Anda di halaman 1dari 7

Hubungan dan Kedudukan Filologi di antara Ilmu-Ilmu Lain

Filologi dengan ilmu lain, jika kita lihat dalam kajian filologi tampaknya ada suatu
hubungan timbal balik dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Filologi dalam
pengkajiannya tidak bisa terlepas dari ilmu-ilmu bantu lainnya, begitu juga dengan illmu-ilmu
yang menjadikan naskah-naskah kuno sebagai sumber yang nominan dalam menentukan sebuah
teorinya juga tidak bisa terlepas hubugannya dengan filologi.
A. Ilmu Bantu Filologi
Sebagaiman kita ketahui objek dari penelitian filologi ialah naskah yang berisikan teks-teks
kuno yang merupakan karya dari pemikiran-pemikiran masyarakat zaman dahulu. Untuk
mengethui pemikiran-pemikiran itu kita harus menguasai ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan
teks tersebut. Penguasan bahasa teks tidak terlepas dari pemahaman terhadap masyarakat
penghasil karya tersebut. Dengan demikian, teks tersebut harus dilihat dari konteks masyarakat
dan bangsa yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam kajian filologi kita
membutuhkan beberapa ilmu sebagai penunjang dan penguat dari penelitian filologi teresebut.
Seorang ahli filolog harus menguasai kebudayaan, bahasa, dan pengetahguan dari masyarakat
yang menghasilkan karya tersebut.
a. Lingguistik
Lingguistik merupakan suatu ilmu yang mempelajari bahasa yang berkembang dalam
masyarakat dan perkembangannya. Karena bahasa teks sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari
masyarakat, maka seorang filolog harus menguasai lingguistik. Lingguistik pada mulanya
merupakan bagian atau cabang ilmu dari filologi yang dipakai dalam metode penelitian filologi.
Pada awal abad 20, lingguistik memisahkan diri dan menjadi salah satu disiplin ilmu yang
berkembang di Eropa.
Dalam lingguistik, ada beberapa cabang ilmu yang dapat membantu dalam penelitian
filologi, diantaranya sebagai berikut :
1. Etimologi : ilmu yang mempelajari asal-usul kata dan sejarah kata.
2. Sosiolingguistik : ilmu yang mempelajari hubungan dan saling berpengaruh antar
perilaku bahasa dangan perilaku masyarakat.

3. Stilistika : cabang ilmu yang mengamati gaya bahasa, ilmu ini di usahakan agar dapat
menyelidiki keaslian naskah, dan menentukan usia naskah.
b. Pengetahuan Bahasa yang Mempengaruhi Bahasa Teks
Seorang filolog dalam penelitian naskah, harus paham bagaimana sebuah bahasa dapat
mempengaruhi bahasa teks. Maksudnya dalam sebuah naskah terdapat beraneka ragam teks yang
memiliki bahasa berbeda-beda, untuk itu para filolog harus mengenal atau mengetahui bahasa
mana yang telah menguasai isi nasakah tersebut. Pengetahuan bahasa ini dapat membantu filolog
dalam memahami sebuah naskah.
c. Paleografi
Ilmu yang mempelajari tentang macam-macam tulisan kuno.Filologi tidak hanya
membahas tulisan yang berupa naskah, tetapi filologi juga membahas tulisan yang berada di
benda-benda lainnya seperti makam, prasasti, dan uang logam. Dalam pengkajian filologi,
seorang filolog harus mengetahui dan mengerti akan macam-macam dan betuk tulisan kuno yang
berkembang saat itu. Paleografi biasanya bertujuan untuk :
1. Mengalih bahasakan naskah bertulisan kuno, supaya dapat dibaca oleh masyarakat
umum.
2.

Menerjemahkan tulisan kuno ke bahasa yang dapat orang memahaminya.

3.

