“FILOLOGI”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Falsafah Lughah
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Nanang Qosim, M.Pd.I
Disusun Oleh :
Muhammad Rifdan Fatih Ishlahiyy (226141049)
B. Pengertian Filologi
Masalah filologi sudah dikenal sejak beberapa abad yang lalu, terutama dalam
pengkajian tentang teks klasik maupun pernaskahan. Mengetengahkan Filologi sama
artinya dengan membicarakan bahasa, budaya, sejarah, antropologi, sosial, dan hukum
karena erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Misalnya seorang pujangga yang
sangat akrab dengan dunia sastra, seorang budayawan senantiasa bersahabat dengan
budaya, begitu pula seorang sejarawan tetap lekat dengan kesejarahannya. Disiplin ilmu
yang disebutkan di atas selalu berhubungan dengan filologi, baik secara sadar maupun
tidak sadar tetap memandang perlu adanya filologi. Dari sini dapat dilihat betapa
pentingnya dunia filologi bagi pengembangan dan perkembangan dunia ilmu
pengetahuan, khususnya pernaskahan.
Dunia pernaskahan sangat besar andilnya terhadap laju pesatnya keberadaan
filologi, hal ini disebabkan kehadiran berbagai teks, catatan dan tulisan yang terhimpun
dalam naskah tersebut senantiasa memberikan gambaran kehidupan masa lampau dimana
dimensi ruang dan waktunya mengkilas balikan fenomena yang ada pada saat
berlangsungnya kehidupan saat itu. Kondisi dan situasi yang demikian itu membuat
catatan dan teks-teks tersebut menjadi tolak ukur kegunaan filologi sebagai salah satu
bentuk ilmu yang mempunyai makna dan bernilai dalam percaturan ilmu pengetahuan.
Selain itu filologi akan tetap menjadi induk segala bagiannya, jika kehadiran dan
keberadaan naskah tetap menjadi perhatian utama di kalangan ilmuan. (Wardah, 2002)
Filologi adalah suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang
mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan. Apabila dikatakan bahwa
sastra merupakan hasil kebudayaan masa lampau maka pengertian kebudayaan di sini
adalah kelompok adat kebiasaan, kepercayaan, dan nilai yang turun-temurun dipakai oleh
masyarakat pada waktu tertentu . untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan
segala situasi yang tumbuh, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan
kelompok.
Filologi berasal dari kata Yunani philos yang berarti 'cinta'· dan kata logos yang
berarti 'kata' . Pada kata filologi, kedua kata tersebut membentuk arti 'cinta kata', atau
'senang bertutur' (Shipley, 1961; Wagenvoort, 1947). Arti ini kemudian berkembang
menjadi 'senang belajar' , 'senang ilmu' , dan 'senang kesastraan' atau 'senang kebudayaan.
Filologi sebagai istilah mempunyai beberapa arti sebagai berikut (1) Filologi
sudah dipakai sejak abad ke-3 SM. oleh sekelompok ahli dari Aleksandria yang
kemudian dikenal sebagai ahli filologi. Yang pertamatama memakainya adalah
Erastothenes (Reynolds, 1968:1). Pada waktu itu, mereka berusaha mengkaji teks-teks
lama yang berasal dari bahasa Yunani. Pengkajian mereka terhadap teks-teks tersebut
bertujuan menemukan bentuknya yang asli untuk mengetahui maksud pengarangnya
dengan jalan menyisihkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya. Pada waktu
itu mereka menghadapi teks dalam sejumlah naskah yang masing-masing menunjukkan
bacaan yang berbeda (varian) bahkan ada yang menunjukkan bacaan yang rusak (korup).
Kegiatan pengkajian teks ternyata telah menumbuhkan kesadaran bahwa untuk
mengetahui bentuk teks yang asli, mereka perlu meneliti naskah-naskah itu untuk
mendapatkan naskah yang mendekati teks asli dan naskah yang menyimpang. Dari
kegiatan itu pula, dapat disadari pentingnya pengkajian secara mendalam terhadap bahasa
dan kebudayaan yang melatarbelakanginya. Kegiatan filologi yang menitikberatkan
penelitiannya kepada bacaan yang rusak ini kemudian disebut filologi tradisional. Dalam
hal ini, ahli filologi dengan intuisinya memilih naskah yang memungkinkan penyusunan
silsilahnya untuk mendapatkan bacaan hipotesis yang dipandang asli, atau yang paling
dekat dengan aslinya. Kegiatan tersebut, dewasa ini, dikenal dengan istilah hermeneutik.
(Siti Baroroh Baried et al., 1985)
Dalam bahasa Arab, Filologi adalah ilmu “Tahqiq alNus” Al-Zamakhshariy,
misalnya, menyebutkan dalam kitab “Asas al-Balaghah” dengan mengungkapkan sebagai
berikut:
”Tahqiq sebuah teks atau nas adalah melihat sejauh mana hakekat yang sesungguhnya
sehingga bisa diyakini kebenarannnya”
D. Tujuan Filologi
Melalui penggarapan naskah, filologi mengkaji teks klasik dengan tujuan
mengenalinya sesempurna-sempurnanya dan selanjutnya menempatkannya dalam
keseluruhan sejarah suatu bangsa. Dengan menemukan keadaan teks seperti adanya
semula maka teks dapat terungkap secara sempuma. Secara terperinci dapat dikatakan
bahwa filologi mempunyai tujuan umum dan khusus.
1. Tujuan Umum Filologi
Memahami sejauh mungkin kebudayaan suatu bangsa melalui hasil sastranya,
baik lisan maupun tertulis;
Memahami makna dan fungsi teks bagi masyarakat penciptanya;
mengungkapkan nilai-nilai budaya lama sebagai alternatif pengembangan
kebudayaan.
2. Tujuan Khusus Filologi
Menyunting sebuah teks yang dipandang paling dekat dengan teks aslinya
Mengungkap sejarah terjadinya teks dan sejarah pengembangannya.
Mengungkap presepsi pembaca pada setiap kurun penerimaannya. (Siti Baroroh
Baried et al., 1985)
DAFTAR PUSTAKA
Siti Baroroh Baried, Siti Chamamah Soeratno, Sawoe, Sulastin Sutrisno, & Moh. Syakil. (1985). Pengantar
Teori Filologi. http://repositori.kemdikbud.go.id/3368/1/Pengantar%20Teori%20Filologi.pdf
Yamin. (2013). FILOLOGI HUKUM SEBAGAI PIRANTI AWAL UNTUK MENENTUKAN EKSISTENSI HUKUM ADAT
EKSISTENSI HUKUM ADAT YAMIN.
http://epistema.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Filologi_Hukum_Sebagai_Piranti_Awal.pdf