Anda di halaman 1dari 16

SUMBANGAN FILOLOGI DALAM SUMBANGAN FILOLOGI DALAM PENYUSUNAN

STRATEGI KEBUDAYAAN INDONESIA


PENYUSUNAN STRATEGI
KEBUDAYAAN INDONESIA
Bismillahir rahmaanir rahiim.
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua
Yang terhormat.:
1. Bapak Rektor/Ketua Senat, Sekretaris Senat, dan para
anggota Senat Universitas Sebelas Maret.
2. Para Pejabat Pemerintah, baik sipil maupun militer
3. Para Ketua Lembaga, Kepala Biro, dan Ketua UPT di
lingkungan Universitas Sebelas Maret.
4. Para Dekan, Pembantu Dekan, Ketua Jurusan, Kepala Labo-
ratorium, Kepala Bagian, Kepala Tata Usaha, dan Kasubbag
di lingkungan Universitas Sebelas Maret
Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Filologi 5. Para Dosen, Mahasiswa, serta Civitas Akademika Univer-
Fakultas Sastra dan Seni Rupa sitas Sebelas Maret
Universitas Sebelas Maret Surakarta
6. Para Tamu Undangan, Sanak Keluarga, dan handai taulan
7. Para wartawan, baik cetak maupun elektronik, yang meliput
acara ini.
Disampaikan dalam Sidang Senat Terbuka
Universitas Sebelas Maret Surakarta Marilah kita bersama-sama senatiasa memanjatkan puji
pada tanggal 24 Februari 2007
syukur ke hadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah memberi kita karunia yang tak terbilang.
Pada awal Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Sidang
Oleh : Senat Terbuka, Universitas Sebelas Maret ini, izinkahlah saya
Prof. Dr. H. Bani Sudardi, M.Hum. mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraan hati dengan cara
memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah dan menyampaikan
terima kasih kepada pemerintah Republik Indonesia melalui
Menteri Pendidikan Nasional yang telah menghargai jerih payah,
prestasi, dan potensi diri saya yang sejak 1 April 2006 telah
UNIVERSITAS SEBELAS MARET mengangkat saya sebagai guru besar Filologi di Fakultas Sastra dan
SURAKARTA Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, secara loncat jabatan.
2007

1
Selanjutnya, dalam rangka memenuhi tradisi akademik yang dikenal sebagai ahli sastra. Perpustakaan di Museum yang dikelolanya
mulia lagi terpuji, dalam pidato pengukuhan guru besar ini, saya diperkirakan menyimpan 200 sampai 490 naskah. Kegiatan Filologi di
akan menyampaikan sumbangan pemikiran dan pandangan akade- tempat itu ialah menyimpan, mengoreksi, mengkopi, dan menyelamat-
mik saya yang berjudul ”SUMBANGAN FILOLOGI DALAM kan naskah-naskah kuna. Berkat jasa Eratosthenes dan kawan-
PENYUSUNAN STRATEGI KEBUDAYAAN INDONESIA”. kawannya, teks-teks klasik Yunani Kuna dapat ditemukan sampai
sekarang dalam keadaan yang baik (Reynold dan Wilson, 1968: 7-8).
1. Pengertian Filologi Kegiatan Filologi pada saat itu mencakup semua bidang studi
Di antara para hadirin tentu ada yang menyeruak pertanyaan sehingga dapat dianggap sebagai studi kebudayaan secara umum
dari dalam hati sanubari: ”Apakah gerangan yang dimaksud karena yang dikaji adalah berbagai ilmu pengetahuan. Ahli Filologi
Filologi itu?” Filologi adalah cabang ilmu budaya berupa disiplin di masa Yunani ini benar-benar sebagai ilmuwan yang mumpuni
ilmu yang berorientasi pada naskah-naskah klasik. Sebagai disiplin karena mengetahui hampir semua pengetahuan pada masanya.
ilmu, Filologi merupakan ilmu yang cukup tua. Setidaknya pada
abad ke-3 sebelum Masehi, ilmu ini sudah berkembang di 2. Objek Penelitian Filologi
Iskandariyah, Yunani Kuna. Telah diuraikan bahwa filologi mempelajari kebudayaan masa
Secara etimologis, filologi dari bahasa Latin philos dan logos. lalu melalui teks-teks tertulis. Teks-teks tertulis di atas suatu bahan
Philos berarti cinta dan logos berarti kata. Filologi berarti “cinta yang disebut naskah. Jadi, objek penelitian filologi adalah teks dari
kata”. Sebagai disiplin ilmu, ciri khas Filologi memang selalu masa lalu yang tertulis di atas naskah yang mengandung nilai budaya.
berkutat pada hal-hal yang berkaitan dengan kata dan maknanya. Di dalam filologi dengan jelas dibedakan pengertian teks dan
Karena kata yang tersusun menjadi teks mengandung aneka naskah. Teks adalah sesuatu yang tertulis yang berupa kode-kode
pengetahuan yang luas, maka dewasa ini pengertian filologi di ber- bahasa. Teks dapat berupa teks lisan, teks tertulis, teks rekaman, dan
bagai tempat di dunia sering berbeda-beda (Sudardi, 2003: 5-6). sebagainya.Naskah adalah benda material tempat suatu teks dituliskan.
Di Indonesia filologi diartikan sebagai disiplin ilmu pengeta- Filologi dapat disejajarkan dengan ilmu-ilmu budaya tentang
huan yang mempelajari kebudayaan masa lalu suatu bangsa melalui masa lalu seperti paleografi, arkeologi, dan sejarah. Hanya saja di sini
teks-teks klasik tertulis. Pengertian ini mirip pengertian yang ber- tampak perbedaan objek kajian. Paleografi mengkhususkan pada
kembang di negeri Belanda. Hal ini patut kita pahami karena kajian tentang tulisan-tulisan kuna. Arkeologi meneliti benda-benda
sebagian perintis kegiatan filologi di Indonesia adalah orang-orang budaya dari masa lampau, sementara sejarah meneliti peristiwa-
Belanda. peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Kegiatan filologi berawal di Iskandariyah. Pusat kegiatan filologi Filologi meneliti teks-teks masa lampau yang tertulis di atas
tersebut berada di museum yang waktu itu merupakan tempat sakral. naskah. Hal ini karena ada juga teks-teks masa lampau yang tidak
Museum berarti kuil untuk Dewi Muses. Menurut mitologi Yunani, tertulis di atas naskah, melainkan tertulis di media lain seperti prasasti
Dewi Muses merupakan dewi kesenian dan ilmu pengetahuan yang tertulis di atas batu dan teks-teks lisan. Pengkhususan objek
(Reynold dan Wilson, 1968: 6). Pada masa itu, di Museum Iskan- kajian pada teks-teks klasik tertulis dimaksudkan untuk membatasi
dariyah, terdapat kegiatan pengkajian terhadap naskah-naskah klasik. lingkungan kerja agar beban yang disandang tidak terlalu berat dan
Salah satu tokoh yang disegani di Museum adalah Eratosthenes (295- kajian yang dilakukan dapat dikerjakan secara mendalam.
214 sebelum Masehi). Ia banyak memiliki ilmu pengetahuan dan