Mengkronologikan dan mengelampokkan benda-benda bersejarah pada tempatnya.

d. Ilmu Sastra
Naskah kuno yang berkembang di nusantara pada umunya berisi teks sastra, teks yang
berisikan cerita rekaan. Untuk mengkaji teks seperti itu diperlukan metode pendekatan yang
sesuai dengan objeknya, yaitu metode pendekatan ilmu satra.
Pendekatan ilmu sastra yang dipakai dalam pengkajian naskah-naskah yang berisikan
teks sastra ialah :
1. Pendekatan mimetik, pendekatan yang menonjolkan aspek referansil.
2. Pendekatan pragmatik, pendekatan yang menonjolkan pengaruh karya sastra terhadap
pembaca.

3. Pendekatan ekspresif, pendekatan yang menonjolkan penulis karya sastra sebagai


penciptanya.
4. Pendekatan objektif, pendekatan yang mementingkan karya sastra sebagai struktur otonom,
lepas dari latar belakang sejarahnya.
Selain empat dari pendekatan di atas, baru-baru ini ada satu lagi pendekatan yang dibahas
oleh para sastrawan modern, pendekatan reseptif. Pendekatan ini menitik beratkan kepada
tanggapan pembaca atau penikmat sastra ( secara umum ).
e. Pengetahuan tentang Agama
Selain naskah yang berisikan teks sastra, naskah-naskah lainnya yang berkembang di
nusantara ialah naska yang berisikan teks agama ( Islam, Budha dan Hindu ). Untuk memahami
teks-teks yang berbau keagamaan seorang filolog harus menguasai seluk beluk agama yang
memiliki naskah tersebut. Dalam penelitiannya, filolog memakai metode pendekatan agama.
f. Sejarah Kebudayaan
Dalam pengkajian secara historis terhadap karya-karya lama diperlukan pengetahuan
sejarah kebudayaan. Lewat sejarah kebudayaan dapat diketahui pertumbuhan dan perkembangan
unsur budaya suatu bangsa. Kita mempelajari kebudayan suatu masyarakat untuk mengetahui
seberapa jauh pemahaman masyarakat pada waktu itu dalam menuliskan pemikirannya dalam
sebuah karya tulisan ( naskah ).
g. Antropologi
Telah dijelaskan di muka bahwa penggarapan naskah tidak dapat dilepaskan dari konteks
masyarakat dan budaya yang melahirkannya. Untuk itu seorang filolog dapat memnfaatkan hasil
kajian atau metode antropologi sebagai ilmu yang objek penyelidikanya manusia dari segi
fisiknya, masyarakatnya dan kebudayaannya. Masalah yang bersangkutan dengan antropologi
antara lain adanya sikap masyarakat dalam pemeliharaan naskah tersebut, apakah masyrakat
menganggapnya sebagai benda kramat atau tidak .
h. Folklor
Folklor sebagai bagian dari ilmu antropologi, hampir menyentuh setiap aspek kehidupan
masyarakat tradisional. Folklor telah ada sejak abd ke-19. Unsur budaya yang dirangkumnya
secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu golongan unsur budaya yang

