Anda di halaman 1dari 16

Nama : Tasya Maulida

Kelas : EKI 2 D
NIM : 051212153

TUGAS SEJARAH PERADABAN ISLAM

Kritik Buku “Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam”

Identitas Buku
Judul Buku : Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam
Penulis : Dr. Rusydi Sulaiman, M.Ag.
Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada
Tahun : 2015
Kota : Jakarta
ISBN : 978-979-769-717-4
Halaman Buku : 381 Halaman
Edisi : Satu
Cetakan : Dua
Buku yang berjudul “Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban
Islam” yang ditulis oleh Dr. Rusydi Sulaiman, M.Ag. Buku ini merupakan
kombinasi hasil penelitian baik secara akademik maupun penilaian mendalam
secara individu, dan sangat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akademis,
terutama bagi para pecinta ilmu tanpa susah payah untuk mencari bahan lain,
terutama kajian sejarah dalam peradaban Islam dari Arab sampai Indonesia. Buku
ini secara garis besar menampilkan 8 Bab tentang Pengantar Metodologi Studi
Sejarah Peradaban Islam dengan rincian sebagai berikut :
1. Pendahuluan
2. Makna Sejarah
3. Metodologi Studi Sejarah
4. Refleksi Sejarah Peradaban Islam
5. Muhammad saw dan Peradaban Manusia
6. Supremasi Peradaban Islam : Periode Al-Khulafa Al Rasyidun
7. Implikasi Sejarah Peradaban Islam : Kemunculan Dinasti-Dinasti Islam
8. Kesimpulan

1. BAB I PENDAHULUAN :
Metodologi Studi Islam digunakan ketika seseorang membahas kajian
beragam metode yang biasa digunakan dalam studi islam, seperti metode
normatif, historis, filosofis, dan sebagainya. Dengan bahasa yang lugas serta
pembahasan komprehensif, buku ini sangat layak menjadi bahan kajian bagi
para mahasiswa maupun dosen pengkaji Studi Islam di negeri ini – sebagai
negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia – agar mereka bukan
hanya menjadi penonton dan penikmat hasil kajian keislaman, melainkan
mereka juga berperan sebagai pelaku dari perkembangan tersebut.
Secara bahasa metodologi terdiri dari “metode dan logi”. Metode berasal
dari “method” artinya cara, jalan arti lainnya adalah cara yang teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud, bisa juga diartikan sebagai
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan, sedangkan logi/loghos berarti ilmu dan jika
digabungkan berarti ilmu berupa jalan atau cata dalam memahami sesuatu.

Kritikan :
Dalam babnya yang pertama materi yang diberikan dapat membuka
wawasan yang pertama mengenai pembahasan metodologi studi Islam, akan
tetapi dalam bab pertama ini belum dijelaskan secara terperinci tentang
bagaimana cara kita memahami isi pembahasan dalam metotodologi studi
Islam tersebut, sehingga pembaca mengalami kesulitan ketika memahami
pembahasan mengenai metodologi studi Islam dalam bab ini. dan didalam
pembahasan dalam bab ini memiliki bahasa yang lugas serta pembahasan
komprehensif, buku ini sangat layak menjadi bahan kajian bagi para
mahasiswa maupun dosen pengkaji Studi Islam di negeri ini – sebagai negeri
dengan penduduk Muslim terbesar di dunia – agar mereka bukan hanya
menjadi penonton dan penikmat hasil kajian keislaman, melainkan mereka
juga berperan sebagai pelaku dari perkembangan tersebut

2. BAB II MAKNA SEJARAH :


a. Mempelajari Sejarah
b. Terminologi Sejarah
c. Urgensi Pembelajaran Sejarah
d. Makna Kebudayaan : Beberapa Pendapat
e. Peradaban Bagian dari Kebudayaan?
f. Sejarah : Apa yang Harus Dilakukan?

