Anda di halaman 1dari 11

HISTORIOGRAFI INDONESIA MODERN ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi ujian akhir semester

historiografi islam

Dosen: Dr. Fajrudin , M.Ag & Tolib Rohmatullah , MA

Melalui:

Hisyam Ibn Mashum 1195010059

SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. doa
sebaik Salam penuh harapan selalu mencurahkan untuk meminjamkan ke Nabi Muhammad
saw. Dalam artikel ini saya memberikan beberapa penjelasan tentang sejarah historiografi
Islam modern Indonesia .

Saya harap penjelasan ini memberi aditif pengetahuan sekitar mata pelajaran itu
khususnya _ ke penulis sendiri dan umum untuk semua pembaca . Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, namun pada kenyataannya kami telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sesuai
dengan yang diharapkan. Maka dari itu kami sangat membutuhkan saran dan kritik agar kami
dapat memperbaiki kesalahan kami di masa yang akan datang .

Bandung, Juni 2022

moderator

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Fungsi Historiografi
B. Sejarah Historiografi Islam Indonesia Modern
C. Ciri Historiografis Indonesia Islam Modern
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
REFERENSI
2

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Di belakang
Historiografi tradisional lebih menekankan pada sejarah konvensional, 1yang selama ini
menekankan pada berbagai aspek mengolah suatu peristiwa sejarah dan tokoh politik 2dan
mengungkapkannya sebagai tulisan deskriptif-naratif. Sejarah konvensional mencakup
peristiwa berdasarkan deskripsi besar dalam proses linier. Sejarah sebagai narasi besar
ditampilkan melalui peristiwa dan karakter utama dengan mendokumentasikan asal usul
peristiwa, menganalisis silsilah, kemudian membangun dan mempertahankan singularitas
peristiwa, memilih peristiwa yang dianggap spektakuler (misalnya perang), dan peristiwa
lokal diabaikan. 3Seiring dengan datangnya kolonialisme Barat, menarik untuk mengutip
pendapat AB Lapian yang tidak dapat disangkal adanya ' kehadiran'. Neerlandaise ” di
kepulauan Indonesia sejak akhir abad ke-16. 4Peninggalan penting pada masa ini adalah
tulisan berbahasa Belanda, baik dalam bentuk karya ilmiah maupun karya sastra maupun
dalam bentuk lembaran arsip. Peninggalan tersebut dapat menjadi bahan yang berguna untuk
mempelajari sejarah di Indonesia. Pasca kolonial di Indonesia 5, ada keinginan para sejarawan
untuk menerapkan metode dan pola baru dalam bidang keilmuan sejarah. Kecenderungan ini
didorong oleh pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu sosial, yang
secara metodologis berkontribusi terhadap perkembangan keilmuan sejarah. Berdasarkan
kecenderungan tersebut, maka terciptalah sebuah sejarah baru (overall history) yang
dianalisis dengan menggunakan pendekatan multidimensi. 6Sejarah secara keseluruhan adalah
sejarah dari segala aspek kehidupan masyarakat, tidak hanya berkisar pada bidang-bidang
yang dianggap paling penting dan dimulai saja dari sejarah politik 7. 7 helios Sjamsuddin ,
merupakan sejarah total dengan sejarah yang ingin membahas semua dimensi kehidupan
manusia. 88 kemajuan, jangkauan sejarah sosial lebih dari sekedar gerakan sosial , yang juga
1
Suhartono W. Paranoto , Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 9-10
2
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011), hlm. 94-96
3
Endang Rochmiatun , Historiografi Islam Indonesia, (Palembang: Noer Fikri, 2016), hlm. 123
4
4 AB Lapian, “Studi Belanda di Indonesia dan Kaitannya dengan Studi Sejarah Indonesia”, dalam Kees
Groeneboer (ed.), Studi Belanda di Indonesia ( Nederlandse Studi di Indonesia ), (Jakarta: Djambatan , 1989),
hlm. 457
5
Michael Wood , Sejarah Resmi Indonesia Modern: Sebuah Versi Orde Baru dan Penentangnya, (Yogyakarta:
Ombak, 2013), hlm. 1. Judul asli: Resmi Sejarah Indonesia Modern: Persepsi Baru tentang Ketertiban dan
Pandangan Bertentangan , Penerjemah : Astrid Reza dan Abmi Handayani
6
W. Paranoto , Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 9-10
7
Azyumardi Azra, "Historiography of Indonesian Islam: Between Social History, Whole History and Peripheral
History", dalam Komaruddin Hidayat and Ahmad Gaus AF (editor), Being Indonesia:..., hlm. 18-19
8
helios Sjamsuddin , Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2016), hlm. 192

iv
berkaitan dengan berbagai kegiatan manusia yang agak sulit untuk diklasifikasikan karena
begitu luas, seperti kebiasaan ( sopan santun ), adat istiadat ( adat istiadat ), dan kehidupan
sehari-hari. ( setiap hari). kehidupan ) biasanya disebut budaya atau sejarah moral dalam
bahasa Jerman . 99 Sejarah sosial atau sejarah global, yang populer disebut sejarah total ,
sering disebut sebagai sejarah baru, merupakan ciri historiografi Indonesia yang relatif baru.
Hingga saat ini, belum banyak karya sejarah Indonesia yang menggunakan model
historiografi lengkap ini. Berdasarkan fenomena di atas, tulisan ini ingin melihat arah atau
perkembangan baru historiografi Indonesia modern seiring dengan perkembangan teori dan
metode sejarah.
rumusan masalah
tujuan penelitian
B. rumusan masalah
1. Apa fungsi sejarah?
2. Awal mula historiografi Islam Indonesia modern ?
3. Bagaimana ciri-ciri historiografi Islam modern Indonesia?
C. target
1. Tahukah kamu fungsi dari penulisan sejarah?
2. mengetahui awal mula sejarah islam modern indonesia
3. mengetahui ciri-ciri historiografi islam modern indonesia

9
Historiografi Islam Indonesia: Antara Sejarah Sosial, Sejarah Utuh dan Sejarah Periferal”, dalam Komaruddin
Hidayat dan Ahmad Gaus AF (editor), Becoming Indonesia:…, hlm. 6

v
II
PEMBAHASAN
A. Fungsi historiografi
fungsi keluar penulisan sejarah adalah dimaksudkan ke Dokumen, selain untuk
memastikan data dan fakta sekitar acara atau acara pada waktu masa lalu. dokumentasi
Data dan fakta cerita sebaik tulisan muncul beban berbagai arti.melalui karena itu sesuai
dengan Dengan zat dan struktur akan melahirkan fungsi Menulis cerita itu yang berbeda
Publisitas atau Bangsa.
jika pengetahuan dan Menulis cerita ingin kontinu Bekerja bagaimana disiplin keluar
penyingkapan atau penemuan Pria, Jadi membutuhkan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan Sosial apa yang dimiliki berhasil Menambahkan pengetahuan sekitar Pria.10
Adapun fungsi historiografi termasuk adalah bagaimana pengikut:
1. fungsi genetika

fungsi secara genetik adalah mengungkap asal perangsangan keluar sebuah acara .
Pengungkapan pengetahuan sejarah berupa Sejarah tidak hanya digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta tentang peristiwa masa lalu Kitab Suci mengandung berbagai
makna, baik struktur maupun substansi Sejarah menunjukkan bahwa tentang fungsinya dalam
Publisitas.
Pada kebenaran setiap orang cerita mengungkap bagaimana beberapa terjadi sebaik
asal pertama . dalam wajah
gejala baru , seseorang selalu mencoba saya tahu dia dan melacak Latar Belakang Di
belakang ceritanya . Dengan mengungkap bagaimana beberapa Memiliki terjadi kemudian _
awal dikenal identitas . Menentukan identitas diri Dengan melacak silsilah adalah hal itu
umum selesai .
2. fungsi bersifat mendidik
fungsi kediktatoran adalah mendidik/memuat Pelajaran, kebijaksanaan keluar Surri
Contoh. 7 cerita bagaimana cerita pengalaman secara individu dan kolektif banyak pelajaran,
kebijaksanaan, contoh ke pembaca pada umum dan generasi pengikut pada spesial. Terlihat
keluar pandangan sosialisasi atau enkulturasi , ternyata penulisan sejarah Dengan fungsi
didaktik adalah sangat instrumental ke Melanjutkan pengetahuan , politik _ pengetahuan dan
Nilai keluar generasi ke generasi ke memperkuat kontinuitas sebaik tradisi dalam artian
10
Sartono Kartodirdjo , Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia (Jakarta, titik Tata bahasa,
1982), hal.4.

1
lebar .
karena _ itu , dengan Hiduplah di masa lalu , manusia akan lagi menyadari diri
bagaimana makhluk Tuan dan takwa kepadanya . jika Tidak perhatikan masa lalu aman
Tidak akan Ada kebijaksanaan itu dia menemukan namun semua akan gelap , munkar ,
bahaya mental yang tak terkendali dan kebahagiaan Tidak akan dibuat di kehidupan sosial .
3. fungsi Pragmatis
fungsi pragmatis ditafsirkan ke mengesahkan beberapa kekuatan untuk melihat kuat
dan otoriter . dalam fungsi Ini lagi menekankan ke aspek sangat praktis _ legitimasi beberapa
Kekuatan khususnya dan situasinya _ politik secara umum . Sehingga bisa diterima itu fungsi
pragmatis mungkin lagi banyak Ada di menulis sejarah konvensional .
B. Sejarah Historiografi Islam Indonesia Modern
Seminar Sejarah Nasional I diselenggarakan dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan, Perkuliahan dan Kebudayaan tanggal 13 Maret 1957 No. 28201/5, yang
menghasilkan historiografi Indonesia tentang Indonesia . centric (sejarah harus dimulai dan
diakhiri di Indonesia). Adapun pemeliharaan serahkan ke Universitas Indonesia dan
Universitas Gadjah Mada . Seminar ini awal adalah Harapan ke aplikasi Persyaratan ilmiah
ke untuk mempelajari dan Menulis sejarah . Itu pada saat itu itu , tulis cerita itu Indonesia
sentris Dengan aplikasi metode ilmiah merasa sangat bagaimana masalah cerita Indonesia.
Dari seminar di sini pelopor nasionalisasi atau pribumisasi penulisan sejarah modern
Indonesia.
rangkaian masalah itu diserahkan di seminar itu _ tetap diskusi tentang itu sesuai
Muhammad Ali Tidak untuk menekan penciptaan beberapa sistem pelajaran cerita itu bisa
ditagih jawaban melalui ilmiah . tetapi sebaliknya , seminar Hal ini malah menimbulkan
masalah baru, yaitu kemungkinan terciptanya filsafat sejarah nasional. Dengan kata lain,
seminar tersebut menimbulkan pertanyaan apakah filsafat sejarah secara umum berguna
untuk menyajikan sejarah suatu bangsa atau negara tertentu. Topik seminar tidak dipahami
sebagai bagian yang utuh dan integral. Oleh karena itu, pembahasan historiografi tidak
memberikan penjelasan yang mendasar. Menurut Mohammad Ali, seminar tersebut
menghasilkan beberapa pendapat yang beragam tentang penulisan dan pengajaran sejarah
Indonesia sebagai sejarah nasional. Pendapat yang membingungkan karena tidak didasarkan
pada disiplin sejarah.11
Laporan lengkap seminar tersebut juga memberikan indikasi bahwa pandangan tentang

11
Mohammad Ali, “Beberapa Masalah Historiografi Indonesia”, dalam Soedjatmoko , dkk . ( eds .), Historiografi
Indonesia…, hlm. 3

2
sejarah di Indonesia masih bersifat magis - mistis . Hal itu terungkap dari kesaksian O.
Notohamidjojo . Meski seminar tersebut gagal menarik kesimpulan yang tegas, menurut
12

Soedjatmoko, sebagian besar peserta mengakui bahwa penelitian baru dan pengkajian ulang
terhadap materi yang ada harus dilakukan terlebih dahulu sebelum ada upaya serius untuk
menulis sejarah baru Indonesia.13
Pada seminar sejarah nasional kedua, diskusi intensif masih berlangsung hingga tahun
1970. Pertama, perdebatan berkisar pada isu Neerlandosentrisme dan Indonesiasentrisme ,
yaitu bagaimana menonjolkan peran historis bangsa Indonesia dalam sejarah Indonesia.
Sastra sejarah saat itu menekankan peran orang Eropa, yang melihat sejarah Indonesia
sebagai sejarah ekspansi Eropa di Indonesia. Isu kedua yang terus diangkat adalah mengenai
objektivitas dan subjektivitas dalam historiografi Indonesia sebagai perpanjangan dari isu
Neerlandosentrisme dan Indonesiasentrisme di atas .14 Menuntut Keponakan , dikutip
Kuntowijoyo , membahas perdebatan tersebut dalam artikelnya Historisisme dan
Historiografi di Indonesia”, sebuah diskusi yang mencakup periode hingga tahun 1970.
Banyak gagasan yang muncul pada masa ini dicatat kembali dalam buku lain yang membahas
pemikiran sejarawan Indonesia, yaitu buku karya William H. Frederick dan Soeri. Soeroto ,
Memahami Sejarah Indonesia: Sebelum dan Setelah Revolusi. Sesuai dengan judulnya, buku
ini mencakup periode yang lebih panjang dan memuat berbagai topik yang berkaitan dengan
sejarah Indonesia. Melalui buku ini, sekali lagi dapat dilihat panorama pemikiran para
sejarawan Indonesia, baik sejarawan akademis, amatir maupun intelektual yang tertarik
dengannya. Periodisasi sejarah nasional Indonesia masih menjadi agenda seminar tahun
1970.15
Banyak perubahan telah terjadi di tahun-tahun setelah 1970. Tidak hanya dalam aliran
pemikiran tentang bagaimana sejarah harus ditulis, tetapi juga dalam kegiatan dalam arti yang
konkret. sebagai realisasi dalam pengembangan institusi, ideologi dan substansi sejarah.
Seminar Sejarah Ketiga di Jakarta pada tahun 1981 menjawab tantangan sejarah dengan
pendekatan ilmu sosial seperti yang dijanjikan pada Seminar Sejarah Nasional Kedua di
Yogyakarta. Seminar ketiga ini dengan jelas menunjukkan bahwa sejarawan Indonesia sadar
akan perlunya kesadaran teoretis dan metodologis dalam menulis. Tidak hanya banyak

12
HAI. Notohamidjojo di Sidi Gazalba , pengantar sejarah , (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1981), hal. 208
13
Soedjatmoko , "Pendahuluan", dalam Soedjatmoko , dkk ( eds ), Historiografi Indonesia..., hlm. xiii
14
Kuntowijoyo , metodologi sejarah , (Yogyakarta: kerja sama Utama cerita Fakultas Sastra Universitas Gadjah
Mada dengan pt. tiara wacana yoga, 1994), hlm. 1-2
15
AB Lapian, "Studi Belanda di Indonesia dan Hubungannya dengan Studi Sejarah Indonesia", di Kees
Groeneboer (ed.), Studi Belanda di Indonesia ( Nederlandse Studi di Indonesia ), (Jakarta: Djambatan , 1989),
hlm. 456

3
sejarawan yang berani mempertanyakan periode sakral seperti Revolusi Kemerdekaan, tetapi
mereka juga membedakan diri mereka dengan tujuan sejarah interdisipliner. Sejarah revolusi,
misalnya, tidak lagi sekadar kisah kepahlawanan dan peristiwa-peristiwa besar, tetapi juga
studi tentang kelas sosial, konflik sosial, dan bahkan bandit . Dalam arti yang berbeda,
sejarah interdisipliner dengan pendekatan ilmu sosial mulai memasuki wacana historiografi
Indonesia.16
Selain kemajuan Seminar Sejarah Federal, Seminar Sejarah Lokal juga tidak mau
ketinggalan. Seminar Sejarah Lokal Pertama pada tahun 1982, yang lebih fokus pada isu dan
isu, sejarah yang berorientasi pada masalah . Fokusnya sama pada sejarah pedesaan dan
17

perkotaan. Perkembangan dan perubahan adalah tema sentral dari banyak karya, semua
dengan perspektif sejarah. Rupanya, banyak sejarawan muda yang mencoba membuat
pengetahuan mereka berguna bagi para pengambil keputusan.
Seminar sejarah lokal kedua diadakan pada tahun 1984 dengan kesadaran yang sama.
18
Keinginan akan relevansi pemanfaatan sejarah untuk pembangunan mendominasi suasana
seminar. Seminar terakhir ini merupakan sebuah pencapaian tersendiri, secara kualitatif dan
kuantitatif, sebuah langkah maju tidak hanya bagi para sejarawan tetapi juga bagi para
ilmuwan sosial lainnya. Sekitar 130 sejarawan dan ilmuwan sosial yang tertarik dengan
sejarah ikut serta dalam seminar tersebut. Topik sejarah lokal menawarkan banyak
kemungkinan, baik dalam pilihan topik maupun di area yang dicakup. Seminar sejarah lokal
kedua telah banyak mengundang kontribusi sejarah lokal di luar Jawa, sehingga historiografi
Jawa-sentris tidak lagi terasa. Selain itu, dengan topik sejarah lokal, banyak ilmuwan sosial di
luar disiplin sejarah juga tertarik untuk berpartisipasi. Kontribusi dari ahli geografi, ahli
bahasa, antropolog dan banyak lagi akan disajikan, menghasilkan sejarah yang benar-benar
interdisipliner. Meskipun sejarah ilmu ekonomi masih belum mendapat perhatian, baik dari
kalangan ekonom maupun sejarawan. Yang menarik dari seminar ini adalah penerapan
banyak metode sejarah lisan oleh beberapa sejarawan muda yang menulis tentang masa
revolusi. Sejarah lisan semakin diakui sebagai kemungkinan baru, tidak hanya bagi sejarawan
muda yang berusaha menghindari membaca dokumen Belanda, tetapi juga bagi mereka yang
menganggap serius metode tersebut. Sejarah lisan kadang-kadang bahkan merupakan satu-
satunya cara untuk mengekstrak sumber-sumber sejarah .

16
Kuntowijoyo , Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Kerjasama Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas
Gajah Mada dengan PT. Tiara Wacana Yogya, 1994 j2-7
17
Ibid h7
18
Kuntowijoyo , Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Kerjasama Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas
Gajah Mada dengan PT. Tiara Wacana Yogya, 1994 hal7

