Anda di halaman 1dari 21

KEDUDUKAN FILOLOGI

DI ANTARA ILMU-ILMU
LAIN

Oleh :
Nur Aini Ps
Ilmu-Ilmu Bantu Filologi

KEDUDUKAN FILOLOGI DI ANTARA


ILMU-ILMU LAIN

Filologi sebagai Ilmu Bantu


Ilmu-ilmu lain
Linguistik

Pengetahuan
Bahasa-bahasa yang
memengaruhi
bahasa teks

Paleografi

Ilmu Sastra

Ilmu bantu filologi Pengaruh Agama


Hindu, Buddha, dan
Islam.

Sejarah Kebudayaan

Antropologi

Folklor
Linguistik

Bantuan linguistik kepada Filologi sudah terlihat sejak perkembangan awalnya. Pada awal
perkembangannya, linguistik sangat mengutamakan bahasa tulis, termasuk di dalamnya
bahasa naskah, bahkan studi bahasa sampai abad ke-19 dikenal dengan nama Filologi.
Dalam perkembangannya yang kemudian, linguistik lebih mengutamakan bahasa lisan,
bahasa yang dipakai sehari-hari. Meskipun demikian diharapkan kemajuan metode-
metodenya dapat diterapkan juga dalam pengkajian bahasa-bahasa naskah
Cabang linguistik yang dipandang dapat membantu Filologi :
1. Etimologi ialah ilmu yang mempelajari asal-usul dan sejarah kata
2. Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan dan saling
mempengaruhi antara perilaku bahasa dan perilaku masyarakat
3. Stilistika, yaitu cabang lingustik yang menyelidiki bahasa sastra, khususnya gaya
bahasa.
Pengetahuan Bahasa-Bahasa yang
Memengaruhi Bahasa Teks

Bahasa yang memengaruhi bahasa-bahasa naskah Nusantara ,


di antaranya:
1. Bahasa Sansekerta terutama pengkajian naskah Jawa Kuno
2. Bahasa Tamil (India)
3. Bahasa Arab, terutama untuk pengkajian naskah-naskah
pengaruh Islam
4. Bahasa Persi, dan
5. Bahasa daerah yang serumpun dengan bahasa naskah
Paleografi

Ilmu bantu filologi yang tidak kalah pentingnya ialah


paleografi, yakni ilmu macam-macam tulisan kuno. Ilmu ini
mutlak perlu untuk penelitian tulisan kuno atas batu , logam,
atau bahan lainnya.
Di Indonesia sendiri, istilah paleografi diartikan sebagian
macam-macam tulisan yang dipakai di daratan Asia Tenggara,
terutama di semenanjung Malaya, Muangthai Selatan ,
Kamboja, dan Vietnam Selatan yang dapat dilacak asalnya
dari tulisan pada prasasti raja-raja Dinasti Palawa di India
Selatan pada abad ke 4.
Ilmu sastra merupakan salah satu ilmu bantu bagi filologi, hal ini di maklumi karena naskah
naskah Nusantara kebanyakan mengandung teks sastra, yakni teks yang berisi cerita rekaan
(fiksi).Untuk menangani teks teks semacam itu, filologi memerlukan metode pendekatan
yang sesuai dengan sifat objeknya, yaitu metode pendekatan ilmu sastra.
Sejalan dengan perkembanganya, Abrams memebedakan tipe tipe pendekatan (kritik)
tradisional karya sastra menjadi empat,yakni :
– A.Pendekatan mimetik ,menonjolkan aspek aspek referensi,acuan karya sastra, dan
kaitanya dengan dunia nyata ;
– B.Pendekatan pragmatik menonjolkan pengaruh karya sastra terhadap pembaca atau
pendengarnya ;
– C.Pendekatan xpresif menonjolkan karya sastra sebagai penciptanya ; dan
– D.Pendekatan objektif menonjolkan karya sebagai struktur otonom atau lepas dari latar
brlakang sejarhnya dan dari serta niat penulisnya.
Pendekatan mimetik , pragmatik,dan eksperesif
menurut Wellek dan Warren (dalam suryani,2006 :18)
disebut pendekatan ekstrinsip, yaitu pendekatan yang
menerangkan karya sastra melaluli latar
belakangnya,keadaan sekitarnya dan sebab sebab luaranya ;
sedangkan pendekatan objektif termasuk pendekatan yang
disebut pendekatan instrisik,yaitu pendekatan yang berusaha
menafsirkan dan menganalisis karya sastra dengan teknik dan
metode yang diarahkan kepada dan berasal dari karya sastra
itu sendiri
Pengaruh hindu, buddha, dan islam

Penjajahan terhadap naskah naskah melalui katalogus


dan karya karya ilmiah memberikan kesan bahwa naskah
naskah oleh pengaruh-pengaruh agama Hindu, Budha, dan
Islam. Dalam naskah naskah Jawa Kuno ,misalnya ,tampak
adanya pengaruh agama Hindu dan Budha ,bahkan ada yang
memang berisi ajaran agama ,seperti Brahmandapuruna,dan
agastyanparata untuk ajaran Hindu Sang Hyang kama
hyanakan dan Kunjarakarna untuk agama Budha (dalam
Baroroh dkk, 1985: 16). Sedangkan dalam naskah Melayu
pengaruh Islam lebih dominan.
Sejarah kebudayaan

