Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN SEJARAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Filsafat Sejarah

Dosen Pengampu : Fathimah Dayaning P,M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Olfia Fitry Ananova 2005166003

Erika Tiara Salsabila 2005166008

Sherina Islamiyah 2005166023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuha Yang Maha Esa telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hubungan Manusia Dengan
Sejarah” tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Filsafat Sejarah dan juga menambah wawasan
mengenai materi-materi yang ada di dalam Mata Kuliah Filsafat Sejarah yang khususnya
wawasan di materi Hubungan manusia dengan sejarah dalam filsafat sejarah.

Ada beberapa tantangan kami dalam membuat makalah ini yaitu pertama, dalam hal
sumber yang valid dan juga sumber junal atau artikel yang terpercaya sedikit sulit untuk
didapatkan. Kedua, kami sulit menemukan pembahasan yang sesuai dengan judul materi kami
yang pastinya akan di hubungkan ke filsafat sejarah. Ketiga, keterbatasan imu pengetahuan dan
pengaplikasian apa yang kami baca menjadu tulisan yang membuat kami sendiri masih banyak
belajar. Kebahagiaan dan Motivas kami untuk membuat makalah ini dengan rapi dan sekuat
tenaga untuk memberikan kesan yang memuaskan bagi yang membaca makalah kami.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Fathimah Dayaning P, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat sejarah yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang ditekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah
ini, kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran akan kami nantikan demi kesempurnaan dan perbaikan ini kedepannya.

Samarinda, 4 Februari 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................2

C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................................2

D. MANFAAT PENULISAN..................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

A. DEFINISI MANUSIA DAN SEJARAH................................................................................3

B. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN SEJARAH DALAM KONTEKS FILSAFAT


SEJARAH....................................................................................................................................5

C. PENTINGNYA MANUSIA MEMPELAJARI SEJARAH....................................................6

BAB III..........................................................................................................................................10

PENUTUP.....................................................................................................................................10

A. KESIMPULAN.....................................................................................................................10

B. KRITIK DAN SARAN.........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebelum memasuki lingkup judul materi, maka harus diketahui dahulu tentang pengertian
filsafat sejarah itu sendiri. Dalam buku Society and History yang memiliki arti Masyarakat dan
Sejarah yang di tulis oleh Murtadha Muthahhari, mendefinisikan sejarah itu berdasarkan tiga
disiplin kesejahteraan (Munir, 2014, p. 1). Salah satunya yaitu Sejarah sebagai pengetahuan
tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, dan keadaan-keadaan kemanusiaan (Manusia)
pada masa lampau dalam kaitannya dengan kejadian dan keadaan masa kini (Munir, 2014, p. 1).
Agnes Heller (1982:3-7) dalam bukunya A Theory of History mengatakan bahwa: “Filsafat
sejarah berkaitan dengan imajinasi tentang masa depan, juga engacu pada tindakan-tindakan dan
tipe-tipe dari tingkah laku pada masa sekarang”. Dapat diartikan bahwa pengertian ini mengacu
pada pengertian sejarah sebagai refleksi para filsuf terhadap perkembangan sejarah. Kesimpulan
pendapat Agnes Heller yaitu Filsafat sejarah merupakan upaya manusia untuk menggambarkan
masa depan berdasarkan kejadian atau hal-hal yang dapat dilakukan dan keadaan yang terjadi
pada masa sekarang (artinya kejadian yang terjadi di masa lalu bisa diambil pelajaran untuk masa
depan yang lebih baik atau juga usaha manusia untuk memberikan keterangan/tafsiran secara
luas mengenai proses sejarah) (Munir, 2014, p. 1)