4
C. Ciri -ciri Indonesia Islam Modern
penulisan sejarah modern adalah Menulis cerita Dengan menggunakan metode kritis ,
terapkan _ Teknologi penelitian dan menggunakan ilmu pengetahuan Membantu Baru itu
banyak muncul . Historiografi modern dapat melakukan hal yang sama ditafsirkan
bagaimana Menulis cerita Indonesia itu lagi modern keluar ke historiografi sebelumnya .
penulisan sejarah modern muncul Konsekuensi persyaratan penentuan Teknologi di
menerima fakta sejarah . fakta cerita menerima melalui penentuan metode penelitian ,
menafsirkan ilmu pengetahuan bantu disana _ Teknologi pengajuan dan rekonstruksi melalui
cerita verbal.some pengetahuan Membantu itu Tangan kedua di penulisan sejarah modern
meliputi menggunakan Bahasa, ilmu numismatik (untuk mempelajari Mata uang tua),
epigrafi (membaca tulisan kuno) dan Arkeologi.
dalam historiografi modern _ menyebutkan metode dan teori sejarah . Jika metode dan
teori cerita Tidak Tangan kedua Jadi akan Menjadi bagaimana penulisan sejarah tradisional .
elemen mitos harus di Memadamkan karena fakta memiliki peran penting ke menemukan
beberapa acara .
Adapun Sifat karakteristik penulisan sejarah adalah bagaimana berikut ini :
a. Untuk menandai peran bangsa Indonesia.
b. Menggunakan Teknologi untuk mempelajari itu lagi besar.
c. Menggunakan Sudut melihat Indonesia sentris .
d. karakter kritis dan secara analitis Dengan menggunakan mendekati multidimensi.
e. Menghapus cerita kerakyatan Tidak elitis.
f. metode itu Tangan kedua Ini adalah metode kritis.

III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Historiografi Indonesia modern dicirikan oleh keinginan para sejarawan untuk menerapkan
metode dan pola baru dalam bidang keilmuan sejarah. Kecenderungan ini didorong oleh
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu sosial, yang secara
metodologis berkontribusi terhadap perkembangan keilmuan sejarah. Berdasarkan tren ini,
muncul cerita baru, yang dianalisis dengan pendekatan multidimensi.

5
BIBLIOGRAFI
AB Lapian, "Studi Belanda di Indonesia dan Hubungannya dengan Studi Sejarah Indonesia",
di Kees Groeneboer (ed.), Studi Belanda di Indonesia ( Nederlandse Studi di
Indonesia ), (Jakarta: Djambatan , 1989),
Azyumardi Azra, “Historiography of Indonesian Islam: Between Social History, Whole
History and Peripheral History”, dalam Komaruddin Hidayat and Ahmad Gaus AF
(editor), Becoming Indonesia:…,
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011)
Endang Rochmiatun , Historiografi Islam Indonesia, (Palembang: Noer Fikri, 2016),
helios Sjamsuddin , Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2016),
Historiografi Islam Indonesia: Antara Sejarah Sosial, Sejarah Total, dan Sejarah Periferal”,
dalam Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF (editor), Becoming Indonesia:…,
Kuntowijoyo , Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Kerjasama Jurusan Sejarah, Fakultas
Sastra, Universitas Gajah Mada dengan PT. Tiara Wacana Yogya, 1994),
Michael Wood , Sejarah Resmi Indonesia Modern: Sebuah Versi Orde Baru dan
Penentangnya, (Yogyakarta: Ombak, 2013), hlm. 1. Judul asli: Resmi Sejarah
Indonesia Modern: Persepsi Baru tentang Ketertiban dan Pandangan Bertentangan ,
Penerjemah : Astrid Reza dan Abmi Handayani
Mohammad Ali, “Beberapa Masalah Historiografi Indonesia”, dalam Soedjatmoko , dkk .
( Eds .), Historiografi Indonesia…,
O. Notohamidjojo dalam Sidi Gazalba , Pengantar Sejarah, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara,
1981), hlm. 208
Sartono Kartodirdjo , Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia (Jakarta, P.T.
Gramedia, 1982)
Soedjatmoko , “Pendahuluan”, dalam Soedjatmoko , dkk ( eds .), Historiografi Indonesia…,
Suhartono W. Paranoto , Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014),
W. Paranoto , Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014),

Anda mungkin juga menyukai