Anda di halaman 1dari 33

A.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Alhamdulillahirabbil ‘alamin puji syukur kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan ridho dan rahmatnya serta tak lupa
terima kasih pula kepada bapak Dr. H. Zulfi Mubaroq, M. Ag selaku
dosen pembimbing mata kuliah pengantar sosiologi sehingga kami
dari kelompok 5 dengan ketua Izzatun Ni’mah (16130102),
sekertaris Sakti Annisa Sari (16130078). Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, mampu
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sosiologi Agama.

Urgensi topik yang berjudul Asal-Usul Agama adalah sebagai


berikut yaitu yang pertama pengertian Asal-Usul Agama menurut
etimologi dan terminologi. Yang kedua berisi tentang macam-macam
teori asal-usul agama menurut prespektif sosiologi.

Isi global makalah yaitu A. Pendahuluan yang berisi Latar


Belakang, Rumusan Masalah dan Tujuan Pembahasan B. Pokok
Pembahasan berisi tentang pembahasan dari rumusan masalah C.
Analisis dan Diskusi berisi tentang analisis kami pribadi tentang
topik yang kami bahas yaitu Asal-usul Agama serta hasil dari diskusi
yang berisikan pendapat audiens, pertanyaan, jawaban, penanya dan
penjawab D. Kesimpulan yang berisi tentang ringkasan pembahasan
dari pokok pembahasan.
2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian asal-usul, agama dan teori sosiologi ?

b. Apa saja teori yang mendasari lahirnya agama?

c. Apa saja Ayat yang berhubungan dengan asal-usul agama?

3. Tujuan Pembahasan

a. Untuk mengetahui pengertian asal-usul, agama dan teori


sosiologi.

b. Untuk mengetahui teori yang mendasari lahirnya agama.

c. Untuk mengetahui Ayat yang berhubungan dengan asal-usul


agama.
B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Asal-usul, Agama dan Teori Sosiologi


a. Pengertian Asal-usul
Sejarah artinya asal-usul (keturunan) silsilah; kejadian dan
peristiwa yg benar-benar terjadi pd masa lampau; riwayat; tambo:
cerita; pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian
yang benar-benar terjadi di masa lampau.1
Asal artinya keadaan (tempat, wujud, rupa, dsb) yang
semula; pangkal permulaan; mula-mula sekali, semula, batas-batas
yang sudah tidak diketahui lagi. Usul artinya asal keturunan;
silsilah; cerita; riwayat yang menjadi sebab tentang suatu peristiwa
atau kejadian.2

b. Pengertian Agama
Secara etimologi, agama menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah kepercayaan kepada Tuhan (dewa, dsb) dengan
ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan itu3. Sedangkan menurut Kamus Webster adalah
keyakinan akan keberadaan makhluk tertinggi, yang menghasilkan
rasa hormat, cinta dan syukur4
Menurut kamus Tesaurus bahasa Indonesia adalah din,
keyakinan, religi; kepercayaan.5 Dalam kamus Longman agama
adalah keyakinan dalam kehidupan roh dan biasanya dalam satu
atau lebih dewa.6 Dalam Kamus Sosiologi, Pengertian agama ada
tiga macam, yaitu (1) kepercayaan kepada hal-hal yang spiritual;
(2) Perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989) hlm.1090
2
Ibid., hlm.105
3
Ibid.,hlm 3
4
A Merriam Webster, Webster’s Students Dictionary, (USA: Inernational Pan-Amirican, 1962), hlm
9
5
Eko Endarmoko. Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006),
Hlm.9
6
Longman. Longman Dictionary of Contemporary English, (England: Longman Group UK
Limited, 1987), Hlm. 1335
dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan (3) ideologi mengenai hal-
hal yang bersifat supranatural.7
Secara etimologis, kata “agama” konotasinya lebih dekat
kepada agama Hindu dan Budha. Akan tetapi, setelah digunakan
dalam bahasa Indonesia, pengertiannya mencakup semua agama.
Dalam bahasa Inggris disebut religion atau religi. Berasal dari
bahasa Latin religio atau relegere yang berarti ”mengumpulkan”
atau “membaca”. Dalam kamus Barat, religion hanya menyangkut
hubungan manusia dengan Tuhan dan tidak berhubungan dengan
seluruh aspek kehidupan manusia. Inilah yang melahirkan negara
sekuler, berbeda dengan agama dalam ajaran Islam.8
Menurut Hendropuspito, agama adalah suat jenis sistem
sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yag berproses pada
kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayaiaya dan
didayagunakannya untuk mecapai keselamatan bagi mereka dan
masyarakat luas umumnya9. Sementara itu, Thomas F. O’Dea
mengatakan bahwa agama adalah penyadagunaan sarana-sarana
supra-empiris untuk maksud-maksud non-empiris atau supra-
empiris10

c. Pengertian Teori Sosiologi


Teori menurut kamus lengkap bahasa Indonesia adalah
pendekatan yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu
peristiwa; asas dan hukum umum yang menjadi dasar suatu
kesenian atau ilmu pengetahuan; pendapat cara dan aturan untuk
melakukan sesuatu.11
Teori menurut kamus Tesaurus Bahasa Indonesia adalah
asumsi; hipotesis; premis; presumsi; proposisi; spekulasi; tesis.12

7
Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993) hlm 430
8
Ishomuddin, PengantarSosiologi Agama (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia-UMM Press, 2002), 84;
DadangKahmad, Sosiologi Agama (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2000), 13
9
D. Hendropuspito O.C, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998) hlm 34
10
Thomas F. O’Dea, The Sociology of Religion, (Jakarta: CV Rajawali) hlm 13
11
Zul, Em dan Aprilian senja, Ratu, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Difa Publisher,
2008), hlm. 806
12
Eko Endarmoko, TESAURUS BAHASA INDONESIA, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006)
hlm. 660
Teori menurut kamus besar sosiologi adalah perangkat dari
proposisi-proposisi yang mempunyai korelasiyang telah terbukti
dan teruji kebenarannya.13
Teori adalah suatu ide atau beberapa ide yang dapat
menjelaskan sesuatu tentang kehidupan atau dunia; suatu ide
pikiran seseorang yag benar; prinsip umum atau ide-ide yang
berdasarkan subjek.14
Definisi teori menurut Kerlinger (1973) menyatakan bahwa
teori adalah sekumpulan konsep, definisi dan proposisi yang saling
terkait yang menghadirkan suatu tinjauan secara sistematis atas
fenomena yang ada dengan menunjukkan secara spesifik
hubungan-hubungan di antara variabel-variabel yang terkait dalam
fenomena, dengan tujuan memberikan eksplanasi dan prediksi atas
fenomena tersebut. Gibs (1972) mendefinisikan teori sebagai suatu
kumpulan statemen yang mempunyai kaitan logis, dan merupakan
cermin dari kenyataan yang ada tentang sifat-sifat atau ciri-ciri
suatu khas, peristiwa atau suatu benda. Ahli lain Hage (1972)
menyatakan bahwa teori tidak harus konsep dan statemen tetapi
juga definisi baik definisi teoritis maupun definisi operasional.15
Jadi, pengertian teori sosiologi adalah teori-teori yang
berkaitan dengan gejala-gejala sosial.16 Dan juga teori-teori
sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti
memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori yang
lama.17

2. Teori yang Mendasari Lahirnya Agama

Banyak ilmuwan sosial yang telah mencoba meneliti asal-usul agama


atau menganalisis sejak kapan manusia mengenal agama dan kpercayaan
terhadap Tuhan. Dengan metode pendekatan yang berbeda, mereka

13
Mustofa, dan Vindi, KAMUS LENGKAP SOSIOLOGI, (Yogyakarta: Panji Pustaka, 2008) hlm. 324
14
Longman, Longman Pocket English Dictionary, (U.S: Longma Publishing Group, 2007) hlm. 1648
15
Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1992) hlm. 1-
2
16
Mustofa, Bisri dan Vindi, Eilsa, KAMUS LENGKAP SOSIOLOGI, (Yogyakarta: Panji Pustaka, 2008)
hlm. 327
17
Soekanto, Sarjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hlm. 13
melakukan penelitian terhadap masyarakat yang paling dasar dan paling
rendah peradabannya. Dalam asumsi mereka, masyarakat seperti itu adalah
model dari masyarakat awal peradaban manusia. Mereka mengemukakan
enam teori setelah melakukan penelitian tersebut.18

1. Teori Jiwa
Para ilmuwan penganut teori ini berpedapat, agama yang
paling awal bersamaan dengan pertama kali manusia mengetahui
bahwa di dunia ini tidak hanya dihuni oleh makhluk materi, tetapi juga
oleh makhluk immateri yang disebut jiwa (anima). Pendapat ini
dipelopori oleh Edwad Burnet Taylor (1832-1917) dalam buknya yang
berjudul Primitif Culture (1872) yang mengenalkan teori animisme, ia
mengatakan bahwa asal mula agama bersamaan dengan munculnya
kesadaran manusia akan adanya roh atau jiwa. Mereka memahami
adanya mimpi dan kematian, yang mengantarkan mereka kepada
pengertian bahwa kedua peristiwa tersebut merupakan benuk
pemisahan antara roh dan tubuh kasar.19
Apabila orang meninggal dunia, rohnya mampu hidup terus
walaupun jasadnya membusuk. Dari sanalah asal mula kepercayaan
bahwa roh yang telah mati itu kekal abadi. Selanjutnya, roh orang
mati itu dipercayai dapat mengunjungi manusia, dapat menolong
manusia, dapat mengganggu manusia, dapat dapat juga menjaga
manusia yang masih hidup, terutama anak cucu, teman dan keluarga
sekampung.20
Tingkat yang paling dasar dari evolusi agama adalah manusia
percaya bahwa makhluk-makhluk halus itulah yang menempati alam
sekeliling tempat tinggal manusia. Karena mereka bertubuh halus
manusia tidak bisa menangkap dengan panca inderanya. Makhluk
halus itu mampu berbuat berbagai hal yang tidak dapat diperbuat oleh
manusia. Berdasarkan kepercayaan semacam itu, makhluk halus
menjadi objek penghormatan dan penyembahan manusia dengan

18
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 24
19
Ibid., hlm 24
20
Ibid., hlm 24
berbagai upaara keagamaan berupa doa, sesajen, atau korban.
Kepercayaan seperti itulah yang disebut Animisme.21
Pada tingkat selanjutnya dalam evolusi agama, manusia
percaya bahwa gerak alam ini disebabkan oleh jiwa yang ada
dibelakang peristiwa dan gejala alam itu. Sungai-sungai yang
mengalir, gunung yang meletus, angina topan yang menderu,
matahari, bulan, dan tumbuhan-tumbuhan, semuanya bergerak karena
jiwa alam ini.kemudian jiwa alam itu dipersonifikasikan, dianggap
sebagai makhluk-makhluk yang berpribadi yang mempunyai kemauan
danpikiran. Makhluk halus yang yang berada dibelakang gerak alam
seperti itu disebut dewa-dewa alam. Tingkat kedua dari evolusi agama
ini disebut Polytheisme. Poly berarti banyak dan theos berarti Tuhan.
Tingkatan ini merupakan perkembangan dari tingkat sebelumnya,
animism yang berarti pemujaan terhadap roh nenek moyang.22
Tingkat ketiga atau tingkat terakhir dari evolusi agama
bersamaan dengan timbulnya susunan kenegaraan sisalam masyarakat
manusia. Menurut E.B Taylor, ketika muncul susunan kenegaraan
dimasyarakat, timbul juga kepercayaan bahwa di alam dewa-dewa
juga terdapat susunan kenegaraan yang serupa dengan susunan
keneggaraan manusia. Susunan masyarakat dewa serupa itu lambat
laun menimbulkan kesadaran baru bahwa semua dewa itu pada
hakikatnya merupakan penjelmaan dari satu dewa yang tertinggi.
Akibat dari kepercayaan itu, berkembanglah kepercayaan kepada satu
Tuhan, yaitu tuhan Yang Mahaesa. Dari sinilah timbul berbagai agama
ertuhan satu atau monotheisme23
Pengalaman nyata mereka dengan kematian dan mimpi
menyebabkan masyarakat primitif mampu menalarkan untuk kali
pertama suatu teori sederhana tentang kehidupan mereka, bahwa
setiap kehidupan mereka, bahwa setiap kehidupan disebabkan oleh
sejenis roh atau prinsip spiritual. Mereka menganggap roh sebagai
sesuatu yang sangat halus bayang yang tak-bersubstansi dari manusia,

21
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 24
22
Ibid., hlm. 24
23
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 24
dengan bentuk yang sangat “halus”, “tipis” dan berupa bayangan;
dialah yang memberikan kehidupan bagi individu tempat dia berada.24
Dari premis ini, kemudian mereka melakukan penalaran dengan
jalan analogi dan ekstensi. Seandainya memang ada roh pada diri
manusia, tidaklah mungkin disana ada kekuatan lain yang bisa
menggerakkan aktivitas manusia, perubahan manusia dan fenomena-
fenomena alam yang lain. Akhirnya, yang paling penting adalah
kemungkinan adanya kekuatan lain yang paling tinggi, yaitu Tuhan.25
Argumen lanjutan dari Taylor adalah tentang pentignya arti teori
animistik ini yaitu ketika menjelaskan masyarakat primitif akan
terlihat dari varian-varian kepercayaan dan adat istiadat yang
dijelaskan. Dalam kebudayaan Timur, terdapat begitu banyak
keyakinan atas reingkarnasi, sedangkan dalam kebudayaan barat,
seperti Kristen dan Islam, terdapat adanya ajaran tentang Hari
Pembalasan dan Keabadian Jiwa. Animisme dapat menjelaskan
kenapa benda-benda yang dinamakan fetishes (jimat)- begitu penting
bagi masyarakat primitif. Masyarakat ini bukanlah menyembah
berhala, tetapi menyembah “anima” yang ada didalamnya yaitu roh
yang dapat memberikan kekuatan dan kehipan pada kayu atau
substansi bebatuan tersebut.26
Hakikat dari pemahaman animisme adalah memahami proses
pengobatan primitif. Ketika seseorang menggigil tanpa sadar karna
demam, dia tahu bahwa bukan perbuatannya yang menyebabkan sakit,
melainkan dirinya sedang “dikuasai” roh jahat yang masuk ke dalam
tubuhnya. Penyembuhan penyakit ini yang dibutuhkan bukanlah
pengobatan, tetapi pengusiran terhadap roh jahat tersebut.27