Munculnya filsafat sejarah atau lahirnya filsafat sejarah menurut peneliti modern, karena
kecenderungan manusia yang terkenal sebagai “hewan sejarah” (Prayogi, 2022, p. 5). Manusia
sejak zaman dahulu (kuno) tidak henti-hentinya mengamati dan meneliti peristiwa sejarah yang
ada dan terjadi disekitarnya. Tidak hanya menjadi kajian untuk diteliti, mereka juga merenungan
maknanya, mencari sesuatu hubungan yang bisa menguraikan geraknya dari segi factor-faktor
yang membangkitkannya dan dari akibat-akibat yang dihasilkannya. Rasa ingin tahu dan
kesadaran untuk mencari yang dimiliki manusia, merupakan musabab lahirnya filsafat sejarah.
Keingintahuan manusia tentang peristiwa yang telah terjadi dan tergerak pada bangsa,
masyarakat atau individual tertentu bermuara pada pemahaman dan pengkajian peristiwa itu
secara filosofis. Pada perkembangan selanjutnya, filsafat sejarah berkembang menjadi disiplin
ilmu yang memiliki pengertian yang beragam serta ruang lingkup yang juga luas.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana definisi dari manusia dan sejarah itu sendiri?


2. Bagaimana hubungan manusia dengan sejarah dalam konteks filsafat sejarah?
3. Bagaimana pentingnya manusia mempelajari sejarah?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui definisi dari manusia dan sejarah itu sendiri.


2. Untuk mengetahui hubungan manusia dengan sejarah dalam konteks filsafat sejarah.
3. Untuk mengetahui pentingnya manusia mempelajari sejarah.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi pembaca, untuk menambah wawasan dan pengetahuan baru mengenai Hubungan
Manusia Dengan Sejarah.
2. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan jiwa kreatif dalam menyusun, membuat
dan menyelesaikan penulisan yang berjudul Hubungan Manusia Dengan Sejarah dalam
filsafat sejarah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI MANUSIA DAN SEJARAH

1. Definisi Manusia

Untuk mencapai tujuan yang akan kita bahas pada materi kali ini, diperlukan pemahaman
yang tepat, utuh, dan komprehensif tentang hakikat manusia itu sendiri. Berbicara tentang
hakikat manusia,akan mengarahkan kita kepada pertanyaan penting dan juga sangat mendasar
tentang manusia, yaitu definisi manusia itu apa?, manusia itu apa?, Manusia itu siapa?. Untuk
menjawab pertanyaan itu mari kita melihat beberapa definisi tentang manusia itu sendiri.

Beberapa ahli filsafat, Socrates misalnya, menyebutkan bahwa manusia sebagai Zoon
politicon atau hewan yang bermasyarakat, dan Max Scheller menyebutnya sebagai Das Kranke
Tier atau hewan yang sakit yang selalu bermasalah dan gelisah (Khasinah, 2013, p. 2). Dalam
ilmu-ilmu humaniora yang termasuk di dalamnya ilmu filsafat telah mencoba menjawab
pertanyaan yang mendasar tentang manusia itu sendiri, sehingga terdapat banyak rumusan atau
pengertian tentang manusia itu sendiri. Selain yang telah disebutkan di atas, beberapa rumusan
atau definisi lain tentang manusia adalah sebagai berikut (Khasinah, 2013, p. 2):

1. Homo sapiens atau makhluk yang mempunyai budi.


2. Homo faber atau Tool making animal yaitu binatang yang pandai membuat bentuk
peralatan dari bahan alam untuk kebuTuhan hidupnya.
3. Homo economicus atau makhluk ekonomi.
4. Homo religious yaitu makhluk beragama.
5. Homo laquen atau makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran
dan perasaan manusia dalam kata-kata yang tersusun.

Dari penjabaran definisi manusia di atas, masih ada ungkapan lain tentang definisi manusia,
diantaranya, manusia sebagai: animal rationale (hewan yang rasional atau berpikir), animal
symbolicum (hewan yang menggunakan symbol) dan animal educandum (hewan yang bisa
dididik) (Khasinah, 2013, p. 2). Tiga istilah ditas ini menggunakan kata animal atau hewan yang
dalam menjelaskan manusia. Hal ini banyak menyebabkan banyak orang terutama dari orang

3
islam yang jurang setuju dengan ide tersebut. Dalam pandangan ini manusia dan hewan
merupakan dua makhluk yang sangat berbeda. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahkluk
yang sempurna dengan memiliki potensi yang diberikan tidak seperti potensi yang diberikan oleh
allah ke hewan, seperti akal dan agama.

Munir Mursyi seorang ahli pendidikan Mesir mengatakan bahwa pendapattentang manusia
sebagai animal rationale atau al-Insan Hayawan al-Natiq bersumber dari filsafat Yunani dan
bukan dari ajaran Islam (Khasinah, 2013, p. 3). Terkait dengan hal ini adalah gagalnya teori
evolusi Charles Darwin. Ternyata Darwin tak pernah bisa menjelaskan dan membuktikan mata
rantai yang dikatakannya terputus (themissing link) dalam proses transformasi primata menjadi
manusia (Khasinah, 2013, p. 3). Jadi pada hakikatnya manusia tidak pernah berasal dari hewan
manapun, tetapi makhluk sempurna ciptaan Allah dengan berbagai potensinya, “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS:95:4) (Khasinah,
2013, p. 3).

Muhammad Daud Ali (1998) dalam (Khasinah, 2013, p. 3) menyatakan pendapat yang bisa
dikatakan mendukung bantahan Munir Mursyi di atas, namun ia menyatakan bahwa manusia
bisa menyamai binatang apabila tidak memanfaatkan potensi-potensi yang diberikan Allah
secara maksimal terutama potensi pemikiran (akal), kalbu, jiwa, raga serta panca indra. Dalil al-
Qur’an yang diajukannya adalah surah al-A’raf: “… mereka (manusia) punya hati tapi tidak
dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka punya mata tapi tidak dipergunakan
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), mereka mempunyai telinga tapi tidak
dipergunakan untuk (mendengar ayat-ayat Allah). Mereka itu sama dengan binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang yang lalai.” (QS:7:179) (Khasinah, 2013, p.
3). Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa manusia memang diciptakan Tuhan sebagai
makhluk terbaik dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya.
Namunapabila manusia tidak bisa mengembangkan potensinya tersebut bisa saja manusia
menjadi lebih rendah dari makhluk lain, seperti hewan misalnya.

2. Definisi Sejarah

Kata Sejarah (history) yang kita gunakan pada masa kini berasal dari bahasa Arab yaitu
Syajaratun yang memiliki arti pohon. Dari sudut pandang bahasa lain pula, istilah history itu

4
merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yaitu Histories yang mempunyai makna
“penyelidikan ataupun pengkajian”. Mengikuti pandangan “Bapak Sejarah” Herodotus, Sejarah
ialah satu kajian untuk menceritakan suatu kitaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat
dan peradaban (Ibrahim,1986:6) dalam (Siska, 2015, p. 1).

Dari bahasa Yunani, istilah historia masuk ke bahasa-bahasa lain, terutama melalui
perantaraan bahasa Latin. Dalam bahasa Latin, maknanya masih sama seperti dalam bahasa
Yunani. Tekanan lebih pada pengamatan langsung penelitian, dan laporan-laporan hasilnya
(Sjamsudin,2012:1-3) dalam (Siska, 2015, p. 1). Menurut Tacitus (69-96M) dalam (Siska, 2015,
p. 1) mengungkapkan bahwa seorang sejarawan pada masa Romawai menggunakan istilah
historia untuk judul bukunya Historiae (di dalam buku historiae, Tacitus menulis laporan-
laporan pengamatan pribadinya). Selain buku Historiae, ia menulis laporan-laporan mengenai
periode lebih awal (14-68M) yang diberinya judul Annates, yang dimana pada masa itu historis
belom digunakan untuk menunjukan suatu peristiwa sejarah di masa lampau (Sjamsudin,2012:2)
dalam (Siska, 2015, p. 1).

B. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN SEJARAH DALAM KONTEKS FILSAFAT


SEJARAH

Sebenarnya identitas struktural ini selalu digaris bawahi oleh para sejarawan besar.
Mereka menunjukkan bahwa manusia mempunyai sejarah karena manusia mempunyai kodrat.
Itulah pendirian para sejarawan Renaisans, seperti Machiavelli, dan banyak didukung oleh
sejarawan modern. Di balik arus waktu dan di belakang beaneka corak kehidupan manusia,
mereka berharap bisa menggali ciri-ciri konstan kodrat manusia. Dalam Thought on World
History, Jakob Burckhardt merumuskan tugas sejarawan adalah untuk mengetahui dengan pasti
unsur-unsur konstan yang selalu berulang dan tipikal (Ernst Cassirer, 1990: 261) dalam
(Cassirer, 1995, p. 2).

Apa yang disebut dengan 'kesadaran historis' adalah hasil dari peradaban manusia yang
relatif baru. Sebelum tampilnya para tokoh sejarawan Yunani, kesadaran itu belum muncul.
Bahkan para pemikir Yunani masih belum mampu mengajukan analisis filsafat yang bercorak
khas pemikiran historis. Analisis semacam itu baru muncul abad abad kedelapan belas. Konsep
sejarah untuk pertama kali mencapai kematangannya dalam karya Gambattista Vico dan Herder

5
(Cassirer, 1995, p. 2). Waktu pertama kali sadar akan persoalan waktu, waktu manusia tidak lagi
terkungkung oleh lingkaran yang sempit berupa keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan
sesaat, waktu ia mulai mempersoalkan asal-usul benda-benda, manusia baru bisa menemukan
asal-usul mitis, bukan asal-usul historis. Untuk memahami dunia-dunia fisik maupun dunia
social, manusia harus memproyeksikan pada masa lampau yang mitis.

Dalam mitos, manusia dapat menemukan usaha-usaha awal untuk menentukan urutan-
urutan kronologis benda-benda dan peristiwa-peristiwa, kosmologi dan silsilah dewa-dewa dan
manusia. Namun kosmologi dan geneologi itu tidak memrupakan pembedaan historis dalam arti
yang sesungguhnya. Masa lampau, masa kini, dan depan, tetap terikat menjadi satu, membentuk
kesatuan yang tak terbedakan dan keseluruhan yang seragam. Waktu mitis tidak memiliki
struktur tertentu, masih tetap berupa “waktu kekal”. Dari sudut kesadaran mitis, masa lampau
tidak pernah hilang, selalu masih ada kini dan di sini. Dan ketika manusia mulai menguraikan
jalinan imajinasi mitis yang demikian kompleks, ia merasa terlempar ke duniaa baru, ia mulai
menyusun konsep baru tentang kebenaran (Cassirer, 1995, p. 2).

Lahirnya filsafat sejarah menurut penelitimodern, karena kecenderungan manusia yang


terkenal sebagai “hewan sejarah”. Manusia sejak zaman kuno tidak henti-hentinya mengamati
peristiwa sejarah yang ada dan terjadi disekitarnya. Mereka juga merenungkan maknanya,
mencari suatu hubungan yang bisa menguraikan geraknya dari segi faktor-faktor yang
membangkitkannya dan dari akibat-akibat yang dihasilkannya. Rasa ingin tahu dan kesadaran
untuk mencari yang dimiliki manusia, merupakan musabab lahirnya filsafat sejarah.
Keingintahuan manusia tentang peristiwa yang telah terjadi dan tergerak pada bangsa,
masyarakat atau individual tertentu bermuara pada pemahaman dan pengkajian peristiwa
itusecara filosofis (Muchsin, 2002: 27) dalam (Prayogi, 2022, p. 5). Pada perkembangan
selanjutnya, filsafat sejarah berkembang menjadi disiplin ilmu yangmemiliki pengertian yang
beragam sertaruang lingkup yang juga luas.

C. PENTINGNYA MANUSIA MEMPELAJARI SEJARAH

Selama manusia masih ada rasa serba ingin tahu tentang perbuatan-perbuatan manusia
masa lampau, selama itu perlunya mempelajari dan mengetahui sejarah. Sejarah mengajarkan
kita tentang perbuatan manusia di masa lampau. Dari perbuatan manusia tersebut, kita dapat

6
bercermin dan menilai perbuatan mana yang merupakan "keberhasilan" dan mana yang
merupakan "kegagalan".

Dengan demikian berdasarkan pengetahuan itu, kita dapat lebih berhati-hati, agar
kegagalan itu tidak terulang kembali. Tepatlah kata Conf seorang filosofi kenamaan dari Cina
yang berkata, sejarah mend kita supaya bertindak bijaksana, (Kansil dan Djulianto, 1982:7)
dalam (Tamburaka, 1999, p. 44). Prof. Wertheim menamakan history sebagai "a continuiy
change" yaitu suatu kontinuitas yang terus berubah tetapi cha in to progress" (kata Ruslan
Abdulgani, 1963: 35) dalam (Tamburaka, 1999, p. 44), yaitu peruba ke arah kemajuan dan bukan
ke arah kemunduran. Bernheim mukakan bahwa “Die Geschichte ist de Wissenschaft Vont
Entwinckellung Der Menschen Bettetiegung als Sozialle Wissen” Sejarah adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari perbuatan manu dalam perkembangannya sebagai makhluk sosial
(Bernheim, 196: 215) dalam (Tamburaka, 1999, p. 44).

Dengan mempelajari sejarah berarti kita akan dapat mengetah dan menghayati
perkembangan manusia masa lampau, masa sekaran dan dari hasil pengalaman sejarah masa
lampau dapat ditarik sua pelajaran yang sangat berharga. Benar sekali seperti yang dikataka
filosof terkenal Cicero dari Yunani "historia is magistra vitae" sejara adalah guru yang hidup
(Tamburaka, 1999, p. 44). Di dalam peristiwa-peristiwa sejarah yang senantiasa berubah dan
berkembang itu Prof. Hildebrand menulis sebagai berikut: "Der Mensch ist als sozialle wiyssen
stots ein kind der zivilisation und ein produkt der Geschicte" (C.D. Pool, Vol II, 1962:304, dalam
R.E. Tamburaka, 1984:7) dalam (Tamburaka, 1999, p. 44).

Sejak manusia sempurna yang pertama sebagai homo sapiens, homo economicus,
manusia yang berakal budi, manusia selalu berusaha untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan kelangsungan generasinya. Manusia sebagai makhluk sosial dalam sejarah
perkembangannya mulai pertama mereka mem- bentuk kelompok-kelompok dari yang sangat
sederhana dan makin lama makin berkembang ketaraf yang lebih tinggi. Kita tidak akan
melupakan bagaimana proses terbentuknya benteng-benteng, sebagai prakondisi pembentukan
kota perdagangan tempat pertemuan, kemudian menyusul pembentukan pemerintahan serta soal-
soal mengenai polis (negara kota) yang kemudian dikenal dengan istilah "Politik".

7
Dalam sistem pemerintahan, masing-masing negara berusaha untuk memenuhi kebutuhan
rakyatnya, maka tidak mengherankan kalau sering timbul peperangan-peperangan yang dapat
menghancurkan generasi-generasi pada zamannya. Sejak negara-negara yang muncul di daerah-
daerah yang subur umpamanya Mesopotamia, Babylon. Mesir. India dan Tiongkok, semuanya
pemah mengalami peristiwa peperangan-peperangan itu. Jadi sudah sewajarnya apabila manusia
takut akan kehancuran yang ditimbulkan akibat peperangan-peperangan dan atau akibat bencana
yang sering timbul dalam sejarah kehidupan manusia, schingga timbullah pemujaan terhadap
dewa-dewa yang berhubungan dengan peperangan, kesuburan dan kerumah tanggaan.

Pada permulaan peradaban dan munculnya kuil-kuil dengan sendirinya turut berpengaruh
dan akibatnya timbul golongan baru dalam masyarakat yaitu kaum pendeta. Penjamaan diri raja
dengan dewa sering menimbulkan suatu pengorbanan kemanusiaan, dan hal ini pemah timbul
dizaman Mesir kuno di masa para pharaoh seperti Amenhotep I. Ramses III menjanakan dirinya
dengan pendewaan Mesir yang terbesar yaitu Osiris, Hathor dan Amon Ra. Dengan sendirinya
cita- cita kekuasaan membawa pertentangan di kalangan golongan tertinggi dalam masyarakat
yaitu antara raja dan para pendeta. Namun demikian pergeseran dan perkembangan itu berjalan
terus dan akhimya manusia percaya menyembah kepada zat yang satu "Monoteisme" sebagai
sumber pencipta yang lebih kekal yaitu Tuhan.

Cita-cita kekuasaan tidak dapat dihindarkan bagaimanapun juga terutama cita-cita


pembentukan suatu Imperium Dunia (Imperium Mundi) di mana dalam hal ini telah dimulai oleh
Alexander Agung dari Macedonia dan kemudian dilanjutkan oleh bangsa Romawi. Demikian
sejarah itu berkembang dan dalam proses perkembang itu dari zaman ke zaman sedikit
banyaknya mengalami transisi. Ada beberapa zaman yang bersifat lebih transitoir daripada zama
zaman lainnya, umpamanya saja zaman Renaisance pada abad k 15 dan 17 dan pada abad ke-20
ini.

Pada abad ke-20 ini kita mengalami masa peralihan besa besaran antara lain dengan
timbulnya negara-negara sosialis sen bangkitnya negara-negara yang baru berkembang, dan pada
abad ke 20 ini pulalah perkembangan benar-benar telah mencapai puncakny dengan penemuan-
penemuan baru seperti: Bom, bom hydrogen da senjata-senjata nuklir lainnya yang super modern
serta perlombaar ruang angkasa sehingga dunia pada waktu itu berada dalam era perang dingin.
Pada akhir abad ke-20 dengan hancurnya negara adikuasa Un Sovyet yang komunis terpecah

8
menjadi beberapa negara keci menyebabkan dunia mulai bergeser ke era kedamaian (pasca
perang dingin).

Sejarah perlu diketahui oleh siapa saja Dengan mengetahui sejarah, kita akan selalu
waspada terhadap berbagai dampak negatif perubahan dan globalisasi, dan kewaspadaan itu akan
senantiasa menjadi motivator kita agar tekad dan upaya kita untuk mengembangkan bangsa
Indonesia untuk maju dan unggul di antara bangsa lain di dunia tetap ditingkatkan. Dari belajar
sejarah, kita akan ketahui. bahwa dalam era persaingan global sekarang ini, kelemahan kita
dalam penguasaan iptek yang disebabkan oleh kelemahan dalam kualitas SDM, merupakan
ancaman dan sekaligus tantangan yang tidak kelihatan tetapi nyata bagi bangsa Indonesia dalam
upaya merebut hari depan.

Dalam perjalanan sejarah nasional Indonesia akan dicatat bahwa Ada lima mile stones selama
perjalanan bangsa Indonesia (Tamburaka, 1999, p. 47).

1. Era kebangkitan nasional (1908) yang dirintis oleh Budi Utomo dan Dr. Wahidin;
2. Era Sumpah pemuda (1928) yang di rintis oleh pemuda Indonesia;
3. Era Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) oleh Soekarno-Hatta;
4. Era Kebangkitan Order Baru (1966) yang di pelopori oleh Soeharto; dan
5. Era Kebangkitan Teknologi (1995) yang dipelopori B.J Habibie.

Kehidupan manusia yang sekarang ini, merupakan mata rantai yang tidak terpisah dari
kehidupan manusia dari generasi sebelumnya dan generasi yang akan datang. Dengan demikian
terasalah kata-kata sejarawan terkenal Prof. Arnold J. Toynbee yang berkata bahwa "To study
history is to build history" artinya mempelajari sejarah itu adalah untuk membuat sejarah
(Tamburaka, 1999, p. 47).

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia dan hewan merupakan dua makhluk yang sangat berbeda. Manusia diciptakan
oleh Allah sebagai mahkluk yang sempurna dengan memiliki potensi yang diberikan tidak
seperti potensi yang diberikan oleh allah ke hewan, seperti akal dan agama. manusia dapat
menemukan usaha-usaha awal untuk menentukan urutan-urutan kronologis benda-benda dan
peristiwa-peristiwa, kosmologi dan silsilah dewa-dewa dan manusia. Namun kosmologi dan
geneologi itu tidak memrupakan pembedaan historis dalam arti yang sesungguhnya. Masa
lampau, masa kini, dan depan, tetap terikat menjadi satu, membentuk kesatuan yang tak
terbedakan dan keseluruhan yang seragam. Selama manusia masih ada rasa serba ingin tahu
tentang perbuatan-perbuatan manusia masa lampau, selama itu perlunya mempelajari dan
mengetahui sejarah. Sejarah mengajarkan kita tentang perbuatan manusia di masa
lampau.Dengan mempelajari sejarah berarti kita akan dapat mengetah dan menghayati
perkembangan manusia masa lampau, masa sekaran dan dari hasil pengalaman sejarah masa
lampau dapat ditarik sua pelajaran yang sangat berharga. Sejarah perlu diketahui oleh siapa saja
Dengan mengetahui sejarah, kita akan selalu waspada terhadap berbagai dampak negatif
perubahan dan globalisasi. Kehidupan manusia yang sekarang ini, merupakan mata rantai yang
tidak terpisah dari kehidupan manusia dari generasi sebelumnya dan generasi yang akan datang.

Definisi lain tentang manusia sebagai berikut Homo sapiens, Homo faber atau Tool
making animal, Homo economicus, Homo religious dan. kesadaran historis adalah hasil dari
peradaban manusia yang relatif baru. Sebelum tampilnya para tokoh sejarawan Yunani,
kesadaran itu belum muncul. Bahkan para pemikir Yunani masih belum mampu mengajukan
analisis filsafat yang bercorak khas pemikiran historis. Manusia sebagai makhluk sosial dalam
sejarah perkembangannya mulai pertama mereka mem- bentuk kelompok-kelompok dari yang
sangat sederhana dan makin lama makin berkembang ketaraf yang lebih tinggi.

B. KRITIK DAN SARAN

10
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, shingga kritikan dan juga saran yang
membangun bagi para pembaca makalah ini sangat diperlukan agar kedepannya makalah ini
menjadi lebih baik. Semoga makalah yang ditulis oleh kelompok 5 (lima) dengan dibantu
beberapa sumber yang relevan dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca mengenai makalah
yang ditulis oleh kelompok 5 (lima) dengan judul Hubungan Manusia Dengan Sejarah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cassirer, E. (1995). Manusia dan Sejarah. 261, 1–105.

Khasinah, S. (2013). Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat. XIII(2), 296–317.

Munir, M. (2014). FILSAFAT SEJARAH (Cetakan Pe). Gadjah Mada University Press (anggota
IKAPI). https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=UyBbDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=filsafat+sejarah&ots=loIJQXcc
Qe&sig=o0VCrgEcPzVFqv9g68o_JZoHxQY&redir_esc=y#v=onepage&q=filsafat
sejarah&f=false

Prayogi, A. (2022). RUANG LINGKUP FILSAFAT SEJARAH DALAM KAJIAN SEJARAH. 4(1).

Siska, Y. (2015). MANUSIA DAN SEJARAH (Sebuah Tinjauan Filosofis). Garudhawaca.


https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=3LhCCwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=hubungan+manusia+dengan+sej
arah&ots=BVnUV5otnM&sig=aH-XDfRxZblzUaY-
vIzUcNDVrG8&redir_esc=y#v=onepage&q=hubungan manusia dengan sejarah&f=false

Tamburaka, R. E. (1999). PENGANTAR ILMU SEJARAH, TEORI FILSAFAT SEJARAH,


SEJARAH FILSAFAT DAN IPTEK. PT Rineka Cipta.

12

Anda mungkin juga menyukai