Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

Makalah

Dipresentasikan dalam Seminar Mata kuliah Filsafat Ilmu Program


Pascasarjana (S2) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Semester I Kelas Non Regular Tahun Akademik 2023/2024

Oleh:

MUHAMMAD AMIN ARIF


NIM. 80100223170

Dosen Pemandu:

Prof. Dr. Marilang, SH., M.Hum

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASAR
2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Puja puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga berhasil

menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Filsafat

Ilmu”. Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas “Filsafat Ilmu”.

Tak lupa pula, Sholawat serta salam marilah kita hanturkan kepada

baginda Rasulullah SAW, karena dengan perantara beliaulah kita di

pandu dari zaman kebodohan, zaman kebatilan, menuju zaman penuh

dengan cahaya ilmu pengetahuan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun

selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami

sampaikan terima kasih kepada temam yang telah berperan serta dalam

penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT

senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Atas perhatiannya di ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Penyusun

Muhammad Amin Arif


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara

substansial maupun secara historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari

peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan

filsafat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan pada saat ini manusia dituntut

untuk mampu menggunakan teknologi komunikasi dan informasi, dalam

penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dibutuhkan suatu cara yang

bersifat ilmiah, sehingga menghasilkan produk atau hasil yang dapat

dipertanggungjawabkan. Berpikir secara ilmiah bersandar kepada sain atau

ilmu pengetahuan, dengan pola pikir yang mendalam sehingga dihasilkan

pemikiran sistematis, semuanya ini bersumber pada filsafat ilmu.1

Secara historis filsafat merupaka induk ilmu, dalam perkembangannya

ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah

kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan

untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial


dan radikal atas masalah tersebut. Sementara ilmu terus mengembangakan

dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal.

Proses atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian

Filsafat Ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya

menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu

tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu

sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.

1
Milasari dkk, Filsafat ilmu dan pengembangan metode ilmiah. Jurnal Filsafat
Indonesia, Vol. 4 No. 3 (2021), h. 218.
Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan

upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu

Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun

manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas

dari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi,

dan aksiologi dengan berbagai pengembangan dan pendalaman yang

dilakukan oleh para ahli.2

Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat, pada awal

kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu)

pengetahuan yang muncul pada masa peradaban Kuno (masa Yunani).

Sejarah adalah kesinambungan atau rentetan suatu peristiwa/ kejadian

antara masa lampau, masa sekarang dan masa depan. Hal ini dapat diketahui

dari segi kronologis dan geografis, yang bisa dilihat dengan kurun waktu

dimana sejarah itu terjadi. Dalam setiap periode sejarah pekembangan

filsafat ilmu memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu. Secara garis besar

sejarah perkembangan filsafat ilmu menjadi empat periode: pada zaman

Yunani, pada zaman abad pertengahan, pada zaman abad modern, dan pada

zaman kontemporer.3

Terjadinya perkembangan filsafat ilmu setiap periode ini dikarenakan

pola pikir manusia yang mengalami perubahan dari mitos-mitos menjadi

lebih rasional. Manusia menjadi lebih proaktif dan kreatif menjadikan alam

sebagai objek penelitian dan pengkajian. Karena itu, dalam makalah ini,

penulis akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan filsafsat ilmu

2
Siti Mariyah dkk, Filsafat dan Sejarah Perkembangan Ilmu. Jurnal Filsafat Indonesia,
Vol. 4 No. 3 (2021), h. 242.
3
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 21
sesuai kemampuan penulis miliki, tentunya penulis dalam hal ini masih jauh

dari kesempurnaan.
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana paparan yang disampaikan diatas bahwa rumusan

permasalahan yang perlu diselesaikan pada karya ini adalah:

1. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat ilmu pada masa Yunani?

2. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat ilmu pada masa Abad

Pertengahan?

3. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat ilmu pada Abad Modern?

4. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat ilmu masa Renaisans dan

Kontemporer?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan filsafat ilmu pada masa

Yunani!

2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan filsafat ilmu pada masa

Abad Pertengahan!
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan filsafat ilmu pada masa

Abad Modern!