2. Teori Batas Akal


Teori ini menyatakan bahwa permulaan terjadinya agama
dikarenakan manusia mengalami gejala yang tidak dapat diteramgkan
oleh akalnya. Teori ini berasal dari pendapat ilmuwan Inggris, James
G. Frazer. Menurut Frazer, manusia bisa memecahkan masalah
24
Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Divapress, Jogjakarta, 2012. Hlm 43-44
25
Ibid., hlm. 44
26
Ibid., hlm. 44
27
Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Divapress, Jogjakarta, 2012. Hlm 45
berbagai persoalan hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya.
Tetapi akal dan sistem pngetahuan itu ada batasnya, dan batas akal itu
meluas sejalan denganmeluasnya perkembangan ilmu dan teknologi.
Oleh karena itu, makin maju kebudayaan manusia, makin luas batas
akal itu.28
Pada mulanya, manusia hanya menggunakan ilmu ghaib untuk
memecahkan soal-soal hidupnya yang ada diluar batas kemampuan
dan pengetahuan akalnya. Lambat laun terbukti banyak perbuatan
magisnya tidak ada hasilnya. Oleh karena itu, ia mulai percaya bahwa
alam ini didiami oleh makhluk-makhluk halus yang lebih berkuasa
dari manusia. Maka mereka mulai mencari hubungan yang baik
dengan makhluk-makhluk halus yang mendiami alam itu. Denga
demikian hubungan baik ini mulai menyebabkan manusia
mempercayakan nasibnya kepada kekuatan yang dianggap lebih dari
dirinya. Disinal timbul religi.29
Menurut Frazer, ada perbedaan antara magic dan religi. Magic
adalah sistem perbuatan dan sikap manusia untuk mencapai suatu
maksud dengan menguasai dan menggunakan kekuatan dan hukum-
hukum gaib yang ada di alam. Sedangkan agama (religion) adalah
segala sistem kepercayaan dan sistem perbuatan manusia untuk
mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri kepada
kemauan dan kekuasaan Tuhan, makhluk halus, roh, atau dewa-dewi
yang dianggap menguasai alam.30
R. Fist dalam bukunya, Human Types, mengemukakan
perbedaan magic dan religion. Menurutnya, magic adalah serangkaian
perbuatan manusia untk mengontrol alam semesta, sedangkan
religions adalah respons manusia terhadap kebutuhan akan konsepsi
yang tersusun mengenai alam semesta dan sebagai mekanisme dalam
rangka mengatasi kegagalan yang timbul akibat ketidakmampuan
manusia untuk meramalkan dan memahami kejadian alam, atau
peristiwa yang tidak diketahui dengan tepat.31
28
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 25
29
Ibid., hlm. 25
30
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 26
31
Ibid., hlm.27
3. Teori Krisis dalam Hidup Individu
Teori ini mengatakan bahwa kelakuan keagamaan manusia itu
mulanya muncul untuk menghadapi krisi-krisis yang ada dalam
kehidupan manusia itu sendiri. Teori ini berasal dari M.Crawley, yang
kemudian diuraikan secara luas dan terperinci oleh A. Van Gannep
dalam bukunya Rites de Passage (!910). Menurut mereka; dalam
jangka waktu sejarah hidupnya, manusia mengalami banyak krisis
yang terjadi dalam masa-masa tertentu. Krisis tersebut menjadi objek
perhatian manusia dan sangat menakutkan. Betapapun bahagianya
seseorang, ia harus ingat akan kemungkinan-kemungkinan timbul
krisis dalam hidupnya. Berbagai krisis tersebut terutama berupa
encana seperti akit dan maut, sangat suar dihindarinya walaupun
dihadapi dengan kekuasaan dan kekayaan harta benda.32
Dua bencana tadi sangat sulit dielakkan, karena selama
hidupnya ada beberapa masa krisis. Manusia butuh sesuatu untuk
memperteguh dan menguatkan dirinya. Perbuatan yang berupa
upacara sacral pada masa krisis merupakan pangkal dari keberagaman
manusia.33
.
4. Teori Kekuatan Luar Biasa
Teori mengatakan bahwa agama dan sikap religious manusia
terjadi karena adanya kejadian luar biasa yang menimpa manusi yang
terdapat dilingkungan alam sekelilingnya. Teori ini diperkenalkan oleh
seorang ahli antropologi Inggris yang bernama R. R. Marret, dalam
bukunya The Threeshold of Religion.34
Marret menguraikan teorinya diawali dengan sanggahan
terhadap teori Edward B. Taylor yang menyatakan bahwa timbulnya
agama itu karena adanya kesadaran manusia terhadap adanya jiwa.
Menurutnya, kesadaran seperti itu terlalu rumit dan terlalu kompleks
bagi ukuran pikiran manusia yang baru saja ada kehidupan dimuka
bumi ini. Ia mengajukan teori barunya bahwa pangkal dari segala
kelakuan kegamaan pada manusia ditimbulkan oleh suatu perasaan

32
Ibid., hlm.27
33
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 27
34
Ibid., hlm. 27
rendah diri terhadap adanya gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang
dianggap luar biasa bagu manusia.35
Alam tempat gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa itu berasal
dari yang dianggap memiliki kekuatan yang melibihi kekuatan yang
telah dikenal manusia dialam sekeilingnya datau yang disebut
supernatural. Kepercayaan kepada suatu kekuatan sakti atau
supernatural yang ada dalam gejala-gejala, hal-hal dan peristiwa yang
luar biasa itu dianggap oleh Marret sebagai suatu kepercayaan yang
ada pada manusia sebelum mereka percaya kepada makhluk halus dan
roh. Dengan kata lain sebelum adanya kepercayaan animism, manusia
memiliki kepercayaan preanimisme. Marret menyatakan bahwa
preanimisme lebih dikenal dengan sebutan dinamisme.36

5. Teori Sentimen Kemasyarakatan


Teori ini menyatakan bahwa agama yang permulaan itu muncul
karena adanya sutau getaran, suatu emosi yang ditimbulkan dalam
jiwa manusia sebagai akibat dari pengaruh rasa kesatuan sesama
warga masyarakat. Teori ini berasal dari pendapat seorang ilmuwan
Perancis, Emile Durkheim dalam bukunya Les Formes Elementaries
de Lavia Religieuse yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris The
Elementary Forms of The Religious Life (1965). Dalam bukunya itu ia
mengemukakanteori baru tentang dasar-dasar agama yang sama sekali
berbeda dengan teori-teori yang pernah dikembangkan oleh ilmuwan
sebelumnya. Teori itu berpusah pada pengertian dasar berikut:37
a) Bahwa untuk pertama kalinya, aktivitas religi yang ada pada
manusia bukan karena pada alam pikirannya terdapat bayangan-
bayangan abstrak tentang jiwa atau roh (suatu kekuatan yang
menyebabkan hidup dan gerakdidalam alam) tetapi, karena adanya
suatu getaran jiwa atau emosi keagamaan yang timbul dalam alam
jiwa manusia dahulu karena pengaruh sutau sentiment
kemasyarakatan38

35
Ibid., hlm. 28
36
Ibid., hlm. 28
37
Dr.H Dadang Kahmad, M. Si, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009,hlm. 29
38
Ibid., hlm. 29
b) Bahwa sentiment kemasyarakatan dalam batinmanusia dahulu
berupa sutau kompleksitas perasaan yang mengandung rasa terikat,
bakti, cinta dan perasaan lainnya terhadap masyrakat dimana ia
hidup39
c) Bhawa sentime kemasyarakatan yang menyebabkan timbulnya
emosi keagamaan dan merupakan pangkaldari segala kelakuan
keagamaan manusia itu, tidak selalu berkobar-kobar dalam alam
batinnya. Apabila tidak dipelihara, maka sentiment kemasyrakatan
itu menjadi lemah dan laten sehingga perlu dikobarkan sentiment
masyarakat dengan mengadakan satu konstraksi masyarakat,
artinya dengan mengumpulkan seluruh masyrakat dalam
pertemuan-pertemuan besar40
d) Bahwa emosi keagamaan yang timbul karena rasa sentiment
kemasyarakatan membutuhkan suatu objek tujuan. Sifat yang
menyebabkan sesuatu itu menjadi objek dari emosi keagamaan
bukan karena sifat luar biasanya, anehnya, megahnya, atau
ajaibnya, melainkan tekanan anggapan umum masyarakat. Objek
itu ada karena terjadinya suatu peristiwa secara kebetulan didalam
sejarah kehidupan suatu masyarakat masa lampau mnearik
perhatian orang banyak didalam masyarakat tersebut. Objek yang
menjadi tujuan emosi keagamaan juga objek yang bersifat keramat.
Maka objek lain yang tidak mendapat nilai keagamaan (tirual
value) dipandang sebagai objek yang tidak keramat (profane)41
e) Objek keramat sebenarnya merupakan suatu lambang masyarakat.
Misalnya pada suku-suku bangsa asli Australia, objek keramat dan
pusat tujuan dari sentiment kemasyarakatan sering beupa inatang
dan tumbuh-tumbuhan. Objek keramat seperti itu bersifat Totem.
Totem adalah mengkonretkan prinsip totem dibelakangnya,
sedangkan prinsip totem sendiri itu adalah suatu kelompok didalam
masyarakat berupa clan (suku) atau lainnya.42

39
Ibid., hlm. 29
40
Dr.H Dadang Kahmad, M. Si, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm.29
41
Ibid., hlm. 30
42
Ibid., hlm. 30
Menurut Durkheim pendapatnya diatas yang pertama mengenai
emosi keagamaan dan sentiment kemasyarakatan, pengertian-
pengertian dasar yang merupakan inti atau esensi dari religi.
Sedangkan ketiga pengertian lainnya; kontraksi masyarakat, kesadaran
akan objek keramat berlawanan dengan objek tidak keramat, dan
totem sebagai lambang masyarakat bermaksud memelihara kehidupan
dan inti kontraksi masyarakat itu.43

