkan
atau memerlukan kebebasan seni.

3. Aslinya merupakan teks yang tidak mengizinkan kebebasan dalam pembawaanya.

5. Teks Tulisan – Lisan

Antara teks tulisan dan lisan tidak ada perbedaan yang tegas. Dalam sastra Melayu, hikayat,
dan syair dibacakan keras-keras kepada pendengar. Hal ini berarti hikayat dan syair yang sudah
dibukukan dari cerita-cerita lisan dan disesuaikan dengan sastra tulis tidak dibaca seorang diri,
tetapi dibaca bersama-sama.

6. Penyalinan

Rangkaian penurunan yang dilewati oleh suatu teks yang turun-temurun disebut tradisi. Naskah
yang dianggap penting disalin dengan tujuan, misalnya tujuan politik, agama, pendidikan dan
sebagainya.

7. Penentuan Umur

Umur naskah dapat dirunut berdasarkan keterangan dari dalam “interne evidentie” juga dari
luar naskah itu sendiri “externe evidentie”.

8. Istilah Naskah di Luar Konteks Filologi

Dalam pemakaian sehari-hari naskah ynag diterbitkan atau diperbanyak tidak lagi ditulis
tangan. Istilah naskah dan teks dipakai dengan pengertian yang sama, misalnya naskah pidato
dan teks pidato.
B. Krtitik Teks

1. Pengertian Kritik Teks

Teks profan dianggap milik bersama maka penyalinannya pun sering dilakukan, sedangkan
teks sakral yang mungkin merupakan milik kraton dan hanya dibaca di kalangan kraton saja,
tidak banyak disalin.

Persoalan yang perlu dikemukakan sehunungan dengan masalah kritik teks adalah istilah
naskah, teks, serta versi. Naskah dipakai dalam arti manuskrip, tulisan tangan; versi adalah
wujud sebuah karya sasrta; teks dipakai secara umum untuk wujud sebuah tulisan, atau isi dari
sebuah naskah.

2. Paleografi

Paleografi adalah ilmu macam-macam tulisan kuno, yang mutlak diperlukan dalam rangka
meneliti tulisan kuno yang tertulis pada batu, logam, atau bahan lainnya. Tujuannya:

a. Menjabarkan tulisan kuno karena beberapa tulisan kuno sangat sulit dibaca
b. Menempatkan berbagai peninggalan tertulis dalam rangka perkembangan umum
tulisannya dan atas dasar itu menentukan waktu dan tempat terjadinya tulisan tertentu.

Contoh pada prasasti peninggalan nenek moyang orang Sunda pada masa Tarumanegara, yang
beraksara Palawa dan berbahasa Sansakerta (tujuah buah prasasti), (1) Prasasti Ciaruteun,
ditemukan di pinggir jalan sungai Ciaruteung (Ciampea, Bogor); (2) Prasasti Kebon Kopi,
ditemukan di kebon kopi (Ciampea, Bogor); (3) Prasasti Koleangkak (Bogor); (4) Prasasti
Pasir Awi (Ciampea, Bogor); (5) Prasasti Pasir Muara, ditemukan dipinggir kali Cianten
(Ciampea, Bogor); (6) Prasasti Tugu, (Desa Tugu, Kec. Tarumajaya, Kab. Bekasi); (7)
Prasasti Cidangiang, ditemukan di pinggir kali Cidangiang (Kec. Munjul, Kab. Pandeglang).

3. Transliterasi

Transliterasi berarti penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad
yang lain. Istilah ini dipakai bersama-sama dengan istilah transkripsi, yaitu pengubahan teks
dari satu ejaan ke dalam ejaan yang lain dengan tujuan menyarankan lafal bunyiunsur bahasa
yang bersangkutan.

4. Perbandingan Teks

Langkah yang harus dilakukan:


a. Membaca dan menilai semua naskah yang ada (resensi), sisihkan teks yang dipandang
sebagi naksah ojbek penelitian dan mana yang tidak (penyisihan teks kopi ini disebut
eliminasi)
b. Periksa keasliannya (eksaminasi). Apakah ada tempat yang korup, apakah ada bagia
teks yang ditinggalkan (lakuna), apakah ada tambahan (interpolasi), dan
ketidaksempurnaan lainnya. Bacaan yang berbeda disebut varian.
c. Jika menghadapi naskah dalam jumlah besar, maka langkah selanjutnya setelah semua
naskah dibandingkan, kita harus mengelompokkannya ke dalam beberapa versi.
d. Anggota dalam tiap-tiap kelompok dibandingkan, lalu ditentukan hubungan satu
kelompok dengan kelompok lainnya untuk memperoleh gambaran garis keturunan
versi-versi dan naskah-naskah.
e. Terakhir, ditentukan metode kritik teks yang paling sesuai dengan hasil perbandingan
hasil teks.

Anda mungkin juga menyukai