4. Untuk mengetahui sejarah perkembangan filsafat ilmu pada masa

Kontemporer!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Masa Yunani

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah

peradaban manusia karena saat itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari

mitosentris menjadi logo-sentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir

masyarakat yang sangat mengenal mitos untuk menjelaskan fenomena alam,

seperti gempa bumi dan pelangi. Namun, ketika filsafat di perkenalkan, fenomena

alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam

yang terjadi secara kausalitas. Penelusuran filsafat Yunani dijelaskan dari asal kata

filsafat. Sekitar abad 9 SM atau paling tidak tahun 700 SM, di Yunani, Sofhia

diberi arti kebijaksanaan; Sophia berarti juga kecakapan. Kata philoshopos mula-

mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos (480−540 SM). Sementara

pada abad 500−580 SM, kata-kata tersebut digunakan oleh Pithagoras.4


Menurut Philosophos (ahli filsafat), harus mempunyai pengetahuan luas

sebagai pengenjawantahan daripada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-

benar jelas digunakan pada masa kaum sophis dan socrates yang memberi arti

philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoretis.

Philosopia adalah hasil dari perbuatan yang disebut Philosophein, sedangakan

philosophos adalah orang yang melakukan philosophien. Dari kata philosophia itulah

timbul kata-kata philosophie (Belanda, Jerman, Perancis), philosophy (Inggris). Dalam

bahasa Indonesia disebut falsafat .

Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa

4
Suaedi, pengantar filsaft ilmu,(Cet. I; Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2016). h. 1.
memilki peradaban. Oleh karenanya Yunani kuno sangat identik dengan

filsafat yang merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Padahal filsafat dalam

pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh sebelum para filosof

klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat ditangan mereka

menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan

pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka

ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Menurut

Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang begitu mencengangkan

atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di Yunani secara

mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di

Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai

kemudian bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya.5

Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai

landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan,

sehingga berkembang pada generasi-generasi setelahnya. Itu ibarat pembuka

pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga

sekarang. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri

poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Zaman ini berlangsung

dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan

sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu

secara kritis), dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap

receptive attitude (sikap menerima segitu saja). Sehingga pada zaman ini

filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau

zaman keemasannya.6

Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik
5

dari Zaman Kuno Hingga Sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 4.


6
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 22.
Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan yang terkemuka di
antaranya adalah:
a. Thales (624-545 SM)
Kurang lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Isa (Yesus)

terlahir, muncul sosok pertama dari tridente Miletus yaitu Thales yang

menggebrak cara berfikir mitologis masyarakat Yunani dalam

menjelaskan segala sesuatu. Thales adalah filsuf pertama sebelum masa

Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala materi

adalah air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi

dasar alam.
b. Pythagoras (580 SM–500 SM)
Pythagoras lahir di Samos (daerah Ioni), tetapi kemudian berada

di Kroton (Italia Selatan). Ia adalah seorang filsuf Yunani yang paling

dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai Bapak Bilangan, dan salah

satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras,

yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-

siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi

siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak

diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan

kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan

pengamatan ini secara matematis. Selain itu, Pythagoras berhasil

membuat lembaga pendidikan yang disebut Pythagoras Society. Selain

itu, dalam ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil menyumbang teori


tentang bilangan dan pembentukan benda.7
c. Socrates (469 SM-399 SM)
Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari

tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles.

Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga

mengajar Aristoteles. sumbangsih Socrates yang terpenting bagi

pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai

metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral

yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika

atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.12 Periode setelah

Socrates ini disebut dengan zaman keemasan kelimuan bangsa Yunani,

karena pada zaman ini kajian-kajian kelimuan yang muncul adalah

perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang

sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid

Socrates.8
d. Plato (427 SM-347 SM)
Plato adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya

yang paling terkenal ialah Republik (Politeia) dimana ia menguraikan

garis besar pandangannya pada keadaan ideal. Selain itu, ia juga menulis

tentang Hukum dan banyak dialog dimana Socrates adalah peserta

utama. Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya

mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan

daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Plato,

yang hidup di awal abad ke 4 SM adalah seorang filsuf earliest (paling

7
Harun Hadiwiyono, Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kanisius, 1980), h. 19.
8
W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad
Pertengahan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 60.
tua) yang tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia akademisi hingga

saat ini. Karyanya Timaeus merupakan karya yang sangat berpengaruh i

zaman sebelumnya; dalam karya ini ia membuat garis besar suatu

kosmogoni yang meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut

perimbangan dan teori-teori fisika dan fisiologi yang diterima pada saat

itu.9
e. Aristoteles (384 SM- 322 SM)
Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan

guru dari Alexander yang Agung. Ia memberikan kontribusi di bidang

Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di

bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan

mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Sementara

itu, di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang

ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Dari

kontribusinya, yang paling penting adalah masalah logika dan

Teologi (Metefisika). Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir

deduktif (deductive reasoning), bahkan sampai saat ini masih dianggap

sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Demikian,

dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi,

eksperimen dan berpikir induktif. Logika yang digunakan untuk

menjelaskan cara menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh

Aristoteles didasarkan pada susunan pikir. Masa keemasan kelimuan

bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia berhasil

menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang

dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan

Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Cet. I;
9

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 10.


metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang

disebut silogisme (syllogisme).10

B. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Masa Abad Pertengahan

Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan

filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan maka filsafat atau pemikiran pada

abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran

filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu

didasarkan atas agama sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.

Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari Karel

Agung, didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi pelajaran gramatika, dialektika,

geometri, aritmatika, astronomi, dan musik. Keadaan tersebut akan mendorong

perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang ditandai berdirinya

universitas-universitas dan ordo-ordo. Dalam ordo inilah mereka mengabdikan

dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama, seperti Anselmus (1033–1109),

Abaelardus (1079–1143), dan Thomas Aquinas (1225–1274). Di kalangan para ahli

pikir Islam (periode filsafat Skolastik Islam), muncul al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina,

al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd. Periode skolastik Islam ini

berlangsung tahun 850–1200. Pada masa itulah kejayaan Islam berlangsung dan ilmu

pengetahuan berkembang dengan pesat. Akan tetapi, setelah jatuhnya Kerajaan Islam

di Granada, Spanyol tahun 1492 mulailah kekuasaan politik barat menjarah ke timur.

Suatu prestasi yang paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam

bidang filsafat. Di sini mereka merupakan mata rantai yang mentransfer filsafat

Yunani, sebagaimana yang dilakukan oleh sarjana-sarjana Islam di timur terhadap

Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Cet. I;
10

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 30.


Eropa dengan menambah pikiran-pikiran Islam sendiri. Para filsuf Islam sendiri

sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, Plato dan Al-

Qur’an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan serta sinkretisme

antara agama dan filsafat.11

Menurut Harun Nasution, keilmuan berkembang pada zaman

Islam klasik (650-1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang

bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an

dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani

melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban

Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur

(Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia).12 Sedangkan W. Montgomery

Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki

oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani

dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal

di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria,

dan kemudian pada sekitar tahun 900 M ke Baghdad.13

sebagian umat Islam menekuni logika dan filsafat. Sebut saja al-Kindī,

al-Fārābī (w. 950 M), Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037 M), al-Ghazālī (w.

1111 M), Ibn Bājah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn Tufayl atau Abubacer (w.

1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M). Menurut Felix Klein-

Franke, al-Kindī berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan

membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang

dan sulit, yang sebagian di antaranya kemudian diteruskan dan

Suaedi, pengantar filsaft ilmu, (Cet. I; Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2016), h. 4.
11

Harun Nasution, Islam Rasional (Bandung: Mizan, 1998), h. 7.


12

13
W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa
Abad Pertengahan, h. 44.
dikembangkan oleh al-Fārābī. Al-Kindī sangat ingin memperkenalkan filsafat

dan sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab, seperti yang sering

dia tandaskan, dan menentang para teolog ortodoks yang menolak

pengetahuan asing.14

Kemudian pikiran-pikiran ini masuk ke Eropa yang merupakan

sumbangan Islam paling besar, yang besar pengaruhnya terhadap ilmu

pengetahuan dan pemikiran filsafat, terutama dalam bidang teologi dan ilmu

pengetahuan alam. Peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam

sejarah filsafat disebut sebagai masa peralihan (masa transisi), yaitu

munculnya Renaissance dan Humanisme yang berlangsung pada abad 15−16.

Munculnya Renaisance, inilah yang mengawali masa abad modern. Mulai zaman

modern ini peranan ilmu alam kodrat sangat menonjol sehingga akibatnya

pemikiran filsafat semakin dianggap sebagai pelayan dari teologi, yaitu sebagai

suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang

dapat dicapai oleh akal manusia.15

C. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Masa Abad Renaisans dan

Modern

Michelet, sejarahwan terkenal adalah orang pertama yang

menggunakan istilah renaisans. Para sejarahwan biasanya menggunakan

istilah ini untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual,

khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia sepanjang abad ke 15 dan

ke 16. Agak sulit menentukan garis batas yang jelas antara abad

pertengahan, zaman renaisans, dan zaman modern. Sementara orang

menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan dari zaman

Felix Klein-Franke, “Al-Kindī”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1,


14

(Bandung: Mizan, 2003), h. 209-210.