6. Teori Wahyu Tuhan


Teori ini menyatakan bahwa kelakuan religious manusia terjadi
karena mendapat wahyu dari Tuhan. Teori ini disebut teori wahyu
Tuhan atau disebut teori revelasi. Teori ini berasal dari seorang
antropolog dan ilmuwan nggris bernama Andrew Lang. Sebagai
seorang ahli kasusastran, Andrew Lang banyak membaca tentang
kasusastran rakyat dari berbagai suku bangsa di dunia. Dalam
dongeng-dongeng itu Lang sering mendapatkan adanya seorang tokoh
dewa, yang oleh suku-suku bangsa yang bersangkutan dianggap dewa
tertinggi, pendipta alam semesta serta isinya, dan penjaga ketertiban
alam dari kesulitan.44
Menurut Lang kepercayaan kepada seorang tokoh dewa serupa
itu, terutama tampak pada suku-suku bangsa yang amat rendah tingkat
kebudayaannya dan hidup dari berburu dan meramu, misalnya suku
bangsa di daerah gurun Kahalari di Afrika Selatan yang biasa disebut
orang Bushan. Keadaan itu membuktikan bahwa kepercayaan
terhadap satu Tuhan itu tidak timbul karena pengaruh agama Narani
atau agama Islam. Kepeercayaan tadi dalam perkembangannya bahkan
tampak terdesak oleh kepercayaan akan makhluk-makhluk halus,
dewa-dewi alam, roh dan hantu. Lang menyimpulkan bahwa
kepercayaan kepada dewa tertinggi merupakan suatu kepercayaan
yang sudah tua, dan mungkin merupaan bentuk religi manusia yang

43
Ibid., hlm. 30
44
Dr.H Dadang Kahmad, M. Si, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 31
tertua. Pendirian seperti itu ia kemukakan dalam beberapa karyanya,
misalnya dalam The Making of Religion (1888).45
Pendapat Andrew Lang kemudian dilanjutkan oleh W Schmidt,
seorang tokoh besar antropolgi dari Austria. Menurut pendeta katolik
ini, mudah dimengertikan kalau ada kepercayaan kepada dewa yang
masih amat rendahtingkat kebudayaannya. Dalam hubungan itu, ia
percaya bahwa agama berasal dari wahyu Tuhan yang diturunkan
manusia pada masa permulaan ia mundul dimuka bumi ini. Oleh
karena itulah, adanya suatu kepercayaan kepada dewa pencipta (yang
justru berkembang pada bangsa-bangsa yang paling rendah tingkat
kebudayaannya) diperuat oleh anggapan mengenai adanya ‘wahyu
Tuhan asli’.46
Demikianlah kepercayaan yang asli dan bersih kepada Tuhan,
atau kepercayaan urmonotisme, yang ada pada bangsa-bangsa yang
sudah tua dan hidup dalam zaman ketika tingkat kebudayaan manusia
masih sangat rendah. Ketika kebudayaan manusia semakin maju,
kepercayaan terhadap Tuhan semakin kabur. Makin banyak
kebutuhan, makin terdesaklah kepercayaan asli itu oleh pemuja
kepada makhlk halus, roh, dewa, dan sebagainya. Anggapan Schimdt
tersebut dianut oleh beberapa orang ilmuwan yang bekerja sebagai
penyair agama Nasrani, dari organisasi Societas Verdi Divini. Selain
menjalankan tugas sebagai penyiar agma Nasrani di berbagai daerah
di muka bumi ini, mereka juga melakukan penelitian agama
berdasarkan teori Schmidt tersebut.47

3. Ayat yang Berhubungan dengan Asal-usul Agama

Surah Al-Baqarah

Firman Allah SWT:

ٰ ‫ااههه هه دو ا لل هههههدد ىى‬


‫ص اَ در ىى دح تا ىى تد تا با دع ام لا تد هه لم ٰ قه لل إا ان هه دد ى ا‬‫ك ا لل يد هه و هد دو دل ال نا د‬ ‫ض ىى دع لن د‬ ‫دو لد لن تد لر د‬
‫ص ي رر‬ ‫ك ام دن ا‬
‫ااههه ام لن دو لا يي دو دل ند ا‬ ‫ك ام دن ا لل اع لل ام ِ دم اَ لد د‬
‫ت أد له دو ا دء هه لم بد لع دد ا لا اذ يِ دج اَ دء د‬
‫دو لد ئا ان ا تا بد لع د‬

45
Ibid., hlm. 31
46
Dr.H Dadang Kahmad, M. Si, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 31
47
Ibid., hlm. 31
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu
(Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah,
“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenarnya .” Dan
jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran)
sampai kepadamu, tidak aka nada bagimu pelindung dan penolong dari
Allah”

Diketengahkan oleh Sa’labi dari Ibnu Abbas katanya: “Orang-orang


Yahudi Madinah dan Nasrani Najran berharap agar Nabi SAW
melakukan shalat dengan menghadap ke kiblat mereka. Maka tatkala
Allah memalingkan ke Ka’bah, mereka merasa keberatan dan putus asa
keislama mereka tak dapat diharapkan lagi. Maka Allah pun
menurunkan: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani... sampai akhir ayat.”
(Surah Al-Baqarah ayat 120)48

Fiman Allah SWT:

‫ب دع لن ام لا اة إا لب در ا اه ي دم إا الهه دم لن دس فا هد ند لف دس هه ُ دو لد قد اد ا ل‬
‫ص طد فد لي ند اَ هه افههي ا لههدد لن يد اَ دو إا انهههه افههي‬ ‫دو دم لن يد لر دغ ه‬
‫ا لل اخ در اة لد ام دن ال ا‬
‫ص اَ لا اح ي دن‬

“Dan tidak ada orang yang benci kepada agama Ibrahim itu hanyalah
orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh, Kami telah
memilih (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat dia
termasuk orang-orang shaleh.

Berkata Ibnu Uyainah:”Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Salam


menyeru kedua keponakannya Salamah dan Muhajir agar masuk Islam,
katanya kepada mereka: “Sesungguhnya aku akan membangkitkan dari
anak cucu Ismail menjadi seorang nabi yang bernama Muhammad. Maka
barang siapa yang beriman kepadanya, berarti telah beroleh petunjuk dan
berada dalam kebenaran, sebaliknya yang tidak beriman maka ia akan
menjadi seorang yang terkutuk!”. Maka Salamah pun masuk Islam,

48
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 179.
sebaliknya Muhajir menolak, maka turunlah ayat tentang dirinya. (Surah
Al-Baqarah ayat 130)49

Firman Allah SWT:

‫دو دقههاَ له وا هك و هنههوا ههههو فد ا أد لو ند د‬


‫صههاَ در ىى تد له دتهههد وا ٰ هقههلل دبههلل ام لاهههةد إا لب در ا اه يههدم دح نا ي ففههاَ دو دمههاَ دكههاَ دن امههدن‬
‫ا لل هم لش ار اك ي دن‬

“Dan mereka “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau


Nasrani niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah “(Tidak!) tetapi
(kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk
golongan orang yang mempersekutukan Tuhan.”

