Sosiologi Pendidikan
1. Hindun
2. Tri Purnami
3. Putri Rahmawati
4. Puji Hartatik
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian
makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku
penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.....................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
BAB I
iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi di Indonesia telah dimulai dalam waktu yang lama. Pada masa Sri
Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta, terdapat ajaran Wulang Reh yang
mengajarkan tentang tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang
berasal dari golongan-golongan berbeda. Dalam ajaran tersebut terdapat banyak
aspek sosiologi, khususnya pada bidang hubungan antar golongan. Selain itu, Ki
Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia juga telah menyumbangkan
sosiologi dalam konsep-konsepnya tentang kekeluargaan dan kepemimpinan.
Praktik dari ajaran ini diterapkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Kala itu sosiologi belum dianggap sebagai ilmu yang penting untuk
dipelajari. Akan tetapi, hanya sebatas ilmu pembantu untuk ilmu pengetahuan
lainnya. Itu dikarenakan banyak karya orang Belanda, seperti tulisan-tulisan ter
Haar dan Duyvendak yang mencakup unsur-unsur sosiologis namun kala itu
dikupas secara ilmiah dari aspek nonsosiologis dan belum menjadi ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri.
iv
terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam hubungan dengan pelajaran hukum.
Mereka juga berpandangan bahwa yang penting untuk dipelajari adalah hukum
positif, yakni peraturan-peraturan yang berlaku dengan sah pada suatu waktu
dan suatu tempat tertentu.[1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
v
PEMBAHASAN
vi
waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting dalam
memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi
masalah ini dengan membuat periodisasi.1
1
Denabez, Pengertian Sejarah Secara Etimologi, diakses
dari http://denabez.blogspot.com /2012/08/pengertian-sejarah-secara-etimologi-
dan.html, pada tanggal 11 maret 2015
2
ST Vembriarto. 1987. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Paramita
vii
tanggung jawab manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan
masyarakat yang berbeda-beda dengan masalah yang berbeda pula.
Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu dia dikenal
sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. Ia merupakan
seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang sekarang
dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte membagikan sosiologi
atas statika sosial dan dinamika sosial dan sosiologi mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
Bersifat empiris yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang
hasilnya tidak bersifat spekulatif.
Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil
observasi.
Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori
yang ada kemudian diperbaiki, diperluas dan diperhalus.
Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta
tertentu tetapi untuk menjelaskan fakta tersebut.
viii
perubahan dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru
terhadap penyesuaian perilaku lembaga pendidikan. Oleh karena itu
disiplin sosiologi pendidikan yang sempat tenggelam dimunculkan
kembali sebagai bagian dari ilmu-ilmu penting di lembaga pendidikan.
ix
yang sangat kuat. Beberapa buku tentang sosiologi telas di tulisnya, dan
yang termasyhur adalah buku Positive psychology. Dalam beberapa
bukunya August Comte telah menulis tentang pendekatan-pendekatan
umum untuk mempelajari masyarakat.
4
Rafli Pratama, Pengertian Sejarah dan Praaksara, diakses
dari http://raflypratama.blogspot.com /2014/07/ pengertian-sejarah-dan-
praaksara-secara.html, pada tanggal 15 maret 2015
x
10th Sociology of Education, artikel pemikiran Manheim ini berisi
tentang materi yang harus dikuliahkan pada lembaga pendidikan guru.
Materi tersebut antara lain:
2. Sosiologi Pendidikan
3. Sosiologi mengajar
5
Munandier. 2001. Ensiklopedi Pendidikan. Malang Press
xi
dan prosesnya, merupakan disiplin ilmu yang masih muda. Namun
demikian, para ahli optimis bahwa sosiologi pendidikan secara bertahap dan
sedikit demi sedikit berkembang dari statusnya yang belum pasti menuju
status yang lebih pasti, yaitu menjadi disiplin ilmu yang otonom dan
memiliki lapangan penelitian khusus. Hal ini didasarkan atas alasan,
diantaranya:
6
Robinson, Philip. 1986. Perspective on the Socioology of Education. terjemah
Basari hasan. Jakarta: CV Rajawali
xii
Fase pertama, dimana sosiologi sebagai bagian dari pandangan tentang
kehidupan bersama secara filsafat umum terutama tentang Negara,
hukum, dan moral yang tersimpul dalam kaidah-kaidah etika/
keagamaan. Pada fase ini sosiologi merupakan cabang filsafat, maka
namanya adalah filsafat sejarah atau filsafat social. Di antara filsuf-filsuf
yang membicarakan tentang kemasyarakatan adalah plato dalam
bukunya berjudul Politea (Republik) yang mengatakan bahwa Negara
harus memlihara keadilan sebagai kewajiban yang tertinggi. Selanjutnya
Aristoteles dalam bukunya berjudul Politia mengatakan bahwa Negara
harus mewujudkan nilai-nilai susila dalam masyarakat. Sedangkan
menurut pandangan Thomas Aquinas, hukum duniawi yang di jamin
pelaksanaannya leh Negara itu berasal dari hukum Tuhan, yang di
dukung dan di lindungi oleh gereja. Karena itu menurut kodratnya
Negara harus tunduk kepada gereja. Jadi, kekuatan duniawi harus tunduk
kepada kekuasaan rohaniah.
Sosiologi pada fase ketiga, merupakan fase awal dari sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Orang mengatakan bahwa Comte
xiii
adalah “bapak sosiologi” karena ialah yang pertama kali mempergunakan
istilah sosiologi dalam pembahasan tentang masyarakat. Sedangkan Saint
Simon dianggap “perintis jalan’ bagi sosiologi. Ia bermaksud
membentuk ilmu yang disebut “Psyco-Politique”. Revolusi Industri di
Inggris dan Revolusi Perancis menimbulkan keadaan masyarakat yang
baru. Kehidupan kenegaraan dan ekonomi bersifat masal, banyak segi-
seginya yang tak tetep sehingga Saint Simon bermaksud
mengorganisasikan keadaan masyarakat itu menjadi suatu bentuk
pergaulan hidup yang lebih sempurna. Dengan ilmu tersebut Saint simon
dan juga Comte mengambil rumusan dari Turgot (1726-1781) sebagai
orang yang berjasa terhadap sosiologi, ia mengambil bagian penting
dalam pertumbuhan filsafat Positivisme yang nantinya merupakan
metode untuk menyusun sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri
snediri.
7
Faisal, Sanapiah. 1980 Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
xiv
Berdasarkan sejarah lahir dan kembangkan sosiologi pendidikan, ia
merupakan disipiln ilmu yang relative masih muda. Untuk mencari tokoh
dan pelopor belum ada standar yang memadai oleh karena itu yang
dimaksud dengan pelopor dan tokoh sosiologi pendidikan disini, hanya
didasarkan pada para ahli sosiologi yang mempunyai perhatian dan
komitmen yang tinggi terhadap pendidikan.
b. John Dewey
8
Jatmiko, Sigit dkk. 2002. History of Western Philosophy and its Connection
with Political and Social Circumstancess from the Earliest Times to the Present
Day. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
xv
Dewey sebagai ahli dalam bidang sosiologi pendidikan berpendapat
bahwa begitu esensinya hubungan antara lembaga pendidikan dan
masyarakat. Dewey melihat nyata adanya perubahan struktur sosial dari
bentuk semula yang masih bersahaja. Dalam perubahan tersebut betapa
kecil dan bahkan tidak ada sama sekali peranan penyiapan anak didik yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan supaya mereka menyadari
masyarakat baru yang tumbuh disekitarnya.
xvii
Ia menjadi dosen sosiologi pada fakultas Ekonomi London (London
School of Economic) dan dosen tidak tetap di Institut Pendidikan
Universitas London dan pada tahun 1946 di angkat sebagai direktur
pendidikan. Ia masuk ke dunia pendidikan sudah sebagai ahli sosiologi
sehingga pendidikan dilihat sebagai salah satu elemen dinamis dalam
sosiologi.
xviii
Menurut Parson struktur maupun tindakan sosial merupakan
tantangan bagi para ilmuwan sosiologi perkembangan structure of social
action adalah sebagai langkah menuju teori structural fungsional Talcott
Parson. Menurut Parson tindakan harus mengarah pada tujuan (goal
oriental) dan untuk mencapai tujuan harus mempertimbangkan tujuan-
tujuan orang lain. Tindakan sosial merupakan cerminan dari nila-nilai dan
norma-norma sosial yang menurut Parson adalah sangat penting, tetapi di
atas tindakan sosial terdapat sistem sosial.
f. E George Payne
9
Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
xix
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
xx
Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu
peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan
membuat periodisasi. Sedangkan secara terminologi sejarah adalah masa
lalu ketika manusia sudah mengenal tulisan. Sejarah adalah kejadian dan
peristiwa yang benar benar terjadi pada masa lampau.
B. Saran
xxi
DAFTAR PUSTAKA
xxii