Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

“FILOLOGI”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Falsafah Lughah
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Nanang Qosim, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Muhammad Rifdan Fatih Ishlahiyy (226141049)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TP.2023
A. Sejarah Filologi
Filologi sebagai suatu bentuk kegiatan yang sudah cukup lama dilakukan orang.
Ilmu ini mulai berkembang sejak abad ke-3 Sebelum Masehi di Yunani kuna. Pada masa
itu di Iskandariyah (Yunani), terdapat kegiatan pengkajian terhadap naskah-naskah
klasik. Kegiatan filologi Pada masa itu tidak terlepas dari kegiatan ritual pemujaan
terhadap Dewi Muses yang dianggap sebagai dewi ilmu pengetahuan, sehingga kegiatan
filologi berpusat di kuil Muses yang disebut Museum (Reynold dan Wilson, 1968: 6).
Kebudayaan Yunani lama merupakan salah satu dasar pemikiran yang sangat
besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Barat. Dalam segala bidang kehidupan
dapat dirasakan unsur-unsur yang berakar pada kebudayaan Yunani lama, yang aspek-
aspeknya tersimpan dalam naskah-naskah bangsa tersebut. Diantara cabang ilmu yang
mampu membuka aspek tersebut adalah ilmu filologi. Maka ilmu filologi Yunani lama
merepakan ilmu yang penting untuk menyajikan kebudayaan Yunani lama, yang hingga
abad ini tetap berperan dalam memperluas serta memperdalam pengetahuan mengenai
sumber dari ilmu pengetahuan. Kebudayaan Yunani lama tidak hanya berpengaruh di
dalam dunia Barat, akan tetapi berpengaruh juga di belahan dunia yang lain seperti
kawasan Timur Tengah, Asia, Asia Tenggara dan Indonesia.
Filologi pertama kali dikembangkan di Iskandariyah, sebuah kota yang termasuk
ke dalam imperium Yunani pada abad ke-3 SM. Istilah ini pertama kali digunakan oleh
Erastotbenes untuk merujuk pada sekelompok ahli yang memusatkan studinya pada teks-
teks klasik dalam bahasa Yunani.Para ahli-ahli ini berhasil membaca naskah- naskah
Yunani lama pada abad ke-8 yang umumnya ditulis pada gulungan Papyrus dengan
tulisan Funisia yang kemudian dikenal dengan huruf Yunani.
Kegiatan filologi Iskandariyah semakin ramai serta banyak diminati sampai
jatuhnya wilayah Iskandariyah ke tangan bangsa Romawi ke-1 SM. Sesudah
Iskandariyah jatuh, kegiatan filologi berpindah ke Eropa Selatan yang berpusat di Roma
dan melanjutkan tradisi filologi Yunani serta meneruskan kegiatan mazhab Iskandariyah.
(Wardah, 2002)

B. Pengertian Filologi
Masalah filologi sudah dikenal sejak beberapa abad yang lalu, terutama dalam
pengkajian tentang teks klasik maupun pernaskahan. Mengetengahkan Filologi sama
artinya dengan membicarakan bahasa, budaya, sejarah, antropologi, sosial, dan hukum
karena erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Misalnya seorang pujangga yang
sangat akrab dengan dunia sastra, seorang budayawan senantiasa bersahabat dengan
budaya, begitu pula seorang sejarawan tetap lekat dengan kesejarahannya. Disiplin ilmu
yang disebutkan di atas selalu berhubungan dengan filologi, baik secara sadar maupun
tidak sadar tetap memandang perlu adanya filologi. Dari sini dapat dilihat betapa
pentingnya dunia filologi bagi pengembangan dan perkembangan dunia ilmu
pengetahuan, khususnya pernaskahan.
Dunia pernaskahan sangat besar andilnya terhadap laju pesatnya keberadaan
filologi, hal ini disebabkan kehadiran berbagai teks, catatan dan tulisan yang terhimpun
dalam naskah tersebut senantiasa memberikan gambaran kehidupan masa lampau dimana
dimensi ruang dan waktunya mengkilas balikan fenomena yang ada pada saat
berlangsungnya kehidupan saat itu. Kondisi dan situasi yang demikian itu membuat
catatan dan teks-teks tersebut menjadi tolak ukur kegunaan filologi sebagai salah satu
bentuk ilmu yang mempunyai makna dan bernilai dalam percaturan ilmu pengetahuan.
Selain itu filologi akan tetap menjadi induk segala bagiannya, jika kehadiran dan
keberadaan naskah tetap menjadi perhatian utama di kalangan ilmuan. (Wardah, 2002)
Filologi adalah suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang
mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan. Apabila dikatakan bahwa
sastra merupakan hasil kebudayaan masa lampau maka pengertian kebudayaan di sini
adalah kelompok adat kebiasaan, kepercayaan, dan nilai yang turun-temurun dipakai oleh
masyarakat pada waktu tertentu . untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan
segala situasi yang tumbuh, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan
kelompok.
Filologi berasal dari kata Yunani philos yang berarti 'cinta'· dan kata logos yang
berarti 'kata' . Pada kata filologi, kedua kata tersebut membentuk arti 'cinta kata', atau
'senang bertutur' (Shipley, 1961; Wagenvoort, 1947). Arti ini kemudian berkembang
menjadi 'senang belajar' , 'senang ilmu' , dan 'senang kesastraan' atau 'senang kebudayaan.
Filologi sebagai istilah mempunyai beberapa arti sebagai berikut (1) Filologi
sudah dipakai sejak abad ke-3 SM. oleh sekelompok ahli dari Aleksandria yang
kemudian dikenal sebagai ahli filologi. Yang pertamatama memakainya adalah
Erastothenes (Reynolds, 1968:1). Pada waktu itu, mereka berusaha mengkaji teks-teks
lama yang berasal dari bahasa Yunani. Pengkajian mereka terhadap teks-teks tersebut
bertujuan menemukan bentuknya yang asli untuk mengetahui maksud pengarangnya
dengan jalan menyisihkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya. Pada waktu
itu mereka menghadapi teks dalam sejumlah naskah yang masing-masing menunjukkan
bacaan yang berbeda (varian) bahkan ada yang menunjukkan bacaan yang rusak (korup).
Kegiatan pengkajian teks ternyata telah menumbuhkan kesadaran bahwa untuk
mengetahui bentuk teks yang asli, mereka perlu meneliti naskah-naskah itu untuk
mendapatkan naskah yang mendekati teks asli dan naskah yang menyimpang. Dari
kegiatan itu pula, dapat disadari pentingnya pengkajian secara mendalam terhadap bahasa
dan kebudayaan yang melatarbelakanginya. Kegiatan filologi yang menitikberatkan
penelitiannya kepada bacaan yang rusak ini kemudian disebut filologi tradisional. Dalam
hal ini, ahli filologi dengan intuisinya memilih naskah yang memungkinkan penyusunan
silsilahnya untuk mendapatkan bacaan hipotesis yang dipandang asli, atau yang paling
dekat dengan aslinya. Kegiatan tersebut, dewasa ini, dikenal dengan istilah hermeneutik.
(Siti Baroroh Baried et al., 1985)
Dalam bahasa Arab, Filologi adalah ilmu “Tahqiq alNus” Al-Zamakhshariy,
misalnya, menyebutkan dalam kitab “Asas al-Balaghah” dengan mengungkapkan sebagai
berikut:

”Tahqiq sebuah teks atau nas adalah melihat sejauh mana hakekat yang sesungguhnya
sehingga bisa diyakini kebenarannnya”

