Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah-Nya kami
dapat menyelesaikan Makalah Metodologi Studi Islam yang berjudul “Pendekatan
Orientalisme dalam studi islam”. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah
Metodologi Studi Islam. Dalam makalah ini disediakan secara ringkas, untuk memudahkan
pembaca dalam memahami makalah ini. Kami susun makalah ini untuk menambah wawasan
pembaca. Diharapkan dengan penyusunan makalah ini pembaca dapat giat belajar lagi. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat menjadi acuan untuk generasi yang akan datang. Makalah ini
masih jauh dari kata sempurna kritik dan saran yang membangun kami harapakan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, 23 November 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam adalah ajaran yang lengkap dan menyeluruh dalam segala aspek
kehidupan, jadi islam merupakan topik yang sangat menarik untuk dikaji baik dari
kalangan intelektual muslim sendiri maupun masyarakat umum. Akan tetapi mengkaji
agama islam sendiri mesti menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu yang ada di
kalangan akademik ilmiah. Pendekatan (approach) di sini adalah cara pandang yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami
agama (Islam). Pendekatan dalam Islam (oleh intelektual muslim) adalah memiliki
tujuan agar mendapat keselamatan hidup di dunia dan akhirat, dengan sumber utama
ajarannya yaitu Al Qur’an dan Hadits sebagai pedoman dengan jaminan tidak
mungkin tersesat dari jalan seharusnya.

Untuk mengetahui dan memahami Al Qur’an serta Hadits sebagai sumber


ajaran agama Islam, maka diperlukan berbagai pendekatan metodologi pemahaman
Islam yang tepat, akurat, dan responsibel. Dengan demikian, diharapkan Islam sebagai
sebuah sistem yang bersumber pada Al Quran dan Hadits, dapat dipahami
secara komprehensif dan dapat diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.
Pendekatan dalam memahami Islam pun akan menjadi strategis untuk dikaji dan
menjadi solusi dalam pemecahan masalah yang terjadi. Islam tidak sebatas
disampaikan sebagai khotbah semata, tetapi mempunyai konsep yang menunjukkan
cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh umat
manusia.
Sebagai objek kajian keilmuan atau objek penelitian ilmiah, agama (Islam)
dapat difahami dan didekati dengan berbagai macam pendekatan. Pada prinsipnya,
masing-masing pendekatan bertujuan untuk meneliti dan mengkaji masalah-masalah
yang spesifik dari berbagai masalah keagamaan, dan juga memiliki metode penelitian
yang khas yang disesuaikan dengan masalah yang ditelitinya.
B. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang akan diteliti dalam makalah ini sebagai berikut;

1. Bagaimana pendekatan orientalis dalam studi Islam dalam pendekatan dibawah ini;
a) Pendekatan filologi
b) Pendekatan Sejarah
c) Pendekatan ilmu sosial ( Sosiologi, Antropologi, Politik, Feminis )
d) Pendekatan Fenomenologi
e) Pendekatan Area Studies ( Studi Kawasan )
C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah

1. Mendeskripsikan macam-macan pendekatan orientalis studi islam dibawah ini;


a) Pendekatan filologi
b) Pendekatan Sejarah
c) Pendekatan ilmu sosial ( Sosiologi, Antropologi, Politik, Feminis )
d) Pendekatan Fenomenologi
e) Pendekatan Area Studies ( Studi Kawasan )
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENDEKATAN FILOLOGI
Pada mulanya, istilah “filologi (philologia)” lahir dan berkembang di kawasan
Yunani, yaitu kota Iskandariyah. Pada saat itu filologi diartikan sebagai suatu
kehalian yang diperlukan untuk mengkaji peninggalan berupa tulisan yang berasal
dari kurun waktu berates-ratus tahun sebelumnya.Dalam kamus istilah Filologi,
filologi didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki perkembangan kerohanian suatu
bangsa dan kekhususannya atau yang menyelidiki kebudayaaan berdasarkan bahasa
dan kesusastraannya.1
Filologi sudah dikenal sejak abad ke-3 sebelum Masehi oleh sekelompok ahli
di kota Iskandariyah yang dikenal sebagai ahli filologi. Pada waktu itu mereka
berusaha meneliti teks-teks lama yang berasal dari bahasa Yunani dengan menemukan
bentuknya yang asli dan bebas dari kesalahan penulisan serta mengetahui tujuan
penulisannya. Mereka menyisihkan kekeliruan-kekeliruan yang terdapat didalamnya
jika mereka menghadapi teks dengan jumlah yang besar atau lebih dari satu naskah,
maka naskah yang menunjukkan bacaan yang berbeda mereka teliti pula untuk
mendapatkan naskah paling asli, atau yang paling mendekati asli.
Melalui penggarapan naskah filologi, seorang filologi mengkaji teks klasik
dengan tujuan ingin mengetahui teks itu sesempurna mungkin dan selanjutnya
menempatkannya dalam konteks sejarah suatu bangsa. Dengan mempelajari keadaan
teks seperti sebagaimana adanya, maka teks dapat terungkap dengan sempurna.

2. PENDEKATAN SEJARAH
Sejarah berasal dari bahasa Arab Syajarotun yang berarti pohon. Kata ini
berkembang kemudian menjadi akar, keturunan, asalusul, riwayat dan sisilah.
Dalam bahasa Inggris, kata sejarah dikenal dengan sebutan history, yang berasal
dari bahasa yunani istoria yang berarti ilmu.2
Sejarah merupakan kejadian yang terjadi pada masa lampau, baik yang
berkaitan dengan sosial, pendidikan, dan apapun yang benar-benar telah terjadi.
Dari hal inilah pendekatan sejarah dalam studi islam dapat diartikan sebuah sudut

1
Salahudin, Rahmad 2019. Pengantar Studi Islam. Sidoarjo : UMSIDA Press, hlm 50
2
Salahudin, Rahmad 2019. Pengantar Studi Islam. Sidoarjo : UMSIDA Press, hlm 77
pandang objek kajian yang akan diteliti secara ilmiah dengan berdasar sejarahnya.
Tentunya sejarah yang diangkat ke permukaan adalah sejarah terkait kajian islam
yang menjadi objeknya.
Pendekatan sejarah dalam studi Islam tentunya memiliki banyak fungsi,
namun Nugroho Notosusanto hanya menyebutkan empat fungsi sejarah yang
dominan, seperti halnya:
a) Fungsi rekreatif
Sejarah sebagai pendidikan keindahan, sebagai pesona perlawatan. Hanya
pada fungsi rekreatif ini menekankan pada upaya untuk menumbuhkan rasa
senang untuk belajar dan menulis sejarah.
b) Fungsi Inspiratif
Fungsi ini terkait dengan suatu proses untuk memperkuat identitas dan
mempertinggi dedikasi sebagai suatu bangsa. Dengan menghayati berbagai
peristiwa dan kisah-kisah kepahlawanan, memperhatikan karyakarya besar dari
para tokoh, akan memberikan kebanggaan dan makna yang begitu dalam bagi
generasi muda.
c) Fungsi instruktif
Yaitu sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini sejarah
dapat berperan dalam upaya penyampaian pengetahuan dan keterampilan
kepada subjek belajar. Fungsi ini sebenarnya banyak dijumpai, tetapi
nampaknya kurang dirasakan, atau kurang disadari, karena umumnya
terintegrasi dengan bahan pelajaran teknis yang bersangkutan.
d) Fungsi Edukatif

Maksudnya adalah bahwa sejarah dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan


keseharian bagi setiap manusia. Sejarah juga mengajarkan tentang contoh yang
sudah terjadi agar seseorang menjadi arif, sebagai petunjuk dalam berperilaku.

Adapun metode yang dipakai dalam pendekatan sejarah dalam kajian islam
sebagai berikut:

1. Heuristik
Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber yang
diperlukan. Berhasil-tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung
dari wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan
teknis penelusuran sumber. Berdasarkan bentuk penyajiannya, sumber-
sumber sejarah terdiri atas arsip, dokumen, buku, majalahatau jurnal, surat
kabar, dan lain-lain.
2. Interpretasi
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti
cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan
makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran
atas fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu
bersikap subyektif, harus subyektif rasional, jangan subyektif emosional
3. Historiografi
Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah
merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan
sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah.