Khazanah sastra Nusantara, di samping diwarnai oleh pengaruh


agama Hindu,Budha, dan Islam, juga memeperlihatkan adanya
pengaruh sastra klasik India,Arab,dan Persia. Pengaruh sastra kelasik
India, seperti Ramayana dan Mahabarata, muncul dalam sastra lama
Nusantara, misalnya dalam sastra lama Jawa Kuno, Jawa Tengahan,
Jawa Baru . Selain itu , muncul pula kerasi baru yang diilhami oleh
karya karya klasik India atau karya karya kelasik Jawa Kuno saduran
karya klasik India. Dalam sastra lama Melayu, pengaruh karya karya
kelasik india muncul memlalui sastra Jawa . Hasil sastra yang berupa
sastra kitab Nusantara sebagai buku sumber atau rujukan, meskipun
ada juga yang dikenal secara utuh berupa terjemahan
ANTROPOLOGI

Penggarapan naskah tidak lepas dari konteks masyarakat


dan budaya masyarakat yang melahirkannya. Untuk
kepentingan ini, filologi dapat memanfaatkan hasil kajian
atau metode antropologi sebagai suatu ilmu yang objek
penyelidikan manusia dipandang dari segi fisik, masyarakat,
dan kebudayaan. Masalah yang erat kaitanya dengan
antropologi, misalnya sikap masyarakat kepada naskah
sekarang masih hidup, atau terhadap naskah yang
dimilikinya, apakah naskah itu dipandang sebgai benda
keramat atau benda biasa ?
FOLKLOR

Folklor telah ada sejak pertengahan abad ke-19 (Abrams, 1981: 66). Folklor itu
sendiri memperlihatkan jangkauan yang sangat luas, karena menyetuh setiap
aspek kehidupan tradisional. Unsur-unsur yang dirangkumnya, secara garis besar
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu golongan unsur budaya yang materinya
bersifat lisan dan golongan unsur budaya yang berupa upacara-upacara. Yang
bermateri lisan diantaranya, mitologi, legenda, cerita asal-usul dunia, nama
tempat, binatang, tanaman, dan sebagainya, cerita pelipur lara, dan dongeng.
Mantera, takhayul, teka-teki, peribahasa, dan drama tradisional termasuk ke
dalam golongan pertama. Sedangkan upacara-upacara yang mengiringi kelahiran,
perkawinan dan kematian termasuk golongan kedua. Dengan demikian, golongan
yang erat kaitannya dengan filologi utamanya adalah golongan pertama yang
mencakup unsur-unsur biasa disebut sastra lisan, terutama sastra lisan yang
termasuk cerita rakyat.
Ilmu Linguistik

Ilmu Sastra

Sejarah Kebudayaan

Ilmu bantu sejarah


Filologi sebagai ilmu bantu ilmu-
ilmu lain
Ilmu Hukum Adat

Sejarah
Perkembangan
Agama

Ilmu-Ilmu Bantu
Filsafat
Filologi sebagai Ilmu bantu
Linguistik

Sebagai ilmu bantu linguistik, filologi sangat diperlukan dalam penelitian-


penelitian lingistik, terutama yang berhubungan dengan linguistik diakronik. Ahli
linguistik memerlukan suntingan teks-teks lama hasil kerja filologi dan mungkin
juga membutuhkan hasil kajian bahasa teks lama oleh ahli filologi. Dengan kata
lain, ahli linguistik dapat menggunakan suntingan teks hasil kerja para filolog,
terutama yang ada sangkutpautnya dengan hasil suntingan teks yang
berhubungan dengan masalah bahasa suatu teks. Dari hasil kerja teks-teks lama
para filolog inilah, ahli linguistik menggali dan menganalisis seluk beluk bahasa-
bahasa tulis, yang pada umumnya, telah berbeda dengan bahasa sehari-hari.
Hasil kajian linguistik ini kelak juga dimanfaatkan oleh penggarap naskah lama.
Dengan demikian, terdapat hubungan timbal balik antara filologi dan lingistik.
Filologi sebagai ilmu bantu sastra

Filologi dapat menjadi ilmu bantu bagi ilmu sastra. Hal ini
tidak dapat dipungkiri, karena banyak naskah-naskah lama
yang membahas atau mengkaji tentang sastra. Seseorang
peneliti sastra dapat memanfaatkan hasil suntingan teks para
filolog. Ilmu sastra akan benar-benar bersifat umum, apabila
data untuk penyusunan teori-teorinya didasarkan hanya pada
sastra lama, bukan pada sastra baru. Konvensi sastra baru
belum tentu sama dengan konvensi sastra lama.
Filologi sebagai ilmu bantu
sejarah kebudayaan

