Anda di halaman 1dari 12

METODOLOGI STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

Makalah ini dibuat dalam rangka penyelesaian tugas kelompok


pertama mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Dr. A. Aisyah, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 1:

Chintya Rahma Perwadi (2351010017)

Deno (2351010153)

Elsa Yentika (2351010035)

Kelas E.S. B / Semester 2

PRODI EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya pada kita semua, sehingga tim penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang telah ditugaskan kepada tim penulis. Salawat serta salam senantiasa kita
sanjung agungkan kepada Nabi Besar Muhammad saw., yang kita nanti-nantikan syafaatnya
di yaumil qiyamah nanti.
Rasa terima kasih secara mendalam kami haturkan kepada dosen pengampu mata
kuliah tim penulis yang telah memberikan tim penulis kesempatan untuk memulai studi, serta
membimbing tim penulis, hingga selesainya penyusunan makalah ini.
Diajukannya makalah yang berjudul “Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam”
ini tak lain ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Ada pun pembahasan yang dimuat pada makalah kali ini adalah dasar-dasar pengantar,
sebagai pintu gerbang yang mengawali perjalanan studi sejarah peradaban Islam ke depannya,
yakni tentang: pengenalan terhadap pengertian sejarah, urgensi pembelajaran sejarah, makna
peradaban, sejarah sebagai ilmu, dan tipologi sejarah.
Semoga makalah sederhana ini dapat memamparkan kontennya dengan baik, sehingga
dapat dengan mudah menghaturkan ilmu dan wawasan yang bermanfaat dunia wal akhirah
bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Bandar Lampung, 7 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................................3
A. Definisi Sejarah...........................................................................................................................3
B. Urgensi Pembelajaran Sejarah...................................................................................................4
C. Definisi Peradaban......................................................................................................................5
D. Sejarah Sebagai Ilmu...................................................................................................................6
E. Tipologi Sejarah..........................................................................................................................7
BAB III KESIMPULAN...............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dinamika sosial yang kian hari kian tidak bisa dibendung pergerakannya,
manusia, dengan pergerakan peradabannya sering kali tak sadar bahwa kehidupan yang
dipijakinya terus berjalan, bahkan bergolek dari satu periode ke periode lainnya. Terus
berkembangnya pemikiran manusia, lantas terus-menerus menciptakan kebutuhan tertentu
yang harus segera terpenuhi. Hal ini pun secara spontan membuat manusia terpacu dalam
orbit tertentu untuk mengejar apa yang menjadi pemenuh kebutuhannya, sehingga sering
kali manusia tanpa sadar telah bergerak jauh menuju tujuan-tujuannya yang tak akan
pernah berhenti muncul selama manusia masih hidup. Proses inilah, yang kemudian
menjauhkan manusia dari apa yang telah dipijaknya di masa lampau, seperti sejarah.
Padahal, secara universal, sejarah sendiri memiliki peran penting sebagai acuan pola
linier, baik untuk menaksir kejadian mundur lebih jauh ke belakang, atau untuk
memprediksi, merencanakan, bahkan justru sebagai langkah preventif di masa mendatang.
Ketika manusia telah melupakan sejarah, manusia akan mulai kehilangan pola, bahkan
dapat terjerumus kembali dalam kesalahan yang sama. Sementara, jika untuk kembali
pada kejadian bagus yang sama, manusia tidak bisa harus mengingat dan mempelajari
sejarahnya untuk mencapai hal tersebut.
Maka dari itu, urgensi pembelajaran sejarah sudah semestinya menjadi agenda bagi
seluruh umat manusia secara universal, untuk melihat dan membentuk pola linear
kehidupan, agar tidak terjerumus pada kesalahan yang sama, serta untuk kembali
mempelajari kejayaan di masa lalu, supaya dapat dicapai atau dijadikan acuan bagi
kejayaan di masa sekarang. Terutama dalam lingkup Islam sendiri, di mana Islam telah
mencapai masa keemasannya di masa lampau, dan sedang menuju masa keemasannya
kembali, maka sejarah peradaban Islam, sudah semestinya menjadi urgensi bagi seluruh
umat dan cendikianya. Dengan memperhatikan sifat pembelajaran ilmu sendiri yang harus
dilakukan secara konkret dan ilmiah, maka berikut ini adalah pengenalan mengenai
metodologi studi sejarah peradaban islam, yang merupakan dasar-dasar yang harus
dipelajari dalam studi sejarah peradaban Islam, sebagai langkah primer yang

1
mengantarkan pada pendalaman materi selanjutnya, supaya terjadi pemaksimalan
pemahaman ke depannya..

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, berikut ini adalah rumusan masalah yang
muncul untuk dipecahkan dalam makalah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan sejarah?

2. Bagaimanakah urgensi dari pembelajaran sejarah?

3. Apa yang dimaksud dengan peradaban?

4. Bagaimanakah peran sejarah sebagai ilmu?

5. Bagaimanakah tipologi sejarah?

C. Tujuan

1. Memahami definisi pengertian sejarah;

2. Mengetahui urgensi dari pembelajaran sejarah;

3. Memahami definisi peradaban;

4. Mengetahui peran sejarah sebagai ilmu;

5. Memahami tipologi sejarah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Sejarah

Dalam menelisik definisi dari suatu kata, pada umumnya terdapat dua
pendekatan, yakni:
1. Secara etimologis
Secara etimologis, atau dari asal usul katanya, definisi sejarah
sendiri berasal dari beberapa bahasa. Dalam bahasa Indonesia, sejarah
berasal dari bahasa Arab : ‫ (ةرجش‬šajaratun) yang artinya pohon. Dalam
bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh ( ‫) خيرات‬. Adapun kata tarikh
dalam bahasa Indonesia artinya waktu. Kata Sejarah lebih dekat pada
bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu. Dalam bahasa Inggris
berasal dari history, yakni masa lalu. Dalam bahasa Prancis historie,
bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang
terjadi, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.1
2. Secara istilah
Sejarah, babad, hikayat, riwayat, atau tambo dalam bahasa
Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-
benar terjadi pada masa lalu atau silsilah, terutama bagi raja-raja.2
J. Bank berpendapat bahwa Sejarah merupakan semua kejadian
atau peristiwa masa lalu. Sejarah untuk memahami perilaku masa lalu,
masa sekarang dan masa yang akan datang. Robin Winks berpendapat
bahwa Sejarah adalah studi tentang manusia dalam kehidupan
masyarakat. Leopold von Ranke berpendapat bahwa sejarah adalah
peristiwa yang terjadi.3
Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa sejarah merupakan
rangkaian atau sebuah peristiwa yang terjadi di masa lalu, dan sering kali dijadikan ilmu
untuk pembelajaran masa mendatang. Dan setelah memahami definisi sejarah yang
1
Tengku Iskandar, Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur,
1996, hlm. 1040
2
Ibid., hlm. 1041
3
Abdullah, T. dan A. Surjomihardjo. 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi;
Arah dan
Perspektif. Jakarta: Gramedia.

3
memang berkaitan erat dengan perkembangan dan kemaslahatan di masa mendatang, maka
akan terlahir kesadaran akan urgensi-urgensi tertentu tentang pentingnya mendalami ilmu
sejarah, seperti sebagai berikut.

B. Urgensi Pembelajaran Sejarah


1. Sebagai arah penentu masa depan
Pembelajaran sejarah pada dasarnya diurgensikan sebagai pengingat tentang
arah di masa lalu. Pembelajaran hingga studi yang ilmiah diperlukan agar arah
perkembangan dari suatu peradaban tidaklah berjalan ke arah yang salah.
Terutama pada pengkajian ke masa lalu yang memang perlu ditekankan pada
penyampaiannya. Jika fakta sejarah di masa lalu saja disampaikan dengan cara
yang salah dapat memengaruhi mentalitas suatu masyarakat, lantas bagaimaa
dengan sejarah yang tidak ditulis berdasarkan fakta yang ada? Seperti mengenai
dijajahnya Indonesis oleh Belanda selama 350 tahun yang mmebuat masyarakat
menjadi minder, padahal, seharusnya hal tersebut mampu membuat bangsa lebih
bersemangat, bukan malah minder untuk menyaingi negara-negara barat. Hal ini
pun lantas menjadi urgensi yang konkret bagi pembelajaran sejarah, untuk
menentuka arah masyarakat menjadi lebih baik.

2. Sebagai langkah preventif dari kesalahan di masa lalu


Urgensi dari pembelajaran sejarah juga paling bertumpu pada pencegahan
terulangnya kesalahan di masa mendatang. Contohnya, seperti pandemic covid-
19 yang menjadi sejarah kelam bagi peradaban manusia modern, yang kemudian
menimbulkan langkah-langkah yang dapat disematkan agar tidak terjadi hal-hal
yang serupa di masa mendatang.

3. Sebagai parameter dari perkembangan peradaban


Urgensi sejarah sebagai parameter peradaban ini berkaitan
langsung dengan definisi sejarah situ sen diri yang merupakan
kejadian di masa lalu. Seandainya jika sejarah tidak dipelajari dan
tidak diperhatikan, maka manusia tidak akan mengerti titik awal
dari suatu hal, yang menyebabkan tidak ditemukannya
perkembangan mengenai hal tersebut.

4
Setelah memahami sejarah dan urgensi pembelajarannya, maka ranah
selanjutnya dalam lingkup studi sejarah peraaban Islam yakni mengenai
peradaban itu sendiri. Sejarah dan peradaban pada dasarnya merupakan kedua
hal yang saling berhubungan, di mana sejarah merupakan rekaman dari
bagaimana peradaban itu berjalan, dan kemungkinan besar pula rekaman
sejarah tersebut dapat memengaruhi dinamika peradaban di masa mendatang.

C. Definisi Peradaban
1. Secara etimologis
Dalam bahasa Indonesia, peradaban sendiri berasal dari kata
“adab” yang kemudian berarti hal yang menyangkut sopan santun, budi
bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa.4
Prof. Franz Rosenthal menerjemahkan `umran sebagai
urbanization dan civilization. Apa yang disebut dengan `umran pada
abad keempat belas memiliki arti yang sama dengan pengertian
civilization (peradaban) pada abad kedua puluh. 5 Kata civilization
(peradaban) berasal dari bahasa Latin, civitas, yang berarti city (kota).
Alasan yang menegaskan asal kata ini adalah, bahwa setiap peradaban
besar memiliki kota-kota besar dan karakteristik dasar peradaban yang
paling mudah untuk diamati, ada di dalam kota.6
Beberapa antropolog juga menegaskan adanya fakta bahwa
tiap-tiap peradaban meluas dari pusat kota, mempengaruhi daerah
sekeliling, baik dalam bidang ekonomi, politik, mauopun budaya
(misalnya peradaban Mesir, Aztec, dan Yunani).7

2. Secara Istilah
Menurut Toynbee, Peradaban merupakan buah dari aktifitas
manusia diranah sosial dan moral yang merupakan gerakan yang terus

4
Badan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. n.d.
“Peradaban” In Kamus Besar Bahasa Indonesia. Def. 2. Balai
Pustaka. https://kbbi.web.id/peradaban.
5
Ibn Khaldun, The Muqaddimah, (terjemahan dalam bahasa Inggris oleh F.
Rosenthal), Priceton, 1967, 1, lxxvii (Introduction).
6
J.R. Staryer, The Mainstream of Civilization Process, U.S.A., 1974,
xxviii.
7
Darcy Riberio, The Civilization Process, Washington, 1968, hlm. 19

5
melaju bukan realitasi yang statis dan kaku. Ia tidak lain adalah
perjalanan kehidupan yang terus berlangsung.8

Jika ditelisik kembali, maka dari definisi-defiinisi tersebut, dapat dilihat bahwa
peradaban merupakan objek yang direkam dalam sejarah, yang kemudian
dapat kembali memengaruhi pergerakan peradaban selanjutnya, dan kemudian
kembali direkam dalam sejarah. Hal ini merupakan bukti bahwa sejarah dan
peradaban memanglah amat berkaitan erat, bahkan saling memengaruhi satu
sama lain.
Setelah memahami sejarah, peradaban, hingga hubungan keduanya, maka
ranah selanjutnya yang harus dipelajari adalah pembahasan ilmu sejarah secara
lebih mendalam, yakni dengan memahami sejarah sebagai ilmu yang lebih
konkret seperti sebagai berikut.

D. Sejarah Sebagai Ilmu


Pada dasarnya, dalam aspek dasar filsafat ilmu sendiri, suatu hal dapat
dikatakan sebagai ilmu ketika memenuhi 3 aspek dasar filsafat ilmu,
yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi. Keberadaan sejarah sendiri
sepatutnya dapat diklasifikasikan sebagai ilmu, sebeb memenuhi aspek-
aspek tersebut.
1. Aspek epistemology
Tanpa perlu dimungkiri lagi, pada dasarnya, mengacu pada
hakikat sejarah yang memang hasil dari kegiatan dan
peradaban manusia, maka selama manusia ada, sejarah akan
tetap mencanangkan eksistensinya, sehimgga dapat
dipelajari melalui metode-metode tertentu.
2. Aspek epistemologi
Dalam sebuah studi atau pembelajaran suatu objek, terdapat
metode-metode tertentu yang pada filsafat ilmu disebut
degan aspek epistemologi. Dalam pengkajian atau studi
dejarah sendiri, terdapat rangkaian metode yang terdiri dari
4 tahapan, yakni heuristik (menemukan sumber sejarah),
8
Toynbee, Al-Haqiqah Al-Hadhariyyah, dinukil dari buku Adhwa’ ala
Tarikh Al-Ulum inda Al-Muslimin karya Muhammad Husain Mahasnah.
12.

6
kritik (memertimbangkan factor sejarah dari sumber
tersebut), interpretasi (analiss), dan yang terakhir adalah
histografi (penyajian hasil).
3. Aspek aksiologi
Aspek aksiologi merupakan manfaat yang didapat dari studi
sejarah seperti yang telah disebutkan pada urgensi-urgensi
pembelajaran sejarah.

E. Tipologi Sejarah
Tipologi pada dasarnya merupakan pengelompokkan akan suatu objek
studi. Dalam sejarah sendiri, pengenalan tipologi akan mengarah pada
upaya untuk mengkelaskan, mengelompokkan atau mengklasifikasikan
berdasar aspek atau kaidah tertentu berdasarkan antara lain: (1) fungsi,
meliputi penggunaan ruang, struktural, simbolis, dan lain-lain; (2)
geometrik, meliputi bentuk, prinsip tatanan, dan lain-lain; (3) langgam,
meliputi periode, lokasi atau geografi, politik atau kekuasaan, etnik dan
budaya, dan lain-lain. Berdasarkan kepada seluruh paparan di muka,
bisa diambil sebuah makna simpulan dari tipologi arsitektur yaitu
bahwa Tipologi merupakan sebuah metode ataupun konsep yang
berupaya untuk mengklasifikasikan sebuah objek bangunan atas dasar
kondisi dan kesepakatan bagi terciptanya kesamaan bahasa
(komunikasi) dengan berdasarkan atas; fungsi, geometrik, langgam,
warna, skala, tekstur, bentuk, garis, kebudayaan, sosial-politik dsb Hal
ini berarti ada satu tipe-tipe tertentu dari suatu bangunan yang akan
membentuk satu karakter, ciri atau image yang secara “general” dapat
dijadikan patokan untuk dapat dikelompokan, seperti warna, skala,
tekstur, garis, bentuk, potongan-potongan bidang maupun ruang.

BAB III
KESIMPULAN

7
Secara universal, sejarah merupakan rekaman dari dinamika pergerakan peradaban
manusia, yang kemudian menjadi urgensi untuk dipelajari karena dampaknya pada
pembentukan pola peradaban yang dapat diarahkan kepada arah yang lebih baik.
Seiring berkembangnya pemikiran manusia, sejarah pun lantas dikaji lebih mendalam
dengan cara yang lebih ilmiah dan konkret dengan dijadikannya sejarah sebagai ilmu,
bidang studi dan penelitian. Hal ini tak lain dilakukan untuk terus me nyejahterakan
peradaban manusia melalui pola peradaban manusia itu sendiri.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai