__________________________________________________________________
Saya merasa tertarik untuk memahami sejarah, budaya, dan bahasa secara lebih
mendalam.
Pada abad ke – 20 M, barulah muncul sarjana pribumi yang tertarik lebih dalam
untuk mengkaji naskah di Indonesia. Yang pertama kali menunjukkan karyanya
adalah Hoesein Djajadiningrat dengan karya berjudul Critische Beschouwing van
de Sadjarah Banten pada tahun 1913. Selain itu ada sarjana pribumi lain bernama
Poerbatjaraka dengan karyanya yang berjudul Arjuna – Wiwaha pada tahun 1926.
Namun, kemunculan dua sarjana tersebut tidak diikuti jejak langkahnya oleh
pribumi lain pada periode selanjutnya. Achadiati Ikram bahkan menyebutkan
bahwa periode selanjutnya yaitu sekitar tahun 1959 – 1965 merupakan periode
kemandekan dalam ilmu pengetahuan budaya. Hingga akhirnya, pada tahun 1965,
gairah sarjana pribumi untuk mengkaji naskah mulai bangkit kembali. Hal tersebut
terjadi ketika mulai banyaknya terjalin kerja sama penelitian antara perguruan
tinggi Indonesia dengan institusi di luar negeri.
Pada tahun – tahun berikutnya, kerja sama dengan institusi luar negeri semakin
banyak dan mempengaruhi jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian
filologi. Jika tahun sebelumnya, penelitian pada naskah hanya difokuskan pada
suntingan teks, sejarah, terjemah dan pengungkapan bahasa atau ajaran yang
terkandung dalam naskah saja. Maka, hubungan dan kerja sama dengan institusi -
institusi luar negeri ini mengenalkan warna pendekatan lain, yaitu pendekatan
dengan berbagai teori sastra. Dengan begitu, setelah dikenalnya berbagai teori
sastra, para filolog selain masih tetap melakukan suntingan teks, mereka mendapat
piranti baru untuk mencari makna teks melalui suatu telaah struktur karya.
Contoh hasil karya filologis dengan menggunakan pendekatan baru yang lain
seperti pendekatakan strukturalisme yang digunakan Achadiati Ikram dengan
penelitiannya atas Hikayat Sri Rama pada tahun 1979, Sulastin Sutrisno dengan
penelitiannya atas Hikayat Hang Tuah pada tahun 1983, Edwar Djamaris dengan
Tambo Minangkabau pada tahun 1991, dan sarjana – sarjana lain yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Selain itu ada juga penelitian filologi yang menerapkan pendekatan analisis resepsi
seperti Arjuna – Wiwaha : Transformasi Teks Jawa Kuno Lewat Tanggapan dan
Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa yang ditulis oleh Wiryamartana
pada tahun 1990, dan Hikayat Meukuta Alam : Suntingan Teks dan Terjemahan
Beserta Telaah Struktur dan Resepsinya oleh Abdullah pada tahun 1987. Pada tahun
1990, penelitian filologi semakin beragam dan heterogen. Kajian filologi tidak
hanya terdapat di perguruan tinggi umum Indonesia saja, melainkan sudah mulai
masuk ke perguruan tinggi agama khususnya islam. Kajian filologi berintegrasi
dengan kajian islam Indonesia yang banyak diinspirasi oleh salah satu tokoh
cendikiawan islam yaitu Alm. Prof. Azyumardi Azra. Dalam salah satu karyanya
beliau memanfaatkan 28 naskah keagamaan Nusantara. Hal tersebut beliau lakukan
untuk menunjukkan adanya transmisi keilmuan islam dari Haramain ke Nusantara.
Pada awal abad ke - 21, Prof. Oman Fathurahman, seorang guru besar filologi
menulis disertasi tentang “Tarekat Syatariyah di Dunia Melayu – Indonesia : Kajian
Atas Dinamika dan Perkembangannya melalui Naskah di Sumatra Barat” pada
tahun 2003. Dalam disertasi tersebut, Prof. Oman Fathurahman menggabungkan
antara pendekatan filologi dengan sejarah sosial – intelektual.