materinya bersifat lisan dan golongan unsur budaya yang bersifat upacara. Termasuk golongan
pertama, antara lain: mitologi, legenda, cerita asal-usul, dongeng, dan lain-lain. Termasuk
kelompok dua antara lain: upacara-upacara yang mengiringi kelahiran, perkawianan, dan
kematian. (Lubis, 1996: 60).
B. Filologi sebagai Ilmu Bantu
Objek filologi adalah naskah-naskah yang mengandung teks sastra lama atau sastra
tradisional. Filolog berkerja untuk memahami dan menelaah suatu naskah. Hasil telaah itu dapat
di pergunakan untuk memahami perkembangan intelektualitas seseorang, adat istiadat pada
waktu itu dan bahkan dapat dipergunakan oleh ilmu-ilmu lain dalam mengkaji bidangnya
masing-masing. Dalam pengertian penyajian teks, filologi bertindak sebagai ilmu bantu bagi
ilmu-ilmu yang mempergunakanh naskah-naskah kuno sebagai objek kajiannya. Kandungan
dalam naskah lama itu beraneka ragam, jadi filologi membantu dalam mengelompokan sesuai
dengan bidangnya. Ilmu-ilmu lain yang menjadikan filologi sebagai ilmu Bantu ialah ilmu sastra,
ilmu sejarah, sejarah kebudayaan, ilmu hukum adat, ilmu agama, dan lain sebagainnya.
a. Filologi sebagai Ilmu Bantu Ilmu Sastra
Begitu banyaknya jumlah teks yang bernuansa sastra dan besarnya kecenderungan untuk
menanganinya maka dalam perjalanan sejarah, filologi pernah di pandang sebagai ilmu sastra.
Bantuan filologi terhadap ilmu sastra terutama berupa penyediaan sutingan naskah lama dan
hasil penelaahan teks yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan sejarah
sastra ataupun teori sastra. Hasil kajian dari teks lama akan sangat berguna untuk penyusunan
teori-teori ilmu satra yang betul-betul bersifat umum.
b. Filologi sebagai Ilmu Bantu Sejarah Kebudayaan
Filologi banyak mengungkapkan khazanah ruhaniah warisan nenek moyang, misalnya
kepercayaan, adat istiadat, dan kesenian. Melalui pembacaan atau penelaahan naskah banyak
dijumpai penyebutan / pemberitahuan unsur-unsur budaya sekarang yang telah punah. Dengan
memperhatikan hasil-hasil penelitian filologi menganai khazanah kebudayaan masyarakat, kita
bisa mengetahui bagaimana perkembangan kebudayaan pada masyarakat itu.

c. Filologi sebagai Ilmu Bantu Sejarah


Naskah-naskah nusantara yang oleh pendukungnya di pandang berisi teks sejarah
jumlahnya cukup banyak misalnya Negarakretagama, Pararaton, Babad tanah jawi, dan lain
sebagainya. Naskah-naskah yang telah ditelaah oleh para filolog dapat di manfaatkan sebagian
sebagai pengkajian sejarah nusantara. Selain itu, hasil-hasil kajian filologi yang telah di telaah
dapat menjadi sumber primer dalam penelitian-penelitian sejarah berikutnya.
d. Filologi sebagai Alat Bantu Hukum Adat
Menurut Lubis (1996:62) manfaat filologi bagi ilmu hukum adat ialah dalam penyediaan
teks. Dalam khazanah nusantara terdapat teks yang dimaksud sebagai hukum, yang dalam
masyarakat melayu disebut dengan istilah undang-undang.
e. Filologi sebagai Alat Bantu Filsafat
Menurut Lubis (1996:63) filsafat adalah sistem berfikir menurut logika dengan bebas
sedalam-dalamnya sampai kedasar persoalan. Renungan yang bersifat falosofi yang pernah ada
pada masa lampau, antara lain dapat digali dari warisan budaya lama dalam wujud naskah atau
teks naskah lama.
C. KESIMPULAN
Filologi dan ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan naskah pasti memiliki hubungan
timbal balik dan saling membutuhkan. Dalam kajian penelitian filologi, para filolog harus
menguasai ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan teks yang akan di telaah. Dalam penelitian
ilmu-ilmu lainnya, para ilmuwan juga harus menguasai filologi agar dapat mendapat sumber
yang dekat dengan kebenaran.
Ilmu bantu yang di pakai oleh para filolog dalam penelitiannya ialah Ilmu Sejarah, Ilmu
Sastra, Ilmu Budaya, Agama, Linguistik, Paleografi, dan Antopologi. Filologi juga menjadi ilmu
bantu dalam pengkajian sastra, sejarah, budaya, agama, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Baried, Siti Barorah dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta : PPPB.
Lubis, nabila. 1996. Naskah,Teks, dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta : FKBSA Fak. Adab
IAIN Syarif Hidayutullah.
Santoso, Ibnu. 2008. Ilmu Bantu Filologi. Yogyakarta : Ibnusantoso.Blogspot.Com.
Yudiara, Siti Zahara dan Mujizah. 2001. Filologi. Jakarta : PPUT.

Anda mungkin juga menyukai