2
Perlu disadari bahwa untuk memahami teks-teks klasik, pem- 4. Relevansi Studi Filologi
baca harus menghadapi beberapa kendala seperti jenis tulisan yang Naskah klasik sering sudah tidak dikenal oleh masyarakat-
sudah tidak digunakan, bahasa yang mempunyai langgam berbeda, nya. Untuk membaca dan mengkajinya perlu waktu bersuntuk-
makna kata yang berubah, dan perubahan nilai-nilai budaya. Sebagai suntuk, sementara masyarakat pemiliknya kadangkala sudah tidak
misal, kata ”cinta” yang dewasa ini bermakna ’suka sekali, sayang memperhatikan lagi. Sebagai contoh, naskah klasik Jawa yang
benar’, di dalam bahasa Melayu klasik kata ’cinta’ bermakna susah jumlahnya ribuan eksemplar mungkin sudah tidak dikenal lagi oleh
hati atau risau” (Alwi dkk., 2001: 215). Kata ”ranjau” yang sekarang generasi muda Jawa dewasa ini, bahkan kemungkinan besar mayo-
berkonotasi dengan peledak dalam peperangan modern, dalam bahasa ritas generasi muda Jawa tidak memahami dengan baik tulisan
Melayu klasik bermakna sebagai ’pancang bambu atau besi untuk Jawa (ha na ca ra ka). Ironisnya, seringkali orang-orang asing yang
menjebak musuh atau binatang, (Alwi dkk, 2001: 931). jauh dari negeri seberang yang lahir dari kebudayaan yang amat
berbeda merelakan hidupnya untuk mempelajari naskah-naskah
3. Tujuan Filologi klasik kita, bahkan selanjutnya mereka menjadi guru-guru kita
Sebagai suatu kegiatan filologi mempunyai tujuan tertentu di dalam menggali khasanah budaya masa lampau.
dalam bekerja. Secara garis besar tujuan filologi ialah memahami Pertanyaan yang mudah sekali muncul: Untuk apa naskah-
suatu kebudayaan masa lalu melalui teks tertulis (naskah). Filologi naskah klasik dipelajari? Mempelajari naskah klasik memiliki
juga mempunyai tujuan khusus, yakni mendeskripsikan dan menya- relevansi secara teoretis dan praktis. Secara teoretis, naskah klasik
jikan suatu teks tertulis di dalam naskah dalam wujud yang paling menyimpan berbagai informasi yang berguna bagi perkembangan
tepat. Filologi mempunyai tugas untuk menjabarkan ide-ide, ilmu pengetahuan sesuai dengan kandungan informasi yang
gagasan, peristiwa, dan pandangan hidup. Filologi berusaha mema- dibawanya seperti sastra, sejarah, pengobatan, adat istiadat, agama,
hami sejauh mungkin kebudayaan masa lalu suatu bangsa melalui dan sebagainya (Soeratno, 2003). Secara praktis, Filologi juga
hasil sastranya (Baried dkk., 1985:5). Pengertian sastra di sini dapat membantu menyediakan bahan-bahan bagi tujuan praktis
dalam arti yang luas berupa penyajian ilmu pengetahuan melalui seperti menyusun gambaran masa lampau untuk kepentingan per-
bahasa (tekstual) yang di dalamnya berisi berbagai informasi masa satuan, mencari nilai-nilai luhur masa lalu, membangun kebuda-
lalu seperti pandangan hidup, sastra, bahasa, sejarah, seni, religi, yaan, mencari inspirasi, dan sebagainya. Beberapa konsep yang
kepercayaan, adat istiadat, pengobatan, dan sebagainya. Atau sekarang kita kenal betul sebenarnya bersumber dari teks-teks
dengan kata lain, konsep sastra di sini mencakup segala sesuatu klasik seperti bhineka tunggal ika, Pancasila, nusantara, adigang-
yang menggunakan bahasa dengan cara yang kreatif (Hussein, adigung adiguna, tirakatan, dan sebagainya. Pengetahuan sejarah
1974: 12). Untuk mencapai tujuan tersebut, Filologi berusaha Indonesia masa lampau juga kita peroleh dengan agak lengkap
menyajikan teks (menyunting) setepat mungkin dengan cara berkat naskah-naskah klasik, misalnya tentang petualangan Ken
melakukan penelitian secara seksama sesuai dengan dasar-dasar Arok yang fantastis (Pararaton), kebesaran Majapahit (Negara
teoretis yang digunakan. Untuk mendapatkan pemahaman yang kertagama), masuknya Islam ke Aceh (Hikayat Raja-Raja Pasai),
utuh, Filologi juga berkewajiban mengungkap sejarah terjadinya teks hubungan Jawa dan Kalimantan (Hikayat Banjar), ajaran Hamzah
dan sejarah perkembangannya serta mengungkapkan resepsi (tang- Fansuri dan Seh Siti Jenar, dan lain-lain. Pada kesempatan ini, akan
gapan) pembaca pada setiap kurun penerimaan (Baried, 1985: 6). dipaparkan mengenai urgensi studi filologi dalam rangka me-
nyusun strategi kebudayaan Indonesia.

3
5. Strategi Kebudayaan ungkapan ”timbang mati ngantuk luwung mati umuk” (dari-
Strategi kebudayaan adalah suatu usaha manusia untuk pada mati mengantuk lebih baik mati sombong.
menemukan jawaban-jawaban tepat dan sikap yang paling dapat e. Menipu yang merugikan orang lain yang disebut apus-apus
dipertanggungjawabkan mengenai pertanyaan-pertanyaan besar atau apus krama. Tindakan ini adalah tindakan menipu yang
yang berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia (Peursen, menurut budaya Jawa dianggap perbuatan yang tidak dapat
1976: 19). Strategi kebudayaan bersifat abstrak yang menjiwai dimaafkan.
berbagai aktivitas keseharian. Strategi kebudayaan merupakan Demikian contoh kecil strategi kebudayaan yang diambil dari
suatu hal yang dinamis dengan seiring tantangan-tantangan budaya budaya Jawa. Bagi orang yang belum memahami budaya Jawa,
yang muncul di masyarakat. perbuatan ”menipu” seperti itu mungkin dianggap perbuatan yang
Strategi kebudayaan tampak dalam berbagai bentuk hasil sangat menjengkelkan, tetapi bagi orang Jawa dianggap sesuatu
budaya. Cerita kancil di Jawa yang dikenal suka menipu lawan- yang biasa, wajar, bahkan termasuk kesopanan.
lawannnya adalah cerminan strategi budaya masyarakat Jawa. Sementara itu, pelanduk (kancil Melayu) yang bergelar Syah
Cerita tersebut merupakan bentuk sikap budaya orang Jawa yang Alim Dirimba tidak lain merupakan refleksi strategi budaya
tidak suka open conflict. Cerita ini berbeda dengan cerita kancil Melayu yang condong ke falsafah Islam seperti tercermin dalam
Melayu berjudul Hikayat Pelanduk Jenaka yang di dalamnya pepatah ”adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah”.
kancil tampak dinamis, bahkan bergelar Syah Alim Dirimba yang Artinya, adat Melayu berdasarkan pada syariat Islam, sementara
berhasil merajai hewan-hewan di belantara (Dipodjojo, 1966). syariat bersandar pada Al-Qur’an (Kitabullah). Karena itu, pelan-
Cerita kancil yang suka menipu merefleksikan strategi kebu- duk Melayu fasih pula mensitir ayat-ayat Al-Qur’an.
dayaan orang Jawa yang tidak suka konflik terbuka dan tidak ber-
terus terang. Di dalam budaya Jawa, menipu memiliki tingkat- 6. Strategi Kebudayaan Indonesia
tingkat hirarkis.
Sebagai ilustrasi, kondisi strategi kebudayaan Indonesia
a. Menipu yang mulia yang disebut dora sembada (menipu untuk budaya kita dewasa ini tampak belum menemukan format yang
membela kebaikan dan kebenaran). mantap. Dewasa ini, kebudayaan kita kehilangan orientasi yang
b. Menipu yang dianggap biasa dan dapat membawa keberun- berakibat timbulnya kebingungan di masyarakat. Masyarakat kita
tungan yang dikenal goroh nguripi. Perbuatan ini adalah per- dijejali dengan konsep-konsep strategis yang tidak memiliki akar
buatan pedagang dalam membujuk pembelinya yang juga budaya dan menimbulkan interpretasi baru. Beberapa konsep
sering menggunakan kata-kata tipuan. seperti demokrasi, reformasi, otonomi, yang dewasa ini menjadi
c. Menipu untuk menjaga kesopanan yang dikenal ulas-ulas. vital dalam orientasi kebudayaan Indonesia pada hakikatnya tidak
Misalnya sebenarnya lapar, tetapi menyatakan kenyang, me- betul-betul dipahami karena sebenarnya konsep tersebut berakar
nyatakan nggih (ya), tetapi sebenarnya tidak, dan sebagainya. pada lingkungan budaya yang berbeda dan latar belakang sejarah
d. Menipu yang tidak merugikan orang lain, tetapi tidak disenangi. yang berlainan. Baik di lapisan atas maupun lapisan bawah,
Contoh tindakan ini ialah umuk, yaitu menceritakan sesuatu pemahaman konsep-konsep tersebut semakin kabur. Demokrasi
yang tidak sesuai dengan kenyataan. Umuk merupakan refleksi akan dimaknai sebagai ”hukum rimba”, yakni yang banyak
untuk menutupi kekurangan pribadi seperti tercermin dalam anggotanya harus menang dan benar, reformasi berarti boleh

