Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sosiologi Pendidikan

Dosen Pengempu : Fikriansyah M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 2

1. Hindun
2. Tri Purnami
3. Putri Rahmawati
4. Puji Hartatik

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


STIT TANGGAMUS 2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang


telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Sosiologi
Pendidikan” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian
makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku
penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Tanggamus,12 maret 2023-03-10

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Secara Etimologi.............................................................3


B. Pengertian Sejarah Secara Terminilogi..........................................................4
C. Sejarah Dan Perkembangan Sosiologi Pendidikan........................................4
D. Pelopor Dan Tokoh Sosiologi Pendidikan.....................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19

BAB I

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosiologi di Indonesia telah dimulai dalam waktu yang lama. Pada masa Sri
Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta, terdapat ajaran Wulang Reh yang
mengajarkan tentang tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang
berasal dari golongan-golongan berbeda. Dalam ajaran tersebut terdapat banyak
aspek sosiologi, khususnya pada bidang hubungan antar golongan. Selain itu, Ki
Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia juga telah menyumbangkan
sosiologi dalam konsep-konsepnya tentang kekeluargaan dan kepemimpinan.
Praktik dari ajaran ini diterapkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.

Kala itu sosiologi belum dianggap sebagai ilmu yang penting untuk
dipelajari. Akan tetapi, hanya sebatas ilmu pembantu untuk ilmu pengetahuan
lainnya. Itu dikarenakan banyak karya orang Belanda, seperti tulisan-tulisan ter
Haar dan Duyvendak yang mencakup unsur-unsur sosiologis namun kala itu
dikupas secara ilmiah dari aspek nonsosiologis dan belum menjadi ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri.

Sebelum perang dunia kedua, Indonesia hanya memiliki Sekolah Tinggi


Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta, satu-satunya lembaga perguruan tinggi
sebelum era kemerdekaan yang memberikan kuliah tentang sosiologi di
Indonesia. Berhubung belum ada spesialisasi sosiologi baik di Indonesia
maupun di Belanda, maka para pengajar kala itu tidak berasal dari latar belakang
psikologi. Adapun teori yang diajarkan bersifat filsafat sosial dan teoretis,
berdasarkan buku-buku karya Leopold von Wiese, Bierens de Haan dan
sebagainya.

Kegiatan perkuliahan di sekolah tersebut sempat ditiadakan pada 1934


hingga 1935. Penyebabnya karena para guru besar memiliki opini bahwa
pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat dan proses-proses yang

iv
terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam hubungan dengan pelajaran hukum.
Mereka juga berpandangan bahwa yang penting untuk dipelajari adalah hukum
positif, yakni peraturan-peraturan yang berlaku dengan sah pada suatu waktu
dan suatu tempat tertentu.[1

B. Rumusan Masalah

A. Jelaskan pengertian sejarah secara etimologi dan terminologi?


B. Bagaimana sejarah dan perkembangan sosiologi pendidikan?
C. Siapa pelopor dan tokoh sosiologi pendidikan?

C. Tujuan

A. Memahami pengertian sejarah secara etimologi dan terminologi.

B. Memahami sejarah dan perkembangan sosiologi pendidikan.

C. Memahami pelopor dan tokoh sosiologi pendidikan.

BAB II

v
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Secara Etimologi dan Terminologi

1. Pengertian Sejarah Secara Etimologi

Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (


‫جرة‬AA‫ش‬: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri,
sejarah disebut tarikh (‫اريخ‬AAAA‫) ت‬. Adapun kata tarikh dalam bahasa
Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata
Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu
atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history,
yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan
tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.

Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah


yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa
variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah
berasal-muasal,dalam bahasa Yunani historia. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia,
bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa
Belanda dikenal gescheiedenis.

Melihat pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di


atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan

vi
waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting dalam
memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi
masalah ini dengan membuat periodisasi.1

B. Pengertian Sejarah Secara Terminologi

Sejarah adalah masa lalu ketika manusia sudah mengenal tulisan.


Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar benar terjadi pada masa
lampau (KBBI). Prasejarah adalah zaman di mana sejarah belum terbentuk
atau zaman di mana manusia belum mengenal tulisan sehingga sejarah pada
masa lalu diwariskan dalam bentuk tulisan. Prasejarah istilah  yang
digunakan untuk merujuk kepada masa dalam catatan sejarah yang tertulis
belum tersedia. Prasejarah adalah zaman ketika mansia hidup dikebudayaan
yang belum mengenal tulisan.2

C. Sejarah dan Perkembangan Sosiologi Pendidikan

Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun tidak,


sesungguhnya ia telah belajar dan berkenalan dengan hubungan-hubungan
sosial yaitu hubungan antara manusia dalam masyarakat. Hubungan sosial
out dimulai dari hubungan antara anak dengan orang tua kemudian meluas
hingga ke tetangga.

Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses pengenalan dan


proses pengenalan tersebut mencakup berbagai budaya, nilai, norma dan

1
Denabez, Pengertian Sejarah Secara Etimologi, diakses
dari http://denabez.blogspot.com /2012/08/pengertian-sejarah-secara-etimologi-
dan.html, pada tanggal 11 maret 2015
2
ST Vembriarto. 1987. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Paramita

vii
tanggung jawab manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan
masyarakat yang berbeda-beda dengan masalah yang berbeda pula.

Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu dia dikenal
sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. Ia merupakan
seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang sekarang
dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte membagikan sosiologi
atas statika sosial dan dinamika sosial dan sosiologi mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:

 Bersifat empiris yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang
hasilnya tidak bersifat spekulatif.
 Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil
observasi.
 Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori
yang ada kemudian diperbaiki, diperluas dan diperhalus.
 Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta
tertentu tetapi untuk menjelaskan fakta tersebut.

Comte mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan


Manusia mesti melalui tiga tahapan perkembangan teori secara berturut-
turut yaitu keagamaan atau khayalan, metafisika atau abstrak dan
saintifik atau positif.3

Setelah selesai perang dunia II, perkembangan masyarakat


berubah secara drastis di mana masyarakat dunia menginginkan adanya
3
Abdullah Idi. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

viii
perubahan dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru
terhadap penyesuaian perilaku lembaga pendidikan. Oleh karena itu
disiplin sosiologi pendidikan yang sempat tenggelam dimunculkan
kembali sebagai bagian dari ilmu-ilmu penting di lembaga pendidikan.

Sosiologi Pendidikan berawal dari ilmu sosiologi umum atau


sosiologi micro (micro sociology) yang muncul pada abad ke-18. Ilmu
sosiologi mulai melepaskan diri dari ilmu filsafat dan berdiri sendiri
sejak abad ke -19. Istilah sosiologi pertama kali digunakan oleh August
Comte (1798-1857) dalam bukunya Cour de phillosophie positive.

Pada awalnya sosiologi berada dalam ilmu filsafat yang


dipandang sebagai satu-satunya ilmu untuk pengetahuan umum.
Namun, ketika ada masalah yang terdapat dalam masyarakat yang
ternyata tidak bisa dipecahkan dalam ilmu filsafat maupun ilmu-ilmu
lainnya, maka kebiasaan untuk memisahkan sosiologi dari ilmu lainnya
tampak dan terasa pada masa Revolusi di Eropa yang mengganas dalam
Revolusi Prancis (1789-1799).

Pada abad ke-19 ahli-ahli sosiologi menyumbangkan pemikiran-


pemikirannya untuk mempermudah pendidikan, maka lahirlah disiplin
ilmu baru yang disebut sosiologi pendidikan.
Ditinjau dari perspektif sebab lahirnya sosiologi pendidikan
adalah dikarenakan adanya perkembangan masyarakat yang cepat dan
berakibat pada merosotnya peran pendidik, dan perubahan interaksi
antarmanusia. Dikarenakan manusia tumbuh dan berkembang bukan di
sekolah melainkan di masyarakat.