Tahqiq berita adalah melacak kebenarannya. Apabila sekelompok orang


mendapat berita yang mereka tidak meyakininya maka seorang dari mereka berkata
kepada mereka : Saya akan mentahqiq berita itu untuk kalian semua, yakni saya akan
melacaknya kemudian memberitahukan kepada kalian hakekat yang sebenarnya. Oleh
sebab itu, sebagian ahli Filologi yang mengadakan tahqiq pada suatu teks tidak
menyebutkan dirinya muhaqqiq, yang mentahqiq teks. Mereka cenderung memakai kata
Sahhahahu yang berarti telah diperiksa atau dikoreksi qara’ahu, telah dibaca oleh
qaranahu, artinya telah diperbandingkan dengan naskah aslinya, atau I’tana bihi, artinya
dipelihara dan dijernihkan, Sekarang ini istilah yang paling populer dan umum dipakai di
kalangan para ahli tahqiq adalah kata haqqaqahu atau tahqiq Fulan yang berarti diteliti
oleh Fulan.(Hanafi, 2020)
C. Ruang Lingkup Filologi
Filologi kini mencakup dua ranah, yaitu:
1) Kodikologi merupakan cabang filologi yang mempelajari alas naskah, seperti kulit
kayu, kulit binatang, daun, atau kertas) sebagai media tulis. Para arkeolog ada yang
menekuni bidang khusus dengan mempelajari epigrafi (seperti relief, piagam, dan
prasasti) serta numismatik (seperti uang logam)
2) Tekstologi yang merupakan mempelajari kandungan atau isi suatu naskah.(Yamin,
2013)
Setiap ilmu mempunyai objek penelitian. Sebagaimana yang diuraikan di .atas maka
filologi mempunyai objek naskah (kodikologi) dan teks (tekstologi). Oleh karena itu,
perlu dibicarakan hal-hal mengenai seluk-beluk naskah, teks, dan tempat penyimpanan
naskah.
Sebagaimana telah disebutkan di muka, filologi berusaha mengungkapkan hasil
budaya suatu bangsa melalui kajian bahasa pada peninggalan dalam bentuk tulisan. Berita
tentang hasil budaya yang diungkapkan oleh teks klasik dapat dibaca dalam peninggalan-
peninggalan yang berupa tulisan yang disebut naskah. Dalam filologi istilah teks
menunjukkan pengertian sebagai sesuatu yang abstrak, sedang naskah merupakan sesuatu
yang konkret. Oleh karena itu, pemahaman terhadap teks klasik hanya dapat dilakukan
lewat naskah yang merupakan alat penyimpanannya. Jadi, filologi mempunyai sasaran
kerja yang berupa naskah.
Di samping itu, melihat wahana teks-teks filologi ada yang berupa teks lisan dan teks
tulisan. Teks tulisan dapat berupa tulisan tangan (yang biasa disebut naskah) dan tulisan
cetakan. Oleh karenanya, dilihat dari tradisi penyampaiannya, terdapat filologi lisan,
filologi naskah, dan filologi cetakan. Kerja filologi lisan banyak bersangkutan dengan
studi tradisi lisan yang merupakan tradisi penyampaian teks yang paling tua dan ada
beberapa daerah yang masih melestarikan tradisi tersebut. Filologi naskah banyak
berhubungan dengan pengetahuan mengenai kehidupan naskah mengenai berbagai segi
penyaksian dengan tulisan tangan a'an akibat-akibatnya. Filologi cetakan banyak
berhubungan dengan tradisi cetakan, tradisi yang mulai dipakai pada tahun 1450, yaitu
saat ditemukan teknik mencetak oleh Gutenberg. Dalam praktek, dapat terjadi dua atau
tiga bentuk tradisi bercampur. Misalnya, cerita rakyat yang setelah beberapa lama hidup
dalam tradisi lisan, lalu ditulis dalam naskah, kemudian mengalami penyalinan-
penyalinan dan selanjutnya dicetak. Keadaan lain dapat terjadi, misalnya teks lisan
kemudian dipindahkan dalam bentuk naskah, dan dari bentuk naskah hidup lagi dalam
bentuk lisan. (Siti Baroroh Baried et al., 1985)

D. Tujuan Filologi
Melalui penggarapan naskah, filologi mengkaji teks klasik dengan tujuan
mengenalinya sesempurna-sempurnanya dan selanjutnya menempatkannya dalam
keseluruhan sejarah suatu bangsa. Dengan menemukan keadaan teks seperti adanya
semula maka teks dapat terungkap secara sempuma. Secara terperinci dapat dikatakan
bahwa filologi mempunyai tujuan umum dan khusus.
1. Tujuan Umum Filologi
 Memahami sejauh mungkin kebudayaan suatu bangsa melalui hasil sastranya,
baik lisan maupun tertulis;
 Memahami makna dan fungsi teks bagi masyarakat penciptanya;
 mengungkapkan nilai-nilai budaya lama sebagai alternatif pengembangan
kebudayaan.
2. Tujuan Khusus Filologi
 Menyunting sebuah teks yang dipandang paling dekat dengan teks aslinya
 Mengungkap sejarah terjadinya teks dan sejarah pengembangannya.
 Mengungkap presepsi pembaca pada setiap kurun penerimaannya. (Siti Baroroh
Baried et al., 1985)
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, A. (2020). diktat filologi. http://digilib.uinkhas.ac.id/1282/1/diktat.pdf

Siti Baroroh Baried, Siti Chamamah Soeratno, Sawoe, Sulastin Sutrisno, & Moh. Syakil. (1985). Pengantar
Teori Filologi. http://repositori.kemdikbud.go.id/3368/1/Pengantar%20Teori%20Filologi.pdf

Wardah, E. S. (2002). sejarah perkembangan filologi-1. https://repository.uinbanten.ac.id/5663/1/sejarah


%20perkembangan%20filologi-1.pdf

Yamin. (2013). FILOLOGI HUKUM SEBAGAI PIRANTI AWAL UNTUK MENENTUKAN EKSISTENSI HUKUM ADAT
EKSISTENSI HUKUM ADAT YAMIN.
http://epistema.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Filologi_Hukum_Sebagai_Piranti_Awal.pdf

Anda mungkin juga menyukai