4
melanggar hukum, melanggar norma, merusak tatanan, otonomi membangun esensi kemufakatan, yaitu terbentuknya harmoni baru
diartikan milik negara boleh dijadikan milik pribadi atau golongan. yang menyejukkan.
Bangsa kita dewasa ini juga terjebak dalam paradoks-para- Dewasa ini diperlukan kaji ulang mengenai berbagai pelak-
doks, misalnya kita menolak pornografi dan pornoaksi, tetapi sanaan strategi budaya di segala bidang. Sebagai misal, budaya
menolak apabila hal tersebut diatur dalam undang-undang. Pemi- demokrasi yang pada mulanya diharapkan dapat menyelesaikan
kiran budaya kita juga terjebak pada cara, bukan pada esensi. Yang masalah bangsa, pada kenyataannya justru menimbulkan masalah
namanya demokrasi, reformasi, otonomi, HAM (Hak Azasi baru. Demi demokrasi yang tidak betul-betul dipahami konsepnya
Manusia), dan konsep-konsep lain dari luar sebenarnya adalah cara oleh bangsa Indonesia, ternyata kita harus membayar mahal. Di
untuk mencapai kondisi idiil. Di Indonesia cara tersebut hendaknya samping biaya pesta demokrasi yang mahal dan melelahkan,
digunakan untuk menuju cita-cita luhur bangsa Indonesia seperti kadang-kadang demokrasi menimbulkan dampak baru berupa
yang terukir indah di dalam PANCASILA. Artinya, apa pun yang terkotak-kotaknya bangsa ini dalam berbagai kelompok dan
kita lakukan hendaknya diarahkan pada tercapainya kondisi idiil munculnya permusuhan di kalangan rakyat. Sementara substansi
dalam Pancasila seperti berketuhanan yang mahaesa, ber- demokrasi Pancasila yang mengedepankan ”hikmat kebijaksanaan”
kemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan, berkerakyatan, dan permusyawaratan menjadi semakin jauh dari kehidupan. Dalam
dan berkeadilan sosial”. Sebagai suatu cara, kita boleh memilih kondisi demikian, pemikiran untuk membentuk masyarakat adil
alternatif dan tidak menjadikan konsep-konsep asing sebagai makmur akan terabaikan karena energi kita tersedot pada hal-hal
”agama baru” dengan harga mati. Alternatif yang paling sesuai yang bukan esensi.
ialah alternatif yang bersumberkan pada nilai-nilai luhur budaya Menurut hemat kami, bila bangsa Indonesia ingin maju dan
Indonesia sendiri. tidak kehilangan energi untuk hal-hal yang tidak esensial, model
Sebagai ilustrasi patut diingat bahwa majelis kekuasaan strategi kebudayaan yang berakar pada nilai-nilai budaya bangsa
tertinggi bangsa Indonesia adalah MPR (Majelis Permusyawaratan Indonesia perlu dikedepankan. Tampaknya kita perlu belajar dari
Rakyat). Sesuai dengan namanya unsur musyawarah hendaknya bangsa Jepang. Tidak disangsikan bahwa dewasa ini Jepang telah
menjadi semangat. Hal ini sesuai dengan semangat luhur bangsa mencapai kemajuan yang signifikan, tetapi strategi budaya yang
kita seperti dalam pepatah ”bulat air di pembuluh, bulat kata di dijalankan tetap berakar pada nilai-nilai asli bangsa tersebut.
mufakat”. Untuk bisa mencapai mufakat, harus terbentuk Sukses Jepang dalam percaturan bisnis global menjadi fenomena
internalisasi diri atau pengendapan rohaniah seperti terungkap menarik untuk dikaji, bukan hanya oleh negara-negara berkem-
dalam pepatah Jawa ”bisa rumangsa, ora rumangsa bisa” (mampu bang, melainkan juga oleh negara-negara maju. Bangsa Jepang
berintstropeksi dan tidak menonjolkan diri”. Capaian mufakat memiliki kerangka 7 landasan dalam membangun budayanya,
merupakan sesuatu yang sangat bernilai daripada model voting, yaitu:
misalnya, karena mufakat lebih terasa ”nguwongke” (menghargai) a. kompleksitas bahasa,
dan sangat sesuai dengan prinsip ”kemanusiaan yang adil dan b. homogenistas ras dan budaya,
beradap”. Kemampuan mencapai mufakat merupakan cerminan c. menjunjung harmoni,
dari ”kelonggaran hati dan kebesaran jiwa”. Orang yang berpikiran
picik dan mementingkan diri sendiri tentu tidak akan mampu d. sikap eksklusif,
e. kuatnya ikatan kelompok

5
f. komitmen kesejahteraan, dan Nilai luhur ini di dalam Sejarah Melayu ini digambarkan
g. rasa superioritas (Khadiz, 2003: 205). dalam kisah ke-10, yaitu kisah tentang Singapura diserang ikan
Perlu pula ditambahkan bahwa negara-negara yang suka todak. Ikan todak adalah sejenis ikan cucut yang mampu naik ke
menggembar-gemborkan HAM dan demokrasi sekalipun, ternyata darat dan menusuk manusia sehingga menimbulkan kematian.
juga tidak konsisten memegang teguh prinsip tersebut. Serangan Mendapat serangan ikan ini, Raja Singapura menjadi bingung.
pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat ke Afganistan dan Irak Datanglah seorang anak yang memberi nasihat bahwa untuk
(dua negara berdaulat) adalah contoh nyata tentang hal itu. mengalahkan ikan todak harus digunakan perisai dari batang
pisang. Dengan cara itu, moncong ikan todak akan menancap di
batang pisang sehingga tidak membahayakan lagi.
7. Peran Filologi dalam Menyusun Strategi Kebudayaan
Pikiran anak yang kreatif tersebut justru menimbulkan iri hati
Peran Filologi dalam menyusun strategi kebudayaan Indo- dan kekhawatiran. Anak itu kemudian dibunuh oleh Raja
nesia pada dasarnya menyediakan bahan-bahan sebagai sarana Singapura. Pembunuhan ini merupakan awal hancurnya Singapura.
refleksi dan instrospeksi. Filologi juga dapat membantu menggali
”Syahdan maka budak (= anak, pen) itupun disuruh bunuh
nilai-nilai luhur sebagai bekal menyongsong kehidupan yang lebih
oleh baginda, menjadi benar pada hatinya. Adapun tatkala
baik. Harus disadari bahwa bangsa Indoensia memiliki pengalaman
budak itu dibunuh, maka hak rasanya ditanggungkan atas
dan sejarah masa lampau yang membentuk karakter. Tidak semua
negeri Singapura” (Situmorang dan Teeuw, 1952: 75).
hal dari masa lampau sesuai dan baik untuk saat ini, tetapi beberapa
di antaranya relevan dan penting dalam kehidupan berbangsa dan Kisah di atas menyampaikan pesan bahwa seorang pemimpin
bernegara, di antaranya: hendaknya mampu menerima pikiran-pikiran kreatif dari siapa pun
dan tidak menerima dengan syak wasangka.
a. Konsep Kepemimpinan
Krisis yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia adalah krisis
kepemimpinan. Yang menjadi pusat perhatian kita hanyalah pada b. Alon-alon waton kelakon dan cukat trengginas kadya Srikatan
bagaimana ”memilih pemimpin” dan tidak menyinggung ”pemim- nyamber walang
pin yang bagaimana yang dipilih”. Naskah-naskah klasik mem- Ungkapan alon-alon waton kelakon sering dimaknai negatif.
berikan konsep pemimpin yang seharusnya ”hambeg adil para- Ungkapan tersebut sebenarnya merupakan salah satu bentuk
marta, bérbudi bawalekasana, bau denda nyakrawati” yang adil, strategi yang mencerminkan kesabaran. Hal ini dapat dilihat pada
murah hati, penyayang, taat menjalankan aturan, dan mampu kisah dalam Babad Tanah Jawi sebagai berikut.
menyelesaikan masalah”. Karena itu, gelaran raja Jawa adalah Danang Sutawijaya adalah seorang hamba Sultan Pajang.
”senapati ing alaga, amirul mukminin, kalifatuloh, sayidin panata- Karena kecerdasan otak dan kehalusan budinya, ia diangkat men-
gama” (panglima dalam peperangan. pimpinan orang beriman, jadi anak angkat Sultan Pajang. Babad Tanah Jawi menggam-
penguasa kerajaan, pemimpin keagamaan”. Sementara itu, Sejarah barkan kegigihan Danang Sutawijaya yang masih anak-anak
Melayu menyatakan bahwa pemimpin adalah zilzullah fil alam dengan gagah berani melawan Harya Penangsang yang sakti.
(bayangan Allah di dunia). Sejarah Melayu menggambarkan bahwa Dengan cara tersebut Danang Sutawijaya berhasil memenangkan
seorang pemimpin hendaknya berkasih sayang dengan bawahan- sayembara memperoleh Alas Mentaok (Hutan Mentaok) yang
nya. Sekali pemimpin berbuat aniaya pada bawahannya, maka itu angker kemudian bergelar Panembahan Senopati. Dengan sabar ia
sebagai tanda awal kehancurannya. membangun hutan menjadi perdikan dan dengan sabar ia membina

6
hubungan baik dengan penguasa di sekitarnya sehingga banyak 1968) dikisahkan tentang Ampu Jatmaka yang tidak mau menjadi
penguasa takluk bukan karena perang, ”hamung kayungyun raja. Untuk membangun kerajaan dicarilah calon penurun raja.
marganing kautaman” (hanya tertarik pada kebaikannya). Calon permaisuri diperoleh dari bayi yang berada di air di atas buih
Panembahan Senapati menempuh hal tersebut dengan sabar (alon- yang bernama Putri Jumjum Buih. Calon raja diperoleh dari anak
alon waton kelakon). Ketika situasi memungkinkan, maka dengan matahari yang berasal dari Majapahit bernama Suryanata. Cerita ini
cepat Panembahan Senopati mendirikan dinasti Mataram yang menyiratkan bahwa untuk membangun kebudayaan yang kokoh
sampai saat ini masih dapat disaksikan kemegahannya dengan harus dapat membangun harmoni. Dalam kisah di atas digambar-
Kraton Yogya, Kraton Surakarta, Pura Pakualaman, Pura kan harmoni yang diharapkan berupa perpaduan air (buih), tanah
Mangkunegaran yang kesemuanya mengaku sebagai keturunan (tempat kerajaan), dan udara-api (matahari). Dengan kata lain,
Panembahan Senapati atau ”Darah Mataram”. untuk membangun negara yang kokoh, persatuan dan kesatuan
Kisah tersebut merupakan gambaran yang patut dicontoh merupakan modal utama. Tidak banyak yang bisa diharapkan dari
bahwa dalam mencapai cita-cita kesabaran memang perlu. Panem- suatu negara yang selalu kisruh.
bahan Senapati membangun Mataram dengan penuh kesabaran,
tetapi pada saat-saat diperlukan ia mampu bertindak gesit yang d. Perencanaan dan Manajemen yang baik
digambarkan sebagai ”cukat trengginas kadya srikatan nyamber Manajemen merupakan hal yang sangat vital dalam strategi
walang”. kebudayaan. Secara kasat mata, dewasa ini banyak terjadi
Kalau sementara ini dikatakan bahwa Panembahan Senapati pemborosan di segala bidang karena manajemen yang tidak baik.
mengawini Ratu Kidul, yang patut dicatat adalah kronologi kisah Di dalam Hikayat Mahsyud Hak digambarkan bahwa tanpa
yang disebutkan bahwa Ratu Kidul merasa kalah wibawa dengan manajemen yang baik, apalagi hanya didasari emosi, maka rencana
Panembahan Senapati lalu Ratu Kidul mengabdi kepadanya. Serat dan cita-cita akan kandas berantakan.
Wedhatama menyebutkan ”pamrihe mung ameminta, supangate Dikisahkan ada seorang pemuda yang sangat mencintai
teki teki, nora ketang teken janggut suku jaja” (maksudnya hanya kekasihnya. Ketika kekasihnya digigit nyamuk di kakinya, karena
meminta, manfaat laku prihatin, meskipun dengan susah payah). emosi pemuda tersebut mengambil kapak untuk membunuh
Karena itu, kalau dewasa ini ada orang-orang yang pergi ke nyamuk di kaki kekasihnya. Yang terjadi, nyamuk bisa lolos
Laut Selatan untuk meminta atau memuja pada Ratu Kidul, dari sementara kekasihnya kehilangan satu kaki. Kisah lain menyebut-
segi kebudayaan merupakan kemunduran dari apa yang telah kan seorang hamba yang dipercaya menjaga lumbung majikannya.
dicapai pendahulu raja Mataram yang merupakan tuladha laku Ketika ia melihat seekor tikus bersembunyi dan makan di dalam
utama (contoh baik). lumbung, maka dengan emosi dibakarnya lumbung tersebut dengan
maksud membakar tikus yang ada di dalamnya. Hasilnya, lumbung
c. Membangun Keserasian yang seharusnya dijaga justru lenyap menjadi abu (Jusuf dkk,
Membangun keserasian adalah salah satu strategi kebudayaan 1984).
yang patut ditanamkan pada tata kehidupan kita. Harmoni
merupakan konsep yang sesuai dengan akar budaya Indonesia. Hal e. Pentingngnya Ilmu Pengetahuan
ini dapat dilihat dari kisah-kisah klasik yang menekankan penting- Asal mula budaya Jawa dan huruf Jawa di dalam naskah
nya harmoni. Di dalam Hikayat Banjar dan Kota Waringin (Ras, Jawa klasik bersumber dari cerita Aji Saka. Karena besarnya

7
pengaruh cerita ini, tempat seperti Bledug Kuwu dipercaya 1. Sekali lagi, terima kasih kami sampaikan kepada Pemerintah
munculnya pada zaman Aji Saka. Tahun Jawa juga disebut Tahun Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikand Nasional
Saka. Tiang utama penyangga rumah Jawa disebut Saka Guru. Di Prof. Dr. Bambang Sudibyo, M.B.A. yang telah menetapkan
dalam cerita Aji Saka disebutkan adanya raja asli Jawa bernama diri saya sebagai guru besar Ilmu Filologi secara loncat jabatan.
Dewata Cengkar. Raja ini tidak berbudaya dan kanibal. Aji Saka 2. Terima kasih juga kepada Bapak Rektor/Ketua Senat UNS dan
menewaskan raja ini dengan cara disuruh menggelar surban para anggota Senat Universitas, Bapak Dekan dan Pembantu
(penutup kepala). Surban Aji Saka mengembang sampai Laut Dekan I, II, III Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Ketua Jurusan
Selatan. Di pinggir tebing laut Dewata Cengkar dikibaskan dan dan Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia, Segenap Anggota
jatuh ke laut. Dewata Cengkar menjadi bajul (buaya) putih yang Senat Fakultas dan Universitas, tim CCP, dan kawan-kawan
menjadi pengganggu manusia seprofesi yang telah mengusulkan dan memperjuangkan saya
Cerita ini memberi gambaran bahwa pribumi akhirnya untuk menduduki jabatan yang mulia ini. Saya sadar betul
tersisih karena tidak memiliki ilmu pengetahuan yang disimbolkan bahwa jabatan ini saya sandang berkat kerja keras dan kerja
“kalah dalam menggelar surban”. Relevansi bagi strategi kebu- sama unsur-unsur di UNS tercinta ini.
dayaan bahwa bangsa Indonesia apabila tidak memiliki ilmu 3. Terima kasih juga kepada Prof. Dr. Kunardi Harjoprawira, M.Pd.
pengetahuan akhirnya hanya akan menjadi bajul putih atau yang tidak jemu-jemunya menasihati saya untuk mengusulkan
begajulan (berandalan) yang suka mengganggu orang saja. Alih diri sebagai guru besar secara loncat jabatan. Langkah selanjut-
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal yang strategis nya, kami sangat dibantu oleh Prof. Drs. Sukiyo dan
dalam strategi kebudayaan dewasa ini. Prof. Drs. Anton Sukarno yang dengan tulus ikhlas banyak
Demikian uraian mengenai sumbangan Filologi bagi penyu- memberi saran dan bantuan demi mulusnya usulan saya.
sunan strategi kebudayaan Indonesia. Harapan saya, semoga pidato Terima kasih juga kepada Mas Willy yang menata berkas-
ini mampu menggugah kita semua untuk menengok kembali berkas usulan.
kekayaan rohani bangsa kita yang saat ini tersimpan di dalam 4. Rasa terima kasih kami sampaikan juga kepada kedua orang tua
naskah-naskah klasik dalam rangka membangun kebudayaan yang saya, yaitu Ny. Dalinah Karja Subiyantara dan almarhum
sesuai dengan kepribadian kita. Semoga pidato ini juga Bapak Karja Subiyantara. Bagi saya pribadi, kedua orang tua
menumbuhkan minat di kalangan mahasiswa untuk mau menekuni saya itulah manusia paling luar biasa dan paling saya kagumi.
naskah-naskah klasik. Kondisi yang memprihatikan di Fakultas Merekalah yang telah mendidik saya dengan penuh pengor-
Sastra dan Seni Rupa UNS ialah bahwa mahasiswa yang tertarik banan dan deraan ujian yang bertubi-tubi, tetapi semua dapat
menekuni studi filologi setiap tahunnya hanya satu dua orang saja. dijalani dengan selamat. Mereka pula yang mengajarkan kepada
saya untuk (1) tegar dalam berjuang (2) teguh dalam meng-
Hadirin yang saya hormati, hadapi tantangan, (3) rendah hati terhadap sesama, serta
Pada penghujung pidato pengukuhan guru besar ini izinkan- (4) tidak takut untuk hidup prihatin.
lah saya mengungkapkan hal-hal yang sifatnya pribadi dalam 5. Terima kasih juga kepada leluhur kami di alam kubur (yaitu
rangka mengungkapkan rasa syukur kepada Allah dan terima kasih mbah Kakung/Gimin Karto Pawiro dan Pak Uwo/Marjan Marto
kepada pribadi-pribadi yang dijadikan Allah sebagai perantara saya Sentono) yang saya jelas-jelas merasakan juga getaran
mencapai kedudukan guru besar ini. kehadiran arwahnya di sini. Leluhur kami adalah keluarga

8
petani sederhana di desa. Saya melihat di mata batin saya, dan dengan gelar itu mempermudah saya mencapai jabatan
mereka tersenyum bangga karena salah seorang cucunya guru besar.
dimuliakan Allah untuk berdiri di hadapan hadirin dalam 11. Terima kasih juga kepada segenap redaksi Humaniora (Fakul-
pengukuhan sebagai seorang guru besar di tempat sejauh sekitar tas Ilmu Budaya UGM), Varidika (FKIP Universitas Muham-
87 kilometer dari sebuah amben tempat kelahiran saya, di madiyah Surakarta), SENI (ISI Yogya), Kajian Linguistik dan
sebuah dusun kecil di lereng Merapi, di kabupaten Sleman. Sastra (UMS) yang telah memuat tulisan saya di majalah
Terima kasih kepada Bulik Jimah, Mas Dodo, dan Pak Dhe Bud terakreditasi DIKTI yang menjadi salah satu syarat untuk dapat
yang semasa saya kuliah banyak memberikan bantuan untuk diusulkan sebagai guru besar secara loncat jabatan.
keberhasilan kuliah saya. Demikian juga kepada Mbakyu Asri 12. Terima kasih kepada Direktur Direktorat Jenderal Pendidikan
dan Tabi. Tinggi yang telah memberi beasiswa kepada saya melalui
6. Terima kasih pula kepada keluarga mertua (Bapak Tukiman TMPD (S2) dan BPPS (S3) sehingga sangat meringankan saya
dan Ibu Rubi) dan adik-adik ipar yang banyak memberi bantuan dalam mengikuti studi lanjut yang secara akumulatif telah
untuk kesuksesan keluarga kami. Demikian juga kepada menjadi bagian terpenting dalam pengusulan guru besar.
almarhum Dodi Slamet Widodo SE yang banyak memberikan 13. Terima kasih juga kepada segenap pimpinan Masyararakat
bantuan ketika saya melakukan riset S3 di Jakarta. Pernaskahan Nusantara (Manassa) dan Oral Tradition Asso-
7. Terima kasih pula kepada guru-guru saya, baik guru-guru di ciation (Masyarakat Tradisi Lisan) sebagai organisasi profesi
sekolah formal (dari TK sampai Pascasarjana) maupun guru- internasional yang telah ikut berjasa membentuk karakter
guru spiritual yang membekali ngelmu ”sejatining ngaurip” dan ilmiah saya dan memberi saya berbagai fasilitas dan sumbangan
”ngaurip sejati” sebagai bekal saya meniti kehidupan. dana guna pengembangan karir ilmiah saya. Terima kasih pula
8. Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada Penerbit PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Badan
kepada Prof. Dr. H. D. Edi Subroto dan Drs. Sawu, S.U. Penerbit Sastra Indonesia, Jurnal Nuansa Indonesia, Jurnal
Kedua beliau inilah yang menganjurkan dan mendukung saya Etonografi, Jurnal Haluan Sastra, Jurnal Artikulasi dan
untuk mendaftarkan diri menjadi dosen di UNS pada tahun penerbit lainnya yang telah menerbitkan tulisan saya yang
1988. secara keseluruhan memberikan nilai yang cukup tinggi untuk
9. Terima kasih juga kepada almarhum Prof. Dr. H. Suwito yang memperoleh angka kredit bagi pengusulan ke guru besar.
pada waktu itu menjabat sebagai dekan Fakultas Sastra, yang 14. Selanjutnya, yang sangat bermakna bagi hidup saya adalah
dalam perkenalan kami yang singkat, telah memberi nasihat ucapan terima kasih saya kepada istri saya tercinta, Dra. Hj. Sri
untuk tidak berhenti dalam melanjutkan studi. Terima kasih Mulyati, M.Hum sebagai teman seperjalanan dalam panas dan
juga kepada Bapak F.X. Soehardjo, yang pada periode beliau hujan. Terima kasih atas segala pengertian yang karena tugas
menjadi ketua jurusan selalu mendorong saya untuk saya harus berhari-hari meninggalkan rumah. Juga kepada
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. keempat anak saya tersayang, Insyirah Anwari, Umar Sidiq
10. Terima kasih juga kepada Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Syaifuddin, Hisyam Syaiful Fatah, dan Khalid Alim Jauhari.
Soeratno (promotor) dan Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo Merekalah permata hati saya dan harapan generasi masa depan
(kopromotor) dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah saya. Tanpa pengertian dan dorongan mereka, tentu saya tidak
Mada yang telah ”melahirkan” saya sebagai doktor ilmu budaya dapat menjalankan tugas sampai mencapai jabatan yang