Diketengahkan oleh Ibnu Abi Hatim dari jalur Sa’id atau oleh Ikrimah
dari Ibnu Abbas, katanya: “Berkata Ibnu Surya kepada Nabi SAW: “tidak
ada petunjuk melainkan yang kami anut, maka itulah kami hai
Muhammad, niscaya Anda akan memperoleh petunjuk pula! Dan orang-
orang Nasrani mengatakan seperti itu pula, maka Allah pun menurunkan:
“Dan mereka berkata: “Jadilah kamu sebagai penganut agama Yahudi
atau Nasrani…” (Surah Al-Baqarah ayat 135)50

Firman Allah SWT:

‫ت أد او ا لع تد دمههدر فد دل هج دنههاَ دح دع لد ليههاه أد لن‬


‫ااهههه فد دمههلن دحههاج ا لل بد ليهه د‬ ‫صههفد اَ دو ا لل دمههلر دو ةد امههلن دشههدع اَ ئا ار ا‬
‫إا ان ال ا‬
‫ع دخ لي فر ا فد إ ا ان ا‬
‫ادههه دش اَ اك مر دع لا ي مم‬ ‫ف با اه دم اَ ُ دو دم لن تد طد او د‬‫يد طا او د‬

“Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama)


Allah. Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah,
tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barang
siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah maha
mensyukuri, Maha mengetahui”

Diketengahkan oleh Syaikhan, dan lain-lain dari Urwah dari Aisyah,


katanya kepada Aisyah: “Bagaimana pendapat anda tentang firman Allah

49
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 180
50
Ibid., hlm. 180
SWT “Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar
(agama) Allah. Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau
berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya.
Dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka
Allah maha mensyukuri, Maha mengetahui” (Surah Al-Baqarah ayat
158)”51

Saya lihat tak ada alas an bagi seseorang untuk bersa’i di antara
keduanya”. Jawab Aisyah: “Buruk sekali apa yang kamu katakana itu,
wahai keponakanku! Sekiranya ayat itu menurut apa yang kamu
takwilkan, tentulah dia akan berbunyi: ‘Maka tidak ada dosa baginya
untuk tidak melakukan sa’i diantara keduanya’ (Surah Al-Baqarah ayat
158). Tetapi sebenarnya ia diturunkan terhadap orang-orang Ansar.
Sebelum masuk Islam mereka mengadakan upacara-upacara ke berhala
Manat dan sesudah masuk islam sebagian warganya merasakan keberatan
untuk sa’i diantara Safa dan Marwah. Lalu merea tanyakan hal itu kepada
Rasulullah SAW ., kata mereka: “Wahai Rasulullah, kami merasa
keberatan untuk sa’i diantara Safa dan Marwah di masa jahiliyah”. Maka
Allah pun menurunkan Surah Al-Baqarah Ayat 158.

Diketengahkan oleh Bukhari dari Asim bin Sulaiman katanya: “ Saya


tanyakan kepada Anas tentang Safa dan Marwah”. Jawabnya: “Selama
ini kami menganggapnya sebagai urusan jahiliyah, dan setelah Islam
datang kami menahan diri untuk membicarakannya. Maka Allah pun
menurunkan Surah Al-Baqarah ayat 158. Diketengahkan oleh Hakim dari
Ibnu Abbas, katanya: “Dimasa jahiliyah, setan-setan gentayangan
sepanjang malam diantara Shafa danMarwah, dan diantara keduanya itu
terdapat berhala-berhala mereka. Maka tatkala Islam datang, kaum
muslim pun mengatakan: “Wahai Rasulullah, kami tak hendak sa’i lagi di
Shafa dan Marwah. Cukuplah kami melaksanakannya di jaman
jahiliyah”. Maka Allah pun menurunkan ayat ini.

51
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 182
Firman Allah SWT:

‫ااههه دو هك لف مر با اه‬ ‫ص دد دع لن دس با ي ال ا‬ ‫ك دع ان ال اش له ار ا لل دح در ا ام قا تد اَ رل فا ي اه قه لل قا تد اَ مل فا ي اه دك با ي مر دو د‬ ‫يد لس أ د له و ند د‬


‫ااهههه ُ دو ا لل فا لت دنههةه أد لك دبهههر امههدن ا لل قد لتههال ٰ دو دل‬
‫دو ا لل دم لسههاج اد ا لل دحههدر ا ام دو إا لخههدر ا هج أد له الههاه ام لنهههه أد لك دبهههر اع لنههدد ا‬
‫ط اَ هع وا ُ دو دم لن يد لر دتههاد لد ام لن هكههلم دعههلن اد ي انههاه‬ ‫يد دز ا له و دن يه قد اَ تا له و ند هك لم دح تا ىى يد هر دد و هك لم دع لن اد ي نا هك لم إا ان ا لس تد د‬
‫ب ال انههاَ ار‬‫صههدح اَ ه‬ ‫ك أد ل‬ ‫ت أد لع دم اَ له هه لم فا ي ال دد لن يد اَ دو ا لل اخ در اة دو أه و ىلد ائهه د‬ ‫ك دح با طد ل‬ ‫ت دو هه دو دك اَ فا مر فد أ ه و ىلد ئا د‬ ‫فد يد هم ل‬
‫هه لم فا ي هد اَ دخ اَ لا هد و دن‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram.


Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah,
(menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari
sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih
besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya
memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari
agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa
yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.”. (Surah Al-Baqarah ayat 217)52

Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Hatim serta Tabrani dala Al-
Kabir dan Baihaqi dalam Sunannya dari Jundub bin Abdillah bahwa
Rasulullah SAW mengirim sepasukan tentara yang dikepalai oleh
Abdullah bin Jahsy. Mereka dihadang oleh Ibnu Hadrami yang mereka
bunuh dan mereka tidak tahu apakah hari itu sudah termasuk bulan Rajab
atau masih dalam bulan Jumadil Akhir. Maka kata orang-orang musyrik
kepada kaum muslim: “Kalian melakukan pembunuhan di bulan suci”.
Maka Allah SWT pun menurukan Surah Al-Baqarah ayat 217. Kata
sebagian mereka: “Walaupun mereka tidak berbuat dosa, tetapi mereka
jug atidak beroleh pahala”. Maka Allah pun menurunkan:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah

52
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 195
dan berjihad di jalan Allah, mereka mengharapkan rahmat dari Allah,
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surah Al-Baqarah
ayat 217). Ini juga diketengahkan oleh Ibnu Mandah dari golongan
sahabat dari jalur Usman bin Ata’ dari Bapaknya Ibnu Abbas.

Firman Allah SWT:

” Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya


telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (Surah Al-Baqarah ayat 256).53

Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa-i dan Ibnu Hibban, dari Ibnu
Abbas, katanya: “Ada seorang wanita yang sering keguguran, maka dia
berjanji pada dirinya, sekiranya ada anaknya yang hidup, akan
dijadikannya seorang Yahudi. Maka tatkala Bani Nadir diusir dari
Madinah, kebetulan diantara mereka ada anak Ansar, maka kata orang-
orang Ansar: “ Kami takkan membiarkan anak-anak kami!” Maka Allah
pun menurunkan Surah Al-Baqarah ayat 256.

Diketengahkan oleh Ibnu Jarir, dari jalur Said atau Ikrimah dari Ibnu
Abbas, katanya: “Tidak ada paksaan dalam agama”. Ayat ini turun
berkenaan dengan seorang Ansar dari Bani Salim bin ‘Auf bernama
Husain, yang mempunyai dua orang anak beragama Nasrani, sedangkan
ia sendiri beragama Islam. Maka katnya kepada Nabi SAW: Tidakkah
akan saya paksa mereka, karena mereka tak hendak meninggalkan agama
Nasrani iu?” Maka Allah SWT pun menurunkan ayat tersebut.

Surah Ali Imran

Firman Allah SWT:

53
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 203
‫ب ا‬
‫ااهههه لا يد لح هكههدم بد لي ند ههههلم هثههام‬ ‫ب هيههلد دع لو دن إا دلههىى اك دتههاَ ا‬ ‫أد لد لم تد در إا لد ى ا الههاذ ي دن أه و هتههوا ند ا‬
‫صههي بف اَ امههدن ا لل اك دتههاَ ا‬
‫ض و دن‬ ‫ق ام لن هه لم دو هه لم هم لع ار ه‬ ‫يد تد دو لا ىى فد ار ي م‬

“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi


bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah
supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian
sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi
(kebenaran).” (Surat Ali Imran ayat 23)54

Dikategorikan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Muzir dan Ikrimah dari
Ibnu Abbas, katanya: “Rasulullah SAW masuk kerumah Madras
menemui segolongan orang-orang Yahudi. Maka diserunya mereka
kepada Allah, lalu kata Na’im bin ‘Amr san Zais bin Zaid kepada Nabi
SAW: “Menganut agama apakah Anda, hai Muhammad?” Jawabnya:
“Menganut millah Ibrahim dan Agamanya”. Kata mereka pula:
“Sesungguhnya Ibrahim itu beragama Yahudi”. Sabda Nabi SAW, pula: “
Kalau begitu marilah kita pegang Taurat! Ialah yang akan menjadi hakim
diantara kami dan tuan-tuan!” Kedua mereka itu menolak, maka Allah
pun menurunkan Surah Ali Imran ayat 23-24.

Firman Allah SWT:

(71) ‫ق دوأدلنتهلم تدلعلدهمودن‬


‫ق اباَللدباَاطال دوتدلكتههمودن اللدح ا‬
‫ب لادم تدللباهسودن اللدح ا‬
‫دياَ أدلهدل اللاكدتاَ ا‬

) ‫ب آامهنوا اباَلااذيِ أهلنازدل دعدلى الااذيدن آدمهنوا دولجهد النادهاَار دوالكفههروا آاخدرهه لددعلاههههلم يدلراجهعههودن‬
‫طاَئافدةم املن أدلهال اللاكدتاَ ا‬ ‫دودقاَلد ل‬
‫ت د‬
(72

‫اا أدلن يهلؤدتى أددحمد املثدل دماَ هأواتيتهلم أدلو يهدحاَدجوهكلم اعلندد درببهكههلم قهههلل إاان‬
‫دول تهلؤامهنوا اإل لادملن تدبادع اديندهكلم قهلل إاان اللههددى ههددى ا‬
‫اا يهلؤاتياه دملن يددشاَهء دو ا‬
(73) ‫اه دوااسمع دعاليمم‬ ‫ضدل بايداد ا‬‫اللفد ل‬

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas, katanya: “ Berkata


Abdullah Ibnus Saif, Adi Ibnu Zaid dan Hars bin Auf, dan dari seorang
kepada yang lain: “Marilah kita beriman kepada apa yang telah
diturunkan kepada Muhammad dan para sahabatnya di pagi hari, dan kita
ingkar kembali di sore hari, hingga mengacaukan agama mereka, moga-

54
Ibid., hlm. 292
moga mereka memperkuat pula apa yang kta perbuat lalu keluar dari
agama mereka. Maka Allah pun menurunkan pada mereka: “Wahai ahli
kitab, kenapa kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil….
Sampai dengan firman-Nya: “dan Allah Maha Luas lagi Maha
Mengetahui”. (Surat Ali Imran ayat 71-73).55

Diketengahkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dari As-Suddi dari Abu Malik
katanya: “ Rahib-rahib Yahudi mengatakan kepada orang-orang yang
menganut agama lain: “Janganlah kamu percaya kepada orang yang
maumengikuti agamamu!”. Maka Allah pun menurunkan:
“Sesungguhnya petunjuk ini ialah petunjuk Allah” (Surah Ali Imran ayat
73)

Firman Allah SWT:

‫يد اَ أد دي هد اَ ا لا اذ ي دن آ دم هنههوا إا لن ته اط ي هعههوا فد ار ي فقههاَ امههدن ا الههاذ ي دن أه و هتههوا ا لل اك دتههاَ د‬


‫ب يد هر دد و هكههلم بد لعههدد إا ي دمههاَ نا هك لم‬
‫دك اَ فا ار ي دن‬

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari


orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan
kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” (Surat Ali Imran ayat
100)56

Diketengahkan oleh Faryabi dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas,
katanya: “Di masa jahiliyah, diantara suku-suku Aus dan Khazraj
terdapat persengketaan. Sementara mereka sedang duduk-duduk,
teringatlah mereka akan peristiwa yang mereka alami, hingga mereka
pun jadi marah lalu sebagian bangkit mengejar lainnya dengan senjata.
Maka turunlah ayat: “Kenapa kamu menjadi kafir… sampai akhir ayat”,
serta dua ayat berikutnya. (Surat Ali Imran ayat 101-103)

Diketengahkan oleh Ibnu Ishaq dan Abu Syaikh dari Zaid Ibnul Aslam
katanya: “ Seorang Yahudi bernama Syas Ibnul Qis lewat didepan
55
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 295
56
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm.297
beberapa orang Aus dan Kharzaj yang sedang bercakap-cakap. Syas pun
amat berang melihat kerukunan dan kedamaian mereka setelah
permusuhan dan persengketaan dulu. Maka disuruhnyalah seorang
pemuda Yahudi yang bersamanya untuk duduk menyelinap diantara Aus
dan Kazraj itu serta mengingatkan mereka akan perang Ba’as. Pemuda
itupun melakukan tugasnya dengan baik hingga mereka terhadap lawan,
bahkan dua orang laki-laki yaitu Aus bin Qaizi dari suku Aus da Jabbar
bin Shakhr dari Khazraj melompat bersahut-sahutan kata yang
menyebabkan tambah bangkitnya kemarahan kedua belah pihak dan
bersiap sedia untuk tempur. Peristiwa itu pun sampai ketelinga
Rasulullah SAW, hingga beliau datang dan memberi mereka nasihat dan
mendamaikan perselisihan mereka, yang mereka terima dengan taat dan
patuh. Maka Allah pun menurunkan kepada Aus dan Jabbar dan orang-
orang yang beserta mereka: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab… sampai
akhir ayat” (Surat Ali Imran ayat 100). Sedangkan kepada Syas bin Qais
diturunkan: “Hai Ahli Kitab, kenapa kamu menghalangi… sampai akhir
ayat” (Surat Ali Imran ayat 99).

Firman Allah SWT:

‫ط اَ دنههةف امههلن هد و نا هكههلم دل ديههأل له و ند هك لم دخ دبههاَ فل دو دد وا دمههاَ دع نا دتههلم دقههلد‬


‫يد اَ أد دي هد اَ ا لا اذ ي دن آ دم نه وا دل تد تا اخهههذ وا با د‬
‫ت إا لن هك لن هتههلم‬ ‫ص هد و هر هه لم أد لك دبهههر ُ دقههلد بد يا انههاَ لد هكهههم ا لل ديههاَ ا‬
‫ض اَ هء ام لن أد لف دو ا اه اه لم دو دم اَ ته لخ فا ي ه‬
‫ت ا لل بد لغ د‬
‫بد دد ا‬
‫تد لع قا له و دن‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman


kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka
tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka
menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari
mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah
lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat
(Kami), jika kamu memahaminya.” (Surat Ali Imran ayat 118)57

57
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 299
Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas, katanya:
“Beberapa orang laki-laki Islam masih juga berhubungan dengan laki-
laki Yahudi disebabkan mereka bertetangga dan terikat dalam perjanjian
jahiliyah. Maka Allah pun menurunkan ayat melarang mereka mengambil
orang-orang Yahudi itu sebagai teman akrab karena dikhawatirkan
timbulnya fitnah atas mereka. (Surat Ali Imran ayat 118)

Al Maidah

Firman Allah SWT:

‫ت دع لد لي هكههههم ا لل دم لي تدهههةه دو الههاد هم دو لد لحههههم ا لل اخ لن از يههار دو دمهههاَ أه اههههال لا دغ ليهههار ا ا‬


‫اهههه باهههاه دو ا لل هم لن دخ نا قدهههةه‬ ‫هح بر دمههه ل‬
‫ب‬ ‫صهه ا‬ ‫دو ا لل دم لو قه و دذ ةه دو ا لل هم تد در بد يد ةه دو ال نا اط ي دح ةه دو دم اَ أد دك دل ال اس به هع إا الهه دم اَ دذ اك لي هتههلم دو دمههاَ هذ ابههدح دع دلههى ال ند ه‬
‫س ا لا اذ ي دن دك فد هر وا امههلن اد ي نا هكههلم فد دل تد لخ دشههلو هه لم‬ ‫ق ٰ ا لل يد لو دم يد ئا د‬ ‫دو أد لن تد لس تد لق اس هم وا با اَ للدههلز دل ام ُ ىدذ لا هك لم فا لس م‬
ُ َ‫ت لد هكهههم ا ل الههلسههدل دم اد ي فنهها‬ ‫ضي ه‬‫ت دع لد لي هك لم نا لع دم تا ي دو در ا‬ ‫ت لد هك لم اد ي ند هك لم دو أد لت دم لم ه‬ ‫دو ا لخ دش لو ان ُ ا لل يد لو دم أد لك دم لل ه‬
‫ف ا الههلث رم ِ فد إ ا ان ا‬
‫ادههه دغ فه و مر در اح ي مم‬ ‫ض طه ار فا ي دم لخ دم د‬
‫ص رة دغ لي در هم تد دج اَ نا ر‬ ‫فد دم ان ا ل‬

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging


hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib
dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surat Al-Maidah ayat
3)58

58
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 489
Telah diketengahkan oleh Ibnu Mandah didalam kitab As-Sahabah dari
jalur Abdullah ibnu Jabalah ibnu Hibban ibnu Hajar dari ayahnya,
kemudian dari kakeknya yang bernama Hibban. Kakeknya bercerita:
“Kami bersama Rasulullah SAW; sedangkan aku pada waktu itu sedang
menyalakan perapian dibawah sebuah panci besar yang berisikan daging
bangkai, kemudian turunlah ayat yang mengharamkan memakan daging
bangkai lalu segera aku tumpahkan panci itu.”

Firman Allah SWT:

‫أد فد هح لك دم ا لل دج اَ اه لا يا اة يد لب هغ و دن ُ دو دم لن أد لح دس هن ام دن ا‬
‫ااههه هح لك فم اَ لا قد لو رم يه و قا نه و دن‬

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum)


siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang
yang yakin?” (Surat Al-Maidah ayat 50)59

Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan, bahwa
Ka’abibnu Usaid, Abdullah ibnu Suria, dan Syasy ibnu Qais berkata: “
Bawalah kami olehmu menuju ke Muhammad, barangkali kami bisa
memfitnah agamanya”. Kemudian mereka mendatangai dan bertanya
kepadanya: “Hai Muhammad, sesungguhnya engkau telah mengetahui
bahwa kai ini adalah pendeta agama Yahudi dan termasuk orang-orang
mulia serta penghulu mereka. Dan kami merasa yakin, jika kami
mengikutimu berarti sama saja dengan mengikuti agama Yahudi. Mereka
tidak bertentangan dengan kami, hanya saja antara kami dan kaum kami
terjadi sengketa, maka dari itu kami menyerahkan keputusannya
kepadamu, kami persilahkan engkau menhukumi antara kami, kemudian
ami mau beriman kepadamu”. Akan tetapi Nabi SAW menolak ajakan
mereka itu, kemudian turunlah Surat Al-Maidah ayat 50.

Firman Allah SWT:

‫اههههه دو در هسههو له هه دو ا الههاذ ي دن آ دم هنههوا ا الههاذ ي دن يه قا ي همههو دن ال ا‬


‫صههدل ةد دو يه لؤ هتههو دن ال از دكههاَ ةد دو ههههلم‬ ‫إا نا دم اَ دو لا دي هك هم ا‬
‫در ا اك هع و دن‬

59
Ibid., hlm 497
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-
orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (Surat Al-Maidah ayat 55)60

Imam Tabrani telah mengetengahkan sebuah hadist dalam kitab Al-


Awsaf-nya melalu sanad yang didalamnya banyak terdapat rawi-rawi
yang majhul (tidak dikenal) dari Ammar ibnu Yasir yang telah
menceritakan, bahwa pada suatu hari datang seorang pengemis kepada
Ali ibnu Abi Thalib, sedangkanwaktu itu Ali sedang rukuk dalam shalat
sunnatnya. Kemudian ia melepaskan cincinnya dan memberikannya
kepada pengemis itu.(Lalu turunlah Surat Al-Maidah ayat 55-56). Hanya
saja hadist ini mempunyai banyak syahid (saksi) hadist lain yang
memperkuatnya. Abdurrazaq telah berkata: “Telah menceritakan kepada
kami Abdul Wahhab ibnu Mujahid dari ayahnya dari Ibnu Abbas
mengenai firma-Nya: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah
dan Rasulnya..” (Surat Al-Maidah ayat 55). Bahwasanya ayat ini
diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami oleh Ali ibnu Abu
Thalib.

Ibnu Mardawih teah meriwayatkannya dari jalur lain, dari Ibnu Abbas
dengan makna yang sama. Dan telah diketengahkan pula hadist yang
serupa dari Ali secara langsung. Ibnu Jarir telah mengetengahkan dari
Mujahid, dan juga Ibnu Abi Hatim dari Salamah Ibnu Kuhail hadist yang
serupa; kesemuanya itu adalah saksi-saksi yang satu sama lainnya saling
memperkuat.

Firman Allah SWT:

‫ب لد لس ته لم دع لد ىى دش لي رء دح تا ىى ته قا ي هم وا ال تا لو در ا ةد دو ا ل الههلن اج ي دل دو دم اَ أه لن از دل إا لد لي هكههلم امههلن‬ ‫أد له دل ا لل اك تد اَ ا‬ َ‫قه لل يد ا‬


‫س دع دلههى‬ ‫ك طه لغ يد اَ فنههاَ دو هك لفههفر ا فد دل دتههأل د‬ ‫ك امههلن در ببهه د‬ ‫ ٰ دو لد يد از ي دد ان دك ثا ي فر ا ام لن ههههلم دمههاَ أه لنههاز دل إا لد ليهه د‬ ‫در بب هك لم‬
(68 ) ‫ا لل دك اَ فا ار ي دن‬ ‫ا لل قد لو ام‬

60
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 498
‫لهه دو ا لل ديههلو ام ا لل اخههار‬
‫صههاَ در ىى دمههلن آ دمههدن ابههاَ ا ا‬ ‫إا ان ا الههاذ ي دن آ دم هنههوا دو ا الههاذ ي دن دهههاَ هد وا دو ال ا‬
‫صههاَ با ئه و دن دو ال نا د‬
(69 ) ‫ف دع لد لي اه لم دو دل هه لم يد لح دز نه و دن‬ ‫ص اَ لا فح اَ فد دل دخ لو م‬ ‫دو دع ام دل د‬

“Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, kalian tidak dipandang beragama sedikit


pun hingga kalian menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al-
Qur’an yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian.’
Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari
Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada
kebanyakan dari mereka, maka janganlah kamu bersedih hati terhadap
orang-orang kafir itu. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang
Yahudi, sabiin, dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka)
yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal
saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.” (Al-Maidah: 68-69)61

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang
telah mengatakan: “Rafi’, Salam Ibnu Misykum, dan Malik ibnus Saif
datang kepada Nabi SAW, lalu mereka berkata: ‘Hai Muhammad,
bukankah engkau mengaku bahwa sesungguhnya engkau ini adalah
pengikut agama Ibrahim dan engkau beriman (pula) kepada Al-Kitab
yang berada pada kami?”Nabi SAW menjawab: “Benar,akan tetapi kamu
telah membuat-buat bid’ah dan ingkar terhadap apa yang dikandung
didalamnya (Al-Kitab) itu, kemudian kamu menjelaskannya kepada umat
manusia’. Akan tetapi jawab mereka: “Sesungguhnya kami hanyalah
mengamalkan apa yang ada pada tangan kami (Al-Kitab), dan
sesungguhnya kami berada pada jalan hidayah dan kebenaran”. Setelah
itu Allah menurunkan ayat: “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang
beraga sedikitpun…” (Surat Al-Maidah ayat 68-82)

Al ahzab ayat 5

Firman Allah SWT:

61
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 501
‫الدهعوههلم الدباَئااهلم ههدو أدلقدسطه اعندد ا‬
‫اا فداإن لالم تدلعلدهموا آدباَءههلم فدإ الخدوانههكلم افي البديان دودمهدوااليهكلم دولدليه د‬
َ‫س دعلدليهكههلم هجدنهاَمح افيدمهها‬
َ‫اه دغهفوفرا اراحيفما‬ ‫ت قههلوبههكلم دودكاَدن ا‬‫أدلخطدألهتم بااه دولداكن اماَ تددعامدد ل‬

“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama


bapak-bapak mereka ....” (Q.S. 33. Al-Ahzab, 5)

Imam Bukhari telah mengetengahkan sebauh hadis melalui Ibnu Umar


r.a. yang telah menceritakan bahwa kami tiada sekali-kali memanggil
Zaid bin Harisah melainkan Zaid bin Muhammad, hingga turunglah ayat
Al-Qur’an berkenaan dengan masalah ini.62

Az-Zumar ayat 3

Firman Allah SWT:

‫ص ُ دو ا لا اذ ي دن ا تا دخ هذ وا امههلن هد و انههاه أد لو لا ديههاَ دء دمههاَ ند لع هبهههد هه لم إا الهه لا يه قد بر به و دنههاَ إا دلههى‬