Sejarah sosiologi pendidikan tidak terlepas dari situasi sosiologi


dari zaman ke zaman. Adalah August Comte yang di anggap sebagai
bapak sosiologi dunia yang telah menanamkan dasar-dasar sosiologi

ix
yang sangat kuat. Beberapa buku tentang sosiologi telas di tulisnya, dan
yang termasyhur adalah buku Positive psychology. Dalam beberapa
bukunya August Comte telah menulis tentang pendekatan-pendekatan
umum untuk mempelajari masyarakat.

Selanjutnya sosiologi berhasil mencuri perhatian para ilmuwan,


diantaranya Herbert Spencer dari Inggris yang telah banyak menulis
buku, di antaranya Principles of sociology. Setengah abad kemudian,
sosiologi berkembang dengan cepat dalam abad 20, terutama
diperancis, jerman dan Amerika. Sosiologi sangat berpengaruh setelah
di kembangkan oleh beberapa ahli seperti, Karl Max (Jerman), Vil
Fredo Pareto (Itali), Pitirin A.Sorokin (Rusia), Laster F.word (Amerika
Serikat). Pengaruh sosiologi bukan hanya di Eropa, tetapi sudah
merambah di seluruh dunia termasuk Indonesia.Salah satu pengaruh
sosiologi terhadap aspek-aspek kehidupan manusia, termasuk aspek
pendidikan.

Pada tahun 1960 sosiologi mendapat perhatian yang luar biasa.


Para mahasiswa melimpah ruah, perekonomian melaju naik dan
pembaharuan dapat diraih melalui proses politik yang ada. Pada tahun
1965 partai buruh di Inggris mempercepat proses peralihan yang lambat
ini ke arah pendidikan yang lebih komprehensif dalam rangka untuk
menghilangkan ketidaksamaan kesempatan. Di Amerika, sedang terjadi
perang melawan kemiskinan dan sudah ditemukan jalan keluarnya.
Coleman dengan sigap mengadakan penelitian tentang prestasi
pendidikan dan fasilitas-fasilitas pendidikan yang tersedia.4

Tahun 1962 Steward mempublikasikan buah pikiran ahli


sosiologi pendidikan Manheim dengan judul An introduction

4
Rafli Pratama, Pengertian Sejarah dan Praaksara, diakses
dari http://raflypratama.blogspot.com /2014/07/ pengertian-sejarah-dan-
praaksara-secara.html, pada tanggal 15 maret 2015

x
10th Sociology of Education, artikel pemikiran Manheim ini berisi
tentang materi yang harus dikuliahkan pada lembaga pendidikan guru.
Materi tersebut antara lain:

1. Sosiologi untuk guru

 Sifat manusia dan tata social


 Impak kelompok-kelompok social terhadap individu
 Struktur sosial

2. Sosiologi Pendidikan

 Sekolah dan masyarakat


 Sosiologi pendidikan dan aspek-aspek historisnya
 Sekolah dan tata sosial

3. Sosiologi mengajar

 Interprestasi sosiologi terhadap kehidupan sekolah


 Hubungan guru dan murid
 Masalah-masalah organisasi sekolah5

Dari uraian tersebut di atas dapat pahami bahwa sosiologi pendidikan


baik dilihat dari sudut usia, lapangan penelitian, maupun dari sudut struktur

5
Munandier. 2001. Ensiklopedi Pendidikan. Malang Press

xi
dan prosesnya, merupakan disiplin ilmu yang masih muda. Namun
demikian, para ahli optimis bahwa sosiologi pendidikan secara bertahap dan
sedikit demi sedikit berkembang dari statusnya yang belum pasti menuju
status yang lebih pasti, yaitu menjadi disiplin ilmu yang otonom dan
memiliki lapangan penelitian khusus. Hal ini didasarkan atas alasan,
diantaranya:

 Sosiologi pendidikan merupakan pengmbangan dari dua disiplin ilmu


yang sudah mapan, bahkan sangat berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat modern, yaitu sosiologi dan pedagogic.
 Lahirnya sosiologi pendidikan tidak pernah dipaksakan dan direkayasa,
tetapi lahir dari kebutuhan kehidupan masyarakat modern.
 Sosiologi sangat dibutuhkan oleh pendidik dan pendidikan tidak pernah
surut, mundur, dan diabaikan. Dunia modern selalu membutuhkan
pendidikan sehingga ilmu pendidikan tidak akan pernah mati.
 Sosiologi pendidikan sejalan dengan fitrah manusia dan manusia
semakin lama semakin berkembang.
 Perkembangan ilmu pengetahuan yang telah mencapai kemajuan, akan
melahirkan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang baru. Dalam sejarah
ilmu pengetahuan, semula filsafat yang dianggap sebagai ilmu tunggal,
seiring dengan perkembangan peradaban manusia filsafat berkembang
menjadi ilmu filsafat dan filsafat ilmu. Dari filsafat ilmu berkembang
menjadi ilmu alam (eksak) dan ilmu masyarakat (sosial). Dan begitu
seterusnya, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman ke
zaman tidak perlu surut, bahkan semakin berkembang menjadi beberapa
disiplin ilmu sesuai dengan kebutuhan manusia.6

Bouwman membagi perkembangan sosiologi dalam 4 fase yaitu:

6
Robinson, Philip. 1986. Perspective on the Socioology of Education. terjemah
Basari hasan. Jakarta: CV Rajawali

xii
 Fase pertama, dimana sosiologi sebagai bagian dari pandangan tentang
kehidupan bersama secara filsafat umum terutama tentang Negara,
hukum, dan moral yang tersimpul dalam kaidah-kaidah etika/
keagamaan. Pada fase ini sosiologi merupakan cabang filsafat, maka
namanya adalah filsafat sejarah atau filsafat social. Di antara filsuf-filsuf
yang membicarakan tentang kemasyarakatan adalah plato dalam
bukunya berjudul Politea (Republik) yang mengatakan bahwa Negara
harus memlihara keadilan sebagai kewajiban yang tertinggi. Selanjutnya
Aristoteles dalam bukunya berjudul Politia mengatakan bahwa Negara
harus mewujudkan nilai-nilai susila dalam masyarakat. Sedangkan
menurut pandangan Thomas Aquinas, hukum duniawi yang di jamin
pelaksanaannya leh Negara itu berasal dari hukum Tuhan, yang di
dukung dan di lindungi oleh gereja. Karena itu menurut kodratnya
Negara harus tunduk kepada gereja. Jadi, kekuatan duniawi harus tunduk
kepada kekuasaan rohaniah.

 Fase kedua, timbul keinginan-keinginan untuk membangun susunan ilmu


berdasarkan pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa nyata
(empiris), bukan hanya hasil renungan saja dan memisahkan alam pikiran
secara lambat laun daari ajaran gereja. Salah seorang tokoh fase ini
adalah Machiavelli yang berpandangan realis. Menurut pendapatnya
Negara harus terpisah dari gereja. Untuk mewujudkan cita-cita ini maka
segala cara harus di tempuh. Selanjutnya, Thomas Hobbes mengatakan
bahwa yang menggerakkan manusia itu adalah hasrat untuk
mempertahankan diri dan memperbaiki kehidupan, sebagai perwujudan
yang wajar dari keakuan (egoisme).

 Sosiologi pada fase ketiga, merupakan fase awal dari sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Orang mengatakan bahwa Comte

xiii
adalah “bapak sosiologi” karena ialah yang pertama kali mempergunakan
istilah sosiologi dalam pembahasan tentang masyarakat. Sedangkan Saint
Simon dianggap “perintis jalan’ bagi sosiologi. Ia bermaksud
membentuk ilmu yang disebut “Psyco-Politique”. Revolusi Industri di
Inggris dan Revolusi Perancis menimbulkan keadaan masyarakat yang
baru. Kehidupan kenegaraan dan ekonomi bersifat masal, banyak segi-
seginya yang tak tetep sehingga Saint Simon bermaksud
mengorganisasikan keadaan masyarakat itu menjadi suatu bentuk
pergaulan hidup yang lebih sempurna. Dengan ilmu tersebut Saint simon
dan juga Comte mengambil rumusan dari Turgot (1726-1781) sebagai
orang yang berjasa terhadap sosiologi, ia mengambil bagian penting
dalam pertumbuhan filsafat Positivisme yang nantinya merupakan
metode untuk menyusun sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri
snediri.

 Sosiologi pada fase ke empat, ciri utamanya adalah keinginan untuk


bersama-sama memberikan batas yang tegas tentang objek sosiologi,
sekaligus memberikan memiliki pengertian-pengertian dan metode-
metode sosiologi yang khusus. Tokoh –tokoh atau pelopor sosiologi
yang otonom dalam metodenya ini berada pada akhir abad 18 dan awal
19 antara lain adalah Fichte, Novalis, Adam muller, Hegel dan lain-lain.7

D. Pelopor dan Tokoh Sosiologi Pendidikan

7
Faisal, Sanapiah. 1980 Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

xiv
Berdasarkan sejarah lahir dan kembangkan sosiologi pendidikan, ia
merupakan disipiln ilmu yang relative masih muda. Untuk mencari tokoh
dan pelopor belum ada standar yang memadai oleh karena itu yang
dimaksud dengan pelopor dan tokoh sosiologi pendidikan disini, hanya
didasarkan pada para ahli sosiologi yang mempunyai perhatian dan
komitmen yang tinggi terhadap pendidikan.

Maksud dan tujuan dari pelopor dan penokohan sosiologi pendidikan


hanya untuk mengetahui ide, pikiran dan gagasan yang berkaitan dengan
pendidikan yang dapat memberikan arah dan nuansa baru dalam
pengembangan pendidikan. Selanjutnya, sumbangan pikiran mereka
pantas dihargai sebagai karya intelektual dalam pengembangan sosiologi
pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu. Ada beberapa nama yang layak
dijadikan pelapor dan tokoh pendidikan diantaranya adalah:8

a. Lester Frank Word (1841-1913)

Lester Frank Word dianggap sebagai salah seorang pelopor


sosiologi di Amerika Serikat. Sebagai tokoh sosiologi, ia telah berhasil
merumuskan tujuan sosiologi yaitu membentuk suatu system sosiologi
yang akan menyempurnakan kesejahteraan umum manusia. Dengan
tujuan tersebut, maka sosiologi adalah ilmu yang mempelajari apa yang
dilaksanakan manusia.

b. John Dewey

8
Jatmiko, Sigit dkk. 2002. History of Western Philosophy and its Connection
with Political and Social Circumstancess from the Earliest Times to the Present
Day. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

xv
Dewey sebagai ahli dalam bidang sosiologi pendidikan berpendapat
bahwa begitu esensinya hubungan antara lembaga pendidikan dan
masyarakat. Dewey melihat nyata adanya perubahan struktur sosial dari
bentuk semula yang masih bersahaja. Dalam perubahan tersebut betapa
kecil dan bahkan tidak ada sama sekali peranan penyiapan anak didik yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan supaya mereka menyadari
masyarakat baru yang tumbuh disekitarnya.

Pandangan Dewey dalam bidang pendidikan yang paling banyak


mendapat kritik adalah bahwa pendidikan sejati itu timbul dari
pengalaman, untuk memperoleh pengalaman, walaupun ada pengalaman
yang tidak mendidik.

c. Emile Durkheim (1858-1917)

Durkheim adalah ahli sosiologi pendidikan tetapi sebelumnya kita


perlu mengetahui bahwa dia adalah ahli sosiologi pandangan penting
Durkheim dalam bidang sosiologi adalah tentang pembagian sosiologi
menjadi tujuh seksi:
 Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok
manusia.
 Sosiologi agama
 Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi
social, perkawinan dn keluarga

 Sosiologi tentang kejahatn


xvi
 Sosiologi ekonomi yang mencakp ukuran-ukuran penelitian dan kelompok
kerja
 Demografi yang mencakup masyarakat perkotaan dan pendesaan
 Sosiologi estetika

Durkheim memusatkan perhatian di bidang sosiologi dalam dua hal


pertama fakta-fakta social dan kedua solidaritas social.Dalam hal fakta social
Durkheim berpendapat bahwa kita hidup dalam suatu dunia fakta-fakta social
yang berada diluar diri kita dan yang membatsi perilaku kita.

Dalam bidang solidaritas sosial ia berpendapat bahwa bentuk


solidaritas masyarakat modern telah berubah dari masyarakat mekanis
menjadi organis. Dibawah solidaritas mekanisperilaku individu ditentukan
oleh suara hati kolektif yaitu tradisi dan kepercayaan masyarakat.

Di bawah solidaritas organis yaitu ketergantungan kita satu sama lain.


Untuk mempertahankan hidup kita sehari-hari kita butuh orang yang
menyediakan energy dan makanan yang kita butuhkan, perawatan medis
untukkesehatan dan pendidikan.

d. Karl Manheim (1893-1947)

Karl Manheim adalah seorang pengungsu dari kekejaman nazi Jerman


dan menetap di London. Pada awalnya ia adalah seorang professor (guru
besar) pada Universitas Frankfurt di Jerman kemudian pindah dan menetap
di Inggris.

xvii
Ia menjadi dosen sosiologi pada fakultas Ekonomi London (London
School of Economic) dan dosen tidak tetap di Institut Pendidikan
Universitas London dan pada tahun 1946 di angkat sebagai direktur
pendidikan. Ia masuk ke dunia pendidikan sudah sebagai ahli sosiologi
sehingga pendidikan dilihat sebagai salah satu elemen dinamis dalam
sosiologi.

Pandangan sosiologi yang terkenal adalah sosiologi pengetahuan


sebagai suatu cabang sosiologi. Sosiologi pengetahuan adalah sosiologi
yang khusus menelaah hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan.
Teori yang terkenal dari Manheim adalah teori krisis.Ia berpendapat bahwa
akar dari segenap pertentangan yang menimbulkan krisis terletak dalam
ketegangan-ketegangan yang timbul di semua lapangan kehidupan karena
azas laizes faire berpendampingan dengan azas-azas yang baru dalam
kehidupan ekonomi.

e. Talcott Parson (1902-1979)

Pandangan sosiologi Talcott Parson dapat dilihat dalam tiga tahap


yaitu aliran aksi atau tindakatan sosial, fungsionalme, tradisional dan teori
sistem umum. Pertama, teori social action, Parson mengatakan bahwa yang
mempengaruhi tindakan individu adalah norma-norma dan nila-nilai sosial
yang menuntun dan mengaatur tingkah laku. Sebagai contoh protestanisme
tidak akan membantu lahirnya kapitalisme,  jika penganutnya tidak akan
tunduk pada prinsip keagamaan (Protestan).

xviii
Menurut Parson struktur maupun tindakan sosial merupakan
tantangan bagi para ilmuwan sosiologi perkembangan structure of social
action adalah sebagai langkah menuju teori structural fungsional Talcott
Parson. Menurut Parson tindakan harus mengarah pada tujuan (goal
oriental) dan untuk mencapai tujuan harus mempertimbangkan tujuan-
tujuan orang lain. Tindakan sosial merupakan cerminan dari nila-nilai dan
norma-norma sosial yang menurut Parson adalah sangat penting, tetapi di
atas tindakan sosial terdapat sistem sosial.

f. E George Payne

Menurut Payne, sosiologi pendidikan sebagai suatu kajian


menyeluruh terhadap semua aspek pendidikan. Sosiologi pendidikan
mencakup segala sesuatu dari bidang sosiologi yang berhubungan dengan
proses belajar atau sosialisasi dan dan mencakup segala sesuatu di bidang
pendidikan yang bisa dikaji berdasarkan analisis sosiologis. Tujuan
utamanya adalah memberikan guru-guru, para peneliti dan orang lain yang
menaruh perhatian akan pendidikan, latihan yang serasi dan afektif dalam
sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman
yang lebih mendalam tentang pendidikan. Atas dasar pemikiran-pemikiran
Payne di atas, dia dianggap sebagai bapak sosiologi pendidikan dunia.9

9
Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

xix
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai pengertian sejarah baik secara etimologi dan


terminologi, dapat dianalisis pengertian sejarah adalah suatu kejadian pada
masa lampau yang berisikan fakta-fakta maupun bukti-bukti riil serta
terdapat peninggalan yang dapat dibukukan dan diambil nilai-nilainya untuk
memperbaiki kehidupan yang akan datang.

Sejarah dan perkembangan sosiologi pendidikan memberikan


gambaran terhadap pendidikan saat ini agar pendidikan saat ini bisa berkaca
dari sejarah dan perkembangan sosiologi pendidikan sebelumnya. Ditinjau
dari perspektif sebab lahirnya sosiologi pendidikan yaitu dikarenakan
adanya perkembangan masyarakat yang cepat dan berakibat pada
merosotnya peran pendidik (guru), dan perubahan interaksi antarmanusia.
Dikarenakan manusia tumbuh dan berkembang bukan di sekolah melainkan
di masyarakat sekitar. Sejarah sosiologi pendidikan juga tidak terlepas dari
situasi sosiologi dari zaman ke zaman.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan jika dilihat


dari makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa dapat ditegaskan bahwa
pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa.

xx
Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu
peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan
membuat periodisasi. Sedangkan secara terminologi sejarah adalah masa
lalu ketika manusia sudah mengenal tulisan. Sejarah adalah kejadian dan
peristiwa yang benar benar terjadi pada masa lampau.

Berdasarkan sejarah lahir dan kembangkan sosiologi pendidikan, ia


merupakan disipiln ilmu yang relative masih muda. Maksud dan tujuan dari
pelopor dan penokohan sosiologi pendidikan hanya untuk mengetahui ide,
pikiran dan gagasan yang berkaitan dengan pendidikan yang dapat
memberikan arah dan nuansa baru dalam pengembangan pendidikan.
Selanjutnya, sumbangan pikiran mereka pantas dihargai sebagai karya
intelektual dalam pengembangan sosiologi pendidikan sebagai suatu
disiplin ilmu. Ada beberapa nama yang layak dijadikan pelapor dan tokoh
pendidikan di antaranya adalah Lester Frank Word (1841-1913), John
Dewey, Emile Durkheim (1858-1917), Karl Manheim (1893-19947),
Talcott Parson (1902-1979), dan E. George Payne.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan


menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami
semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.

xxi
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers


Faisal, Sanapiah. 1980 Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Jatmiko, Sigit dkk. 2002. History of Western Philosophy and its Connection with Political
and Social Circumstancess from the Earliest Times to the Present Day. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Munandier. 2001. Ensiklopedi Pendidikan. Malang: UM Press
Robinson, Philip. 1986. Perspective on the Socioology of Education. Terjemah Basari
hasan. Jakarta: CV Rajawali
Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
ST Vembriarto. 1987. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Paramita
Denabez, Pengertian Sejarah Secara Etimologi, diakses
dari http://denabez.blogspot.com /2012/08/pengertian-sejarah-secara-etimologi-dan.html,
pada tanggal 11 maret 2015
Rafli Pratama, Pengertian Sejarah dan Praaksara, diakses
dari http://raflypratama.blogspot.com /2014/07/ pengertian-sejarah-dan-praaksara-
secara.html, pada tanggal 15 maret 2015

xxii

Anda mungkin juga menyukai