Anda di halaman 1dari 31

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333433867

Novel Hijrah Perjalanan Tjokroaminoto

Article · May 2019

CITATIONS READS

0 199

1 author:

Tiara Alifia
Universitas Pendidikan Indonesia
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Novel Hijrah: Perjalanan Tjokroaminoto View project

All content following this page was uploaded by Tiara Alifia on 28 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


0
Perintis ide-ide kebangsaan awal abad ke-20. Saat itu Indonesia masih
disebut dengan Hindia Timur atau Hindia Belanda.
Penjara kalisosok Surabaya, 1921

“Aku Oemar Said Tjokroaminoto seorang muslim bumi


putera, ketua perkumpulan sarikat islam mempunyai 2 juta
anggota, perkumpulan terbesar di hindia timur! paham akan
hukum-hukum tuan” mereka tampak geram mendengar
jawaban yang tidak memuaskan hatinya

“Kakekku R.M Adipati Tjokronegoro 1, pernah menjabat


sebagai seorang Bupati Ponorogo” tambah laki-laki yang
dikenal bernama Oemar Said Tjokroaminoto dengan nada
tegas!

“Kakekku dari pihak yang lain K.H Hasan Basyri kyai yang
dikenal sebagai kyai yang mengajarkan nilai hidup sebagai
orang Jawa.”
Ponorogo Jawa Timur 1895

Suatu hari datang sekelompok orang berpakain eropa,


mereka merupakan sekelompok orang yang cukup ditakuti oleh
para petani disekitar sini dikarenakan mereka akan dengan
berani melenyapkan nyawa siapa saja yang melawan perintah
mereka.

Orang beramai-ramai menyelamatkan diri mereka dari


amukan mereka, ya semuanya, termasuk Tjokroaminoto kecil
yang bersembunyi di sekitar rumah yang terlihat tidak
berpenghuni..

1
Samar-Samar Tjokroaminoto mendengar suara isakan
tangis, dengan memberanikan dirinya Tjokroaminoto mencoba
untuk mencari tahu kepada sumber suara, Tjokroaminoto
dengan kakinya yang berjinjit mencoba untuk melihat apa yang
tejadi di dalam ruangan rumah tak berpenguhi ini melalui celah
jendela yang terbuka. Kemudia Tjokroaminoto melihatnya, dia
melihat seorang pribumi sedang dihukum berjalan diatas papan
dengan kaki yang sudah penuh dilumuri darahnya.. sesaat
kemudian lelaki itu menjatuhkan dirinya kelantai setelah
seorang Belanda pergi ruangan tersebut, dengan mengendap-
endap Tjokroaminoto memasuki ruangan tersebut dan melihat
sekitar yang dipenuhi dengan kapuk dengan banyak sekali
darah.

***

Suatu hari dikelas yang dimana dipenuhi oleh siswa


berwajah eropa asli dan mungkin memang didominasi oleh
mereka yang sedang kondusif mengikuti pembelajaran,
Tjokroaminoto yang dimana sedang menjalani hukumannya
memotong perkataan gurunya seraya berkata :

“Orang-orang eropa datang kesini untuk mencari apa yang


tidak mereka miliki karet, cengkeh , kopi, tembakau bahkan
kapas untuk kepentingan pabrik mereka”
“Mereka juga mencari pelabuhan-pelabuhan hangat
untuk mengambil hasil kita sepanjang tahun. Orang-orang
eropa disini hanya menjadi raja satu hari!”

2
Dengan lantang Tjokroaminoto menginterupsi gurunya
dan kemudian berakhir dengan Tjokroaminoto yang diseret
keluar dari kelas.
***
“Ingat kata-kata dari nabi Muhammad saw, ngijrah. Berpindah
dari tempat buruk ketempat yang lebih baik” seorang pria yang
dikenal sebagai seorang kyai menghampiri Tjokroaminoto
kemudian melanjutkan ucapannya

“Kata kedua dari nabi yang harus kamu ingat adalah iqra
“bacalah””
Hijrah?

Itulah kata yang terlintas dalam benak seorang Oemar Said


Tjokroaminoto.
Ponorogo Jjawa Timur 1905

Tjokroaminoto sendiri telah menikah dengan Raden


Ajeng Suharsikin seorang puteri patih Ponorogo dan
Tjokroaminoto sendiri kini merupakan seorang juru tulis
disalah satu pengepul kopi di bawah tangan Hindia Belanda.

“Tjokro apa benar kau akan mundur dari pekerjaanmu? kalau


itu benar kamu minggat dari rumah ini” Patih Ponorogo yang
dimana merupakan mertua dari Tjokroaminoto melontarkan
kalimatnya dengan penekanan.
“Raja raja dijawa sudah hilang kekuasaannya, sudah tidak ada
Purbowaseso, purbowaseso sudah di tangan hindia belanda.
Keluarga kita sudah diberi kedudukan yang enak”
sambungnya.

3
“Rumah bukan hanya tempat palungguhan akan tetapi tempat
dimana kita menjaga martabat dan martabat itu sudah kamu
hancurkan!” Ia memutar badannya dan kembali kedalam rumah
meninggalkan Tjokroaminoto yang terdiam membisu.

Setelah itu, tak lama kemudian dengan tekad yang bulat


Tjokroaminoto mengambil kopornya dan membereskan
beberapa hal yang sekiranya diperlukan dalam perjalannya
untuk hijrah, akan tetapi kegiatannya terganggu ketika istrinya
datang dan mencoba untuk mengambil alih pekerjaan yang
dilakukan oleh Tjokroaminoto seraya berkata:

“Kan kau sudah cerita perihal darah-darah yang menetes diatas


kapas itu, mungkin aku juga sudah bosan” ucap Suharsikin
yakin,
“Harus gimana” Tjokroaminoto menghela nafas berat.

“Kata hijrah terus terngiang-ngiah dikepalaku.. terus menerus”


Tjokroaminoto melanjutkan kalimatnya.
“Aku ngerti mas, itu yang selalu kamu bicarakan sejak pertama
kali kita bertemu” potong Suharsikin meyakinkan
Tjokroaminoto.

“Kalau hijrah memang satu satunya jalan untuk menghentikan


darah dan air mata yang terus memanggilmu, aku akan ikut
hijrah dibelakangmu” lanjutnya yakin.
***

“Nggak patut itu jelas nggak patut! mana tanggung jawab itu
sebagai laki-laki bisanya hanya kelayapan” Patih Ponorogo
tersulut emosi ketika mendengar kabar akan hijrahnya
Tjokroaminoto

4
“Bapak dahulu bapak kali ada ibu menikahkah dalem dengan
orang yang tidak dalem kenal, mas tjokro. Dalem taat sekarang
bapak dan ibu akan menceraikan dalem dengan mas tjokro,
dalem batin menggemi untuk selanjutnya seumur hidup
Suharsikin tidak akan menikah lagi sebab suami Suharsikin
hanya mas Tjokroaminoto semata dunia dan akhirat” Ucap
Suharsikin membela

“Dunia dan akhirat.. tck! Benem mu halus ndo tetapi ngilangi


gepok dada wimangun kusumo.. Hah!”

“Wong suamimu itu tinggal glanggang colong playu” ucap


Patih Ponorogo membantah pembelaan yang dilakukan oleh
Suharsikin seraya meninggalkannya .

“Bapakmu itu meskipun bupati tapi dia bupati yang bedo dari
bupat yang lain, kalau bupati yang lain mau disuruh ini itu
sama orang hinda belanda bapakmu bedo tidak seperti itu.
Bapak punya caranya sendiri untuk melindungi kaum tani”
sang ibu mencoba menengahi pertengkaran yang terjadi antara
anak dan bapak.

Semarang Jawa tengah 1907

Hijrah pertama Tjokroaminoto dilakukannya dengan


pergi ke suatu daerah di Pulau Jawa yaitu Semarang.

“Tuan Tjokro berita perlawanan anda kepada mandor belanda


sudah menjadi buah bibir” Tjokroaminoto terdiam
mendengarnya
“kami ini sekarang sudah seperti lidi lidi yang tersebar. sudah
seperti tanah arab ketika dikuasa oleh Inggris, kami perlu hijrah

5
untuk menemukan tanah harapan untuk menemukan seorang
pemimpin”

“Lihat buruh-buruh ini mereka seperti semut pekerja yang


kehilangan arah, sejak Diponegoro 70 tahun kita kehilangan,
kita tidak memiliki pemimpin” Tjokroaminoto melihat sekitar
dimana dipenuhi oleh para buruh yang berkerja tidak ada
hentinya.

“Koran medan priyayi milih tirto adhi suryo baru saja


didirikan, islam sedang menyebar islam sedang mencari tanah
tanah yang baru, ada satu kata yang sekarang menjadi buah
bibir, satya graha. Hijrah yang sesungguhnya” Tjokroaminoto
menatap lawan bicaranya seraya setalah mengucapkan kata
Hijrah yang dilontarkan oleh lawan bicaranya.

“Aku hanya menginginkan jawaban atas kegelisahanku itulah


alasan saya pergi ke semarang,”
“Tuan tjokro saya sarankan pergi ke Surabaya”
“Surabaya?” tanya Tjokroaminoto kepada lawan bicaranya.

“Disana teman teman saya akan membantu tuan tjokro, tempat


itu adalah pintu gerbang untuk hijrah tuan tjokro, berjalanlah
kesana tuan akan menemukan hijrah tuan tjokro”

Sesaat setelah mendapatkan jawaban, Tjokroaminoto


kembali ke Ponorogo guna menemui istrinya yang baru saja
melahirkan buah hati mereka yang pertama.

Suatu hari di kebun kapuk, Suhurskin melontarkan


sebuah pernyataan kepada suaminya.