Ketika sejarah disimpulkan untuk merujuk kepada setidaknya dua konsep


yang berbeda, yaitu: pertama, sejarah yang tersusun dari serangkaian
peristiwa masa lampau, keseluruhan pengalaman manusia. Kedua, sejarah
sebagai suatu cara yang dengannya fakta-fakta diseleksi, diubah-ubah,
dijabarkan dan dianalisis. Maka materi tersebut sangatlah berguna bagi
kelangsungan hidup manusia sebagai bagian dari sejarah. Yang pertama
memberikan pemahaman akan arti objektif masa lampau, sedangkan yang
kedua mengandung makna subjektif. Sejarah apapun bentuknya, sangat urgen
bagi masyarakat berikutnya, paling tidak peristiwa sejarah masa lampau dapat
dijadikan pengalaman terbaik unutk emnapaki kehidupan berikutnya. Apakah
ia merupakan keberhasilan maupun kegagaln. Urgensi lain dari sejarah adalah
memperluas wawasan berfikir manusia. Artinya sejarah terus memberikan
pedoman dan prespektif tentang perkembangan selanjutnya.
Pengertian peradaban dan kebudayaan dalam bahasa Indonesia sering
kali dianggap sama, sepertinya tidak dipersoalkan. Akan tetapi, dalam bahasa
inggris masing-masing memiliki istilah yang berbeda. Suatu hal yang
membedakan antara kebudayaan dan peradaban sebenarnya terletak pada
kemajuan dan kesempurnaan wujud tertentu yang telah dicapai seseorang atau
masyarakat. Kebudayaan masyarakat yang satu terlihat maju dan sempurna
daripada kebudayaan masyarakat yang lain. Bila aspek-aspek melekat kepada
kebudayaan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi modern, maka disebut
dengan peradaban. Kedua kata peradaban dan kebudayaan sebenarna
merupakan keseluruhan yang kompleks dari kehidupan manusia yang meliputi
pengetahuan, dogma, seni, nilai-nilai moral, hukum, tradisi social dan semua
kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota dalam
masyarakat. Kaitannya dengan agama, maka agama akan sulit dilihat
sosoknya secara jelas tanpa adanya unsure budaya/kebudayaan dan peradaban.
Keduanya berperan dalam memahami agama yang terdapat pada dataran
empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di
masyarakat.

Kritikan :
Menurut saya pada Bab II memiliki pembahasan yang sangat jelas
karena didalam pembahasan dalam bab ini dapat memahami dan lebih
mengerti tentang makna sejarah, terminologi sejarah, urgensi pembelejaran
sejarah, makna kebudayaan, beberapa peradaban kebudayaan dan apa yang
harus dilakukan ketika kita memaknai suatu sejarah dan didalam bab ini
memiliki pembahasan yang sangat dijelaskan secara detail langkah-langkah
dan metode yang ditempuh dan memiliki penjelasan pembahasan yang
mudah dipahami, sehingga pada bab ini dapat dijadikan suatu referensi
penelitian bagi seseorang untuk membuat suatu tugas ataupun penelitian
mengenai suatu makna sejarah dan kebudayaan didalam pembahasan sejarah
peradaban Islam.

3. BAB III METODOLOGI STUDI SEJARAH


a. Sejarah Sebagai Ilmu
b. Karakteristik Pengkajian Sejarah
c. Tipologi Sejarah
d. Beberapa Pendekatan dalam Pengkajian Sejarah
e. Rekonstribusi Sejarah Gerakan dengan Pendekatan Ilmu Sosial : Sebuah
Contoh Proposal Penelitian
f. Metodologi Penelitian
g. Sistematika Pembahasan

Keberadaan sejarah sebenarnya sangatlah penting dalam kehidupan


manusia. Tanpa pengungkapan sejarah, manusia tidak akan mengetahui
kejadian peristiwa masa lampau. Terkadang disebutkan bahwa sejarahadalah
masa lampau, sebaliknya masa lampau juga sejarah. Sejarah dan masa
lampau adalah masalah yang sama, kemudian dibedakan karena alas an
teoritis. Masa lampau sesungguhnya adalah masa lampau, namun pengkajian
terhadap masa lampau dengan teliti, cermat dan analitis disebut sejarah masa
lampau.
Pada dasarnya ilmu sejarah memiliki kedudukan sama dengan disiplin
ilmu social lainnya, seperti sosiologi, ilmu politik, antropologi danpsikologi.
Kekhususan yang dimiliki sejarah disbanding dengan ilmu ilmu tersebut
ialah sejarah membicarakan masyarakat itu dengan senantiasa memerhatikan
dimensi waktu (diakronis) dengan beberapa orientasi yang saling
berhubungan satu sama lain.
Nah dua aspek lainnya adalah metodologi dan Ideologi. Sejarah
sebenarnya adalah konstruk ideology yang dibangun oleh mereka yang
dipengaruhi oleh hubungan kekuasaan. Menururt Keith Jenkins, sejarah
adalah teori dan teori bersifat ideologis. Ideology adalah kecenderungan
material. Untuk mengurangi kecenderungan ideologis tersebut dapat
diperlukan metodologi. Penguatan metodologi pengkajian yang kuat akan
menghasilkan hasil penelitian sejarah yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Kritikan :
Menurut saya pada Bab III ini pada materi diatas membahas tentang
Metodologi Sejarah, dan pada materi ini memiliki pembahasan yang cukup
mendalam dan saya sedikit mendapatkan kesulihan dalam memahami isi
didalam bab mengenai metodologi ini, sehingga masukan saya adalah untuk
lebih dipermudahan penggunaan tata bahasa di dalam materi ini sehingga
dapat lebih di sederhanakan kembali penggunaan tata bahasa dalam materi
metodologi sejarah ini.

4. BAB IV REFLEKSI SEJARAH PERADABAN ISLAM


a. Dasar-dasar Sejarah Peradaban Islam
b. Peradaban Islam sebagai Warisan Sejarah
c. Periodisasi Sejarah Peradaban Islam : Beberapa Perspektif
d. Orientalisme dalam Sejarah Islam
e. Sejarah Peradaban Islam di Perguruan Tinggi : Tawaran Konsep
Kurikulum Pembalajaran

Peradaban Islam layaknya peradaban lain, lahir ditengah beberapa


peradaban tua seperti Mesir, Yunani, Syria dan Persia, dan sangat
dimungkinkan peradaban tersebut turut memberi pengaruh terhadap
perkembangan islam.
Periodisasi tersebut menurut Hassan Ibrahim terbagi atas sepuluh
bagian, yaitu:
1. Periode Muhammad dan Kebangkitan Islam (571-632 M)
2. Periode Kekhalifahan Ortodok (632-661 M)
3. Periode Bani Umayah (661-749 M)
4. Periode Bani Abbasiyah 1 (750-847 M)
5. Periode Timur Tengah setelah Bagdad jatuh (1258-1520 M)
6. Periode Timur Tengah sampai abad ke-18 M (1520-1800 M)
7. Periode Timur Tengah pada abad ke-19 dan 20 M sampai PD I
(1798-1914 M)
8. Situasi Dunia Islam sejak PD I (1914-1968 M)

Terdapat tiga orientasi yang dimiliki oleh disiplin ilmu ini, yaitu:
a. Sejarah merupakan pengetahuan mengenai kejadian-kejadian dan
keadaan manusia di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan
masa kini, disebut sejarah tradisional (tarikh naqli).
b. Sejarah merupakan pengetahuan tentang hokum-hukum yang tampak
mengenai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan
dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau itu, disebut sejarah
rasional (tarikh aqli).
c. Sejarah sebagai falsafah yang didasarkan pada pengetahuan tentang
perubahan-perubahan masyarakat, disebut dengan ilmu sejarah tentang
proses suatu masyarakat. Ilmu tersebut kemudian dijadikan dasar
untuk memberikan solusi yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan
sosialnya. Dalam pengertian arti sempit, kata sejarah menunjukkan
karakteristik perbuatan manusia. Sebjektum-subjektum sejarah adalah
manusia, sedangkan objektum-objektum sejarah adalah perbuatan dan
pekerjaan manusia yang sudah dipilah-pilah dan memiliki nilai sejarah.
Kritikan :
Menurut saya pada Bab IV memiliki pembahasan yang mudah
dimengerti dan cerita mengenai sejarah peradaban Islam dan isi cerita
diungkapkan berdasarkan referensi shahih dan diawali dengan skema kisah
yang memudahkan pembaca. Tetapi materi di bab ini belum menceritakan
secara detail tentang perjalanan peradaban Islam. Didalam bab ini sejarah
peradaban tua seperti mesir, yunani, syria dan persia memang memberi
pengaruh terhadap perkembangan islam, tetapi hanya dijabarkan hanya 10
bagian dan periode ini karena dicantumkan di dalam pembahasan pada bab
ini hanya dari sebagian perspektif. Dan didalam pembahasan bab ini ada
beberapa istilah asing didalam buku yang yang kurang disampaikan dan
dijelaskan secara detail. Tetapi didalam pembahasan mengenai orientasi
disiplin ilmu dalam sejarah peradaban Islam pembahasan membahasan
sangat jelas dan dapat dipahami pembahasan mengenai orientasi disiplin
sejarah peradaban Islam dengan penggunaan bahasa sederhana yang mudah
dipahami dan dimengerti.

5. BAB V MUHAMMAD SAW DAN PERADABAN MANUSIA


a. Arab Awal Islam
b. Muhammad saw dan Peradaban Manusia
c. Islam Pasca Nabi Muhammad saw

Inti sejarah peradaban Islam adalah apa yang telah diidealisasikan


Muhammad Saw. Sebagai penggagas peradaban manusia, termasuk sejarah
periode al-Khulafa al-Rasyidin sebagai kelanjutan proses humanisasi.
Adapun bahasan tentang dinasti-dinasti Islam di Timur Tengah dan wilayah
lain hanya sebuah implikasi dari proses sejarah sebelumnya. Produk-produk
peradaban islam bagian dari wujud kebudayaan muncul dalam bentuk yang
sangat beragam dihasilkan manusia dengan kompetensi yang dimiliki.
Kajian ini diharapkan menjadi representasi sejarah Islam karena berupaya
mengungkapkan sejarah dengan analisis. Dibuktikan bahwa sejarah
peradaban Isam tidak hanya semarak di Timur Tengah, melainkan di Eropa,
Daratan Asia dan sampai Indonesia.
Perlu objektivitas kajian sejarah, khususnya sejarah peradaban Islam
karena keberadaannya yang unik. Penulisan sejarah yang akurat akan
melahirkan generasi yang benar, dan begitu sebaliknya bila disikapi secara
subjektif atau tanpa kejujuran maka akan menimbulkan kesesatan. Sejarah
adalah peristiwa masa lampau, ada hubungannya dengan masa kini dan juga
masa yang akan datang.

Kritikan :
Menurut saya pada bab V ini sejarah peradaban islam dalam pembahasan
bab ini mempunyai kelebihan penjelasan tersendiri dan topik pembahasan
sangat mudah dipahami karena didalam bab ini menjelaskan produk-produk
peradaban islam bagian dari wujud kebudayaan yang muncul dalam bentuk
yang sangat beragam dan dihasilkan manusia dengan kompetensi yang
dimilki dan didalam representasi pada bab ini sejarah Islam berupaya
menjelaskan dan mengungkapkan sejarah dengan berbagai analisi sehingga
dapat mudah dipahami dan dimengerti.

6. BAB VI SUPREMASI PERADABAN ISLAM : PERIODE AL-


KHULAFA AL-RAYIDUN
a. Al-Khulafa Al-Rayidun : Biografi Singkat
b. Cakupan Khilafah
c. Sistem Pemilihan Khalifah
d. Kebijakan Politik Pemerintah
e. Disintegrasi Politik
f. Perkembanggan Peradaban Islam
g. Berakhirnya Khilafah Islamiyah
Muhammad Saw., disamping sebagai pemimpin agama juga kepala
pemerintahan. Setelah wafat, fungsi sebagai Rasulullah-pengemban risalah
kenabian-tidak dapat disandangkan kepada manusia mana pun di dunia ini,
karena penetapan fungsi tersebut adalah mutlak dari Allah Swt. Selanjutnya
pemerintahan Islam dipimpin oleh empat orang sahabat terdekatnya selama
30 tahun. Kepemimpinan tersebut adalah periode Khalifah Empat atau al-
Khulafa al-Rasyidin, terdiri dari empat Khalifah, yaitu:
1. Abu Bakar al-Shiddiq 11-13 H/632-634 M
2. Umar bin Khattab 13-23 H/634-644 M
3. Utsman bin Affan 23-35 H/644-656 M
4. Ali bin Abi Thalib 35-40 H/656-661 M

Meskipun berlangsung singkat untuk sebuah rintisan dan penguatan,


pemerintahan al-Khulafa al-Rasyidin adalah masa yang sangat bermakna
dalam sejarah peradaban Islam. Di samping secara kekerabatan memiliki
kedekatan hubungan dengan Muhammad Saw. Tentu sedikit banyak
berpengaruh terhadap intensitas mereka dalam menangani urusan
kenegaraan dan melanjutkan risalah kenabian. Tampaknya al-Khulafa al-
Rasyidin berhasil menyelamatkan Islam, mengonsolodasikan dan meletakkan
dasar bagi keagungan islam. Misalnya Abu Bakar menetralisir situasi
tertentu dikalangan yang hamper bersitegang perihal pengganti Rasulullah.
Ia juga menyelamatkan masyarakat saat itu dari pengaruh dan intimidasi
para murtaddin dan propaganda nabi-nabi palsu.
Selanjutnya Umar bin Khattab berhasil mengembalikan stabilitas
pemerintahan islam bahkan penguatan negara tersebut di semenanjung
pemerintahan islam bahkan penguatan negara di semenanjung Arabia,
mengubah komunitas marginal padang pasir menjadi bangsa pejuang yang
gigih sehingga mampu membuat imperium Persia dan Byzantium menyerah
dan bertekuk lutut. Sebagai khalifah yang gagah, Umar mampu
membangunu kekuatan baru di Persia, Irak, Kaldea, Suriah, Palestina, dan
Mesir. Apa yang telah di gagas Umar bin Khattab dilanjutkan oleh khalifah
selanjutnya, Utsman bin Affan, seperti ekspansi besar-besaran ke wilayah
Asia Tenggara dan Tripoli. Pemerintahannya patut dikenang, walaupun ahli
sejarah kadang terusik dengan pergolakan antar umat Islam dalam periode
tersebut. Fenomena nepotisme misalnya sering kali dimunculkan sebagai
indicator tidak adanya stabilitas politik pada periode enam tahun kedua
kepemimpinan Khalifah Utsman.
Ali bin Abi Thalib rupanya khalifah keempat yang ditakdirkan untuk
berusaha keras mengatasi instabilitas politik Negara Madinah. Di samping
khalifah ini menjadi korban sejarah, sebagian kerabatnya pun terbunuh
dengan cara tidak wajar, sehingga menyisakan bau tak sedap bagi perjalanan
sejarah Islam. Kemunculah Syi’ah sulit dielakkan dari stigma
ketidaksetujuan terhadap tiga khalifah sebelumnya yang telah dianggap
merampas kekhalifahan pasca Muhammad Saw. Dari Ali bin Abi Thalib.
Adapun beberapa kebijakan Politik Pemerintah yaitu, mengembalikan
stabilitas negara, peningkatan devisa negara, penguatan tatanan birokrasi
pemerintahan, Ijtihad politik, ekspansi wilayah islam, dugaan nepotisme,
disintegrasi politik. Dan adapun perkembangan peradaban islam
diantaranya, penghimpunan mushaf al-Qur’an, Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Sastra, Perkembangan Sastra, Perkembangan Arsitektur.

Kritikan :
Pada penjelasan di bab VI mengenai Supremasi Peradaban Islam : Periode
Al-Khulafa Al-Rayidun ini, disini sangat dijelaskan mengenai keseluruhan
sejarah dalam periode Al-Khulafa Al-Rayidun dengan memiliki penjabaran
yang sangat luas dan menyeluruh dan dikemas dan dengan pembahasan yang
sederhana yang mudah dimengerti dan dijelaskan sangat terperinci. Khalifah
Empat atau al-Khulafa al-Rasyidin, terdiri dari empat Khalifah, yaitu: Abu
Bakar al-Shiddiq 11-13 H/632-634 M , Umar bin Khattab 13-23 H/634-644
M, Utsman bin Affan 23-35 H/644-656 M, Ali bin Abi Thalib 35-40 H/656-
661 M. Meskipun berlangsung singkat untuk sebuah rintisan dan penguatan,
pemerintahan al-Khulafa al-Rasyidin adalah masa yang sangat bermakna
dalam sejarah peradaban Islam. Tampaknya al-Khulafa al- Rasyidin berhasil
menyelamatkan Islam, mengonsolodasikan dan meletakkan dasar bagi
keagungan islam. Selanjutnya Umar bin Khattab berhasil mengembalikan
stabilitas pemerintahan islam bahkan penguatan negara tersebut di
semenanjung pemerintahan islam bahkan penguatan negara di semenanjung
Arabia, mengubah komunitas marginal padang pasir menjadi bangsa pejuang
yang gigih sehingga mampu membuat imperium Persia dan Byzantium
menyerah dan bertekuk lutut. Ali bin Abi Thalib rupanya khalifah keempat
yang ditakdirkan untuk berusaha keras mengatasi instabilitas politik Negara
Madinah. Di samping khalifah ini menjadi korban sejarah, sebagian
kerabatnya pun terbunuh dengan cara tidak wajar, sehingga menyisakan bau
tak sedap bagi perjalanan sejarah Islam. Adapun beberapa kebijakan Politik
Pemerintah yaitu, mengembalikan stabilitas negara, peningkatan devisa
negara, penguatan tatanan birokrasi pemerintahan, Ijtihad politik, ekspansi
wilayah islam, dugaan nepotisme, disintegrasi politik.

7. BAB VII IMPLIKASI SEJARAH PERADABAN ISLAM :


KEMUNCULAN DINASTI-DINASTI ISLAM

a. Dinasti Umayah (661 – 750 M)


b. Dinasti Abbasiyah (750 M s.d. Pertengahan Abad ke – 11 M)
c. Dinasti Abbasiyah – de Jure dan Kekuatan Politik Islam di Afrika Utara
d. Dari Penaklukan Bagdad hingga pendirian Turki Usmani di Timur Dekat
(1258-1517)
e. Tiga dinasti Besar di Abad Pertengahan – the golden age of Islam
f. Bangsa-bangsa muslim dan modernitas barat
1. Dinasti Umayah (661-750 M)
Dinasti Umayah merupakan dinasti Arab sentries, Semua sultan
berkuasa sepanjang sejarahnya berkebangsaan Arab, dan Bahasa Arab
sebagai bahasa resmi negara. Kekuasaan Dinasti Umayyah dengan
Khalifah pertamanya Mu’awiyah terbentang luas hingga bagian timur.
Wilayah Syria yang berpusat di Damaskus, sebagai pusat politik kerajaan
saat itu, termasuk juga wilayah Khuffah yang menjadi wilayah
pengungsian kaum Syi’ah pada amsa Khalifah Ali bin Abi Thalib. Ia
tidak hanya mengonsolidasi kekuatan negara, melainkan juga perluasan
wilayah kekuasaan. Dalam hal tersebut para ahli sejarah menyebutnya
Umar bin Khattab kedua.

2. Dinasti Abbasiyah (750 M s.d pertengahan Abad ke-11 M)


Kemunculan revolusi Abbasiyah telah member kekuatan
tersendiri bagi dinasti dari suku Quraisy. Bani Abbas sebuah kabilah yang
selain dekat dengan kerabat Muhammad Saw. Juga mempunyai hubungan
kedekatan dengan para pendiri pemerintahan islam sebelumnya. Kabilah
ini mengklaim bahwa mereka mampu menciptakan pemerintahan Islam
yang stabil dan memberikan keadilan yang merata kepada umat islam yang
sebelumnya telah mengalami kegagalan disebabkan oleh konflik agama,
politik, social, dan ekonomi.

3. Dinasti Abbasiyah – de Jure dan Kekuatan Politik Islam di Afrika Utara


a. Dinasti Saljuk (1055-1174 M)
b. Dinasti Ayyubiyah (1174-1250 M)
c. Dinasti Murabithun dan Muwahhidun di Afrika Utara dan Spanyol
(1056-1269 M)
4. Dari penaklukan Bagdad hingga Pendirian Turki Ustami di Timur
Dekat(1258-1517)
a. Invasi Mongol
b. Dinasti Mamluk di Mesir dan Syria hingga kemunculan Turki
Usmani
c. Bagian Barat di bawah Dinasti Barbar Terakhir

5. Tiga Dinasti Besar di Abad Pertengahan


a. Dinasti Turki Ustmani
b. Dinasti Safawi di Persia
c. India di bawah Dinasti Mughal (1526-1958 M)