4. PENDEKATAN ILMU SOSIAL


Kemunculan ilmu-ilmu sosial sangat membantu perkembangan kegiatan
pembelajaran. Terkait studi Islam, kajian yang menjelaskan tentang agama Islam lebih
banyak disumbangkan oleh para ilmuan sosial. Salah satu ciri utama pendekatan ilmu-
ilmu sosial adalah usaha yang terus-menerus untuk menemukan metode yang tepat
danmenemukan batasan yang tepat terhadap wilayah kajian mereka. Dalam
pendekatan ilmu-ilmu sosial akan melepaskan agama dari apa pun yang bernuansa
transenden dan menggiringnya ke dunia material. Karakteristik yang lain dari
pendekatan ilmu-ilmu sosial, menurut Adams adalah bahwa ilmu-ilmu sosial
cenderung mengkaji manusia dengan membagi aktivitas manusia ke dalam segmen-
segmen yangterpisah-pisah. Sehingga didapati banyak ilmuwan sosial fokus kajiannya
hanya pada satu aspek kehidupan sosial seperti perilaku politik, interaksi sosial dan
organisasi sosial, perilaku ekonomi, dan lain-lainnya. Masing-masing segmen
mengembangkan metodenya sendiri-sendiri. Bukti kecenderungan segmentasi ini
adalah adanya jurusan-jurusan untuk masing-masing segmen seperti jurusan politik,
jurusan ekonomi, dan lainnya di universitas-universitas. 3
Para ilmuan sosial yang satu sering kesulitan memahami disiplin ilmu sosial yang
lain misalnya seorang ilmuan ekonomi kurang memahami ilmu politik atau
sebaliknya. Di antara ilmuwan sosial ada yang bertahan dengan tipe studi yang
3
Salahudin , Rahmad 2019. Pengantar Studi Islam. Sidoarjo : UMSIDA Press, hlm 65
berpola segmentasi aktivitas manusia. Menurut mereka studi agama dengan melihat
satu aspek saja masih sangat dibutuhkan yang menyatakan bahwa memang ilmu-ilmu
sosial tidak bisa menjelaskan watak dari agama. Tetapi, dengan ilmu-ilmu sosial,
peran agama terhadap satu aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek politik,
ekonomi, dan lainnya, dapat dijelaskan secara lebih lengkap.
a. Sosiologi
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata
Socius yang berarti teman, dan Logos yang berarti berkata atau teman bicara. Jadi
sosiologi artinya berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.
Sedangkan secara terminology maka sosiologi mengandung pengertian sebagai
berikut :4
a) Sosiologi merupakan suatu disiplin ilmu yang luas dan mencakup berbagai
hal, dan ada banyak jenis sosiologi yang mempelajari sesuatu yang berbeda
dengan tujuan yang berbeda beda.
b) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai
keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia
dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun non
formal, baik statis maupun dinamis.
b. Antropologi
Antropologi adalah gabungan dua konsep, yaitu antropos yang berarti manusia
dan logos ialah ilmu. Artinya ilmu yang mempelajari tentang aspek manusia.
Adapun yang dimaksud pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma
yang terdapat didalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam
memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaludin Rahmat sebagaimana dikutip
oleh Abbudin Nata, mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan
berbagai paradigma. 5Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai nilai
kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Dengan demikian pendekatan
Antropologis yang dimaksud adalah sudut pandang atau cara melihat (pradigma)
memperlakukan sesuatu gejala yang yang menjadi perhatian dengan menggunakan
kebudayaan dari gejala yang dikaji tersebut sebagai acuan dalam melihat,
memperlakukannya dan menelitinya
c. Politik