9
setinggi ini. Dan tentunya jabatan ini tidak akan bermakna bila DAFTAR PUSTAKA
tidak mengantarkan kami ke dalam kehidupan yang sakinah,
mawadah, wa rahmah. Saya menyadari bahwa jabatan ini
Alwi, Hasan dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
mengandung tanggung jawab yang besar yang harus saya pikul.
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Karena itu, saya memohon doa hadirin semuanya, semoga
jabatan yang mulia ini dijadikan Allah sebagai sarana saya Baried, Siti Baroroh dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta:
manembah dan ngibadah kepada Allah. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
15. Terima kasih saya haturkan kepada segenap Panitia Pengu- Berg, C.C. 1974. Penulisan Sejarah Jawa. Terjemahan S. Gunawan.
kuhan Guru Besar yang telah menyelenggarakan acara ini Jakarta: Bhratara.
dengan usaha yang maksimal. Casparis, J.D. 1975. De. Indonesia Palaeography: A History of Writing in
16. Terima kasih pula kepada segenap wartawan yang meliput Indonesia from the Beginnings to C. A.D. 1500 . Leiden: E.J. Brill.
acara ini dan memberitakan kepada khalayak yang lebih luas.
Dipodjojo, Asdi S. 1966. Sang Kancil: Tokoh Tjerita Binatang
17. Akhirnya, saya haturkan terima kasih atas kehadiran dan Indonesia. Djakarta: Gunung Agung.
kesabaran hadirin yang mulia untuk dalam mendengarkan
pidato ini. Semoga bermanfaat dan mohon maaf bila ada hal Hussein, Ismail. 1974. The Study of Traditional Malay Literature
yang tidak berkenan. with A Selected Bibliography. Kuala Lumpur: Dewan
Alhamdulillahirabil'alamin. Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia.
Wassalamu'alaikum wr.wb. Jusuf, Jumsari. 1984. Aspek Humor dalam Sastra Indonesia.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Khadiz, Antar Venus. 2003. “Jepang dalam Percaturan Bisnis
Global: Suatu Pendekatan Komunikasi Antar Budaya”.
dalam Deddy Mulyana dkk. Komuniasi Antar Budaya.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Peursen, C.A. van. 1976. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta:
Yayasan Kanisus.
Ras, J.J. 1968. Hikajat Bandjar : A Study in Malay Historiography. The
Hague: Martinus Nijhoff.
Reynolds, L.D. dan N.G. Wilson . 1974. Scribes and Scholars : A Guide
to the Transmission of Greek and Latin Literature. London:
Oxford University Press.
Situmorang, T.D. dan Teeuw, A. 1952. Sedjarah Melaju. Jakarta:
Penerbit Djambatan.

10
Soeratna, Siti Chamamah. 2003. Filologi Sebagai Pengungkap BIODATA
Orisionalitas dan Transformasi Produk Budaya. Pidato
Pembukaan Kuliah 3 September 2003. Yogyakarta: 1. Identitas
Universitas Gadjah Mada
a. Nama : Prof. Dr. H. Bani Sudardi, M.Hum
Sudardi, Bani. 2003. Penggarapan Naskah. Surakarta: BPSI b. Tempat dan tanggal lahir : Sleman, 18 September 1964
Weddha Tama Jinarwa. Surakarta: Cendrawasih c. Agama : Islam
d. Status perkawinan : Kawin
Nama Istri : Dra. Hj. Sri Mulyati, M.Hum
Pekerjaan Istri : Guru Bahasa Inggris SMP 26
Surakarta
e. Nama Anak : 1. Insyirah Anwari
(SMP 9 Surakarta, Kelas II)
2. Umar S. Saifuddin
(SD Jamiatul Ikhwan, KelasV)
3. Hisyam Saiful Fatah (2 tahun)
4. Kholid Alim Jauhari (1 tahun)
f. Alamat rumah : Sayangan Rt. 03/ Rw I Gumpang
Kartasura Sukoharjo, Jawa Tengah
Telpon: 0271-744203.
E-mail:Banisudardi@uns.ac.id.
g. Nama Orang tua : Ibu : Ny. Dalinah
Ayah : Karja Subiyantara
(almarhum)

2. Riwayat Pendidikan Dasar dan Menengah.


a. Lulus TK. Bustanul Athfal I 1971.
b. Tahun 1971 masuk SD Muhammadiyah I Sleman sampai
klas III.
c. Lulus SD. Negeri Sleman III, tahun 1976.
d. Lulus SMP. Negeri II Sleman, tahun 1981.
e. Lulus SMA. Negeri I Sleman/ Jurusan IPA, 1983.

11
3. Riwayat Pendidikan di Perguruan Tinggi. c. Struktur Naratif Hijayat Mahsyud Hak (Tesis S2 Sastra
a. Lulus Sarjana muda Sastra Indonesia, Fak. Sastra Univer- Indonesia dan Jawa, Pascasarjana UGM, 1994).
sitas Gadjah Mada tahun 1986. d. Peran dan Makna Semar dalam Teks Melayu (Disertasi
b. Lulus Sarjana Sastra Indonesia, Fak. Sastra Universitas UGM, 2003).
Gadjah Mada tahun 1988.
c. Lulus Magister Humaniora program studi Sastra Indonesia 6. Penelitian Dana Hibah dan Dana Pribadi
dan Jawa, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada a. Faktor-faktor Keserasian Audiensi Radiso: Antara Aspek
tahun 1994 (Beasiswa TMPD) Ideal dan Komersial, Pusat Studi Kependudukan dan
d. Lulus Doktor Ilmu Budaya, tahun 2003, Program Pasca- Lingkungan Hidup, UNS, 1990 (sebagai anggota)
sarjana Universitas Gadjah Mada (beasiswa BPPS). b. Nilai Sosial Serat Waosan Semak Kedung Tangkil (1997,
ketua dana Hibah dari Ford Foundation)
4. Riwayat Pekerjaan c. Peningkatan Kualitas Penggunaan Bahasa Indonesia Yang
a. Tahun 1989 sebagai CPNS Jurusan Sastra Indonesia, Baik dan Benar Bagi Anggota Masyarakat Berperanan
Fakultas Sastra UNS, mata kuliah Filologi (Asisten Ahli Strategis di Kotamadya Surakarta (dana DIKTI 1996,
Madya, Golongan III a). anggota)
b. Tanggal 1 Desember 1990 dianggkat menjadi Asisten Ahli d. Legenda Pangeran Sambernyawa di Eks Karisidenan Sura-
Madya, Penata Muda Golongan IIIA, Fak. Sastra UNS. karta (Dana Oral Tradition Association dan UNS, 1995,
c. Tanggal 1 November 1994 diangkat menjadi Asisten Ahli, ketua)
Penata Muda Tingkat I, Golongan III B e. Penggalian Potensi Folklor Untuk Pengembangan Pariwi-
d. Tanggal 31 Januari 1997 diangkat sebagai Lektor Muda, sata Budaya: studi Kasus di Daerah Pengging Kabupaten
Penata, III C Boyolali (Dana OPF Fak. Sastra UNS, 1996, anggota)
e. Tanggal 29 Februari 2000 diangkat sebagai Lektor, f. Fungsi Sosial Tukang Jorah Jepara (ketua, Dana DIKS Fak
Golongan IIId, pangkat Penata Tk. I. Sastra)
f. Tanggal 1 April 2006 diangkat secara loncat jabatan men- g. Refleksi Dinamika Sosial Budaya dalam Janger Banyu-
jadi Guru besar Filologi di FSSR UNS, golongan IIId. wangi (DIKTI-1997, dosen muda, ketua)
h. Obat-obat Tradisional Menurut Primbon Jawa (DIKTI-pene-
litian dasar, ketua. 1999)
5. Penelitian yang pernah dilakukan dalam rangka studi:
i. Pengobatan Jalu Husada (biaya sendiri)
a. Citraan dan Fungsinya dalam Perahu Kertas karya Sapardi
Djoko Damono (skripsi sarjana muda, Fak Sastra UGM), j. Pemberdayaan Masyarakat Dieng Melalui Sektor Wisata
1986 (LPPM UNS-Penelitian untuk Profesor dan Doktor Baru
2006, anggota)
b. Syarah Ryubai Hamzah Fansuri Karya Syamsuddin Assa-
matrani: Suntingan Teks dan Analisis Resepsi (Skripsi k. Potensi Tradisi Lisan Sebagai Sarana Meningkatkan Pariwi-
sarjana, Fak Sastra UGM, 1987). sata Dataran Tinggi Dieng (Dana DIKS FSSR 2006, ketua )

12
l. Aspek Ritual, Simbolis, dan Historis dalam Legenda Wira- e. Pelatihan Penelitian Muda Tradisi Lisan Nusantara, 1-22
suta (Tradisi Saparan Bekakak di Ambarketawang Gamping Juni 1995 bertempat di Hotel Victoria, Malang dilanjutkan
Sleman) (Dana DIKS FSSR UNS 2005, ketua) penelitian lapangan di Benculuk, Celuring, Banyuwangi
m. Pemanfaatan Hewan dalam Tradisi Pengobatan Orang Jawa: f. Pelatihan Quality Assurance di Kantor Jaminan Mutu
Sebuah Pendekatan Antropologi Medis (2006, Dana DIKS Perguruan Tinggi, Universitas Gadjah Mada, 6-7 Mei 2004
FSSR, anggota). g. Pelatihan Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Perguruan
n. Pengembangan Model Penyusunan Silabi, RPP, dan SAP Tinggi, 10-11 Mei 2006 diselenggarakan oleh DIKTI,
(Hibah Pengembangan Sistem Jaminan Mutu LPP UNS, bertempat di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta
ketua). h. Pelatihan Calon Reviewer Program Hibah Kompetisi, 13-15
Juni 2006, diselenggarakan oleh DIKTI, bertempat di Hotel
Milenium Sirih, Jakarta, Jakarta.
7. Mata kuliah yang pernah/ sedang diampunya adalah:
i. Pelatihan Reviwer Program Hibah Kompetisi Berbasis
a. Pengantar Filologi i. Bahasa Indonesia
Institusi, DPT DIKTI, Jakarta, 27-29 Desember 2006
b. Metode Penelitian j. Sastra Lisan
Filologi k. Sastra Mistik
9. Organisasi Profesi dan Sosial
c. Kritik Teks l. Sejarah Sastra Indonesia
a. Anggota Oral Tradition Association (OTA).
d. Telaah Naskah m. Kebudayaan Indonesia
b. Anggota Masyarakat Pernaskahan Nusantara
e. Folklor (darmasiswa)
c. Ketua Badan Penerbit Sastra Indonesia
f. Cerita Rakyat n. Historiografi
d. Editor majalah Nuansa Indonesia
g. Laboratorium Filologi o. Sosiologi Sastra
e. Pembina Penyantunan Yatim Piatu dan Dhuafa, Muhamma-
h. Komputer p. Atropologi Sastra
diyyah, Gumpang Kartasura.
f. Ketua Komite Sekolah TK Islam Bustanul Athfal II,
8. Penataran Kartasura.
a. Penataran Bahasa Inggris tingkat Prelementaray dan Post
elementaray UP2B UNS 1989-1990
10. Piagam Penghargaan:
b. Penataran Filologi (6-8 Februari 1991) di Jakarta,
a. Piagam Penghargaan Departemen Agama RI atas partisipasi
diselenggarakan oleh Pusat Bahasa, Jakarta.
membantu penyelenggaraan Ibadah Haji 2003-2004, 8
c. Penataran Calon Penerjemahan Buku Ajar Perguruan Februari 2004
Tinggi Proyek Pengembangan Staf dan Sarana Perguruan
b. Piagam Rektor UNS karena memperoleh gelar Doktor, 11
Tinggi, DIKTI, 6-18 Juli 1992 di bertempat di Sinddhu
Maret 2004
Beach Hotel, Sanur, Bali
c. Piagam Dekan FSSR sebagai Dosen Berprestasi I, 8 Mei
d. Penataran Calon Penulis Buku Ajar Perguruan Tinggi,
2004
Ditjen DIKTI Depdikbud, 1-14 Desember, bertempat di
Hotel USSU, Cisarua, Bogor.

13
d. Satya Lencana Karya Satya dari Presiden Republik Indo- Relevansi Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana, 30-31 Juli
nesia, 5 Agustus 2004 2002 di UNIKA Atmajaya, Jakarta.
e. Piagam Dosen Berprestasi Bidang Pendidikan dari Rektor b. "Rekonstruksi Cerita Wayang Melalui Naskah: Kasus Cerita
UNS 17 Agustus 2004 Wayang Melayu Betawi" disampaikan dalam Simposium
f. Penerima Hibah Peneliti Unggulan Biro Kerja Sama Luar Internasional Pernaskahan Nusantara VI, 12-14 Agustus 2002
Negeri 2006-2007, DEPDIKNAS, Jakarta. di Puri Khatulistiwa, Sumedang Jabar.
c. "Kajian Etimologis dan Medan Makna Kata-kata Bahasa Jawa
11. Jabatan di dalam Teks Wayang Melayu" disampaikan dalam Inter-
national Workshop on Lexikology, di Pusat Studi Jepang,
a. Anggota Tim Asistensi Akreditasi Internal UNS, 2004-
Depok, 16-17 Desember 2002.
sekarang
b. Anggota Tim Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sistem
Jaminan Mutu (P3SJM), LPP, UNS, 2003-2006 B. Disampaikan Melalui Seminar Nasional
c. Ketua Tim Penjaminan Mutu FSSR, 2003-sekarang a. "Muatan Tradisi Lisan dalam Kurikulum di Perguruan
Tinggi" disampaikan dalam Semiloka Nasional, Asosiasi
d. Ketua Laboratorium Sastra Indonesia, 2003-sekarang
Tradisi Lisan, 20-23 September 2001 di Hotel Mirah,
e. Ketua Penyusunan Proposal Program Studi S2 Kajian Bogor.
Budaya (dalam proses), 2004.
b. "Fenomena Ludruk dalam Jaringan Drama Tradisi"
f. Reviewer Hibah Penerapan Sistem Penjaminan Mutu UNS disampaikan dalam Seminar Nasional Seni Tradisi Ludruk,
(2006). 4 Juli 2002 di UNAIR, Surabaya.
g. Reviewer Nasional/ DIKTI untuk Program Hibah c. "Pengaruh Globalisasi terhadap Seni Tradisi" disampaikan
Kompetisi 2006-2008 dalam Pertemuan Ilmiah Nasional HISKI, 8-10 September
h. Reviewer Tim Monetoring dan Evaluasi Internal UNS, 2002 di UAD, Yogyakarta.
2006 d. Menelusuri Benang Merah Perjalanan Spiritual dalam
i. Reviewer Program Hibah Kompetisi Peningkatan Mutu Sastra di Indonesia" disampaikan dalam Bedah Buku dan
Akademik 2006, khusus PTS seluruh Indonesia, DPT Seminar Nasional P.T. Tiga Serangkai, 10 Maret 2003 di
DIKTI Istora Senayan, Jakarta.
j. Ketua Pusat Kajian Budaya, FSSR, UNS Surakarta
k. Anggota Tim Perumus AD-ART Forum Doktor LPPM C. Dimuat di Majalah
UNS 2006 a. "Konsep Pengobatan Tradisionial Menurut Primbon Jawa",
dalam Humaniora (ISSN:0852-0801), Volume XIV
12. Karya Ilmiah No:1/2002, Fakultas Ilmu Budaya, UGM, Yogyakarta.
A. Disampaikan Melalui Seminar Internasional b. "Kerangka Konseptual Transformasi Wayang Jawa ke
a. "Konsep Sastra STA dalam Wacana Pengembangan Sastra dalam Wayang Betawi" dalam Seni (ISSN 0853-4551),
Indonesia" disampaikan dalam Simposium Internasional No: IX/02-03 Maret 2003, ISI Yogyakarta

14
c. "Sejarah dan Perkembangan Wayang Sadat" (Nuansa D. Terbit dalam Bentuk Buku
Indonesia (ISSN0853-6075) 3/V/2000), Sastra Indonesia, 1. Tonggak-tonggak Sastra Sufistik di Indonesia (ISBN 979-
UNS Surakarta. 498-152-4). Surakarta: Sebelas Maret University Press,
d. "Ritualisme dan Dakwah Islam dalam Wayang Sadat 2001.
Klaten" (Etnografi (ISSN 1411-7258) 1-12-2000). Sura- 2. Dasar-dasar Teori Filologi (ISBN 979-96654). Surakarta:
karta BPSI, 2001)
e. "Perkembangan Tasauf di Jawa: Pelacakan terhadap Sastra 3. Pengantar Teori Sastra Lisan: Tentang Karakter, Pende-
Suluk (Nuansa Indonesia (ISSN 0853-6075) Vol. 6 Nomor katan, dan Genrenya (ISBN 979-96654-2-4). Surakarta:
15/ April 2001), Sastra Indonesia, UNS. Surakarta BPSI, 2002
f. Aspek-aspek Dasar Filologi (Nuansa Indonesia (ISSN 4. Sejarah Perkembangan dan Fungsi Sosial Wayang Suluh
0853-6075)VI/16/ Agustus 2001), Sastra Indonesia, UNS. (ISBN 979-96654-4-1). Surakarta: BPSI, 2002. Ditulis
Surakarta bersama Drs. Supana, M.Hum.
g. Perkembangan Jenis-jenis Wayang (Etnografi, (ISSN 1411- 5. Beberapa Jenis Wayang di Indonesia (ISBN 979-96654-3-
7258), No:2/Vol 2/12/ 2001)., Fak. Sastra UNS. Surakarta 2). Surakarta: BPSI, 2002.
h. Jenis-jenis Wayang di Bali (Nuansa Indonesia (ISSN 0853- 6. Sastra Sufistik : Internalisasi Ajaran-ajaran Sufi dalam
6075)No:2002), Sastra Indonesia, UNS. Surakarta Sastra Indonesia (ISBN 979-668-270-2). Solo: P.T. Tiga
i. Transformasi /Eksistensi Wayang Jawa dalam Tradisi Serangkai Pustaka Mandiri,2003.
Kultur Betawi : Menelusuri Semar (Haluan Sastra (ISSN 7. Penggarapan Naskah (ISBN 979-96654-5-2) (Surakarta:
0852-0933): 46 Vol 21 Juni 2002), Fak. Sastra UNS. BPSI, 2003).
Surakarta
j. Wacana Perubahan dan Adaptasi Sastra Lisan di Indonesia E. Diktat / Buku Ajar Mata Kuliah (tidak diterbitkan)
(Artikulasi (ISSN 1412-4548), Volume 1, Nomor:2, 2002),
1. Dasar-dasar Teoretis Pengkajian sastra Lisan
UPI, Bandung.
2. Sastra Suluk dalam Budaya Jawa
k. "Peran Cerita Etiologis dalam Metode Pembelajaran
Tradisional" dalam Varidika, Vol: 14 No 25 Desember 3. Wayang: Asal-usul Jenis dan Perkembangannya
2002 (FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta). 4. Seluk Beluk Filologi dan Sejarah Perkembangannya
l. "Beberapa Makna Semar dalam Tradisi Jawa" dalam 5. Pengantar Teori Filologi
Nuansa Indonesia (ISSN 0853-6075) Vol VII/18/ 2002. 6. Problematik Filologi Indonesia
m. "Titik Terang Pembuka Wawasan Transformasi Sastra Jawa 7. Sastra Mistik Indonesia
Kuna" Nuansa Indonesia (ISSN 0853-6075), Vol VII/18/ 8. Sastra Mistik Indonesia dalam Teks Klasik dan Modern
November 2002. 9. Penelitian Filologi
n. "Transformasi Pertunjukan Wayang ke Dalam Teks Hikayat 10. Problematik Sastra Lama Indonesia
Melayu Betawi" dalam Humaniora (ISSN: 0852-0801) 11. Tekstologi
Volume XV. No.2/2003
12. Pengantar Kajian Sastra Lisan Indonesia

15
13. Legenda dan Dongeng
14. Cerita Jenaka dan Dongeng Binatang
15. Pengantar Sastra Sufistik
16. Sastra Sufistik Indonesia
17. Mitologi dan Kritik Teks

F. Karya Dokumentasi dalam Rekaman Audiovisual (VCD)


1. Dokumentasi Tradisi Saparan/ Penyembelihan Bekakak, di
Ambarketawang, Gamping Sleman, 2003
2. Dokumentasi Petilasan Para Wali di Pantura (Demak.
Kadilangu, Kudus), 2004
3. Dokumentasi Tradisi Lisan Wilayah Purwadadi-Grobogan,
2006
4. Dokumentasi Tradisi Lisan Dieng, 2007
5. Dokumentasi Pelaksana Focus Group Discussion Pemangku
Kepentingan Pariwisata Dieng, 2006.

16

Anda mungkin juga menyukai