6
“Mas sejak dulu aku ingin jadi kapuk putih, berbunga saat
musim kering dan bisa digunakan untuk bantal dan Kasur
untuk anak-anakku”

“hanya untuk anak anak kita? Bagaimana denganku?”


“untukmu juga mas”

“Kematianku nanti akan ditutupi oleh kapuk putih ini, mataku,


telingaku dan aku ingin kematianku seputih kapuk ini” ucap
Tjokroaminoto.
Surabaya Jawa Timur 1906

Selanjutnya, hijrah Tjokroaminoto kini dengan


membawa serta istri dan anaknya pergi ke Surabaya.

“Tuan Tjokro? Saya Hasan Ali selamat datang di Surabaya”


seorang laki-laki bernama Hasan Ali menyambut kedatangan
Tjokroaminoto dan Istrinya di Surabaya

Suasana Surabaya sendiri cukup mengerikan,


pasalnya tahanan Hindia Belanda berjalan-jalan bahkan dengan
rantai mengikat di kakinya bahkan dengan pantauan langsung
dari tentara Belanda.

“Buruh adalah politik, tjokro. Buruh adalah zaman” Seorang


pria mencoba membantah opini dari Tjokroaminoto

“Tuan Surabaya sudah menjadi tempat dimana segala


berdatangan, semua ada disini sekrup sekrup sudah
menggerakkan zaman tapi politik butuh ekonomi berdirkari
dan aku tidak mau menjadi sirkus pemilik modal, karena segala
hal di tanah ini bergantung kepada pemilik modal.”
Tjokroaminoto mencoba untuk mempertahankan argumennya.

7
“Mereka ingin pemecahan masalah, mereka menunggu
keputusan dari den Tjokro”

“Organisasi budi utomo saat ini hanya mampu untuk


mengayomi para priyayi dan organisasi organisasi lainnya pun
hanya mampu mendukung kaumnya sendiri”

“Kita membutuhkan organisasi yang dapat mengayomi seluruh


aspirasi masyarakat”
***
Surabaya Jawa Timur 1912.
Hijrah…
Hijrah…
Hijrah…
Inikah jalan hidupku ya allah…
***

Tiba-tiba seorang gadis keturunan campuran


bernama Stella menghampiri dan melontarkan sebuah
pertanyaan kepada Tjokroaminoto:

“Tuan tjokro apa yang akan terjadi di tanah ini? Koran tuan
menyebutkan revolusi tionghoa akan hadir di tanah ini, kaisar
tionghoa akan jatuh siapa kah yang akan memimpin revolusi di
tanah ini tuan tjokro?”
“Kenapa kamu tanya aku soal itu”
“Tuan redaktur surat kabar, aku baca tulisan-tulisan tuan
banyak kapal kapal besar berlabuh di tanjungperak, orang-

8
orang Turki, Yaman dan Sudan berlabuh karena Turki tidak
lagi aman”

“Apa yang akan terjadi di tanah ini?” lanjut gadis yang


bernama Stella itu melontarkan pertanyaan kepada
Tjokroaminoto.
***

Suatu hari terjadi kerusuhan yang terjadi diantara


warga Tionghoa melawan pribumi, sehingga menimbulkan
beberapa keributan besar, kemudian Tjokroaminoto mencoba
untuk memisahkan mereka dengan datang ketengah-tengah
keributan.
“Mundur!”
“Kenapa kalian ini! Mundur!”

“Kalau kalian kalian iri karena mereka mempunyai


perkumpulan maka buat perkumpulan yang baik, kalau kalian
iri mereka mempunyai sekolah-sekolah maka buat sekolah
yang baik”

“Kita membuat perkumpulan bukan untuk berkelahi, tapi untuk


maju, untuk melindungi hak-hak kita bukan berkelahi”

“Pemerintah Hindia Belanda itu musuh kita, kalian harus tau!


Buang senjata kalian” Tjokroaminoto mencoba untuk
menjatuhkan senjata mereka.
“Pemerintah Hinda Belanda tidak ingin kalian bersatu,
mengapa? Karena jika Jawa dan Tionghoa bersatu maka akan
subur tanah ini”

9
“Tidak perlu ada pertumpahan darah, karena itu tidak akan
memenangkan apapun.”

“Pemerintah Hindia Belanda akan bertepuk tangan dengan


kejadian yang terjadi”
Akibat dari tragedi ini menimbulkan banyak sekali
korban jiwa yang bahkan masih banyak yang tergeletak di
sepanjang jalan.
***

Suatu hari, utusan dari H. Samanhudi datang ke


kediaman Tjokroaminoto.

Tjokroaminoto menyambut mereka dengan uluran


tangan,

“Ada yang genting, terkait dengan tulisan dikoran kemarin”


seorang pria mencoba membuka percakapan

“Sarekat Dagang Islam datang ke rumah Tjokroaminoto,


membawa pesan dari H. Samanhudi” lanjut pria utusan dari H.
Samanhudi tersebut.”

“Kami sudah mendengar kemampuan tuan untuk mengatasi


pertikaian di Surabaya dan kami juga mendengar kemampuan
tuan sebagai advokat yang selalu membantu penduduk.
Mungkin tuan sudah mendengar bahwa pertikaian ini terjadi
juga disebabkan oleh keadaan di Batavia dan pertikaian di
Surakarta mengakibatkan Belanda menuding kita berada di
balik semua kerusuhuan ini”

10
“Akibatnya belanda membekukan perkumpulan kita, banyak
yang diantara pedagang sudah tidak bisa berdagang kembali”
lanjut pria tadi

“Tuan H Samanhudi ingin mendirikan SDI di Surabaya dan


menghendaki tuan sebagai ketuanya, mungkin ini perintah
yang besar mengingat Surabaya merupakan daerah
perdagangan terbesar di belahan Hindia Timur”

“Aku sudah sering mendengar perihal sarekat dagang islam dan


sudah mengenal H samanhudi tolong sampaikan salamku
padanya dan beritahu bahwa aku khawatir akan hal ini.
Organisasi yang awalnya hanya roda kampung lawean,
melindungi lawean dan SDI mampu bersaing dengan pedagang
sahabat yang kuat. Dan lagi lagi khawatir dengan gejolak
gejolak yang mungkin akan timbul” Respon Tjokroaminoto
atas tawaran yang diajukan oleh H. Samanhudi.

Surabaya Jawa Timur 1913

Kemudian H.O.S Tjokroaminoto dinobatkan sebagai


seorang ketua Sarekat Dagang Islam yang selanjutnya.

“Tuan Tjokro dengan dukungan masyarakat sebanyak ini dan


kelihaian tuan tuan pasti bisa memecahkan kasus pembekuan
SDI oleh belanda. Saya percaya” Ujar H. Samanhudi sembari

11
diarak oleh rakyat setelah pelantikan Tjokroaminoto menjadi
Ketua SDI.

“Dulur dulurku sekalian, hari ini kita berkumpul di taman kota


Surabaya untuk menggalang kesadaran bahwa vergadering ini
adalah bukti bahwa jeritan hati rakyat hanya dianggap
seperempat manusia, bahwa ketika rakyat terbangun dari
tidurnya maka tidak ada satupun yang bisa menghalangi
pergerakannya.”
“Hindia Timur adalah tanah dengan 100 gunung berapi, tanah
dengan rakyat yang Tangguh SDI tidak lagi direstui oleh
pemerintah Hindia Belanda, tapi perjuangan tidak boleh mati,
perjuangan harus terus diteriakkan dan sarekat harus tetap ada
dan agar perhimpunan ini tetap ada maka aku dengan H
Samanhudi dan juga dengan cedikiawan yang ada didalam
perhimpunan bersepakat untuk mengubah nama menjadi
Sarekat Islam”

“Dulur dulurku sekalian kelahiran Sarekat Islam adalah semata


mata karena kodrat dari Allah SWT, bahwa rakyat harus
bersatu dalam ikatan perjuangan bahwa perkumpulan Sarekat
Islam yang awalnya seperti air mengalir tidak lama lagi akan
menjadi air banjir yang deras dalam sarekat ini mari kita
bergerak, mari kita meninggikan nilai nilai keluhuran mari kita
bersama sama melawan akan ketertindasan agar masyarakat
nusantara tidak lagi dipandang seperempat manusia.”

Sesaat setelah pidato Tjokroaminoto yang kemudian


menggiring masyarakat kepada secercah cahaya kepada
masyarakat nusantara.

“Zaman baru dengar semua, tuan Tjokro yang utama telah


bicara semua sama tidak ada seperempat manusia, maka kalian
12
semua baca surat kabar” ajak seorang warga yang sedang
berkumpul dengan warga lainnya.

Setelah itu Sarekat Islam semakin berkembang bahkan


hingga menyentuh ke daerah tanah Pasundan bahkan hingga ke
Sumatra.

Suatu hari Tjokroaminoto pergi ke Pekalongan Bersama


dengan rombongannya untuk memantau kinerjai Sarekat Islam.

“Monggo tuan, telah kami sediakan hidangan” sambut


seseorang menyambut kedatangan Tjokroaminoto.

“Aku datang kesini bukan untuk menikmati hidangan aku


datang untuk menegur kalian, sudah saya katakan untuk segera
membentuk koperasi perlu kalian ketahui organisasi itu seperti
rumah dan rumah itu membutuhkan dapur, itulah pentingnya
koperasi.” Tegas Tjokroaminoto

“Hasil bumi begitu melimpah harusnya ini memberikan


kesejahteraan bagi kalian, bukan orang lain bisa bapak
bayangkan nasib anak cucu bapak nantinya kalau ini terus
diambil dan diambil! Segera bentuk koperasi.” Lanjut
Tjokroaminoto dengan penekanan disetiap kalimatnya.
***

Suatu hari di perjalanan pulang, Tjokroaminoto beserta istri


dan Semaun duduk digerbong yang sama, sesaat setelah kereta
sampai, Semaun mencegah Tjokroaminoto untuk berbicara
dengannya.
“Mengapa bapak tidak melawan yang jelas jelas akan dipenjara
karena artikelnya membela sesuatu yang benar dan melawan
pemerintah hindia belanda, menuliskan pembelaanya terhadap

13
hindia belanda untuk apa SI punya banyak anggota, punya
banyak koran kalau kita tidak-“ Ucapan Semaun terpotong oleh
Tjokroaminoto

“SI bukan Snouck, aku bukan Snouck perlu kamu ketahui


bahwa aku mempunyai caraku sendiri” sela Tjokroaminoto
seraya menepuk bahu semaun dan pergi, akan tetapi
Tjokroaminoto tertahan setelah Semaun melontarkan suatu
kalimat
“Semaun adalah SI”

Merasa terganggu dan ada yang tidak benar, Suharsikin


menyela percakapan mereka
“Ismaun, ibu gak mau ada kekerasan gak mau ini terulang lalu
di bawa kerumah nanti kekerasan kau bawa kerumah senjata
juga kau bawa kerumah cukup sudah sampai disini saja! kamu
boleh bangun dunia sebesar gagasanmu tapi kamu tidak boleh
menghancurkan rumah bersamamu.”
***
Hijrah…
Hijrah…
Kemana kau akan membawaku…..
Hidjrah.. apakah itu?
Penjara kali sosok Surabaya, 1921

“Boleh aku bersihkan tanganku!” ucap Tjokroaminoto sesaat


setelah beliau memasuki ruang integrasi.
“Mengapa tuan menulis hijrah?”

14
“Dinding tembok ini harus bersih!”

“Tanganku sudah bersih, seperti kata tuan harus berpikir bersih


mengajarkan tentang politik balas budi” jawab Tjokroaminoto
mengalihkan pembicaraan
“Aku tidak ingin apa apa sebelum negara tuan mampu
melunasi hutang hutang atas kekayaan negara ini atau sisakan
sedikit orang seperti multatuli” lanjut Tjokroaminoto yang
kemudian menjatuhkan dirinya pada kursi.

“Apa tidak boleh seorang narapidana melakukan kerja yang


baik, aku hanya menulis hijrah bahwa seseorang berhak untuk
memiliki kiblat yang baru menuju masyrakat yang lebih baik”
“Bukan tuan yang berkuasa disini tetapi kami” merasa
terganggu, seorang pria bernama Abdullah menyanggah
ucapan dari Tjokroaminoto.

“Tuan pasti sudah membaca artikel jurnal Belanda, tulisan van


de venter anggota parlementer pemerintah seseorang yang
merasa bersalah ingin berhijrah dari kejahatan masa lampau
perbudakan tanam paksa dan liberalisasi. Lalu mengapa kami
tidak boleh berhijrah atas kemauan kami sendiri?”

“Abdullah, kamu dari Yaman, kau jauh lebih tau mengenai


hijrah daripada aku” Ucap Tjokroaminoto kepada seorang pria
bernama Abdullah.

“Semua tulisan tulisan tuan pada artikel di Bintang Surabaya,


Sinar Djawa, Utusan Hindia. Yang kami dapatkan dari sarekat
islam menunjukkan satu kesamaan yaitu untuk membenci
pemerintahan Hindia Belanda” Tegas Abdullah yang mulai
tersulut emosi.

15
“Membenci pemerintah? Apa membuka mata masyarakat
terhadap penindasan?” tanya Tjokroaminoto

“Apa bukti saya melakukan pemberontakan di Semarang?”


lanjut Tjokroaminoto
“Jawab pertanyaan kami!”

“Apabila saya menjawab apakah tuan akan percaya bahwa saya


di Semarang adalah sebagai seorang pekerja?”
“Pekerja? Heh” Abdullah menarik nafas Panjang
“Tuan jawab pekerja? Hapus!” perintah Abdullah kepada
seorang petugas untuk menghapus ukiran tangan
Tjokroaminoto di tembok bertuliskan “Hidjrah”

“Kalau dek Abdullah hapus tulisan itu sama saja telah


menghapus sejarah hidupku sendiri juga kamu menunjuk
kepada pegawai”

***

Pondokan rumah peneleh Surabaya, 1916

“Tuan tuan sidang hari ini kita akan bicara persoalan agenda
yang akan kami bawa kepada kongstrat menurut Tokroaminoto
agenda terpenting adalah agenda Pendidikan 15 tahun” Agus
Salim mempimpin jalannya persidangan.
“Persoalan Pendidikan memang penting akan tetap persoalan
agrarian jauh lebih penting, petani buruh harus mempunyai
tanahnya sendiri “potong Semaun

16
“Agrarian memang penting, akan tetapi Pendidikan jauh lebih
penting, kita membutuhkan orang orang penting, sekarang
siapa orangorang itu? Hanya bisa dihitung dengan jari”
Peranyaan itu membuat seisi ruangan siding menjadi berisik.
Tok tok tok

“Tuan tuan kita disini orang orang berpendidikan tidak pantas


bicara seperti itu bicaralah satu-satu,” Agus Salim mencoba
menengahi.

“Hak rakyat atas tanahnya sendiri itu lebih penting! Karena


kelak di pemerintahannya sendiri jika rakyat tidak memiliki
tanahnya sendri itu sama saja dengan omong kosong”
“Tuan semaun! tuan tuan! Tanah ini membutuhkan orang orang
berpendidikan seperti tuan semaun untuk itulah Pendidikan
tetap nomor 1”

Perpecahan suara mulai terjadi akibat persidangan yang


berakhir solat.
“Para petani disini bisa melakukan sebuah revolusi, petani
petani di Rusia sudah mengenal Namanya anti kolonialisme.”

Istri Tjokro sakit keras.


Anak anak bersiap pergi menggunakan andong

Tuan Tjokro dapat lampiran resmi beras-beras yang kita impor


kita membawa tikus dan penyakit, ada kemungkinan istri tuan
Tjokro terjangkit oleh virus.

“Mohon dicatat apa kekurangnya karena Sarekat Islam


mempunyai banyak anggota resmi” Tjokro berujar
17
“Tuan Tjokro, dalam artikel tuan disebutkan bahwa akan
membangun negara sendiri dengan pemerintahannya sendiri
Bersama dengan warga asli hukum sendiri dengan pribumi”
balas Stella

“Lalu siapa kah aku? Aku tidak pribumi dan aku juga bukan
belanda. Lalu siapakah aku? Nenekku menikah dengan seorang
juru masak dari Belanda yang ingin mempelajari masakan
hindia Belanda bahkan pastor Belanda tidak ingin membaptis
aku, lalu siapakah aku?”

“Ayahku di Belanda tuan, aku menjadi anak dari seorang ibu


yang selalu disebut nyai karena kawin dengan orang Belanda.
Jadi anak yang terus di teriaki kafir kafir! Nyai pelacur! Nyai
pelacur! Ayahku memaksakau pergi, ibuku tidak mau. Aku lari
aku lari hingga waktu keberangkatan ayahku, suatu hari aku
mendengar seseorang berbicara pada ibuku bahwa hukum
belanda akan segera menjemput aku, mereka akan segera
membawaku pergi dari sini tuan. Dari tanah yang aku cinta.
Aku tidak mau tuan! Aku tidak mau! “
“Tenang-tenang aku akan berusaha, dengan keras untuk
membantumu, tapi sekarang aku sudah harus pergi” Tjokro
menenangkan Stella

“Tuan Tjokro, kalau tanah ini punya pemerintahan sendiri lalu


siapakah aku, merasa tidak punya rumah. Tuan tolong beritahu
siapakah aku. Tolong saya tuan…”
Tjokro pergi..
***

18
Sidang Anggota Sarekat Islam.
Tanpa kehadiran Tjokroaminoto

“Mengapa disetiap siding penting ini tuan Tjokroaminoto tidak


pernah hadir untuk menghadiri siding ini? Sedangkan pada
siding kongstrat yang sama sekali tidak ada hubungannya
dengan kita dia justru selalu hadir” ucap seorang pria.

“Tuan-tuan, saya Agus Salim, datang jauh-jauh dari Sumatra


karena saya sangat mengahrgai si ditanahka,h kami setiap kata-
kata dari seorang pemimpin membutuhkan bukti, sedangakan
kata-kata tuan tidak memiliki bukti selain kata-kata yang tidak
terbatas”. Kata-kata seorang yang meiliki bukti adalah jiwa
Islam.

“Tidak bisa! Kehadiran tuan Tjokro tetap dibutuhkan disini!”.


Ucapan bantahan terlontarkan dari mulut Darsono.

“Tuan tuan sekalian dengarkan kata kata Gandhi, Gandhi yang


menyatukan asia mengatakan “my humanism is nationality”
untuk itu kita sebagai anggota Sarekat Islam harusnya bersatu
karena sebuah bangsa hanya dapat dibentuk dari kemanusiaan,

Dan kata-kata anda tuan Darsono sudah menghilangkan


kemanusiaan! Kemaausiaan yang natinya akan menyatukan
kita semua tuan-tuan!”.
Semaun datang

“Tenang! kita disini bukan untuk mebicarakan pribadi pak


Tjokro kita disini untuk membicarakan organisasi kita Sarekat
Islam. Jangan sampai Sarekat Islam menjadi seperti kongstart
yang hanya menjadi komedi omong”
19
“Kaum buruh awalnya berawal dari kaum petani tukang batik,
tenun dan pedagang pedagang kecil dari berbagai bangsa dan
mereka semua kehilangan pekerjaan oleh pabrik pabrik mesin
dan pedagang besar”. Ujar Semaun.

“Aku mengajak buruh-buruh disini untuk bergabung, maka


apabila terdapat organisasi yang bernuansa politik jangan
bergabung!”

“Kemerdekaan persamaan dan persaudaraan adalah Islam,


dpikiran boleh berbeda dan pikiran itu selalu baik.
Nasionalisme, Komunisme, Sosialisme namun yang berbahaya
ketika tangan dipergunakan untuk menerjemahkan kata-kata
dengan kekerasan. Ini berbaya, Islam mengajarkan perdamaian.
Islam adalah perjuangan untuk kehidupan yang lebih baik”.

“Semaun, dia masih lambat, apapun yang dia butuhkan masih


satu kata yang sama yaitu revolusi, tanpa revolusi kita tidak
bisa menyelamatkan negeri”
***
Disisi lain, stella dan temannya berbicara satu sama lain.
“Stella, mengapa kau tidak lagi menjual koran-koran ini?”
tanya frank, kawan stella.

“Koran-koran menulis, Sarekat Islam terpecah bagaimana


mungkin akan mampu mendirikan pemerintahannya sendiri,
aku tak mau menjualnya” Stella menghela nafas kemudian dia
lirik temannya sekilas.
“Politik memang tidak bisa ditebak, stella”

20
“Akan tetapi kita harus tahu politik, politik membentuk hukum
dan menentukan kehidupan seseorang juga nasibku dan
nasibmu” bantah stella.
***
Brakk!! Agus salim datang kemudian menjatuhkan dirinya
duduk disamping tjokroaminoto.
“Sudah sampe dimana hijrah kita gus?” tanya Tjokroaminoto

“Arrafah mungkin? Sepi sudah tiba saatnya Allah untuk


menemani:

“Aku selalu bermimpi tentang kekerasan, khawatir hijrah ini


adalah hijrah pembawa senjata atau jual beli pejuangan hingga
pemimpin-pemimpinku dijual dan dibeli”

Perkebunan Garut, Jawa Barat, 1919.

Hasil panen kita dari hari ke hari terus menurun, mereka tidak
peduli, pajak terus dinaikkan sekarang kita sudah tidak punya
apa-apa selain niat, niat yang bagus jalan antara kita dan Allah.
Niat yang bagus tidak akan mudah goyah oleh apapun.
Bismillah!

Pertumpahan darah terjadi diantara tantara Belanda dengan


petani Garut

Penjara Kali Sosok, Surabaya, 1921.

21
“Muso, anak didikmu asisten pribadi tuan mereka tersangka
kerusuhan yang terjadi di Garut”

“Abdul Muis orang penting di Sarekat Islam, dia yang


menggalang kerusuhan itu”
“Lalu dari semua ini jika bukan tuan maka siapakah dalang dari
semua kerusuhan ini” Abdullah tidak menyerah, dia tetap
menyerang H.O.S Tjokroaminoto dengan bertubi-tebi
pertanyaan.

“Tidak perlu bertanya lagi, aku bisa menambahkan lagi sejarah


panjang berdirinya organisasi kami. Aku patuh terhadap hukum
yang tuan buat” jawab Tjokroaminoto
“Tuan Tjokro, tuan sungguh pandai berstrategi”

“Berstrategi? De Abdulah datang ke tanah ini adalah untuk


berstrategi atau berhijrah?”
“Yaman ke Malaka lalu ke tanah ini.” Lanjut Tjokroaminoto
“Hijrah” -abdullah

“Ini bukan soal dalang dengan wayangnya, iqra, baca-baca!


Kita terperangkap dalam penjara kita masing-masing, kita
adalah orang yang hidup di jaman baru sudah semestinya kita
sudah tidak terperangkap oleh pemikiran masing-masing.
Sudah saatnya kita untuk hijrah dari pemikiran masing masing.
“ jawab Tjokroaminoto seraya memasuki kembali sel
penjaranya yang dingin dan sepi.

Surabaya, 1921.

22
“Surat pengadilan, baca dan pelajari semua akan baik baik saja.
Tidak akan aku biarkan kekerasan masuk kedalam rumah ini” .
Rumah Tjokro dijaga ketat oleh tentara Belanda.
Suhursikin sudah mulai sakit-sakitan
Terduduk sendirian menantikan kehadiran Tjokroaminoto..
***

Hijrah…

Hijrah….

Istriku ternyata aku tak bisa membentuk hijrahku sendiri, dunia terus
berubah, revolusi dari belahan bumi terus singgah di tanah ini
membawa beragam bangsa dan pikiran….

Istriku hari ini aku ingin pulang, aku ingin menemanimu dan anak-
anak yang tumbuh dewasa. Hijrah ini akan panjang dan telah
membawa anak-anak muda yang cemerlang di Jawa, Sumatera,
Kalimantan dan di berbagai sudut di tanah ini.

Kelelahanku terasa hilang, tunggu aku pulang…


***

Pelataran rumah Tjokroaminoto dipenuhi oleh warga yang


penasaran akan sakitnya Suharsikin,
23
Tjokroaminoto datang menghampiri,
“Dek…. “
Suhursikin membuka matanya perlahan dengan keadaan nafas
yang tersenggal.
“Mas?”

“Yo” Tjokroaminoto menggenggam tangan suhursikin dengan


erat

“Ketemui mereka, rumah ini rumah mereka juga. Mereka butuh


kamu. Hijrahku kali ini akan mengikutsertakan kamu seperti
janjiku.”

“Mas berkata, ingin menjadi kapuk putih, menjadi bantal


selendang selimut buat rakyatmu.”

“Mas orang-orang sudah menunggu” suara Suharsikin


terdengar semakin parau..

“Temui mereka, mereka membutuhkanmu” Tjokro menuruti


perkataan istrinya kemudian beliau pergi ke pelataran
rumahnya.

“Sodara-sodara situasi sedang tidak menentramkan kita semua,


banyak diantara kita yang ditangkap karena pemikiran
pemikrannya, akan tetapi hari ini kehadiran kalian
meyakinkanku bahwa pikiran-pikiran menuju masa depan tidak
akan pernah mati”

“Hari ini, rumah ini terasa seperti sebuah bangsa, rumah


bersama perjuangan adalah rumah kita bersama.”

Tiba-tiba seseorang menghampiri Tjokroaminoto seraya


berkata.. “tuan dicek dulu, den ayu tuan..” Tjokroaminoto yang
24
mengerti maksud dari orang tersebut segera pergi ke kamar
Suhursikin dan menyaksikannya dalam keadaan terbujur kaku..
“Dek..”
“Dek..”

Disaat itulah, kita telah kehilangan sosok perempuan yang luar


biasa, ibu kita semua, Radeng Ajeng Suhursikin.

Kemudian Agus Salim mengumumkan kabar duka tersebut,


“sodara-sodara kami harus menyampaikan kabar duka, ibu dari
kita semua, ibu Suharsikin telah berpulang… “

Mendengar kabar tersebut membuat rakyat menangis tersedu-


sedu..

Sarekat Islam kemudian dibubarkan oleh pemerintah Hindia


Belanda
Tjokro terdiam sendiri dan Agus Salim menghampiri..
“Sudah sampai dimana hijrah kita gus?”
“Beberapa sahabat kita telah ditangkap oleh Belanda dan
sebagian lain telah menjadi merah”

“Tidak ada yang salah dengan gagasan-gagasan yang


berdatangan, mereka memiliki tempatnya masing-masing
apakah kamu akan menyerah dalam hijrah?”

Agus Salim menjawab

“7 tahun yang lalu sejak saya menjadi penterjemah pemerintah


Hindia Belanda, saat itu di Jeddah, Sarekat Islam lah yang
25
mengatur seluruh Jemaah haji, dan hamper seluruh Jemaah haji
selalu saja menyebutkan Tjokroaminoto yang utama. Lalu aku
bertanya hey agus salim siapa engkau? Hendak hijrah kemana
engkau.. seperti juga kita Nabi Muhammad SAW, selalau ada
kesepian dan keterpencilan di dalam setiap hijrah. Dan saya,
saya Agus Salim akan hijrah bersama Tjokroaminoto!”

“Hanya ada satu cara untuk berhijrah, setinggi tinggi ilmu ,


sepintar-pintar siasat dan semurni murni tauhid.:”
tjokroaminoto menepuk pundak Agus Salim seraya dengan
pergi meniggalkan beliau sendiri.

Rumah peneleh Surabaya, 1921

“Jangan kita hancurkan semua ini dengan kekerasan sekalipun


kita memiliki kekuatan untuk itu , aku akan berjalan sendiri ke
pengadilan akan ku buktikan bahwa tidak ada penjara yang
sanggup untuk memenjarakan kebebasan dan harapan , tidak
ada peluru ataupun keadilan yang sanggup untuk menahan
keadilan”

“Mari kita wujudan cita cita kita, mendirikan negra sendiri


dengan hukum dunia.!!” Tjokroaminoto digiring oleh
pengadilan di antar oleh ribuan warganya.

***

26
“Stella” saut frank.
“ya?”
“Tuan tjokro ditangkap”

“Aku sudah mendengarnya”

“Terus apa yang kita lakukan”

“Aku berdoa setiap hari, sebab aku hanya bisa mendoakan


beliau melalui puisi tagore ini:

Bila pikiran sudah tanpa rasa takut

Dan kepala selalu tegak

bila pengetahuan telah bebas

Bila akal jernih tidak kehilangan jalannya menuju gurun pasir


yang menjemukkan dari kebiasaan yang mati

Bila jiwa darahku kedepan olehmu menuju pikiran dan


tindakan yang selalu meluas
Menuju surga kebebasan bapakku biarkanlah negriku bangkit..

***

27
“ Ya allah, masihkah aku dikiblatmu jika engkau membawaku dari

penjara satu ke penjara lain ataukah penjara adalah hijrahku

memahami manusia dan kemerdekaanya inikah jalan panjang

hijrahku… “

- Haji Oemar Said Tjokroaminoto

28
29

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai