Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN DAN PEMIKIRAN


ISLAM

JUDUL

PENGAJARAN SEJARAH DAN


PROBLEMATIKANYA

Dosen Pengampu :
Dr. Abdul Roni, M. Pd. I

Disusun Oleh :

1. Agus Munawar
2. Ahmad tri handoko
3. Subhan
4. Ety nur setianingsih
5. Muhammad riski

PROGRAM PASCASARJANA IAI AN NUR


LAMPUNG JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah tentang
Pengajaran Sejarah Dan Problematikanya ini disusun sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan tugas Mata Kuliah.
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
kami masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi
maupun tata bahasa. Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan
dalam perbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami berikutnya. Untuk
itu kami ucapkan terimakasih.

Lampung Selatan, Oktober 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan................................................................................................3

C. Tujuan ............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah........................................................................... 4

B. Hakikat Sejarah Dan Kebudayaan .................................................. 6

C. Problematika Pengajaran Sejarah Dan Kebudayaan Islam ............. 8

D. Problematika Metodologi Penulisan Sejarah .................................. 11

E. Rancang Bangun, Sejarah, Peradaban, dan Pemikiran ................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu

institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis,

dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis

waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan

tanggungjawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan

pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa

untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui

sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggungjawab

terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat

berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap

individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.

Pelajaran sejarah, sering dianggap sebagai pelajaran hafalan dan

membosankan. Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian angka

tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali

saat menjawab soal-soal ujian. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena

masih terjadi sampai sekarang. Pembelajaran sejarah yang selama ini terjadi di

sekolah-sekolah dirasakan kering dan membosankan. Menurut cara pandang

Pedagogy Kritis, pembelajaran sejarah seperti ini dianggap lebih banyak

memenuhi hasrat dominant group seperti rezim yang berkuasa, kelompok elit,
pengembang kurikulum dan lain-lain, sehingga mengabaikan peran siswa

sebagai pelaku sejarah zamannnya.

Sejarah adalah bagian dari proses kehidupan yang senantiasa dilestarikan

dan dikembangkan. Melalui sejarah, suatu generasi akan dapat menghayati

nilai-nilai kebaikan dan menghayati terhadap pentingnya sejarah. Sehingga,

materi sejarah sangat penting bagi pembentukan karakteristik siswa. Selain

itu, Sejarah Kebudayaan Islam menjadi pelajaran penting sebagai upaya untuk

membentuk watak dan kepribadian umat. Dengan mempelajari sejarah,

generasi muda akan mendapatkan pelajaran berharga dari suatu tokoh atau

generasi terdahulu. Dari proses itu dapat diambil banyak pelajaran, sisi-sisi

mana yang perlu dikembangkan dan yang tidak perlu dikembangkan.1

Tidak dipungkiri bahwa pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang

sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan

masyarakat Indonesia umumnya. Agakya pernyataan tersebut tidaklah

berlebihan. Namun sampai saat ini masih terus dipertanyakan

keberhasilannya, mengingat fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara

Indonesia khususnya generasi muda makin hari makin diragukan

eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada sesuatu yang harus

dibenahi dalam pelaksanaan pendidikan sejarah

1
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2010),
hlm. 8

2
B. Rumusan Masalah

Berangkat dari semua permasalahan yang sudah diuraikan di atas, maka ada

beberapa poin penting yang bisa dijadikan sebagai rumusan masalah dalam

tulisan ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian sejarah ?

2. Bagaimana hakikat sejarah dan kebudayaan?

3. Apa saja problematika pengajaran sejarah dan kebudayaan islam?

4. Apa problematika metodologi penulisan sejarah?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian sejarah

2. Untuk mengetahui hakikat sejarah dan kebudayaan

3. Untuk mengetahui problematika pengajaran sejarah dan kebudayaan islam

4. Untuk mengetahui metodologi penulisan sejarah

3
BAB II

PEMBAHASA

A. Pengertian Sejarah

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab (šajaratun) yang artinya pohon.

Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh (Adapun kata tarikh dalam

bahasa Indonesia artinya waktu. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani

yaitu historia yang berarti ilmu. Dalam bahasa Inggris berasal dari history,

yakni masa lalu. Dalam bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa

Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal

gescheiedenis. 2

Pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah

menyangkut waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting

dalam memahami peristiwa, sejarawan cenderung mengatasi masalah ini

dengan membuat periodisasi.

Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk, yakni bangunan yang

disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita itu

merupakan suatu kesatuan yang mencakup fakta-fakta yang dirangkai untuk

menggambarkan gejala sejarah, baik proses maupun struktur. Disebut

subjektif tidak lain karena sejarah memuat unsur-unsur dari isi subjek

(pengarang, penulis). Karena pengetahuan maupun gambaran sejarah adalah

2
Tengku Iskandar, Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1996, hlm. 1040
4
hasil penggambaran dari pengarang sehingga memuat sifat-sifatnya, gaya

bahasanya, struktur pemikirannya, pandangannya dan lain-lain.

Sejarah dalam arti objektif adalah kejadian atau peristiwa itu sendiri,

yakni proses sejarah dalam aktualitasnya. Kejadian tersebut sekali terjadi dan

tidak dapat diulang lagi.3

Sejarah menurut pandangan seorang sarjana Muslim Muhammad bin

Ibrahim al-Iji adalah suatu ilmu mengenai alam yang diciptakan oleh Allah

SWT yang mengandung ruang lingkup masa dan peristiwa yang menjadi

objeknya ialah makhluk itu sendiri terutama manusia dan kesan daripada

aktivitas-aktivitas manusia tersebut melahirkan maklumat dan peristiwa.

Tujuannya untuk mengkaji kedudukan individu-individu yang terkenal di

dunia ini. Faedahnya yang paling utama ialah untuk mengakui hasil

penciptaan Allah SWT dengan kewujudan alam ini. Sedangkan sejarah

menurut pandangan sarjana Barat A. Marwick membagi pengertian sejarah

menjadi tiga. Pertama, sejarah merupakan keseluruhan masa lalu seperti

sebenarnya berlaku. Kedua, sejarah merupakan usaha manusia mengurai dan

mentafsir masa lalu, dan ketiga, sebagai kajian yang sistematik terhadap masa

lalu untuk suatu disiplin ilmu.4

Kesimpulan dari beberapa uraian di atas adalah bahwa sejarah merujuk

kepada setidak-setidaknya dua konsep yang berbeda, yaitu: pertama,sejarah

yang tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau dan keseluruhan

pengalaman manusia. Konsep ini memberikan pemahaman akan arti objektif

3
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 14
4
Mubasyaroh, Sejarah Dakwah, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010, hlm. 9-12

5
tentang masa lampau. Maka harus dipahami sebagai aktualitas atau sebagai

peristiwa itu sendiri. Kedua,sejarah sebagai suatu cara yang dengan fakta-fakta

diseleksi, diubah-ubah, dijabarkan dan analisis. Konsep ini menunjukkan

pengertian sejarah yang subjektif, sebab peristiwa masa lampau telah menjadi

kisah.

B. Hakikat Sejarah Dan Kebudayaan


Kata sejarah dalam bahasa Indonesia memiliki kesamaan filsofis dengan

kata syajarah dalam bahasa Arab yang berarti pohon. Pohon merupakan

gambaran suatu rangkaian geneologi, yaitu pohon keluarga yang mempunyai

keterkaitan erat antara akar,batang, cabang ranting, dan daun serta buah.

Keseluruhan elemen pohon ini memiliki keterkaitan erat, kendatipun yang

sering dilihat oleh manusia pada umumnya hanya batang pohon saja, atu

buahnya saja, akan tetapi adanya pohon dan buah tidak terlepas dari peran

akar. Itulah filosofi sejarah, yang mempunyai keterkaitan erat antara masa

lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Kata sejarah dalam bahasa Indonesia mempunyai kesamaan arti

dengan tarikh dalam bahasa Arab, geschichte bahasa Jerman)

dan history (bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani Iistoria (ilmu

tentang kronologi ikhwal manusia).

Menurut Ibnu Khaldun, dalam hakekat sejarah terkandung pengertian

observasi dan usaha mencari kebenaran(tahqiq), keterangan yang mendalam

tentang sebab dan asal benda wujudi, serta pengertian dan pengetahuan

tentang subtansi, esensi dan sebab-sebab terjadinya peristiwa. Sedangkan

mnurut Franz Rosentl, sejarah adalah deskripsi tentang aktivitas manusia yan

6
terus menerus baik dalam bentuk individu maupun kelompok. Dari dua

pengertia tersebut menunjukkan bahwa evinisi pertama lebih bernuansa

filosofis yang berkaitan denga hakikat sesuatu, sedangkan definisi

kedua lebih operasional. Menurut Prof. Nourozzama ash-Shiddiqie, sejarah

adalah peristiwa masa lampau yang tidak sekedar informasi tentang terjadinya

peristiwa, tetapi juga mmberikan interprestasi atas peristiwa yang terjadi

dengan melihat kepada hukum sebab-akibat. Dengan adanya interpretasi ini,

maka sejarah sangat terbuka apabila dikemukakan bukti-bukti baru. Definisi

ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sayyid Quttub, bahwa sejarah

bukanlah peristiwa-peristiwa dan pengertian mengenai hubungan-hubungan

nyata dan tidak nyat yang menjalin seluruh bagian serta memberikan

dinamisme dalam waktu dan tempat.5

Jadi sejarah bukan sekedar catatan bagi orang-orang yang lahir dan

orang-orang yang mati dan sekedar mengungkap kehidupan para penguasa

dan biografi para pahlawan, akan tetapi sejarah juga merupakan suatu ilmu

yang membentangkan perkembangan masyarakat, yaitu suatu proses yang

panjang sekali. Sejarah berbeda dengan hikayat, legenda, kisah dan

sebagainya. Sejarah harus dapat dibuktikan kebenarannya dan logis.oleh

karena itu, cerita yang tidak masuk akal apalagi tidak dapat dibuktikan

kebenarannya, maka tidak dapat dikategorikan sebagai sejarah.

5
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang;2009, hlm.
5-6

7
C. Problematika Pengajaran Sejarah Dan Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu bidang kajian studi

Islam yang banyak menarik perhatian para ilmuwan muslim maupun non

muslim. Dengan mempelajari SKI, memungkinkan kita mengetahui masamasa

ataupun zaman kejayaan Islam, dan kita dapat mengambil pelajaran dan

pengalaman agar tidak terulang kembali serta dapat menentukan langkah ke

depan demi menemukan jalan alternatif demi kejayaan Islam.

Sejarah memberikan suatu nilai yang berguna bagi kehidupan manusia

pada masa yang akan datang agar manusia menjadi insan yang lebih baik lagi,

sejarah juga mengajari kita tentang mana yang baik maupun yang tidak baik

pada masa lalu agar pada masa mendatang kita bisa merubahnya ke yang lebih

baik. Sedangkan sarana yang paling dominan untuk mencapai pengetahuan

tersebut adalah dengan proses pendidikan. Menyadari hal di atas, diberbagai

lembaga pendidikan Islam yang ada hingga sekarang, bidang kajian sejarah

kebudayaan Islam merupakan suatu bidang kajian yang cukup signifikan

untuk dipelajari.

Secara umum permasalahan utama dalam pembelajaran sejarah Islam

adalah pandangan dari setiap masyarakat dan pendidikbahwa pelajaran sejarah

Islam merupakan pelajaran pelengkap atau tambahan sehingga kurang

diminati. Selain itu dalam konteks dunia modern saat ini, potensi dari

pembelajaran sejarah Islam belumdapat berkontribusi secara signifikan

dalammeningkatkan taraf hidup seseorang sehingga waktu dan upaya dalam

pembelajaran sejarah Islam kurang optimal.

8
Dalam aplikasi pembelajaran di lembaga pendidikan pada umumnya,

tujuan dari pembelajaran sejarah Islam masih belum dapatmemberikan

kesadaran atas peningkatan kualitas sikap dan pengalaman dari masa lalu.

Selain kurangnya jam-jam pelajaran untuk mempelajari sejarah Islam di

lembaga pendidikan formal, kurangnya inovasi dari pengajar juga

menimbulkan menurunnya minat serta motivasi dalam mempelajari sejarah

Islam. Di sampingitu, pengajaran yang hanya fokus kepada penyampaian

pokok bahasan sebagai sarana dalam persiapan ujianjuga berdampak pada

menurunnya keberhasilan siswa.

Di masa lalu,kurang majunya pembelajaran sejarahIslam juga

dipengaruhi oleh pola pikir konvensional masyarakat yang menjadikan sejarah

Islam belum dapat membuahkan semangat progresif secara substansial dalam

menjalankan kehidupan bermasyarakat .Pembelajaran sejarah Islam juga

terkesan konvensional dimana hanya cenderungmenampilkan informasi

dengan berbasis waktu sejarah yang bersifat ensiklopedis naratif dan kurang

memperhatikan penyampaian nilai dan kedalaman dari suatu informasi masa

lampau. Kajian sejarah Islam yang konvensional tersebut menimbulkan kesan

yang membosankan dan mengulang-ulang sehingga sulit untuk

menyampaikan materi sejarah yang menarik. Permasalahan pendidikan

sejarahjuga berkaitan dengan kesalahpahaman dari pengajar dan siswa bahwa

9
pembelajaran sejarah termasuk sejarah Islam hanya membutuhkan

kemampuan menghafal.6

Hal ini didasarkan kepada pembelajaran di lapangan bahwa sejarah Islam

sering hanya diajarkan dalam bentuk hafalan yang bersifat informatif

walaupun dalam setiap indikator dan tujuan pembelajarannya tertulis untuk

memahami dan menghargai tokoh dan peninggalan sejarah serta menanamkan

nilai-nilai yang telah dicontohkan oleh para pelaku sejarah.

Selain itu, permasalahan utama dalam pembelajaran sejarah Islam di

sekolah formal adalah alokasi waktu pembelajaran yang sangat minimal

dengan cakupan materi yang cukup luas dan mendalam. Luasnya ruang

lingkup materi pembelajaran sejarah Islam yang ada pada madrasah atau

sekolah formal membuat praktik hafalan menjadi tidak dapat dikendalikan

sehingga pembelajaran hanya memberikan materi dan informasi dengan

kurang memedulikan pemahaman siswa terhadap materi.

Pembelajaran sejarah Islam pada umumnya tergantung pada penguasaan

bahan atau materi sehingga pembelajaran terkesan kaku dan terpusat kepada

guru sehingga tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif

dalam pembelajaran dimana siswa hanya dianjurkan untuk mendengarkan

penjelasan dari gurusecara pasif. Akhirnya sikap siswa dalam proses

pembelajaran sejarah Islam ilmu menjadi malas-malasan, kurang tertarik dan

kurang semangat serta hasil belajar belumjuga kurang maksimal.

6
Uswatun Hasanah, Problematika Dan Alternatif Inovasi Pembelajaran Sejarah Islam,
Jurnal El Tarikh hal. 25-28

10
Kurang berkembangnya pembelajaran sejarah Islam secara tidak

langsung juga berimbas pada kurangnya penanaman nilai-nilai yang baik

sehingga sikap siswa terhadap pembelajaran, sesama siswa, dan terhadap guru

yang belum dapat dikategorikan cukup baik. Rendahnya tenggang rasa sesama

kawan, kurangnya saling menghormati terutama terhadap guru, dan rendahnya

perhatian terhadap pembelajaran sejarah menjadikan pembelajaran kurang

kondusif. Hal ini juga akhirnya memicu rendahnya pengembangan

kemampuan dan prestasi di bidang sejarah Islam. Oleh karena itu, optimalisasi

pembelajaran sejarah Islam sangat perlu dilakukan menimbang dampaknya

yang cukup signifikan terhadap perkembangan sikap dan prestasi siswa.

Guru sejarah Islam juga sudah terbiasa menggunakan metode cerita tanpa

ada variasi yang menarik perhatian siswa. Siswa hanya duduk dan

mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru sehingga kemampuan

berpikir kritis dan pemahaman materi kurang optimal. Selain itu, minimnya

penggunaan media pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan sejarah

Islam menurunkan semangat dan minat dalam mempelajari sejarah Islam.

Oleh karena itu, kesuksesan dalam pembelajaran sejarah Islam tergantung

pada sejauh mana guru berkreasi dan berinovasi dalam merumuskan dan

melaksanakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan memahamkan

melalui inovasi variasi metode dan media pembelajaran.

D. Problematika Metodologi Penulisan Sejarah


Sesuatu dianggap kejadian atau peristiwa sejarah atau tidak, tergantung

pada wawasan sejarawan, yang dari satu masa ke masa lain mengalami

perkembangan. Artinya bahwa sejarah merupakan proses berkesinambungan

11
dari interaksi antara sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya, suatu dialog

yang tidak berkesudahan antara masa sekarang dengan masa lampau, sehingga

tidak ada tulisan yang bersifat benar-benar final. Sehingga kemungkinan

munculnya fakta dan interpretasi baru senantiasa berkembang.

Permasalahan kontroversi tidak pernah lepas dari penulisan sejarah,

karena dalam penulisan sejarah kemunculan kontroversi disebabkan adanya

perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh sejarawan dalam merekonstruksi

data dan fakta sejarah. Artinya, penelusuran terhadap munculnya kontroversi

dalam penulisan sejarah tidak lepas dari permasalahan subjektivitas dalam

historiografi.7 Permasalahan sejarah kontroversial ditinjau dari aspek keilmuan

merupakan permasalahan yang sampai saat ini senantiasa berkembang dan

menjadi hal yang jamak dalam pergulatan keilmuan, terutama dalam proses

tersusunnya historiografi.

Betapa besarnya suatu informasi yang dijadikan pelajaran dan peringatan

dari sejarah, mengharuskan seorang Muslim untuk bertindak kritis dengan

memberikan kritik terhadap berita sejarah yang diterima ataupun berita yang

disampaikan. Sifat kritik terhadap berita sejarah atau fakta yang disampaikan

berguna untuk mencegah adanya kesalahan informasi yang akan membawa

akibat fatal yaitu musibah dan penyesalan (QS. 49:6). Hal ini sesuai dengan

apa yang dikatakan oleh Langlois dan Seignobos yang mengatakan bahwa

7
Tsabit Azinar Ahmad, Masalah Kuasa dan Kontroversi dalam Historiografi. (Semarang,
UNNES) hlm.1

12
sifat kritis terhadap penulis akan menyelamatkan sejarawan dari kesalahan

besar dan hasilnya akan sungguh sangat mengejutkan.8

Karena faktanya, menurut Kuntowijoyo, sejarawan sering melakukan

kesalahan-kesalahan dalam penelitiannya. Diantaranya; kesalahan pemilihan

topik, kesalahan pengumpulan sumber, kesalahan verifikasi, kesalahan

interpretasi, dan kesalahan penulisan. Dengan demikian, tugas utama

sejarawan muslim tidaklah sekedar menulis, melainkan lebih dari itu yakni

mengevaluasi sejarah, wal tandur nafsun ma qaddamat. Hasilnya dituangkan

dalam bentuk tulisan yang akan membentuk budaya pembacanya di masa yang

akan datang, lil ghad.

Masalah penting yang sering kali menghadang penulisan sejarah adalah

peristiwa-peristiwa zaman dahulu yang dikemukakan oleh si pengarang dan

gejala-gejala pandangan dunia yang timbul dalam zaman si pengarang sendiri,

kedua hal ini dianggap sebagai biang subjektif dari pengarang yang

menghambat kebenaran sejarah. Ada terdapat suatu prasangka kasar terhadap

pengetahuan “subjektif” sebagai sesuatu lebih rendah daripada pengetahuan

“objektif”. Sebagian besar karena kata “subjektif” telah memperoleh arti

“khayalan” atau “didasarkan atas pertimbangan pribadi”, dan karenanya “tidak

benar” atau “berat sebelah”.9

Permasalahan subjektivitas yang terkandung dalam historiografi menjadi

pemicu munculnya kontroversi sejarah adalah ketika subjektivitas tersebut

8
CH.V. Langlois & CH. Seignobos. Introduction to the Study of History. Terj.
Supriyanto Abdullah (Yogyakarta, Indoliterasi: 2015) hlm. 102
9
Louis Gottschalk. Understanding History: A Primer of Historical Method. Terj.
Nugroho Notosusanto. (Jakarta, UI-Press: 2015) hlm. 34

13
berubah menjadi subjektivisme. Subjektivisme merupakan kewenangan subjek

dalam mengadakan seleksi, interpretasi, dan menyusun periodisasi, dan

sebagainya, namun yang terjadi tidak bertumpu pada dasar yang dapat

dipertanggungjawabkan. Sedangkan subjektivitas sangat erat hubungannya

dengan kejujuran hati dan kejujuran intelektual.

Sehingga menurut hemat penulis, bahwa subjektivisme adalah “akar”

dari problematika historiografi dan subjektivitas dalam sebuah penulisan

sejarah adalah „halal‟ karena tanpa subjektivitas maka tidak akan pernah ada

objektivitas. Menurut Hasan Muarif, subjektivitas agaknya harus diterima

sebagai bagian dari objektivitas sejarah. Atau dengan kata lain, subjektivitas

tidak mungkin dihilangkan sama sekali. Subjektivitas juga muncul seperti

yang dikatakan oleh Nugroho Notosoesanto, -yang dikutip dalam buku

Menemukan Peradaban, bahwa sebagian besar sumber sejarah adalah

kesaksian manusia, karenanya tidak memiliki realitas objektif, melainkan

hanya merupakan simbol-simbol daripada sesuatu yang nyata di masa lampau.

Permasalahan tentang subjektivitas akan semakin rumit apabila terdapat

kepentingan pada tataran sumber. Permasalahan ini sering terjadi terutama

dalam sejarah kontemporer. Kepentingan itu bisa datang dari pihak-pihak

yang terlibat dalam satu peristiwa sejarah ataupun dari pihak-pihak yang ingin

memanfaatkan satu peristiwa sejarah untuk tujuan-tujuan tertentu.

Selain itu hal yang menyebabkan kontroversial adalah bahwa peristiwa

sejarah, terutama sejarah kotemporer masih belum selesai sepenuhnya, tetapi

senantiasa berproses. Sehingga sampai saat ini masih banyak terjadi perbedaan

14
pandangan para pelaku sejarah berkaitan dengan satu peristiwa sejarah, dan

ada pula perbedaan pandangan antara temuan berupa fakta-fakta baru dengan

pemahaman masyarakat yang berkembang selama ini.10

Perlu diketahui bahwa tidak setiap yang ada dalam buku sejarah adalah

benar seluruhnya. Banyak sumber-sumber buku sejarah yang terlalu

membesar-besarkan dan mendistorsi segala kejadian yang tidak bisa diterima

oleh kebenaran baik dengan cara induktif maupun ketika dikomparasikan

dengan argument yang diambil dari sumber lain.

E. Rancang bangun, sejarah, peradaban dan pemikiran


sejarah itu adalah aktivitas manusiayang berhubungan dengan kejadian-

kejadian tertentu yangtersusun secara kronologis.Pengertian sejarah juga

berarti ilmu pengetahuan yangberikhtiar untuk melukiskan atau menjelaskan

fenomenakehidupan sepanjang terjadinya perubahan karena adanyahubungan

antara manusia terhadap masyarakatnya.11

Pengertian sejarah lainnya adalah yang tersusun dariserangkaian

peristiwa masa lampau keseluruhan pengalamanmanusia.Dari beberapa

pengertian sejarah di atas dapatdiketahui bahwa sejarah itu adalah ilmu

pengetahuan yangberusaha melukiskan tentang peristiwa masa lampau

umatmanusia yang disusun secara kronologis untuk menjadipelajaran bagi

manusia yang hidup sekarang maupun yangakan datang. Itulah sebabnya,

dikatakan orang bahwa sejarahadalah guru yang paling biaksana.

10
Tsabit Azinar Ahmad, Masalah Kuasa dan Kontroversi dalam
Historiografi. (Semarang, UNNES) hlm.2
11
Nourouzzaman Shiddiqi,Pengantar Sejarah Muslim(Yogyakarta: CakraDonya. 1981),
hlm. 7.

15
Kata peradaban adalah terjemahan dari kata Arabal-Hadharah. Juga

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesiadengan Kebudayaan. Padahal istilah

peradaban dipakaiuntuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaanyang

halus dan indah. Peradaban sering juga dipakai untukmenyebut suatu

kebudayaan yang mempunyai sistemteknologi, seni bangunan, seni rupa,

sistem kenegaraan danilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.12

Secara umum, Pengertian Peradaban adalah bagian-bagian dari

kebudayaan yang tinggi, halus, indah, dan maju. Sedangkan Pengertian

peradaban yang lebih luas adalah kumpulan sebuah identitas terluas dari

seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan

manusia baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-nilai,

tatanan, seni budaya maupun iptek), yang teridentifikasi melalui unsur-unsur

obyektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun

melalui identifikasi diri yang subjektif. Istilah “peradaban” dalam bahasa

inggris disebut civilization atau dalam bahasa asing lainnya peradaban sering

disebut bescahaving (belanda) dan die zivilsation (jerman).

Istilah Peradaban ini sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan

penilaian kita pada perkembangan dari kebudayaan dimana pada waktu

perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya yang berwujud unsur-unsur

budaya yang halus indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya, maka

masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban

yang tinggi.

12
Syamruddin Nasution | Sejarah Perkembangan Peradaban Islam h 10

16
Jadi kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapitidak sebaliknya, sebab

peradaban dipakai untuk menyebut kebudayaan yang maju dalam bentuk ilmu

pengetahuan,teknologi dan seni. Dalam pengertian kebudayaan direfleksikan

kepada masyarakat yang terkebelakang, bodoh, sedangkan peradaban

terefleksikan kepada masyarakat yang sudah maju.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Kata sejarah dalam bahasa Indonesia memiliki kesamaan filsofis dengan
kata syajarah dalam bahasa Arab yang berarti pohon. Pohon merupakan
gambaran suatu rangkaian geneologi, yaitu pohon keluarga yang
mempunyai keterkaitan erat antara akar,batang, cabang ranting, dan daun
serta buah.
 Secara umum permasalahan utama dalam pembelajaran sejarah Islam
adalah pandangan dari setiap masyarakat dan pendidikbahwa pelajaran
sejarah Islam merupakan pelajaran pelengkap atau tambahan sehingga
kurang diminati. Selain itu dalam konteks dunia modern saat ini, potensi
dari pembelajaran sejarah Islam belumdapat berkontribusi secara
signifikan dalammeningkatkan taraf hidup seseorang sehingga waktu dan
upaya dalam pembelajaran sejarah Islam kurang optimal
 Permasalahan kontroversi tidak pernah lepas dari penulisan sejarah,
karena dalam penulisan sejarah kemunculan kontroversi disebabkan
adanya perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh sejarawan dalam
merekonstruksi data dan fakta sejarah. Artinya, penelusuran terhadap
munculnya kontroversi dalam penulisan sejarah tidak lepas dari
permasalahan subjektivitas dalam historiografi.

18
DAFTAR PUSTAKA

CH.V. Langlois & CH. Seignobos. Introduction to the Study of History. Terj.
Supriyanto Abdullah (Yogyakarta, Indoliterasi: 2015)

Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2008,

Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2010),

Louis Gottschalk. Understanding History: A Primer of Historical Method. Terj.


Nugroho Notosusanto. (Jakarta, UI-Press: 2015)

Mubasyaroh, Sejarah Dakwah, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010,

Tengku Iskandar, Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1996,

Tsabit Azinar Ahmad, Masalah Kuasa dan Kontroversi dalam


Historiografi. (Semarang, UNNES)

Uswatun Hasanah, Problematika Dan Alternatif Inovasi Pembelajaran Sejarah


Islam, Jurnal El Tarikh

Anda mungkin juga menyukai