Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Nama : Fepie Ayu Ahlaida

Nim : 2088201009

Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra indonesia

Nama Dosen : Dr. Kamiri, M.Pd

Mata Kuliah : Filologi

Smtr/Kelas/TA : IV/ A1/2022-2023

JAWABAN 1:
Naskah dalam konteks filologi menurut pemakalah adalah karangan tulisan tangan
manusia pada zaman dahulu yang ditulis pada kertas, daun lontar, kulit kayu, rotan dan
dawulang, bisa satu atau lebih naskahnya, yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan
perasaan budaya masa lalu. Naskah merupakan salah satu sumber paling autentik yang dapat
mendekatkan jarak antara masa lalu dan masa kini. Naskah menjanjikan keistimewa untuk
mengatahui khazanah intelektual dan sejarah sosial kehidupan masayarakat masa lalu, asalkan
tahu cara membaca dan menafsirkannya.
Kalau naskah adalah bentuk fisik yang dapat dipegang, sedangkan teks adalah isi yang
ada dalam bentuk fisik itu yang umumnya berupa ide atau gagasan yang ingin disampaikan
pengarang. Teks dapat berupa isi dan bentuk. Isi dari teks fokus kepada amanat atau ide-ide yang
disampaikan oleh pengarang kepada para pembaca, sedangkan bentuk fokus kepada cerita dalam
teks yang dapat dipelajari melalui berbagai pendekatan, seperti alur, perwatakan, gaya bahasa,
latar, dan sebagainya.
Contohnya : Ada empat naskah kuno nusantara yang dijadikan perangko naskah
Indonesia, yakni I La Galigo, Babad Dipanegara, Negara Kertagama, dan Cerita Panji. Keempat
naskah ini dipilih karena sudah diakui oleh UNESCO sebagai Memory Of The World.
JAWABAN 2:
Secara sederhana, langkah-langkah dalam penelitian filologi dapat dibagi
menjadi empat tahap, yaitu:
1. penentuan objek kajian.
2. pencatatan dan pengumpulan naskah (inventarisasi naskah).
3. mengadakan kritik teks.
4. rekontruksi teks dan penyuntingan.
Langkah penelitian tersebut kemudian dapat dirinci menjadi rangkaian
kegiatan berikut:
1. Inventarisasi naskah.
2. Deskripsi naskah.
3. Penentuan umur naskah.
4. Pembacaan teks.
5. Perbandingan teks.
6. Penentuan metode penyuntingan.
7. Penyuntingan
Pengkaji teks memusatkan perhatian pada bagaimana teks dikonstruksi, bagaimana makna
diproduksi, dan apa hakikat makna tersebut. Studi teks pada dasarnya merupakan analisis data
yang mengkaji teks secara mendalam baik mengenai isi dan maknanya maupun struktur dan
wacana.
1. Analisis Isi (Content Analysis).
2. Semiotika (semiotics).
3. Fenomenologi (phenomenology).
4. Hermeneutika (hermeneutics) yang lebih filosofis.

JAWABAN 3:
Filologi sebagai Penggali Inspirasi Pengembangan Kebudayaan Nusantara
Mengamati sastra lama dalam rangka menggali kebudayaan Indonesia merupakan usaha yang
erat hubungannya dengan pembangunan bangsa Indonesia. Sastra lama Indonesia yang terdapat
di beberapa daerah misalnya : Jawa, Melayu, Sunda, Madura, Bali, Aceh, Makasar dan Bugis
adalah merupakan rekaman kebudayaan Indonesia dari kurun jaman silam yang mengandung
berbagai lukisan kehidupan, buah pikiran, ajaran budi pekerti, nasehat, hiburan, pantangan dan
sebagainya termasuk kehidupan keagamaan mereka pada waktu itu.
Untuk mengungkapkan kembali latar belakang kebudayaan sastra lama diperlukan pengetahuan
masa hidupnya dan sejarah penyebarannya. Mempelajari sejarah memiliki arti yang sangat
penting dalam kehidupan. Ada tiga manfaat yang dapat ditemukan dalam mempelajari sejarah,
yaitu : (1) Memberikan pendidikan, (2) Memberikan ilham atau inspirasi, dan (3) Memberikan
kesenangan.

JAWABAN 4:
Penerapan Teori Filologi Pada Karya Sastra Lama Nusantara
Pada pertengahan abad ke-19 kegiatan filologi mulai muncul oleh para sarjana-sarjana Eropa,
terutama Belanda. Pendekatan yang dilakukan untuk penerapan filologi ini adalah metode
intuitif, yaitu memakai metode landasan dengan mengambil satu naskah yang dianggap baik
sebagai dasar terbitan, kemudian diubah menurut intuisi penyunting atau disesuaikan dengan
naskah lain.

JAWABAN 5:
Kecakapan masyarakat dalam tulis-menulis di wilayah Sunda telah diketahui
keberadaannya sejak sekitar abad ke-5 Masehi, pada masa Kerajaan Tarumanagara. Hal itu
tampak pada prasasti-prasasti dari zaman itu yang sebagian besar telah dibicarakan oleh Kern
(1917) dalam buku yang berjudul Versvreide Geschriften; Inschripties van den Indichen
Archipel. Karya tersebut memuat cukup lengkap data-data inskripsi dan facsimile disertai peta
arkeologis yang cukup jelas.
Selanjutnya baru sekitar zaman Kerajaan Sunda (masa Pakuan Pajajaran-Galuh, abad ke-
8 sampai dengan abad ke-16), selain ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dan piagam
(Geger Hanjuang, Sanghyang Tapak, Kawali, Batutulis, dan Kebantenan), juga sudah ditemukan
peninggalan yang berupa naskah (berbahan lontar, nipah, kelapa, dan bilahan bambu) dalam
jumlah yang cukup banyak dan berasal dari berbagai daerah di wilayah Jawa Barat atau Tatar
Sunda. Naskah-naskah tertua yang ditemukan dari wilayah Tatar Sunda ini berasal dari sekitar
abad ke-14 hingga abad ke-16 Masehi. Naskah-naskah dimaksud yang telah digarap dan
dipelajari hingga saat ini, antara lain Carita Parahyangan, Fragmen Carita Parahyangan, Carita
Ratu Pakuan, Kisah Perjalanan Bujangga Manik, Kisah Sri Ajnyana, Kisah Purnawijaya,
Sanghyang Siksakanda Ng Karesian, Sanghyang Raga Déwata, Sanghyang Hayu, Pantun
Ramayana, Serat Déwabuda, Serat Buwana Pitu, Serat Catur Bumi, Séwaka Darma, Amanat
Galunggung, Darmajati, Jatiniskala, dan Kawih Paningkes.

Anda mungkin juga menyukai