4
Abdul Syani, Sosiologi dan Perubahan Masyarakat (Lampung: Pustaka Jaya, 1995) hlm. 2
5
Syam, N. (2007). Madzab-Madzab Antropologi, (LKIS Pelangi Aksara), h.2
Teori politik adalah cara untuk membahas lembaga sosial, khususnya
berhubungan dengan kekuasaan publik, dan tentang hubungan antar individu di
dalam lembaga politik disebut juga sebagai moral/etika. Perlawanan
menghadapi penjajah merupakan pergerakan politik Islam yang kemudian
menjadi pembentukan negara Indonesia. Pendekatan politis adalah salah satu
upaya memahami agama dengan cara menanamkan nilai-nilai agama pada
lembaga sosial agar timbul motivasi/keinginan untuk meraih kebahagiaan dan
kesejahteraan serta perdamaian pada masyarakat. Pendekatan politis dibagi
menjadi lima, yaitu:6
a) Pendekatan politis dekonfessionalisasi, Secara garis besar, untuk
menyatukan perbedaan antara kelompok dan memelihara hubungan
politik bersama dalam sebuah negara, seluruh identitas keyakinan
simbol- simbol kelompok harus bisa ditinggalkan untuk sementara
waktu dalam rangka mencapai suatu kesatuan dan kebersamaan yang
lebih besar.
b)  Pendekatan politis domestikasi Islam, Teori ini menggambarkan
hebatnya Islam berkembang di Indonesia tetapi lumpuh karena
didominasi kekuatan lokal. Menurut Harry J. Benda dalam Daniel
Dokhada, berpandangan bahwa bangkitnya Mataram Islam sebenarnya
adalah kekuatan Hindu Jawa bukanlah Islam itu sendiri.
c) Pendekatan politik skismatik, aliran Teori ini dikembangkan oleh
Robert Jay dan Clifford Goerta. Pendekatan skismatik memberikan
gambaran tentang adanya realitas kelompok aliran dalam kehidupan
sosial, budaya dan politik serta agama dalam masyarakat jawa
(Yudiwah, 2011). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa,
kekuatan diluar Islam yang senantiasa menyaingi bahkan menjinakan
yaitu kelompok abangan dan priayi.
d) Pendekatan politik trikotomi, Pendekatan ini dikembangkan Allan
Samson dalam aliran ini menjelaskan karakteristik Islam tidak dapat
dilihat secara tanggal seperti santri yaitu mereka yang tetap
mempertahankankan Islam sebagai baris dan norma dalam
berpolitiknya. Politik santri dibagi menjadi tiga, yaitu: Fundamentalis,
yaitu menetapkan agama dalam aspek kehidupan, termasuk bernegara.
6
Salahudin, Rahmad 2019, Pengantar Studi Islam. Sidoarjo : UMSIDA Press, hlm 80
Reformis, yaitu menempatkan secara rasional posisi Islam dalam
kehidupan politik termasuk membanguin relasi bagi penerapan
kepentingan Islam. Akomodisionis, yaitu kelompok santri yang lebih
terbuka walau sepintas tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Dari
metode gerakan tersebut merupakan langkah terpenting sebagai jalan
berfikir/alat negosiasi dalam politik.
e) Pendekatan politik kultural/diversifikasi, Menurut Emmerson (1987),
Islam dalam skala kebudayaan memiliki kemenangan yang hebat di
Indonesia. Teori ini mengarahkan kembali energi politik umat Islam ke
dalam kegiatan non politik. Islam kultural akan memunculkan Islam
yang lebih simpatik dan subtantif (Grms, 2008). Dari penjelasan di atas
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kultural menjelaskan islam
sebagai kekuatan budaya yang berhasil dalam menakhlukan kekuatan
politik.
d. Feminis
Pendekatan feminisme adalah suatu pendekatan yang memfokuskan kepada
citra perempuan serta steroetipe perempuan dalam karya sastra yang dimana
kajian feminisme membahas tentang gender seorang perempuan yang dimana
terdapat peran dan kedudukan perempuan maupun ketidakadilan gender, distribusi
kekuasaan laki-laki terhadap perempuan. Cara kerja pendekatan feminisme dalam
peran dan kedudukan perempuan adalah dengan menganalisis tingkah laku tokoh-
tokoh, terutama tokoh perempuan dalam novel Entrok dengan memunculkan
peran perempuan dan kedudukan perempuan didalam novel tersebut. Pendekatan
feminisme diterapkan pada penelitian ini untuk menelaah hal-hal yang
berhubungan dengan gender, terutama peran dan kedudukan perempuan.7

5. PENDEKATAN FENOMENOLOGI
Istilah fenomenologi telah lama digunakan, sejak Lambert yang sezaman
dengan Kant, juga Hegel, sampai Peirce, dengan arti yang bebeda-beda. Pada era
Lambert fenomenologi diartikan sebagai ilusi atas pengalaman8

7
Salahudin, Rahmad 2019. Pengantar Studi Islam. Sidoarjo : UMSIDA Press, hlm 107
8
Neong Muhadjir, Ibid, hlm. 89
Pertama kali pada tahun 1764 ia menggunakan istilah ini untuk merujuk pada
hakikat ilusif pengalaman manusia dalam upaya untuk mengembangkan suatu teori
pengetahuan yang membedakan kebenaran dari kesalahan.
Pendekatan fenomenologis mula-mula merupakan upaya membangun suatu
metodologi yang koheren bagi studi agama. Lebih lanjut Erricker menyatakan bahwa
filsafat Hegel dapat menjadi dasar dibangunnya pendekatan ini. Dalam karyanya yang
berpengaruh sebagaimana oleh Erricker-The Phenomenology of Spirit (1806). Hegel
mengembagkan tesis bahwa esensi (wesen) dipahami melalui penyelidikan atas
penampakan dan manifestasi (erschinungen). Tujuan Hegel menunjukkan bagaimana
karya ini membawa pada pemahaman bahwa seluruh fenomena dalam berbagai
keragamannya, bagaimanpun juga didasrkan pada satu esensi atau kesatuan dasar
(geist atau spirit). Penekanan terhadap hubungan antara esensi dan manifestasi ini
menjadi suatu dasar untuk memahami bagaimana agama dalam keragamannya pada
dasarnya mesti dipahami sebagai suatu entitas yang berbeda.9
Pendekatan fenomenologi meletakkan pengalaman-pengalaman keagamaan
sebagai respon atas realitas-realitas yang lebih dalam. Betapapun realitas tak dapat
dilukiskan. Dalam hal ini, agama dipandang tidak sebagai sebuah tahapan dalam
sejarah evolusioner, tetapi lebih sebagai suatu aspek yang esensial dari kehidupan
manusia. Dengan ungkapan lain, pendekatan ini lebih beurpaya menjembatani
kesenjangan dan ketegangan antara dimensi historis-empiris-partikulardari agama-
agama dan aspek makna keberagaman umat manusia yang mendasar dan universal
transdental. Pendekatan fenomenologi memberikan tekanan pada pengungkapan
tentang peranan dan makna agama dalam kehidupan manusia penganut agama.
Salah satu komponen penting dalam pendekatan ini adalah metode verstehen
yang mengandaikan bahwa “manusia di seluruh masyarakat dan lingkungan sejarah
mengalami kehidupan sebagai bermakna dan mereka mengungkapkan makna ini
dalam pola-pola yang dapat dilihat sehingga dapat dianalisis dan dipahami”. Metode
verstehen ini dikembangkan dalam tradisi hermeunetic abad kesembilan belas,
khususnya dalam studi budaya (Geisteswissenschaften) oleh Wilhem Dilthey (1833-
1911).
6. PENDEKATAN AREA STUDIES

9
Clive Erricker, “Pendekatan Fenomenologis”, dalam Peter Connoly (Ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, Terj.
Imam Khoiri, Cet. 1 (Yogyakarta:LKIS, 2002), hlm. 110
Studi wilayah (area studies) terdiri dari 2 kata, yakni area dan studi. Area
mengandung arti “Region of the Earth’s surfaces”, artinya merupakan : daerah
permukaan bumi. Area juga bermakna : luas, daerah kawasan setempat dan bidang.
Sedangkan studi mengandung pengertian “Devotion of Time and Thought Tugetting
knowledge”, artinya merupakan pemanfaatan waktu dan pemikiran untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan. Studi juga mengandung pengertian “something that
attracts investigation”, yakni sesuatu yang perlu untuk dikaji. 10
Studies metupakan bentuk jamak dari studi, kata ini menunjukkan bahwa
kajian yang dilakukan terhadap sebuah wilayah tidak hanya terbatas pada suatu
bidang kajian, melainkan terdiri dari berbagai bidang. Secara terminology studi
wilayah merupakan pengkajian yang digunakan untuk menjelaskan hasil dari sebuah
penelitian tentang suatu masalah menurut wilayah dimana masalah tersebut terjadi.

10
Petter Salim, Webster’s New World Dictionary ( Jakarta: Modern Engllish Press, t.th) hlm. 31.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam mempelajari metodelogi studi islam agar tepat, akurat, dan responsibel
dalam mengetahui dan memahami Al Qur’an serta Hadits maka diperlukan berbagai
pendekatan yang sesuai. Pendekatan Orientalis Studi Islam sendiri memiliki beberapa
pendekatan diantaranya adalah Pendekatan Fiologi, Pendekatan Sejarah, Pendekatan
Orientalis dalam Studi Islam Pada Pendekatan Ilmu Sosial, Pengertian Pendekatan
Fenomologi, Pendekatan Area Studies (Studi Kawasan).
DAFTAR PUSTAKA

Arfa,M.A, D. a. (2015). Metode Studi Islam. Depok: PT.Rajagrafindo Persada.

Nasution, D. M. (2015). Metode Studi Islam. Depok: PT. RAJAGRAFINDO Persada.

Syam , D. (2015). Metode Studi ISlam. Depok: PT. RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai