Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Permasalahan Pokok Dalam Filsafat Sejarah

DISUSUN OLEH:

Kelompok : 2 (Dua)

Nama : 1. Muhamad.Wely Kurniawan (3021034)


2. Istika rini (3020011)
3.Aisyah Melinda (3021039)
4. Putri wahyuni (3021042)
Program Studi : Pendidikan Sejarah
Mata Kuliah : Filsafat Sejarah
Semester : 5 (Lima)
Dosen Pembimbing : Sarkowi, M.Hum

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FALKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIFERSITAS PGRI SILAMPARI LUBUKLINGGAU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan dengan judul “permasalahan pokok dalam filsafat
sejarah ’’
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Lubuklinggau,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….…..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….……….ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………..
………………………………..1
B. Rumusan
Masalah…………………………………………………...............................1
C. Tujuan…………………………………………...………………………..……..……..1

BAB II PEMBAHASAN
A. Permasalahan pokok dalam filsafat sejarah…………………………………………2
1. Hakikat sejarah…………………..……………………………….……….…..…….2
2. Sumber prima causa gerak dan tujuan sejarah ……………………………………...2
3 .Aliran –aliran gerak sejarah ,tujuanya dan tokoh,tokohnya………………………..3

4. sifat gerak sejarah ……………………………………………………..……………4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………….………………………………….3
B. Saran…………………………………………………………………………3

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Menurut muhamad Mufid permasalahan dalam pokok filsafat sejarah ada 4 metode sebagai
berikut

1.Logika sebagai landasan penalaran Logika cabang filsafat yang mempelajari dan
menyelidiki proses berpikir yang benar dan sehat.

Empat hukum dasar logika:

1.Hukum identitas sesuatu adalah sama dgn dirinya sendiri

2.Hukum kontradiksi sesuatu yang sama tidak dapat memiliki dan tidak memiliki sikap
tertentu

3. Hukum tiada jalan tengah sesuatu itu memiliki atau tidakmemiliki sifat tertentu tidak ada
pilihan ketiga.

4. Hukum cukup alasan Jika terjadi sesuatu perubahan harusterjadi karena alasan yang
memadai.

2.Epistemologi sebagai landasan pengetahuan Cabang filsafat yang mempelajari bentuk


pengenalan dasar Pengetahuan, hakikat dan nilainya.

Sumber pengetahuan berasal dari :

1. Kepercayaan

2.Kebiasaan dan agadar

3.Panca indera/pengalaman

4.Akal pikir

5.Intuisi

3.Metafisika sebagai landasan memahami hakikat Cabang filsafat yang mempelajari dan
memahami mengenai Penyebab segala sesuatu menjadi ada.
Idealisme :Aku sebagai subjek yang paling konkret

Materialisme: Alam adalah satu-satunya realitas,

Pengetahuan berdasarkan pada pengalaman.

4.Metode Filsafat Tujuan agar studi filsafat dapat dijelajahi secara tuntas dan tujuan
Penyelidikan tercapai.

Metode Zeno - Meraih kebenaran dengan membuktikan Kesalahan premis-premis lawan

Metode Sokratik -Percakapan kritis dalam menemukan Kebenaran

Metode Plato Ide -adalah realitas sejati (dunia objektif) dibanding Realita duniawi yang
ditangkap panca indera

Metode Aristoteles -Metode induktif dan deduktif

Metode Skolastik - Prinsip sintesis-deduktif

B .RUMUS MASALAH

1.apa itu tujuan gerak sejarah ?

2.apa itu sifat gerak sejarah

3.apa itu hakikat sejarah ?

4.apa aliran aliran gerak sejarah ?

5.apa tujuan dari gerak sejarah ?

C.TUJUAN

1.untuk mengetahui gerak dan tujuan sejarah

2.untuk mengetahui alirah aliran gerak sejarah

3.untuk mengetahui tokoh tokoh gerak sejarah

4.untuk mngetahui sifat gerak sejarah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat sejarah

  Jasmerah pernah berkata (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) merupakan sebuah


kalimat yang pernah disampaikan presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno. Soekarno
mengganggap sejarah merupakan sesuatu yang penting bagi perkembangan sebuah
bangsa. Oleh karena itu,  sukarno melarang bangsa indonesia meninggalkan sejarah
karena dengan sejarah kita bisa mengenal siapa kita dan dari mana kita berasal.
Dengan sejarah pula kita bisa melihat dan merenungkan perkembangan bangsa ini
sehingga kita sebagai individu maupun bangsa terus berkembang dari masa ke masa.
sebelum membahas terlalu jauh tentang itu, mungkin dalam benak kita pernah terpikir
“Apa itu Sejarah ?”. Oleh karena itu pada pembahasan di bawah ini penulis akan
menjelaskan Dasar-dasar dari Ilmu sejarah sehingga kita bisa mengerti apa itu sejarah.
Pada Bab ini penulis akan menjelaskan definisi dari sejarah dan Cara berpikir Sejarah.

Pengertian Sejarah  
     Sejarah memiliki pengertian yang luas yang dapat dijelaskan melalui asal usul kata
(etimologi) maupun peristilahan dari para ahli sejarah (terminologi). Pengertian
sejarah secara umum bisa dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Dalam KBBI pengertian sejarah mengandung tiga makna yaitu sebagai berikut;
1) asal, usul (keturunan) dan silsilah,
2) kejadian dan peristiwa yang benar terjadi pada masa lampau; riwayat dan tambo; tambo
3) Pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar benar
terjadidimasalampau.

Sedangkan secara etimologi kata sejarah berasal dari bahasa Melayu syajarah yang


diambil dari kata bahasa arab syajarotun. Terdapat kata yang mengandung arti yang
sama dengan kata sejarah yaitu kata history (masa lampau umat manusia) dalam
bahasa inggris yang diambil dari bahasa Yunani istoria. Sedangkan sejarah dalam
bahasa Jerman disebut geschichte  dan dalam bahasa belanda geschiedenis yang
memiliki arti “sesuatu yang terjadi”.
Kesimpulan dari semua definisi tersebut mempunyai makna yang hampir sama yaitu
mengenai peristiwa yang terjadi pada masa lampau ummat manusia Secara
terminologi para ahli sejarah sejak sebelum tahun masehi (SM) telah berpendapat
mengenai definisi dari sejarah antara lain sebagai berikut:
  Herodotus, dikenal sebagai “bapak sejarah dunia”. Herodotus merupakan sejarahwan
yunani yang hidup pada masa 484-425 SM. Herodotus mendefinisikan bahwa sejarah
bukan berkembang dan bergerak lurus kedepan dengan tujuan yang pasti melainkan
sejarah bergerak melingkar yang tinggi rendahnya lingkaran disebabkan keadaan
manusia itu sendiri. Kalau disamakan dengan filsafat jawa hidup itu seperti roda
berputar (cakra manggilingan).
·          Ibnu Khaldun, sejarahwan muslim yang hidup pada masa (1332-1406) M
mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang manusia dan peradabannya dengan
seluruh proses perubahan secara nyata dan segala akibatnya
·          R. Collingword, sejarahwan Inggris yang hidup pada masa (1889-1943 M)
mendefinisikan sejarah sebagai penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan
manusia pada masa lampau.
·          Leopold Von Ranke, sejarahwan Jerman yang hidup pada masa ( 1795-1886 M)
menyatakan sejarah yang ditulis haruslah sebagai peristiwa itu terjadi (wie es
eigentlich gewesenist)
·         Sartono Kartodirjo, dikenal sebagai bapak sejarah indonesia yang hidup pada masa
(1921-2007) menyatakan sejarah pada hakikatnya dibatasi oleh dua hal sejarah dalam
artian obyektif dan subyektif. Sejarah artian subjektif ialah suatu bangunan (sejarah)
yang disusun penulis sebagai suatu uraian  atau cerita. Adapun sejarah dalam artian
objektif adalah proses sejarah dalam aktualisasinya (penerapan/penulisannya)
merujuk pada kejadian atau peristiwa itu sendiri.

Berdasarkan pernyataan para ahli sejarah diatas dapat disimpulakn bahwa sejarah
adalah rekonstruksi (pembangunan kembali) peristiwa masa lalu (yang bersifat
penting, abadi dan unik) yang benar-benar terjadi dan berisi segala kegiatan manusia.
Rekonstruksi dibuat para sejarahwan dari hasil kesimpulan data-data yang telah
teruji. Setelah membahasa pengertian sejarah pada pembahasan selanjutnya kita akan
membahas cara bepikir sejarah yaitu cara berpikir diakronik dan sikronik. Untuk
penjelasan secara terperinci bisa disimak dalam penjelasan selanjutnya
 Berpikir Diakronik

            Secara etimologi kata diakronik berasal dari bahasa yunani yaitu dia dan chronos.
Kata dia memiliki arti melintas, melampaui atau melalui. Sedangkan
kata chronos memiliki arti waktu. Jadi diakronik merupakan sesuatu yang melintas,
melampaui, atau melebihi batasan-batasan waktu.

            Secara harfiah diakronik berarti melintasi perjalanan waktu. Dalam ilmu sejarah
diakronis itu artinya topik yang dibahas di dalamnya adalah peristiwa-peristiwa yang
melintasi perjalanan waktu. Ketika berpikir secara diakronik kita akan mampu
berpikir runtut, urut teratur dan berkesinambungan. Berpikir secara diakronik
menekankan pada proses. Dengan begini kita dapat mengidentifikasi suatu masalah
dengan tepat seperti halnya seorang hakim dalam persidangan. Dibawah ini akan
dikemukakan beberapa ciri-ciri berpikir secara diakronik ;

·         Memanjang dalam waktu dan menyempit dalam ruang

·         Mengkaji dengan berlalunya waktu

·         Menekankan pada pengkajian peristiwa sejarahnya sesuai urutan waktu

·         Bersifat vertikal

·         Cakupan lebih luas dan kurang fokus pada aspek tertentu

Pada hakikatnya berpikir sejarah secara diakronik memiliki fokus pada urutan waktu.

 Contoh kasus berpikir sejarah secara dikronik

            Dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan indonesia tahun 1945 tidak terjadi begitu
saja tanpa ada peristiwa yang mendahului. Pastinya sebelum tanggal 17 Agustus 1945
juga terdapat beberapa peristiwa yang mendahului, sebagai berikut:

6 Agustus 1945           Amerika membom kota Hiroshima di Jepang

9 Agustus 1945           Amerika membom kota Nagasaki di Jepang

15 Agustus 1945         Jepang menyerah kepada blok barat


15 Agustus 1945         Sutan Syahrir mendengar berita penyerahan Jepang

16 Agustus 1945         Peristiwa rengasdengklok

17 Agustus 1945         Pembacaan teks proklamasi

            Selain urutan waktu untuk berpikir diakronik bisa juga menggunakan periodisasi.
Periodisasibisa digunakan untuk peristiwa masa lalu secara menyeluruh. Periodisasi
dapat memudahkan kita untuk melihat dan memahami;1) Perkembangan manusia dari
waktu ke waktu, 2) Kesinambungan antar periode, 3) Kemungkinan pengulangan
fenomena, dan 4) Perubahan dari periode awal hingga periode berikutnya 

Contoh bentuk  kasus berpikir sejarah secara diakronik melalui periodisasi yaitu;

 Masa pra-aksara
 Masa Perkembangan sejarah hindu-buddha
 Masa Perkembangan islam
 Masa penjajahan barat
 Masa pendudukan Jepang
 Masa mempertahankan kemerdekaan
 Masa Orde lama (kepemimpinan Sukarno)
 Masa Orde Baru (kepempimpinan Suharto)
 Masa Orde Reformasi  (kepemimpinan indonesia pasca Suharto jatuh hingga sekarang

Berpikir Sinkronik

            Pada pembahasan sebelumnya kita membahas tentang cara berpikir sejarah secara
diakronis, sekarang kita akan membahas cara berpikir sinkronis. Secara etimologi
sinkronik berasal dari bahasa Yunani yaitu syn yang berarti dengan
dan chronos berarti waktu. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
sinkronik berarti segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada
masa lalu. Pendekatan sinkronik melihat peristiwa tidak berdasarkan urutan waktu
saja melainkan juga melihat suatu peristiwa dari berbagai sisi. Pendekatan sinkronik
kebanyakan digunakan dalam penelitian ilmu sosial seperti (sosiologi, antropologi,
politik, ekonomi dll).
            Cara berpikir sinkronik ini juga mengajarkan kepada kita untuk melihat peristiwa dari
berbagai sisi dan secara luas. Berpikir sinkronik juga tidak terlalu memikirkan
dimensi waktu. Melalui pendekatan sinkronis kita juga bisa menganalisis lebih
mendalam sejarah tertentu pada waktu tertentu. Dibawah ini akan dikemukakan ciri-
ciri berpikir sejarah secara sinkronik sebagai berikut;

 Melebar dalam ruang, menyempit dalam waktu


 Cakupan kajian pada satu hal dilihat dari berbagai sisi
 Kajian sistematis dan lebih mendalam

Berikut merukapan contoh cara berpikir sejarah secara sinkronik sebagai berikut;

            Dalam melihat sejarah Majapahit secara detail dan lengkap kita perlu melihat dari
berbagai sisi  seperti politik, ekonomi, tekhnologi, mata pencaharian, dll). untuk
mengetahui secar jelas kita perlu mendalami beberapa aspek yang disebutkan
sebelumnya sehingga menghasilkan informasi yang detail dan lengkap. 

Ruang Dan Waktu Dalam Sejarah

            Sejarah tidak pernah akan bisa terjadi tanpa adanya  ruang dan waktu. Hal itu
dikarenakan manusia yang menjadi subjek dan objek sejarah bergerak pada dimensi
ruang dan waktu. Sebelum kita membahas terlebih jauh kita perlu mengetahui apa
yang dimaksud dengan ruang dan waktu

            Ruang  yang dimaksud pada pembahasan kali ini memiliki arti tempat berlangsungnya
atau terjadinya peristiwa sejarah. Ruang ini nantinya bisa digunakan untuk menjawab
kata tanya “dimana ?”. Karena adanya konsep ruang dan ini, para penulis sejarah
kemudian banyak yang menkategorikan sejarah berdasarkan ruang(tempat) tertentu
seperti, Sejarah Lokal, Sejarah Daerah, Sejarah Nasional, Sejarah Dunia dan masih
banyak kategori lainnya. Setelah membahas ruang, sejarah juga tidak bisa dilepaskan
dari konsep waktu, dibawah ini akan dijelaskan konsep dari waktu

           
Waktu menunjukkan kapan terjadinya peristiwa sejarah. Peristiwa sejarah tidak
mungkin terjadi tanpa adanya ruang dan waktu. Waktu merupakan konsep penting
dalam sejarah. Karena pada hakikatnya manusia tidak akan bisa lepas dari waktu.
Dalam konsep waktu terhadap konsep kesinambungan dimana waktu masa lalu
sangatlah menentukan apa yang terjadi dimasa yang akan datang.Contoh sederhana
jika hari ini malas belajar maka masa yang akan datang akan muncul kebodohan.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa tanpa disadari  bahwa fase kehidupan manusia
dan kehidupan manusia menunjukkan konsep kesinambungan dalam kehidupan
manusia dan kehidupan itu terikat oleh ruang dan waktu.

B.SUBER PRIMA CAUSA GERAKDAN TUJUAN SEJARAH

Gerak sejarah tidak bertujuan (Amor Fati) suatu kecuali melahirkan, membesarkan,
mengembangkan, dan meruntuhkan kebudayaan, itulah tujuannya. Mempelajari
sejarah tujuannya ialah untuk mengetahui tingkat suatu kebudayaan seperti seseorang
individu yang seorang dokter menentukan sifat penyakit seorang yang sakit, sesudah
diagnose ditentukan, nasib kebudayaan itu dapat diramaikan sehingga untuk 
seterusnya pemilik kebudayaan itu dapat menentukan sikap hidup.Perkembangan dan
munculnya teori gerak sejarah dapat dilacak jauh ke belakang sampai masa Yunani
Kuna dahulu. Para filsuf Yunani yang paling awal sebelum Socrates atau pra-
Socratian. Pemikiran-pemikiran filsafati mereka lebih banyak terfokus pada filsafat
alam, bukan manusia.

Di kalangan para filsuf tersebut sudah muncul pemikiran-pemikiran tentang konsepsi


kosmologis yang paling awal, tentang apa itu hakikat alam semesta dan dari mana
serta mau ke mana alam semesta ini. Konsepsi-konsepsi ini kemudian melahirkan
pandangan tentang gerak perubahan. Jika kita perhatikan secara seksama, dalam
filsafat sejarah terdapat dua mazhab pemikiran tentang masalah gerak perubahan ini.
Pertama, mazhab atau aliran dinamik; dan kedua, mazhab atau aliran statis. Menurut
mazhab dinamik segala sesuatu ini sesungguhnya bergerak dan berproses secara terus
menerus, ia bukanlah keadaan yang sudah selesai, melainkan dalam keadaan yang
sedang berprosea.Realitas ini bukan merupakan kejadian (becoming), melainkan
keadaan (being), sehingga belum merupakan sesuatu yang final dalam kondisinya.
Mazhab statis memiliki pandangan yang berbeda. Menurut mazhab ini segala sesuatu
adalah dalam kondisi statis, diam atau tidak bergerak.
Segalanya ini merupakan deretan dari kejadian-kejadian serta suksesi yang bersifat
diam dan sudah pasti. Realitas bukan merupakan keadaan (being), melainkan kejadian
(becoming).Perbedaan-perbedaan pemikiran ini menjadi diskusi yang mendalam di
kalangan para filsuf sejarah, yang tercermin dalam pandangan masing-masing
penyokongnya. Salah satu tokoh dalam aliran gerak yang pertama adalah
Anaximandros (610 SM-540 SM). Ia merupakan salah satu tokoh filsafat awal yang
termasyur dan salah seorang murid Thales. Menurut dia segala sesuatu yang ada ini
pada hakikatnya mengandung unsur-unsur yang berlawanan atau salingbertentangan
satu sama lain. Realitas yang ada ini sesungguhnya secara terus menerus dalam proses
kejadian, ia bukanlah sesuatu yang bersifat final. Karena itu ia secara terus menerus
bergerak. Ia menjelaskan bagaimana kejadian alam semesta ini dan juga manusia
berdasarkan prinsip-prinsip yang berlawanan itu. Ia menjelaskan bahwa semua
makhluk hidup termasuk manusia berasal dari air (Bertens 1975:28-31). Pikiran-
pikiran Anaximandros ini kemudian diambil alih para filsuf sesudahnya, seperti
Herakleitos yang terkenal lewat katakatanya Panta rhei kai uden menei, yakni segala
keadaan senantiasa berubah, berproses, mengalir, dan tidak satupun yang berada
dalam keadaan tetap. Herakleitos meyakini bahwa tiap-tiap benda terdiri atas hal-hal
yang saling berlawanan dan bahwa hal-hal yang berlawanan itu tetap mempunyai
kesatuan . Ia menyatakan bahwa segala sesuatu merupakan sintesis dari hal-hal yang
beroposisi.

Ada air ada api, ada panas ada dingin, ada siang ada malam. Menurut Herakleitos
tidak ada sesuatu pun yang tetap dan mantap (Bertens 1975:44). Dunia senantiasa
dalam kejadian, berproses dan beredar menurut logos yang kekal untuk selama-
lamanya (Hatta 1986:56). Itulah pandangan para pemikir teori dinamik awal yang
kemudian dikembangkan para pengikutnya lebih jauh dalam pikiranpikiran filsafat
mereka. Salah satu kelompok pendukung teori dinamik atau gerak adalah kalangan
Sofis. Pandangan kalangan Sofis menyatakan bahwa realitas ini tidak ada yang pasti,
semuanya bersifat relatif berubahubah dari waktu ke waktu. Nilai-nilai, moral,
kebenaran, semuanya bersifat relatif, yang menyementarakan segala-galanya. Sofisme
mengajak orang memandang segala-galanya sebagai sementara Hali itu mereka warisi
dari Herakleitos. Menurut mereka dunia ini berasal dari unsur-unsur yang berlawanan
(ta enantia), dari panas dan dingin, kering dan basah, dan pasangan lainya.
Pemikiran-pemikiran kaum Sofis ini mewakili pandangan aliran dinamik.yang kuat,
sehingga menjadikan aliran ini semakin berkembang pada masa itu (Hatta 1986:56).
Perkembangan mazhab dinamik dalam teori gerak ini berkembang lebih pesat lagi
pada masa Aristoteles. Ia mengulas bagaimana berlakunya prinsip-prinsip kinetik
(motion) yang memiliki makna lebih luas dari sekedar gerak biasa. Dalam pandangan
Aristoteles prinsip kinetik lebih dari pergerakan yang bersifat alamiah, tetapi juga
mengandung unsur-unsur yang kompleks dalam prosesnya. Aristoteles menjelaskan
adanya dua macam gerak perubahan: Pertama, perubahan aksidental (accidental
change), yakni perubahan yang biasa dan bersifat alamiah. Seperti: dari lahir, bayi,
anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Kedua, perubahan substansial (substantial
change), yakni perubahan yang bersifat fundamental dan drastik, seperti perubahan
dari hidup menjadi mati. Perubahan semacam ini bersifat radikal, karena itu,
mengandung unsurunsur yang berbeda atau bertolak belakang sama sekali (Evans
1977:13-14). Menurutnya, gerak adalah pemenuhan atas apa yang secara potensial
eksis. Gerak senantiasa telah ada, dan senantiasa akan ada.

Karena itu, ia menolak berbagai konsepsi pandangan aliran statis, termasuk menolak
pandangan tentang ruang kosong, seperti dikemukakan oleh Leukippus dan
Demokritus (Russell 2002:280). Lebih dari itu Aristoteles juga menggunakan dalil
kosmologi (cosmological argument) dalam penjelasannya tentang alam semesta, yang
ingin membuktikan adanya Tuhan. Menurut dia sesungguhnya segala sesuatu yang
bergerak ini menerima geraknya dari sesuatu yang lain. Dia bukan bergerak dengan
sendirinya secara otomatis. Segala sesuatu yang bergerak pasti berasal dari penggerak
atau sebab pertama, sehingga sampai kepada penggerak pertama yang tidak bergerak
(Prime Mover Unmoved), yakni Tuhan. Dialah penyebab final yang menggerakkan
segala sesuatu (causa prima). Ia pastilah bersifat abadi, tak tergerakkan, merupakan
substansi, dan aktualitas (Russell 2002:226). Pandangan yang berbeda dikemukakan
oleh mazhab atau aliran statis. Tokoh-tokoh aliran statis atau diam ini dalam sejarah
filsafat Yunani adalah mereka yang disebut Eleatik. Mereka seperti Parmenides dan
muridnya Zeno. Parmenides menyatakan bahwa segala sesuatu itu pada hakikatnya
bersifat tetap dan tidak berubah-ubah atau bergerak. Pandangan ini disebut sebagai
prinsip diam, sehingga bertentangan dengan prinsip gerak seperti dikemukakan
sebelumnya yang dipelopori Herakleitus.
Bagi Parmenides apa yang dikemukakan bahwa sesuatu itu bergerak sesungguhnya
keliru, karena dalam konteksnya sesuatu itu berdiam diri dan tetap. Pendapat
Parmenides kemudian dikembangkan muridmuridnya. Salah seorang yang terkenal
adalah Zeno, yang lahir di Elea tahun 490 SM. Zeno pada zamannya berhasil
mengukuhkan prinsip statis atau diam ini sebagai mazhab tersendiri. Ia
mengemukakan ketidakmungkinan gerak ini melalui empat argumennya yang terkenal
dengan contoh Pelari dalam stadion;

Akhilles dan kura-kura; Anak panah; Tiga deretan yang berjalan. Ajaran-ajarannya ini
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penentangannya terhadap “trilogi”
adanya: ruang kosong, pluralitas, dan gerak itu sendiri (Russell 2002:50-53).
Berdasarkan kenyataan tersebut, berkembanglah pemahaman yang berbeda tentang
gerak perubahan dalam sejarah. Berbagai diskusi dan pemahaman tentang fenomena
perubahan tidak dapat dipisahkan dari kedua aliran tersebut, yang secara nyata
berpegang teguh pada pendapatnya masing-masing. Kedua aliran tersebut ikut
memengaruhi pemikiran-pemikiran yang berkembang sesudahnya sehingga sampai di
zaman modern dan pascamodern sekarang lewat pemikirpemikir yang ada pada saat
itu. Pengaruh teori gerak yang muncul pada zaman modern dikembangkan oleh Hegel
dan Marx. Dua sosok ilmuwan besar yang memengaruhi perkembangan ide-ide dan
perubahan sejarah. Hegel melalui prinsip.

Dialektika yang dikembangkannya menyatakan bahwa sumber dari segala perubahan


ini adalah ide. Berbagai perubahan yang berlangsung dalam kehidupan sesungguhnya
berasal dari proses dialektika yang bersumber dari ide. Ide bersifat universal dan
merupakan penjelmaan dari realitas tertinggi yang secara terus menerus menjadi
inspirasi bagi perubahan. Karena itu realitas berkembang dan berubah dari waktu ke
waktu berdasarkan landasan semacam itu. Pandangan Hegel ini sebagian
dikembangkan oleh Marx dalam pemikiran filsafatnya secara lebih tajam dan kokoh.
Menurut Marx dinamika perubahan dalam masyarakat digerakkan oleh faktor-faktor
yang bersifat konfliktual, yang sepenuhnya dipicu oleh perebutan ekonomi. Bidang
ekonomi merupakan infrastruktur yang memengaruhi suprastruktur lain dalam
masyarakat, seperti politik, sosial, agama, hukum, dan budaya. Sejarah bergerak
sepenuhnya berdasarkan prinsip-prinsip dialektik, yakni; tesis-antitesissintesis, dan
seterusnya menuju tahapan yang lebih maju.
Jadi dalam pandangan Marx maupun Weber realitas ini sesungguhnya bergerak dan
berubah secara terus menerus berdasarkan prinsip-prinsip dialektis. Hanya saja
terdapat perbedaan di antara keduanya. Dalam pemikiran Weber dialektika itu bersifat
idealis bersumberkan dari ide. Sementara menurut Marx dialektika itu bersifat
materialisme, yang bersumber dari aspekaspek material atau kebendaan (ekonomi)
(Suseno 2001:135-158). Pandangan Marx berkembang dengan penafsiran-penafsiran
yang lebih kontekstual dari berbagai pengikutnya, yang memberikan pengaruh besar
pada berlangsungnya perubahan-perubahan sejarah. Lebih dari itu, pandangannya
mengandung dimensi analisis yang bersifat struktural dalam sejarah sehingga
memberikan gambaran bahwa sesungguhnya perubahan-perubahan itu berlaku secara
kontekstual dan imperatif.

Pada sisi lain, pengaruh mazhab dinamis atau gerak ini juga tercermin dalam
pemikiran tokoh-tokoh sains, yakni para pencetus lahirnya teori evolusioner seperti
Lamarck (1744-1829), Malthus (1766-1834) dan kemudian yang terkenal adalah
Darwin (18081882). Karya Darwin yang terkenal The Origin of Species (1859)
melahirkan teori evolusi dan menjadi buku suci yang dibaca secara luas serta
menimbulkan tanggapan dan diskusi para ahli hampir sepanjang masa. Teori ini
menjelaskan berlangsungnya perubahanperubahan evolusioner bentuk fisik manusia,
dari tataran paling rendah, yakni sejenis monyet sampai dengan manusia sempurna
sekarang ini. Berlangsungnya perubahan ini merupakan tahapan-tahapan dan proses
gerak yang panjang, sehingga sampai pada tahapan akhir yang ada sekarang ini.

TUJUANYA

Dengan pandangan semacam itu teori evolusi semakin memantapkan posisi mazhab
dinamis atau gerak dalam sejarah. Teori ini dikembangkan pula oleh sejumlah
ilmuwan lain di masa sesudahnya, seperti: Haeckel (1859-1919) dan juga oleh Huxley
(18251895) (Oldroyd 1983). Teori evolusi ini dalam perkembangannya memberikan
sumbangan penting pada biologi dan berpengaruh luas pada ilmu-ilmu sosial lainnya.
Sebagian lingkungan ilmu-ilmu sosial merasakan pengaruh Darwinian itu. Prinsip dan
doktrin evolusionisme secara nyata merefleksikan gerak nyata menuju kemajuan.
C .ALIRAN -ALIRAN GERAK SEJARAH TUJUAN DAN TOKOH -TOKONYA

A. Rekonstrusionisme
Rekontruksionisme Dalam Pengertian Dan Sejarah
Kata rekontruksionisme berasal dari bahasa inggris yang berarti menyusun kembali.
Aliran ini sebagai aliran pendidikan sejak awal sejarahnya di tahun 1920 dengan
lahirnya sebuah karya John Dewey yang berjudul Recontruction in Philosophy yang
kemudian di gerakkan nyata oleh :

George counts dan Harold Rugg di tahun 1930, selalu menjadikan lembaga
pendidikan sebagai rekontruksi masyarakat. Aliran ini prinsipnya sependapat dengan
perenialisme dalam mengungkapkan krisis kebudayaan modern. Menurut Syam kedua
aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang
kebudayaan nya terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran. Bila
aliran perenialisme memilih cara dengan jalan pemecahan masalah dengan kembali
kepada budaya abad pertengahan, maka rekontruksionalime berupaya membina suatu
consensus yang paling luas dan paling mungkin dengan tujuan pertama dan tertinggi
dalam kehidupan manusia. Tujuan utama dan tertinggi hanya melalui kerja sama
semua bangsa. Penganut aliran ini percaya telah tumbuh keinginan yang sama dari
bangsa-bangsa yang tersimpul dalam ide rekontruksiolisme.
Rekontruksiolisme di barat bercita-cita melaksanakan dan mewujudkan perpaduan
antara ajaran agama dan demokrasi modern dengan teknologi modern dan seni
modern dalam suatu kebudayaan yang di bina bersama oleh seluruh kedaulatan
bangsabangsa dunia. Rekontruksionalisme mencita-citakan terwujudya suatu dunia
baru dari satu kedaulatan dunia dalam mengontrol umat manusia. Muhammad
Iqbal(1938) dalam hal ini mengungkapkan, bahwa perubahan mendasar dalam
pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang meliputi kesuluran system pendidikan
guna untuk membentuk pandangan baru yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Menciptakan masyarakat baru melalui rekontruksi pendidikan merupan suatu
keharusan.
B. Landasan Filosofis Rekontruksionisme

Aliran ini memandang bahwa realitas itu bersifat universal, realitas itu ada dimana
saja. Untuk memahami suatu realitas di mulai dari suatu yang konkret menuju arah
yang khusus untuk menampakkan diri dalam perwujudan sebagaimana yang kita lihat
di hadapan kita dan di tangkap oleh panca indra manusia. Prinsipnya aliran ini
memandang alam metafisika dalam bentuk dualisme dimana alam nyata ini
mengandung dua hakikat jasmani dan rohani. Kedua macam hakikat ini memiliki cirri
yang bebas dan berdiri sendiri azali dan abadi, hubungan keduanya merupakan
kehidupan alam.

Muhammad iqbal sebagai tokoh rekontruksionalisme dari dunia islam mengatakan


bahwa hakikat manusia adalah seganap kekuatan diri yang akan menentukan siapa ia.
Apabila ego seseorang dapat berkembang dengan baik maka eksistensi nya dalam
masyarakat dan dunia pun akan di akui. Oleh karena itu Iqbal berpendapat bahwa
untuk membangun kembali umat islam yaitu perlu penataan dan membangun kembali
system baru dengan mengembang kan potensi diri dan akal manusia . dia juga percaya
bahwa gagasa tidak akan memberikan pengaruh bagi gerak maju manusia. Suatu
gagasan memerlukan penjabaran dalam kehidupan berupa tindakan yang nyata. Hal
ini sama seperti yang di ungkapka John dewey yaitu bahwa idea tau gagasan mesti lah
sesuatu yang dapat di terapkan dalam bentuk tindakan yang berguna bagi pemecahan
berbagai problema yang muncul dalam masyarakat. Aliran ini juga berpendapat
bahwa dasar suatu kebenaran dapat di buktikan dengan self-evidence, yakni bukti
yang ada pada dirinya sendiri, realitas dan eksistensinya. Ajaran yang di jadikan
pedoman berasal dari Aristoteles yang membicarakan dua hal pokok, yakni pikiran
atau rasio dan bukti atau evidence dengan jalan pemikiran yang silogisme. Silogisme
menunjukkan hubungan yang logis antara premis mayor, premis minor dan
kesimpulan dengan cara mengambil kesimpulan yang deduktif dan induktif. Aliran
rekontruksionisme memandang nilai berdasarkan pada supranatural yang bersifat
universal yang berdasarkan pada nilai-nilai teologis. Karena di pimpin oleh tuhan,
maka peninjauan tentang kebaikan dakeburukan pun dapat di lakukan dan di
ketahuinya. Aristoteles dalam hal ini membedakan kebaikan kepada dua macam yaitu
kebaikan moral dan kebaikan intelektual. Kebaikan moral di peroleh dari pembiasaan
dan merupakan dasar dari kebaikan intelektual.
C. Pandangan Rekontruksionisme Tentang Pendidikan

Aliran ini yakin bahwa pendidikan tidak lain adalah tanggung jawab social. Hal ini
mengingatk eksistensi pendidikan dalam keseluruhan realitasnya di arahkan untuk
pengembangan atau perubahan masyarakat. Para rekontriksionisme menginginkan,
bahwa pendidikan dapat memunculkan kesadaran para peserta didik untik senantia
memperhatikan pesoalan social., ekonomi dan politik. Tujuan aliran ini tidak lain
adalah jawaban atas keinginan untuk membangun masyarakaat baru, yakni suatu
masyarakat global yang memiliki hubungan interdependensi. Muhammad Iqbal
menyebutkan, bahwa tujuan pendidikan adalah mampu membangun dunia bagi
masyarakat dengan menggunakan kemampuan akal, indra dan intuisi. Oleh Karena itu
tiga aspek hars di tuangkan dalam pendidikan.

John Dewey mengatakan bahwa pengembangan sifat manusia selalu berinteraksi


dengan kondisi yang mengelilinginya dalam menghasilkan kebudayaan. Oleh karena
itu manusia selalu beradaptasi dengan lingkungan masyarakatnya. Aliran ini percaya
bahwa pendidikan sebagai suatu lembaga masyarakat tentulah diarahkan pada upaya
rekayasa social, sehingga segala sesuatu aktivitasnya pun senantiasa merupakan solusi
bagi berbagai problema dalam masyarakat. Oleh karena itu, lebaga pendidikan harus
memiliki komitmen untuk menciptkan masyarakat yang sarat dengan nilai niai budaya
dan social ekonomi akan membentuk harmonisasi dalam suatu kehidupan. Guru
dalam aliran ini bertugas meyakin kan peserta didiknya tentang urgensi rekontruksi
dalam menunjukkan kehidupan social kemasyarakatan dan membiasakan mereka
untuk sensitive terhadap berbagai problem yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat serta mencari solusi yang di perlukan menuju perbaikan dan perubahan-
peruubahan . Kinsley Pric dalam hal ini menggarisbawahi bahwa hal hal yang
mendasar dalam aliran ini tercermin dalam pemilihan corak aktifitas pembelajaran
sebagai berikut.

 Segala sesuatu yang bercorak oktokrasi mesti di hindari, sehingga yang belajar terhindar
dari unsur pemaksaan

 Guru mesti dapat meyakinkan peserta didik akan kemampunnya dalam memcahkan
masalah, sehingga masalh yang ada dalam subjek matters dapat di atasi.
 Untuk menumbuh kembangkan keingingan peserta didik, seorang guru mesti mampu
mengenali peserta didik secara individu

 Seorang guru mesti dapat menciptakan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga interaksi
guru dengan peserta didik dan semua yang hadir dalam suatu ruangan kelas dapat
berkomunikasi dengan baik, tanpa ada yang menunjukkan sikap otoriter.

C. Eksistensialisme
Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-
1976). Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar metodologinya berasal
dari metoda fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859-1938). Munculnya
eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche. Kiergaard Filsafat
Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku
menjadi seorang individu)”. Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis
eksistensial (manusia melupakan individualitasnya).
Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi
individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam
kehidupan.Nitzsche (1844-1900) filsuf jerman tujuan filsafatnya adalah untuk
menjawab pertanyaan “bagaimana caranya menjadi manusia unggul”. Jawabannya
manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk merealisasikan diri
secara jujur dan berani. Eksistensialisme merupakan filsafat yang secara khusus
mendeskripsikan eksistensi dan pengalaman manusia dengan metedologi
fenomenologi, atau cara manusia berada. Eksistensialisme adalah suatu reaksi
terhadap materialisme dan idealisme. Pendapat materialisme bahwa manusia adalah
benda dunia, manusia itu adalah materi , manusia adalah sesuatu yang ada tanpa
menjadi Subjek. Pandangan manusia menurut idealisme adalah manusia hanya
sebagai subjek atau hanya sebagai suatu kesadaran. Eksistensialisme berkayakinan
bahwa paparan manusia harus berpangkalkan eksistensi, sehingga aliran
eksistensialisme penuh dengan lukisan-lukisan yang kongkrit. Eksistensi oleh kaum
eksistensialis disebut Eks berarti keluar, sintesi berarti berdiri. Jadi ektensi berarti
berdiri sebagai diri sendiri.
D.SIFAT GERAK SEJARAH

Faktor utama & pertama gerak sejarah berkaitan erat dengan masalah kausalitas
sejarah. Kausalitas sejarah adalah rangkaian proses peristiwa mendahului dan
peristiwa yang menyusul. Dalam sejarah terdapat interelasi peristiwa – peristiwa yang
mendahului (anteseden) maupun jumlah faktor yang berpengaruh konstan. Dalam
Sejarah, kausalitas memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Setiap peristiwa
ditentukan oleh lebih dari satu faktor atau penyebab. b. Setiap penyebab itu
mempunyai kedudukan khusus dan berbeda dalam tingkatan prioritas terhadap
peristiwa yang menjadi akibat. Ilmu Filsafat Sejarah mengkaji lebih lanjut untuk
menentukan penyebab utama dan pertama (causa prima) dari peristiwa sejarah atau
dari gerak sejarah.

FaktorYang Menentukan Gerak Sejarah:

a. Manusia bebas menetukan nasib dirinya sendiri dengan istilah filsafat disebut otonom.

b. Inderteminisme tidak bebas menentukan nasibnya: nasib manusia ditentukan oleh


kekuatan di luar dirinya (Heteronom atau Deterimisme). (Ali,1963:62-91)

GERAK SEJARAH DISEBABKAN OLEH

: Kakuatan Manusia :

1.Tokoh-tokoh (orang besar) Kekuatan di luar manusia

1. Alam

2. Nasib/Kebetulan.

3. Dewata.

4.Tuhan

2. Khalayak, massa, (orang terbanyak


Dalam filsafat sejarah menunjukan adanya pandangan yang beraneka ragam terhdap masalah
siapakah atau apakah sumber gerak sejarah itu, Sidi Gazalba berkesimpulan sumber
gerak sejarah diluar kekuatan manusia:

1. Kekuatan gaib,yakniTuhanYang Maha Kuasa, dewa-dewa,dan mahluk gaib seperi roh


arwah nenek moyang, menurut agama dan kepercayaan manusia dan sesutu yang
bersifat transedental.
2. Kekuatan Alami, Betty Heiman berpendapat bahwa alam India berpengaruh atas
filsafat hindu. Alam berpengaruh pula pada cara hidup manusia yang berbentuk corak
kebudayaan.
3. Pandangan yang beranggapan bahwa faktor utama penggerak sejarah adalah
manusia,baik yang bersifat pribadi tokohtokoh yang memimpin dan menggerakan
masyarakat manusia dalam gerak sejarahnya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala
sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai
hakikat segala situasi tersebut. Dalam rangka perwujudan pendidikan yang baik maka
filsafat berperan penting dalam penciptaan-penciptaan kondisi – kondisi yang benar-
benar mendukung bagi pelaksanaan suatu kegiatan kependidikan. Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara Lahirnya aliran-aliran dalam filsafat pendidikan pun selalu didasarkan atas
keinginan menciptakan manusia-manusia ideal melalui jalur pendidikan. Aliran-aliran
di dalam filsafat pendidikan di antaranya adalah progresivisme, perenialisme,
essensialisme, rekonstruksionisme dan eksistensialisme.

B. Saran

Sebagai calon guru sudah sepantasnya kita memilih filsafat yang baik untuk kita terapkan dan
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari supaya kita menjadi insan yang memahami
akan makna kehidupan dunia ini dan supaya bisa menjadi uswatun khasanah (suri
tauladan) bagi peserta didik
DAFTAR PUSTAKA

Mufid, Muhamad. 2018. Etika dan Filsafat Komunikasi. Depok: Prenadamedia Grup

Cheney, George, Steve, May, dan Munshi, Debanishi. 2011. The Handbook of
Communication Ethics New York: Routledge

Sugiyanto. 2008. Pengatar Ilmu Sejarah. FKIP. Universitas Jember:Jember.

Filsafat sejarah Agus gunawan M.Pd ilmu pend idikan sosial unifersitas galuh
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan. Refika Aditama, Bandung, 2013.
Makalah Filsafat Pendidikan Kelompok 9 (Aliran-aliran Filsafat Pendidikan) « Pba09's
Blog.htm
Achmad Dardiri. Aspek-aspek Filsafat dan Kaitannya Dengan Pendidikan.Majalah Ilmiah
Fondasi
Pendidikan, Volume 1.
http://wahyu09110241008.blogspot.com/2012/03/makalah-aliran-filsafat.html
Knight, George. R, 1982. Issues and Alternatives in Educational Philosophy. Michigan:
Andrews University Press.
Rukiyati. Pemikiran Pendidikan Menurut Eksistensialisme. Fondasia, Nomor 9/Vol.
I/Th.VII/Maret2009

Anda mungkin juga menyukai