Bantuan filologi terhadap sejarah kebudayaan adalah


menyediakan bahan kajian lewat pengungkapan teks-teks
lama. Teks-teks lama itu tidak mungkin dapat dikaji oleh
sejarah kebudayaan secara langsung tanpa ada teks yang
sudah dibaca dan disiapkan oleh para filolog. Bantuan filolog
terhadap sejarah kebudayaan untuk mengungkapkan masa
kurun waktu tertentu yang tertulis dalam nasah-naskah kuno,
pada akhirnya dapat dianalisis oleh peneliti, sejarah
kebudayaan dengan interaksi kedua ilmu bantu tersebut.
Filologi sebagai ilmu bantu sejarah

Filologi membantu ilmu sejarah sudah terlihat sejak ribuan tahun yang lalu,
bahwa tanpa informasi dari peneliti filologi seorang sejarawan tidak mampu
mengembangkan kajiannya dari berbagai dokumen yang masih dalam aksara asli
naskah. Studi sejarah, membutuhkan dokumen yang telah siap untuk dibaca yang
telah dikerjakan oleh para filolog. Sampai dengan tahun 70-an filologi masih
digunakan sebagai alat bantu sejarah.
Naskah-naskah Nusantara yang oleh pendukungnya dipandang berisi teks
sejarah jumlahnya cukup banyak, misalnya, Negarakertagama, Pararatan, Babad
Tanah Jawi, Babad Dipanagara, Sejarah Melayu dan sebagainya. Suntingan
naskah-naskah jenis ini, terutama yang melalui proses pengkajian filologis, dapat
dimanfaatkan sebagai sumber sejarah setelah diuji berdasarkan sumber-sumber
lain (arsip asing, prasasti, dan sebagainya) atau setelah diketahui sifat-sifatnya.
Filologi sebagai ilmu bantu hukum
adat

Manfaat Filologi bagi ilmu hukum adat, terutama dalam penyediaan teks.
Banyak naskah Nusantara yang merekam adat-istiadat. Selain itu, dalam khazanah
sastra Nusantara terdapat teks yang memang dimaksudkan sebagai hukum, yang
dalam masyarakat Melayu disebut dengan istilah undang-undang, di jawa dikenal
dengan sebutan angger-angger. Undang-undang dalam istilah Melayu merupakan
adat yang terbentuk dalam masyarakat selama peredaran masa, bukan peraturan
yang seluruhnya dibuat oleh raja sebagai penguasa. Penulisannya baru dilakukan
setelah dirasakan perlunya kepastian peraturan hukum oleh raja atau setelah ada
pengaruh, dunia Barat. Salah satu contoh Undang-undang dalam sastra Melayu
ialah, Undang-undang Negeri Malaka
Filologi sebagai ilmu bantu
perkembangan agama

Naskah-naskah Nusantara banyak yang mengandung teks-teks keagamaan.


Sehubungan dengan itu, suntingan naskah, terutama naskah yang mengandung
teks keagamaan/sastra kitab dan hasil pembahasan kandungannya, akan menjadi
bahan penulisan perkembangan agama yang sangat berguna. Dari teks-teks
semacam itu akan diperoleh gambaran, antara lain perwujudan penghayatan
agama, pencampuran agama Hindu, Budha, dan Islam dengan kepercayaan yang
hidup dalam masyarakat Nusantara, juga permasalahan aliran-aliran agama yang
masuk ke nusantara. Gambaran ini merupakan permasalahan yang ditangani oleh
ilmu sejarah perkembangan agama. Dengan demikian, penanganan naskah sastra
kitab secara filologis sangat bermanfaat bagi ilmu sejarah perkembangan agama.
Filologi sebagai ilmu bantu filsafat

Filologi dapat menjadi ilmu bantu bagi ilmu filsafat, hal ini
disebabkan karena renungan yang bersifat filsafat terjadi pada
masa lampau, antara lain dapat digali melalui warisan budaya
lama yang berwujud naskah atau teks sastra. Kedatangan
kebudayaan Hindu tidak mengubah dasar ini. pemikiran rasional
yang olehnya disebut “filsafat” baru muncul setelah mendapat
pengaruh Islam. Mengingat hal tersebut, maka renungan-
renungan filsafat yang dapat digali dari naskah-naskah atau teks-
teks sastra lama Nusantara terutama adalah renungan-renungan
filsafat yang erat kaitannya dengan seni dan agama, seperti
estetika, etika , dan metafisika.
DAFTAR PUSTAKA

– Attas, Sitti Gomo. 2017. Pengantar Teori Filologi. Jakarta : Lembaga


Pengembangan Pendidikan UNJ.
– Fadlillah, dkk. 2005. Dinamika Bahasa, Filologi, Sastra, dan Budaya. Padang :
Andalas University Press.
– Suryani, Elis.2012. Filologi. Bogor : Ghalia Indonesia
– http://ciciax2.blogspot.co.id/2016/05/makalah-kedudukan-filologi-di-antara.html
– https://www.scribd.com/doc/110944337/Kedudukan-Filologi-Diantara-Ilmu

Anda mungkin juga menyukai