Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER

PRODI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


PASCASARJANA
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
__________________________________________________________________

Matakuliah : Filologi dan Kearsipan


Semester : I
Dosen : Dr. Asep Ahmad Hidayat, M,Ag
Dr. Dedi Supriadi, S.Ag,. M.Hum.. CPE
__________________________________________________________________

Nama :Hisyam Ibnu Ma’shum


NIM : 2230120009

__________________________________________________________________

1. Jelaskan tujuan Anda mempelajari Filologi?

Saya merasa tertarik untuk memahami sejarah, budaya, dan bahasa secara lebih
mendalam.

2. Bagaimana perkembangan kajian Filologi di Indonesia mulai 1913 sd


2000?

Pada abad ke – 20 M, barulah muncul sarjana pribumi yang tertarik lebih dalam
untuk mengkaji naskah di Indonesia. Yang pertama kali menunjukkan karyanya
adalah Hoesein Djajadiningrat dengan karya berjudul Critische Beschouwing van
de Sadjarah Banten pada tahun 1913. Selain itu ada sarjana pribumi lain bernama
Poerbatjaraka dengan karyanya yang berjudul Arjuna – Wiwaha pada tahun 1926.
Namun, kemunculan dua sarjana tersebut tidak diikuti jejak langkahnya oleh
pribumi lain pada periode selanjutnya. Achadiati Ikram bahkan menyebutkan
bahwa periode selanjutnya yaitu sekitar tahun 1959 – 1965 merupakan periode
kemandekan dalam ilmu pengetahuan budaya. Hingga akhirnya, pada tahun 1965,
gairah sarjana pribumi untuk mengkaji naskah mulai bangkit kembali. Hal tersebut
terjadi ketika mulai banyaknya terjalin kerja sama penelitian antara perguruan
tinggi Indonesia dengan institusi di luar negeri.
Pada tahun – tahun berikutnya, kerja sama dengan institusi luar negeri semakin
banyak dan mempengaruhi jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian
filologi. Jika tahun sebelumnya, penelitian pada naskah hanya difokuskan pada
suntingan teks, sejarah, terjemah dan pengungkapan bahasa atau ajaran yang
terkandung dalam naskah saja. Maka, hubungan dan kerja sama dengan institusi -
institusi luar negeri ini mengenalkan warna pendekatan lain, yaitu pendekatan
dengan berbagai teori sastra. Dengan begitu, setelah dikenalnya berbagai teori
sastra, para filolog selain masih tetap melakukan suntingan teks, mereka mendapat
piranti baru untuk mencari makna teks melalui suatu telaah struktur karya.

Contoh hasil karya filologis dengan menggunakan pendekatan baru yang lain
seperti pendekatakan strukturalisme yang digunakan Achadiati Ikram dengan
penelitiannya atas Hikayat Sri Rama pada tahun 1979, Sulastin Sutrisno dengan
penelitiannya atas Hikayat Hang Tuah pada tahun 1983, Edwar Djamaris dengan
Tambo Minangkabau pada tahun 1991, dan sarjana – sarjana lain yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.

Selain itu ada juga penelitian filologi yang menerapkan pendekatan analisis resepsi
seperti Arjuna – Wiwaha : Transformasi Teks Jawa Kuno Lewat Tanggapan dan
Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa yang ditulis oleh Wiryamartana

pada tahun 1990, dan Hikayat Meukuta Alam : Suntingan Teks dan Terjemahan
Beserta Telaah Struktur dan Resepsinya oleh Abdullah pada tahun 1987. Pada tahun
1990, penelitian filologi semakin beragam dan heterogen. Kajian filologi tidak
hanya terdapat di perguruan tinggi umum Indonesia saja, melainkan sudah mulai
masuk ke perguruan tinggi agama khususnya islam. Kajian filologi berintegrasi
dengan kajian islam Indonesia yang banyak diinspirasi oleh salah satu tokoh
cendikiawan islam yaitu Alm. Prof. Azyumardi Azra. Dalam salah satu karyanya
beliau memanfaatkan 28 naskah keagamaan Nusantara. Hal tersebut beliau lakukan
untuk menunjukkan adanya transmisi keilmuan islam dari Haramain ke Nusantara.

Pada awal abad ke - 21, Prof. Oman Fathurahman, seorang guru besar filologi
menulis disertasi tentang “Tarekat Syatariyah di Dunia Melayu – Indonesia : Kajian
Atas Dinamika dan Perkembangannya melalui Naskah di Sumatra Barat” pada
tahun 2003. Dalam disertasi tersebut, Prof. Oman Fathurahman menggabungkan
antara pendekatan filologi dengan sejarah sosial – intelektual.

Sumber

Achadiati Ikram, Filologia Nusantara (disunting oleh Titik Pudjiastuti, dkk.),


(Jakarta : Pustaka Jaya, 1997), h. 2.
Siti Hawa, Ruang Lingkup Pengajian Filologi Melayu dalam jurnal Filologi
Melayu, Jilid (Kuala Lumpur : Perpustakaan Negara Malaysia, 1994), h. 2.

Oman Fathurahman, Filologi Indonesia : Teori dan Metode, (Jakarta : Prenada


Media, 2021), h. 60

Sumber: https://www.penadiksi.com/2022/12/perkembangan-filologi-dan-naskah-
di.html

3. Bagimana perbedaan antara Filologi tradisional dan modern?

Filologi Tradisional:

Filologi tradisional secara tradisional adalah studi sejarah bahasa, termasuk studi
historis tentang teks-teks sastra. Ini juga disebut sebagai filologi komparatif ketika
penekanannya adalah pada perbandingan keadaan historis dari berbagai bahasa.
Tradisi filologi adalah analisis teks yang teliti, sering kali terkait dengan sejarah
sastra dan menggunakan kerangka deskriptif yang agak tradisional.

Filologi Modern (dan Linguistik):

filologi modern memandang variasi bacaan teks sebagai bentuk kreasi. Aliran kedua
ini lebih bertujuan untuk menemukan makna kreasi yang muncul dalam bentuk
variasi tersebut. “Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa filologi
modern digunakan untuk menganalisis isi teks daripada menemukan bentuk asli
teks.

Mempelajari data sejarah secara selektif sebagai bagian dari diskusi teori linguistik
yang lebih luas, seperti perubahan bahasa.

Melihat variasi tekstual sebagai bentuk kreatif dan bertujuan untuk mengungkap
makna dalam variasi tersebut.

Memanfaatkan berbagai metodologi dan pertimbangan genre dan tradisi tekstual,


serta mengakui konten estetika dan 'musik' sebuah teks .

Bidang filologi yang berkembang mencerminkan sifat dinamis studi bahasa dan
kritik tekstual, mengadaptasi teori dan metodologi baru untuk meningkatkan
pemahaman teks.

Sumber

David Kristal https://www.britannica.com/biography/Pavel-Josef-Safarik


1
Hesti Mulyani https://khazanah.republika.co.id/berita/ovpi1l313/beda-filologi-
tradisional-dan-modern

4. Posisi ilmu Filologi berada di tengah-tengah ketika dihubungkan


dengan ilmu Sejarah. Ilmu Filologi membutuhkan ilmu Sejarah
sebagai ilmu bantu, karena di Indonesia begitu banyak naskah yang
mengandung teks sejarah. Begitu pula ilmu Sejarah membutuhkan
ilmu Filologi sebagai ilmu bantu. Banyak penelitian sejarah yang
menggunakan naskah sebagai objeknya. Jelaskan hubungan kedua
ilmu tersebut dan uraikanlah salah satu hasil penelitian sejarah yang
menggunakan naskah sebagai objeknya!

Hubungan antara filologi dan sejarah dapat ditelaah melalui pandangan


Giambattista Vico yang menyatakan bahwa filologi, yaitu sejarah bahasa, bisa
memberi wawasan bukan hanya tentang perkembangan kata-kata tapi juga konsep-
konsep di baliknya. Ini karena kata-kata adalah penanda unik dan individual untuk
konsep yang muncul dari latar belakang budaya tertentu. Vico menekankan bahwa
budaya dan bahasa adalah hasil ciptaan manusia, sehingga kita dapat memahami
mereka secara intuitif dan mendalam. Filologi berperan dalam memahami
hubungan antara kata-kata dan konsep-konsepnya sepanjang waktu, sementara
sejarah berupaya memahami keragaman kebudayaan manusia dan mengungkap
asal usul serta perkembangan mereka. Jadi, filologi dan sejarah saling berinteraksi
untuk memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang masa lalu manusia dan
budayanya.

Sumber
Daniel Halverson https://partiallyexaminedlife.com/2015/07/23/philosophy-of-
history-part-ii-giambattista-vico-philology-and-the-origins-of-historicism/

5. Pesantren merupakan salah satu tempat penyalinan (scriptorium)


naskah-naskah keislaman yang mengalami perkembangan cukup
pesat. Jelaskan disertai contoh!

Pesantren, lembaga pendidikan tradisional di Indonesia, memiliki peranan krusial


dalam mengawetkan pengetahuan dan tradisi Islam. Dalam kapasitasnya sebagai
scriptorium naskah, pesantren diakui sebagai pusat untuk proses penyalinan dan
penyimpanan naskah. Istilah 'scriptorium' merujuk pada area atau lokasi dimana
naskah-naskah ditranskripsikan, disalin, dan dipelihara oleh para penyalin di masa
lampau, konsep yang umumnya diasosiasikan dengan era Abad Pertengahan di
Eropa. Fungsi pesantren sebagai scriptorium naskah sangat vital dalam
melestarikan pengetahuan dan tradisi Islam di Indonesia. Pesantren tidak hanya
berperan sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga berperan aktif dalam
melestarikan warisan budaya dan ilmu pengetahuan melalui praktik penyalinan,
pemeliharaan, dan pengembangan naskah-naskah bernilai.

Contoh nyata dari kegiatan ini dapat dilihat di Pesantren Cipasung, Jawa Barat. Di
sana, terdapat perpustakaan yang menyimpan ribuan naskah kuno, beberapa di
antaranya adalah salinan yang telah dibuat oleh santri (siswa) dan kyai (guru)
pesantren. Pesantren ini dikenal dengan koleksi naskahnya yang luas, mencakup
berbagai topik mulai dari agama hingga sains.

Sumber

Roma Kyo Kae Saniro https://kumparan.com/romakyo-kaesa/pesantren-sebagai-


skriptorium-naskah-nusantara-20ne5AZ3N7J/1

6. Ada dua ilmu yang sama-sama objek kajiannya benda kuna, yaitu
Filologi dan Arkeologi. Jelaskan !

* Filologi adalah ilmu yang berusaha mengungkapkan hasil budaya bangsa melalui
kajian bahasa pada peninggalan dalam bentuk tulisan. Mengetengahkan filologi
sama artinya dengan membicarakan bahasa, budaya, sejarah, antropologi, sosial,
dan hukum, karena eratkaitannya dengan kehidupan manusia.

- Baried, Partini sardjono Pradotokusumo menyatakan bahwa filologi merupakan

ilmu bahasa dan studi tentang kebudayaan bangsa-bangsa beradab seperti yang
diungkapkan dalam bahasa, sastra, dan agama mereka, terutama yang sumbernya
di dapat dalam naskah-naskah (lama), sehingga secara umum dapat disebut sebagai
ilmu tentang naskah-naskah (lama/kuna).

*Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari

kebudayaan manusia masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang
ditinggalkan sebelum dikenal tulisan (prasejarah), maupun sesudah dikenal tulisan
(sejarah), serta mempelajari budaya masa kini yang dikenal dengan riset budaya
bendawi modern (modern material culture).

- Paul Bahn, menyatakan arkeologi adalah suatu kajian sistematik tentang masa
lampau yang berdasarkan budaya kebendaan dengan tujuan untuk membongkar,
menerangkan dan mengklasifikasikan tinggalan-tinggalan budaya, menguraikan
bentuk dan perilaku

masyarakat masa silam serta memahami bagaimana ia terbentuk dan


merekonstraksinya seperti semula.