15
Suaedi, pengantar filsaft ilmu, (Cet. I; Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2016). h. 4.
renaisans.16

Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang terletak di

ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans

merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang

mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu

humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme.

Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisisme.

Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan

manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak

pemikirannnya antroposentris, yaitu pemikiran filsafat mendasarkan pada akal

pikir dan pengalaman. Sebelumnya telah dikemukakan bahwa munculnya

Renaisance sebagai awal masa abad modern, dimana para ahli (filsuf) menjadi

pelopor perkembangan filsafat (kalau pada abad pertengahan yang menjadi

pelopor perkembangan filsafat adalah para pemuka agama). Pemikiran filsafat

masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode logis

ilmiah. Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran

filsafat diarahkan pada upaya manusia agar dapat menguasai lingkungan alam

menggunakan berbagai penemuan ilmiah.17

Karena semakin pesatnya orang menggunakan metode induksi/

eksperimental dalam berbagai penelitian ilmiah, akibatnya perkembangan

pemikiran filsafat mulai tertinggal oleh perkembangan ilmu-ilmu alam kodrat

(natural sciences). Rene Descartes (1596–1650) sebagai bapak filsafat modern

yang berhasil melahirkan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu

alam dan ilmu pasti ke dalam pemikiran filsafat. Upaya ini dimaksudkan

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 50.
16

Suaedi, pengantar filsaft ilmu, (Cet. I; Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2016). h. 4.
17
agar kebenaran dan kenyataan filsafat juga sebagai kebenaran serta kenyataan

yang jelas dan terang.

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung

sejak abad ke 12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance)

pusaka Yunani di Eropa pada abad ke 14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani

di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan

kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Walaupun Islam

akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia

telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah

kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaisance) pada abad ke 14

M, rasionalisme pada abad ke 17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke

18 M.18

Abad ke 19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belah. Pemikiran

filsafat pada saat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian tiap-tiap

bangsa dengan pengertian dan caranya sendiri. Ada filsafat Amerika, filsafat

Perancis, filsafat Inggris, dan filasafat Jerman. Tokoh-tokohnya adalah Hegel

(1770−1831), Karl Marx (1818−1883), August Comte (1798−1857), JS. Mill

(1806–1873), John Dewey (1858–1952). Akhirnya, dengan munculnya

pemikiran filsafat yang bermacam-macam ini berakibat tidak terdapat lagi

pemikiran filsafat yang mendominasi. Giliran selanjutnya lahirlah filsafat

kontemporer19

D. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Masa Kontemporer

Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat

ini. Zaman ini ditandai dengan adanya teknologi- teknologi canggih dan

18
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h. 32.
19
Suaedi, pengantar filsaft ilmu, (Cet. I; Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2016). h. 5.
spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini

bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan

oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21

merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini, ilmuwan

yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika

menjadi titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling

terkenal pada abad ke 20 adalah Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14

Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun).

Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. Dia mengemukakan teori

relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika

kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi.20

Filsafat Kontemporer juga bisa diartikan dengan cara seperti itu, yaitu

cara pandang dan berpikir mendalam menyangkut kehidupan pada masa

saat ini. Filsafat kontemporer ini sering dikaitkan dengan posmodernisme,

dikarenakan posmodernisme yang berarti “setelah modern” merupakan

akibat logis dari zaman kontemporer. Posmodernisme menyaratkan

kebebasan, dan tidak selalu harus simetris. Contohnya seni bangunan

posmodern tidak terlalu mementingkan aspek keseimbangan dalam bentuk

bangunan, melainkan sesuka hati yang membangun atau yang sesuai request.

Kembali lagi kepada pemikiran kontemporer yang beranjak dari seni

bangunan tadi, sama halnya dengan itu, pemikiran filsafat kontemporer ini

bebas. Kebebasan dalam memakai teori, menanggapi, dan mengkritik.21

Pada zaman ini dibandingkan dengan ilmu lain, ilmu fisika menjadi

ilmu yang menempati kedudukan tertinggi yang dibicarakan para filsuf pada

20
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar, h. 89.
21
Muhammad Qadafi, Sejarah perkembangan filsafat ilmu pada abad kontemporer,
jurnal ilmiah research student Vol. 1 No. 3 (2024), h. 129.
saat itu. Ilmu fisika pada saat itu dipandang sebagai ilmu dasar dari ilmu