Perlu objektivitas kajian sejarah, khususnya sejarah peradaban Islam


karena keberadaannya yang unik. Penulisan sejarah yang akurat akan
melahirkan generasi yang benar, dan begitu sebaliknya bila disikapi
secara subjektif atau tanpa kejujuran maka akan menimbulkan kesesatan.
Sejarah adalah peristiwa masa lampau, ada hubungannya dengan masa
kinidan juga masa yang akan datang.
Inti sejarah peradaban Islam adalah apa yang telah diidealisasikan
Muhammad Saw. Sebagai penggagas peradaban manusia, termasuk
sejarah periode al-Khulafa al-Rasyidin sebagai kelanjutan proses
humanisasi. Adapun bahasan tentang dinasti-dinasti Islam di Timur
Tengah dan wilayah lain hanya sebuah implikasi dari proses sejarah
sebelumnya. Produk-produk peradaban islam bagian dari wujud
kebudayaan muncul dalam bentuk yang sangat beragam dihasilkan
manusia dengan kompetensi yang dimiliki. Kajian ini diharapkan menjadi
representasi sejarah Islam karena berupaya mengungkapkan sejarah
dengan analisis. Dibuktikan bahwa sejarah peradaban Isam tidak hanya
semarak di Timur Tengah, melainkan di Eropa, Daratan Asia dan sampai
Indonesia.
Kritikan :
Dalam pembahasan dalam bab ini bahasanya sedikit sulit untuk
dipahami sehingga pembaca harus membaca ulang berkali-kali untuk
menafsirkan bahasan didalam buku ini, kurang adanya ilustrasi yang dapat
menambah minat baca dalam pembahasan di dalam bab ini, di dalam
pembahasan bab ini juga membahas mengenai pembahasan dinasti dinasti
mulai dari Dinasti Umayah (661 – 750 M), Dinasti Abbasiyah (750 M s.d.
Pertengahan Abad ke – 11 M), Dinasti Abbasiyah – de Jure dan Kekuatan
Politik Islam di Afrika Utara yang dimana pembahasan mengenai itu sangat
mendalam tetapi penyajian materi nya sangat sulit dipahami karena tidak
menggunakan bahasa sederhana. Yang didalam pembahasan ini
menceritakan inti sejarah peradaban islam yang diidealisasikan muhammad
sebagai penggagas peradaban manusia, dan didalam sejarah periode al
khulafa al rasyidin ini sebagai kelanjutan proses humanisasi, dan bahasan
tentang dinasti-dinasti Islam di Timur tengah dan wilayan lain yang hanya
sebuah implikasi dari proses sejarag sebelumnya.

BAB VIII KESIMPULAN


Setelah menjerlaskan dan menguraikan penjelasan dan pendapat ataupun
kritikan tentang buku metodologi sejarah peradaban islam dapat diambil
kesimpulan bahwa metodologi adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukanm
dan sejarah peradaban Islam adalah ilmu yang mempelajari asal – usul atau
kejadian peristiwa dimasa lalu tentang kemajuan kebidayaan Islam secara Lahir
dan Batin, adapun sejarah peradab islam terbagi menjadi beberapa periode.
Dan dilalam melakukan metodologi sejarah peradaban islam ada empat
langkah yang perlu diperhatikan yaitu konstruksi, intepretasi, transformasi dan
rekonstruksi. Adapun dalam penulisan sejarah ada dua hal yang perlu dikuasai dan
dipahami dan dilaksanakan, yaitu metode penggalian sejarah (historiografi) terdiri
metode lisan, observasi dan dokumenter, kemudia metode sejarah yang terdiri dari
tiga yaitu deskriptif, komparatif dan analis sintesis. Sehingga dari beberapa
tahapan-tahapan diatas diharapkan seseoran yang melakukan penelitian dan
penugasan dalam metodologi sejarah peradaban Islam bisa tercapai.
Dan didalam buku pengantar metodologi studi sejarah peradaban Islam ini
sudah menggunakan cover yang baik sehingga dapat menarik minat para pembaca
untuk membeli dan mempelajari buku ini, didalam buku ini juga terdapat bahasan
yang kronologis dan runtut sehingga ada beberapa bab yang mudah dipahami dan
tidak, dan terdapat pengantar yang mengatakan tujuan membuat buku ini dan
terdapat lampiran berupa tabel tabel khalifah pada masanya dan juga terdapat peta
dunia dalam lintasan sejarah Islam.

Anda mungkin juga menyukai