- Cottrell Leonard juga mendefinisikan arkeologi sebagai satu cerita mengenai


manusia dengan merujuk kepada peninggalan seperti peralatan yang digunakan,

monumen, rangka manusia dan segala hasil karya dari inovasi yang diciptakannya

sumber

Wardah, E. S. (2022). Ilmu Filologi.

A Nurkidam, A. N., & Herawaty, H. (2019). Arkeologi Sebagai Suatu Pengantar.

7. Ada beberapa metode kritik teks dalam kajian Filologi. Jika Anda
memiliki 1 buah naskah yang akan diteliti, kemungkinannya metode
apa saja yang bisa digynakan? Jelaskan!

Melakukan kritik teks terhadap naskah, merupakan usaha peneliti untuk


menghasilkan isi teks naskah sesuai aslinya, atau hanya sekedar mirip, walaupun
tidak sama secara sempurna dari teks aslinya. Ada tahapan-tahapan yang harus
dilakukan oleh filolog dalam mengkritik teks naskah. Menurut Baried ada 5 tahapan
metode penelitian dalam melakukan kritik teks diantaranya;

1) Metode Intuitif

Catatan sejarah menunjukkan bahwa orang-orang dulu, telah terbiasa membuat


tulisan dan menyalinnya secara berulang-ulang. Di era humanisme, muncul tradisi
di mana orang-orang saat itu, suka mempelajari karya-karya orang-orang Yunani
dan Romawi dalam bidang ilmu pengetahuan melalui karya asli mereka. Saat itu,
metode penelitian objektif masih belum banyak digunakan. Orang-orang lebih
cenderung menggunakan metode secara intuitif, seperti
mencari naskah-naskah tua untuk dipelajari, dan diperbaiki. Jika ada kesalahan di
dalam teks tersebut, maka untuk membetulkannya adalah melalui data-data teks
yang ada di dalam naskah lain dan dikaitkan dengan pengetahuan yang mereka
memiliki, tanpa menggunakan nalar rasional, atau dengan kata lain pengetahuan
tersebut datang secara tiba-tiba di luar kesadarannya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa metode intuitif merupakan teknik penelitian yang didasari pada
pengetahuan untuk mempelajari sesuatu tanpa dibarengi dengan nalar, dan
cenderung berdasarkan suara hati.

2) Metode Objektif

Lehman seorang filologi Jerman, pada tahun 1830 ia melakukan penelitian terhadap
teks naskah-naskah secara objektif. Metode objektif ini terbagi menjadi tiga yaitu;

Pertama. Resensi textures, yakni melakukan penelitian terhadap naskah yang


dipilih, dengan cara menelusuri naskah-naskah yang berkaitan dan mengeliminasi
naskah jika terdapat kesalahan di dalamnya

Kedua. Exminatio, yakni melakukan penelitian dengan cara menguji kebenaran di


dalam teks naskah tersebut, agar memperoleh teks naskah yang memiliki kemiripan
dengan teks naskah yang asli.

Ketiga. Emandation, yakni melakukan perbaikan terhadap teks-teks naskah yang


terdapat kesalahan di dalamnya.

3) Metode Gabungan

Metode ini digunakan, jika teks naskah yang dibahas tidak ada perbedaan diantara
naskahnaskah yang berkaitan. Apabila terdapat perbedaan, itu pun tidak
berpengaruh besar terhadap isi teks naskah tersebut. Secara umum, metode
gabungan diaplikasikan dalam menetapkan kebenaran suatu naskah, semakin
banyak jumlah naskah tersebut maka semakin tinggi tingkat kebenaran naskah.
Sehingga, melalui upaya yang menggabungkan naskah-naskah yang ada dapat
menghasilkan teks bacaan naskah yang disunting menjadi baru. Adapun
penerapannya yaitu, menyesuaikan jenis bahasa yang digunakan, isi teks yang
tercantum didalamnya, dan latar belakang yang menyertainya.

4) Metode Landasan

Metode landasan merupakan metode yang menghasilkan naskah yang berkualitas,


sebagai acuan untuk dilakukan edisi. Penerapannya, dapat digunakan ketika hasil
dalam penelitian naskah terdapat naskah yang memiliki kualitas yang lebih unggul,
dibanding yang lain baik dari tata bahasa, isi teks, maupun latar belakang sejarah
yang menyertainya. Naskah yangt dianggap sebagai naskah yang paling baik yang
menjadi pilihan. Metode landasan ini, dapat juga disebut sebagai metode induk.

5) Edisi Naskah Tunggal

Jika naskah yang diteliti hanya memiliki naskah tunggal, maka kondisi seperti ini
tidak memungkinkan untuk melakukan perbandingan. Ada dua cara yang dapat
dilakukan oleh filolog ketika ditemukannya naskah tunggal. Pertama, edisi
diplomatik yakni mempublikasikan naskah dengan sangat teliti tanpa ada
perubahan didalamnya.

Cara seperti ini, menghasilkan penelitian naskah yang menjaga keasliannya, tapi
dari segi kepraktisannya kurang dapat membantu bagi pembaca. Kedua, edisi
standar yakni mempublikasikan suatu naskah dengan cara dibetulkan terlebih
dahulu kesalahan-kesalahan yang ada di dalam naskah tersebut, berupa ketetapan
tata letak huruf kata, maupun kalimat. Semua perubahan tersebut harus disertai
catatan pernyataan atau komentar atas kesalahan-kesalahan yang ada di dalam teks,
dan juga perlu diberikan rujukan-rujukan supaya dapat dipertanggungjawabkan,
dan dapat menjadi bahan perbandingan atau pemeriksaan antara naskah-naskah
yang ada, bagi para pembaca yang bisa jadi memiliki pengetahuan yang berbeda
dalam memahami naskah.

Sumber
Baried dkk., Pengantar Teori Filologi (Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985), 67-69.
8. Apa yang Anda ketahui tentang:
a. Penyalinan teks berulang-ulang
b. Langkah-langkah penelitian Filologi
c. To restore the texts as closely as possible to the form which they
originally had.
d. Colophon.

a. penyalinan berkali-kali naskah di karenakan faktor orang lain ingin


memilikinya, bisa juga karena naskah asli sudah rusak dimakan zaman,
atau faktor terbakar, terkena tumpukan benda cair, atau untuk keperluan
magis.

b. langkah
1. Inventarisasi Naskah
Langkah kerja penelitian filologi yang pertama adalah inventarisasi naskah.
Inventarisasi naskah dilakukan dengan mendaftar dan mengumpulkan
naskah yang judulnya sama dan sejenis untuk dijadikan objek penelitian
2. Deskripsi Naskah danTeks
Deskripsi naskah ialah uraian atau deskripsi secara terperinci mengenai
keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah, untuk memlilih naskah mana
yang baik untuk ditransliterasikan dan digunakan untuk perbandingan
naskah itu menyebutkan bahwa kelengkapan kritiks teks, berupa: uraian
tentang pengantar naskah, yaitu bagian awal di luar isi teks (manggala);
penutup naskah, yaitu bagian akhir di luar isi teks (colofon); bahasanaskah,
yaitu mengenai ragam bahasa yang digunakan; jenis tulisan naskah, yaitu
jenis, bentuk, ukuran, goresan, dan warna tinta; ejaan naskah; uraian tentang
kelainan bacaa

c. To restore the texts as closely as possible to the form which they


originally had. dengan mengadakan penelitian yang cermat dan kritis
terhadap semua varian yang terdapat dari suatu teks. Tujuannya adalah agar
menghasilkan suatu teks yang paling mendekati aslinya. Teks yang terpilih
di antara beberapa varian itu dan telah tersusun kembali seperti semula dan
dapat di pertanggung jawabkan

d. Kolofon ialah keterangan tentang tanggal penulisan/penyalinan naskah


yang dapat menentukan usia naskah, tempat penulisan/penyalina, dan siapa
penulis/penyalinnya.

Sumber
Erlina, E. (2015). Kajian Filologi terhadap Teks Manuskrip Karya Ulama Lampung
Ahmad Amin Al-Banjary. Jurnal Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab,
7(1).

Zaidun, A. (2017). Filologi: buku perkuliahan Program S-1 Program Studi Bahasa
dan Sastera Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.
Wardah, E. S. (2022). Ilmu Filologi.

Anda mungkin juga menyukai