pengetahuan yang membentuk alam semesta, ia juga menunjukkan bahwa

secara historis bahwa hubungan antara filsafat dan fisika terlihat dalam dua

cara. Yang pertama, diskusi para filsuf mengenai fisika dan interaksi antara

pandangan sustansial tentang fisika. Kedua, ajaran filsafat tradisional yang

dimana menjawab fenomena tentang materi kuasa, ruang, dan waktu yang

semula sudah erat kaitannya dengan filsafat dan fisika.22

filsafat kontemporer yang merupakan ciri khas pemikiran filsafat adalah

desentralisasi manusia karena pemikiran filsafat abad ke 20 ini memberikan

perhatian yang khusus pada bidang bahasa dan etika sosial. Dalam bidang bahasa

terdapat pokok-pokok masalah; arti kata-kata dan arti pernyataan-pernyataan.

Masalah ini muncul karena realitas saat ini banyak bermunculan berbagai istilah,

di mana cara pemakainnnya sering tidak dipikirkan secara mendalam sehingga

menimbulkan tafsir yang berbeda-beda (bermakna ganda). Oleh karena itu,

timbulah filsafat analitika yang di dalamnya membahas tentang cara berpikir

untuk mengatur pemakaian istilah- istilah yang menimbulkan kerancauan,

sekaligus dapat menunjukkan bahaya-bahaya yang terdapat di dalamnya. Karena

bahasa sebagai objek terpenting dalam pemikiran filsafat, para ahli pikir

menyebut sebagai logosentris. Dalam bidang etika sosial memuat pokok-pokok

masalah apakah yang hendak kita perbuat di dalam masyarakat.23

Nurdin Hasriadi, Filsafat ilmu, (Cet. I; Kampus IAIN Palopo 2020), h. 85.
22

Suaedi, pengantar filsaft ilmu, (Cet. I; Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2016). h. 5.
23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah perkembangan filsafat dapat disimpulkan bahwa filsafat

sebagai disiplin ilmu yang mempertanyakan hakikat eksistensi, nilai dan

realitas, telah melalui perjalanan yang panjang dan penuh dengan pemikiran-

pemikiran revolusioner sepanjang sejarah manusia. Perkembangan filsafat

ini tidak hanya mencerminkan perubahan dalam pandangan manusia tentang

dunia, tetapi juga muncul sebagai respons terhadap tantangan intelektual,

perubahan sosial, dan perkembangan ilmiah yang terjadi dari masa ke masa.

Dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari

dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Ilmu merupakan

metode berpikir secara obyektif dalam memberi makna terhadap dunia

fuktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan.

kelahiran ilmu tidak terlepas dari peran filsafat dan sebaliknya

perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.. Sejarah

perkembangan filsafat barat dibagi ke dalam empat periode berdasarkan ciri

pemikirannya, yaitu zaman Yunani, zaman pertengahan, zaman modern dan

zaman kontemporer.
B. Saran

Penting yang perlu dicatat bahwa perkembangan ilmu pengetahuan

harus diimbangi dengan pengembangan moralitas spiritual, karena Ilmu

pengetahuan hakekatnya adalah bebas nilai, tergantung bagaimana

manusia mempergunakannya. Ilmu pengetahuan bisa berdampak positif,

tetapi ia juga dapat memiliki dampak negatif bagi kehidupan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Russell Bertrand. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-

Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004.

Klein-Franke Felix. “Al-Kindī”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol.

1, Bandung: Mizan, (2003).

Hadiwiyono Harun. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Kanisius, 1980.

Ravertz Jerome R. Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan.

Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

K. Bertens. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1986.

Milasari dkk. Filsafat ilmu dan pengembangan metode ilmiah. Jurnal Filsafat

Indonesia. Vol. 4 No. 3 (2021).

Qadafi Muhammad. Sejarah perkembangan filsafat ilmu pada abad

kontemporer, jurnal ilmiah research student. Vol. 1 No. 3 (2024).

Hasriadi Nurdin. Filsafat ilmu. Cet. I; Kampus IAIN Palopo 2020.


Siti Mariyah dkk. Filsafat dan Sejarah Perkembangan Ilmu. Jurnal Filsafat

Indonesia, Vol. 4 No. 3 (2021).

Suaedi. pengantar filsaft ilmu. Cet. I; Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2016.

Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia.

Watt, W. Montgomery. Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas

Eropa Abad Pertengahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Anda mungkin juga menyukai