‫أد دل االاههه ال بد ي هن ا لل دخ اَ لا ه‬
‫ادههه دل يد لهههاد يِ دمههلن ههههدو دكههاَ اذ م‬
‫ب‬ ‫ادههه يد لح هك هم بد لي ند هه لم فا ي دم اَ هه لم فا ي اه يد لخ تد لا فه و دن ٰ إا ان ا‬ ‫ااههه هز لل فد ىى إا ان ا‬ ‫ا‬
‫دك فا اَ مر‬

“Dan orang-orang yang mengambil .... ” (Q.S. 39 Az-Zumar,3)

Juwaibir telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas


r.a. sehubungan dengan Asbabun nuzul ayat ini. Ibnu Abbas r.a. telah
menceritakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan tigakabilah,
yaitu Amir, Kinanah, dan Bani Salamah. Mereka adalah orang-orang
yang menyembah berhalah, dan mereka telah mengatakan “malaikat-
malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah” dan mereka telah
mengatakan pula sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan
kami kepada Allah dan sedekat-dekatnya”. (Q.S. 39 Az-Zumar,3)63

As-Syura ayat 16

62
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 529
63
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 699
‫ضههةم اع لنههدد در بب اهههلم دو دع لد لي اهههلم‬
‫ب دلهههه هح اج ته ههههلم دد ا اح د‬
‫ااههه ام لن بد لع اد دمههاَ ا لسههته اج ي د‬ ‫دو ا لا اذ ي دن يه دح اَ دج و دن فا ي ا‬
‫ب دو لد هه لم دع دذ ا م‬
‫ب دش اد ي مد‬ ‫ض م‬ ‫دغ د‬

Orang-orang musyrik Makkah berkata kepada orang-orang


mukmin yang berada diantara mereka: “Manusia memaasuki Agama
Allah dengan berbondong-bondong, sekarang keluarlah kalian dari
kalangan kami, mengapa kalian tetap saja bermukmin di antara kami”.
Maka turunlah ayat ini, yaitu Firmannya: “dan orang-orang yang
membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima....” (Q.S. 41 Asy-
Syura, 16)

Abdur Razzq telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Qatadah


sehubungan dengan firman-Nya: “Dan orang-orang yang membantah...”
(Q.S. 41 Asy-Syura, 16)

Qatadah telah megatakan bahwa meraka yang dimaksud oleh ayat


ini adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mereka telah mengatakan
“kitab kami sebekum kitab kalian, nabi kami sebelum nabi kalian, maka
kami lebih baik dari kalian”.64

Al-Mumtahanah ayat 8

‫اهههه دع ان ا لا اذ ي دن لد لم يه قد اَ تا له و هك لم فا ي ال بد ي ان دو لد لم يه لخ ار هجههو هك لم امههلن اد ديههاَ ار هك لم أد لن تد بد در و ههههلم‬


‫دل يد لن هد اَ هك هم ا‬
‫ب ا لل هم لق اس اط ي دن‬ ‫ادههه يه اح د‬‫دو ته لق اس طه وا إا لد لي اه لم ُ إا ان ا‬

Imam Bukhari telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Asma


binti Abu Bakar r.a. yang telah menceritakan : “Ibuku datang kepadaku
atas kemauannya sendiri. Lalu aku bertanya kepada Nabi SAW, bolehkah
aku menemuinya? Maka Nabi SAW menjawab, ‘boleh’ ”. Kemudian
Allah menurunkan firman-Nya berkenaan dengan peristiwa yang dialami
Asma binti Abu Bakar, yaitu: “Allah tiada melarang kalian terhadap
orang-orang yang tiada memerangi kalian karena agama”. (Q.S. 60 Al-
Muumtahanah, 8)

64
Ibid., hlm 777
Imam Ahmad dan Imam Bazzar serta Imam Hakim telah
mengetengahkan sebuah hadis sahih oleh Imam Hakim dengan melalui
Abdullah ibnu Zubair yang telah menceritakan bahwa Qatilah datang
menemui anaknya, yaitu Asma binti Abu Bakar. Qatilah ini adalah bekar
istri Abu Bakar yang telah ditalaknya pada masa Jahiliyah. Qatilah
datang menemui anak perempuannya dengan membawa hadiah-hadiah,
tetapi Asma menolak menerima hadiah itu, atau menolak
mempersilahkannya masuk ke rumah. Lalu Asma mengirim utusan
kepada Siti Aisyah r.a. untuk menanyakan kepada Rasulullahh SAW
mengenai masalah ini. Lalu Siti Aisyah r.a. menyampaikan kepada
Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW memerintahkan supaya Asma
menerima hadiah-hadiah ibunya itu dan mempersilahkannya masuk ke
dalam rumah. Lalu Allah SWT, menurunkan firman-Nya:
“Allah tiada melarang kalian terhadap orang-orang yang tiada
memerangi kalian karena agama”. (Q.S. 60 Al-Muumtahanah, 8)65

65
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 1, Sinar Baru
Algensindo, Depok, 2008, hlm. 1076
C. Analisis dan Diskusi

1. Analisis

2. Diskusi
D. Kesimpulan

1. Sejarah artinya asal-usul (keturunan) silsilah; kejadian dan peristiwa yg


benar-benar terjadi pd masa lampau; riwayat; tambo: cerita; pengetahuan
atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di
masa lampau. Agama adalah suat jenis sistem sosial yang dibuat oleh
penganut-penganutnya yag berproses pada kekuatan-kekuatan non empiris
yang dipercayaiaya dan didayagunakannya untuk mecapai keselamatan
bagi mereka dan masyarakat luas umumnya. Sedangkan teori sosiologi
adalah teori-teori yang berkaitan dengan gejala-gejala sosial dan juga
teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam
arti memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori yang lama.

2. Banyak ilmuwan sosial yang telah mencoba meneliti asal-usul agama atau
menganalisis sejak kapan manusia mengenal agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan. Dengan metode pendekatan yang berbeda, mereka
melakukan penelitian terhadap masyarakat yang paling dasar dan paling
rendah peradabannya. Dalam asumsi mereka, masyarakat seperti itu adalah
model dari masyarakat awal peradaban manusia. Mereka mengemukakan
enam teori setelah melakukan penelitian tersebut, yaitu: Teori Jiwa, Teori
Batas Akal, Teori Krisis dalam Hidup Individu, Teori Kekuatan Luar
Biasa, Teori Sentimen Kemasyarakatan dan Teori Wahyu Tuhan.

3. Terdapat beberapa ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan agama yaitu


Surah Al-Baqarah ayat 120, 130, 135, 158, Surat Ali Imran ayat 23, Surah
Ali Imran ayat 73, 101-103, Surat Al-Maidah ayat 3, 50, Surat 41 Asy-
Syura, 16 dsb

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka.

Webster, A Merriam, 1962, Webster’s Students Dictionary, USA: Inernational


Pan-Amirican.

Endarmoko, Eko, 2006, Tesaurus Bahas Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Longman., 1987, Longman Dictionary of Contemporary English, England:


Longman Group UK Limited.

Soekanto, Soejono, Kamus Sosiologi, 1993, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ishomuddin, 2002, PengantarSosiologi Agama . Jakarta: PT. Ghalia Indonesia-
UMM Press
Kahmad, Dadang, 2002, Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
D. Hendropuspito, 1998, Sosiologi Agama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Thomas F, O’Dea, The Sociology of Religion.Jakarta: CV Rajawali
Zul, Em dan Aprilian senja, Ratu, 2008 Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Jakarta: Difa Publisher

Mustofa, Bisri dan Vindi, Eilsa, 2008. KAMUS LENGKAP SOSIOLOI.


Yogyakarta: Panji Pustaka

Kahmad, Dadang,2009, Sosiologi Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


L. Pals, Daniel, 2012, Seven Theories of Religion, Jogjakarta: Divapress.

Al-Mahalli, Imam Jalaludin dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008. Tafsir Jalalain
Jilid 1, Depok: Sinar Baru Algensindo.

Al-Mahalli, Imam Jalaludin dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008. Tafsir Jalalain
Jilid 2, Depok: Sinar Baru Algensindo.

Anda mungkin juga menyukai