Sumber
Sumber: https://www.penadiksi.com/2022/12/perkembangan-filologi-dan-naskah-
di.html
Filologi Tradisional:
Filologi tradisional secara tradisional adalah studi sejarah bahasa, termasuk studi
historis tentang teks-teks sastra. Ini juga disebut sebagai filologi komparatif ketika
penekanannya adalah pada perbandingan keadaan historis dari berbagai bahasa.
Tradisi filologi adalah analisis teks yang teliti, sering kali terkait dengan sejarah
sastra dan menggunakan kerangka deskriptif yang agak tradisional.
filologi modern memandang variasi bacaan teks sebagai bentuk kreasi. Aliran kedua
ini lebih bertujuan untuk menemukan makna kreasi yang muncul dalam bentuk
variasi tersebut. “Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa filologi
modern digunakan untuk menganalisis isi teks daripada menemukan bentuk asli
teks.
Mempelajari data sejarah secara selektif sebagai bagian dari diskusi teori linguistik
yang lebih luas, seperti perubahan bahasa.
Melihat variasi tekstual sebagai bentuk kreatif dan bertujuan untuk mengungkap
makna dalam variasi tersebut.
Bidang filologi yang berkembang mencerminkan sifat dinamis studi bahasa dan
kritik tekstual, mengadaptasi teori dan metodologi baru untuk meningkatkan
pemahaman teks.
Sumber
Sumber
Daniel Halverson https://partiallyexaminedlife.com/2015/07/23/philosophy-of-
history-part-ii-giambattista-vico-philology-and-the-origins-of-historicism/
Contoh nyata dari kegiatan ini dapat dilihat di Pesantren Cipasung, Jawa Barat. Di
sana, terdapat perpustakaan yang menyimpan ribuan naskah kuno, beberapa di
antaranya adalah salinan yang telah dibuat oleh santri (siswa) dan kyai (guru)
pesantren. Pesantren ini dikenal dengan koleksi naskahnya yang luas, mencakup
berbagai topik mulai dari agama hingga sains.
Sumber
6. Ada dua ilmu yang sama-sama objek kajiannya benda kuna, yaitu
Filologi dan Arkeologi. Jelaskan !
* Filologi adalah ilmu yang berusaha mengungkapkan hasil budaya bangsa melalui
kajian bahasa pada peninggalan dalam bentuk tulisan. Mengetengahkan filologi
sama artinya dengan membicarakan bahasa, budaya, sejarah, antropologi, sosial,
dan hukum, karena eratkaitannya dengan kehidupan manusia.
ilmu bahasa dan studi tentang kebudayaan bangsa-bangsa beradab seperti yang
diungkapkan dalam bahasa, sastra, dan agama mereka, terutama yang sumbernya
di dapat dalam naskah-naskah (lama), sehingga secara umum dapat disebut sebagai
ilmu tentang naskah-naskah (lama/kuna).
kebudayaan manusia masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang
ditinggalkan sebelum dikenal tulisan (prasejarah), maupun sesudah dikenal tulisan
(sejarah), serta mempelajari budaya masa kini yang dikenal dengan riset budaya
bendawi modern (modern material culture).
- Paul Bahn, menyatakan arkeologi adalah suatu kajian sistematik tentang masa
lampau yang berdasarkan budaya kebendaan dengan tujuan untuk membongkar,
menerangkan dan mengklasifikasikan tinggalan-tinggalan budaya, menguraikan
bentuk dan perilaku
monumen, rangka manusia dan segala hasil karya dari inovasi yang diciptakannya
sumber
7. Ada beberapa metode kritik teks dalam kajian Filologi. Jika Anda
memiliki 1 buah naskah yang akan diteliti, kemungkinannya metode
apa saja yang bisa digynakan? Jelaskan!
1) Metode Intuitif
2) Metode Objektif
Lehman seorang filologi Jerman, pada tahun 1830 ia melakukan penelitian terhadap
teks naskah-naskah secara objektif. Metode objektif ini terbagi menjadi tiga yaitu;
3) Metode Gabungan
Metode ini digunakan, jika teks naskah yang dibahas tidak ada perbedaan diantara
naskahnaskah yang berkaitan. Apabila terdapat perbedaan, itu pun tidak
berpengaruh besar terhadap isi teks naskah tersebut. Secara umum, metode
gabungan diaplikasikan dalam menetapkan kebenaran suatu naskah, semakin
banyak jumlah naskah tersebut maka semakin tinggi tingkat kebenaran naskah.
Sehingga, melalui upaya yang menggabungkan naskah-naskah yang ada dapat
menghasilkan teks bacaan naskah yang disunting menjadi baru. Adapun
penerapannya yaitu, menyesuaikan jenis bahasa yang digunakan, isi teks yang
tercantum didalamnya, dan latar belakang yang menyertainya.
4) Metode Landasan
Jika naskah yang diteliti hanya memiliki naskah tunggal, maka kondisi seperti ini
tidak memungkinkan untuk melakukan perbandingan. Ada dua cara yang dapat
dilakukan oleh filolog ketika ditemukannya naskah tunggal. Pertama, edisi
diplomatik yakni mempublikasikan naskah dengan sangat teliti tanpa ada
perubahan didalamnya.
Cara seperti ini, menghasilkan penelitian naskah yang menjaga keasliannya, tapi
dari segi kepraktisannya kurang dapat membantu bagi pembaca. Kedua, edisi
standar yakni mempublikasikan suatu naskah dengan cara dibetulkan terlebih
dahulu kesalahan-kesalahan yang ada di dalam naskah tersebut, berupa ketetapan
tata letak huruf kata, maupun kalimat. Semua perubahan tersebut harus disertai
catatan pernyataan atau komentar atas kesalahan-kesalahan yang ada di dalam teks,
dan juga perlu diberikan rujukan-rujukan supaya dapat dipertanggungjawabkan,
dan dapat menjadi bahan perbandingan atau pemeriksaan antara naskah-naskah
yang ada, bagi para pembaca yang bisa jadi memiliki pengetahuan yang berbeda
dalam memahami naskah.
Sumber
Baried dkk., Pengantar Teori Filologi (Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985), 67-69.
8. Apa yang Anda ketahui tentang:
a. Penyalinan teks berulang-ulang
b. Langkah-langkah penelitian Filologi
c. To restore the texts as closely as possible to the form which they
originally had.
d. Colophon.
b. langkah
1. Inventarisasi Naskah
Langkah kerja penelitian filologi yang pertama adalah inventarisasi naskah.
Inventarisasi naskah dilakukan dengan mendaftar dan mengumpulkan
naskah yang judulnya sama dan sejenis untuk dijadikan objek penelitian
2. Deskripsi Naskah danTeks
Deskripsi naskah ialah uraian atau deskripsi secara terperinci mengenai
keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah, untuk memlilih naskah mana
yang baik untuk ditransliterasikan dan digunakan untuk perbandingan
naskah itu menyebutkan bahwa kelengkapan kritiks teks, berupa: uraian
tentang pengantar naskah, yaitu bagian awal di luar isi teks (manggala);
penutup naskah, yaitu bagian akhir di luar isi teks (colofon); bahasanaskah,
yaitu mengenai ragam bahasa yang digunakan; jenis tulisan naskah, yaitu
jenis, bentuk, ukuran, goresan, dan warna tinta; ejaan naskah; uraian tentang
kelainan bacaa
Sumber
Erlina, E. (2015). Kajian Filologi terhadap Teks Manuskrip Karya Ulama Lampung
Ahmad Amin Al-Banjary. Jurnal Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab,
7(1).
Zaidun, A. (2017). Filologi: buku perkuliahan Program S-1 Program Studi Bahasa
dan Sastera Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.
Wardah, E. S. (2022). Ilmu Filologi.