DISUSUN OLEH:
Kelompok : 2 (Dua)
Lubuklinggau,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….…..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….……….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………..
………………………………..1
B. Rumusan
Masalah…………………………………………………...............................1
C. Tujuan…………………………………………...………………………..……..……..1
BAB II PEMBAHASAN
A. Permasalahan pokok dalam filsafat sejarah…………………………………………2
1. Hakikat sejarah…………………..……………………………….……….…..…….2
2. Sumber prima causa gerak dan tujuan sejarah ……………………………………...2
3 .Aliran –aliran gerak sejarah ,tujuanya dan tokoh,tokohnya………………………..3
A. Kesimpulan……………………………….………………………………….3
B. Saran…………………………………………………………………………3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut muhamad Mufid permasalahan dalam pokok filsafat sejarah ada 4 metode sebagai
berikut
1.Logika sebagai landasan penalaran Logika cabang filsafat yang mempelajari dan
menyelidiki proses berpikir yang benar dan sehat.
2.Hukum kontradiksi sesuatu yang sama tidak dapat memiliki dan tidak memiliki sikap
tertentu
3. Hukum tiada jalan tengah sesuatu itu memiliki atau tidakmemiliki sifat tertentu tidak ada
pilihan ketiga.
4. Hukum cukup alasan Jika terjadi sesuatu perubahan harusterjadi karena alasan yang
memadai.
1. Kepercayaan
3.Panca indera/pengalaman
4.Akal pikir
5.Intuisi
3.Metafisika sebagai landasan memahami hakikat Cabang filsafat yang mempelajari dan
memahami mengenai Penyebab segala sesuatu menjadi ada.
Idealisme :Aku sebagai subjek yang paling konkret
4.Metode Filsafat Tujuan agar studi filsafat dapat dijelajahi secara tuntas dan tujuan
Penyelidikan tercapai.
Metode Plato Ide -adalah realitas sejati (dunia objektif) dibanding Realita duniawi yang
ditangkap panca indera
B .RUMUS MASALAH
C.TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat sejarah
Pengertian Sejarah
Sejarah memiliki pengertian yang luas yang dapat dijelaskan melalui asal usul kata
(etimologi) maupun peristilahan dari para ahli sejarah (terminologi). Pengertian
sejarah secara umum bisa dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Dalam KBBI pengertian sejarah mengandung tiga makna yaitu sebagai berikut;
1) asal, usul (keturunan) dan silsilah,
2) kejadian dan peristiwa yang benar terjadi pada masa lampau; riwayat dan tambo; tambo
3) Pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar benar
terjadidimasalampau.
Berdasarkan pernyataan para ahli sejarah diatas dapat disimpulakn bahwa sejarah
adalah rekonstruksi (pembangunan kembali) peristiwa masa lalu (yang bersifat
penting, abadi dan unik) yang benar-benar terjadi dan berisi segala kegiatan manusia.
Rekonstruksi dibuat para sejarahwan dari hasil kesimpulan data-data yang telah
teruji. Setelah membahasa pengertian sejarah pada pembahasan selanjutnya kita akan
membahas cara bepikir sejarah yaitu cara berpikir diakronik dan sikronik. Untuk
penjelasan secara terperinci bisa disimak dalam penjelasan selanjutnya
Berpikir Diakronik
Secara etimologi kata diakronik berasal dari bahasa yunani yaitu dia dan chronos.
Kata dia memiliki arti melintas, melampaui atau melalui. Sedangkan
kata chronos memiliki arti waktu. Jadi diakronik merupakan sesuatu yang melintas,
melampaui, atau melebihi batasan-batasan waktu.
Secara harfiah diakronik berarti melintasi perjalanan waktu. Dalam ilmu sejarah
diakronis itu artinya topik yang dibahas di dalamnya adalah peristiwa-peristiwa yang
melintasi perjalanan waktu. Ketika berpikir secara diakronik kita akan mampu
berpikir runtut, urut teratur dan berkesinambungan. Berpikir secara diakronik
menekankan pada proses. Dengan begini kita dapat mengidentifikasi suatu masalah
dengan tepat seperti halnya seorang hakim dalam persidangan. Dibawah ini akan
dikemukakan beberapa ciri-ciri berpikir secara diakronik ;
· Bersifat vertikal
Pada hakikatnya berpikir sejarah secara diakronik memiliki fokus pada urutan waktu.
Dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan indonesia tahun 1945 tidak terjadi begitu
saja tanpa ada peristiwa yang mendahului. Pastinya sebelum tanggal 17 Agustus 1945
juga terdapat beberapa peristiwa yang mendahului, sebagai berikut:
Selain urutan waktu untuk berpikir diakronik bisa juga menggunakan periodisasi.
Periodisasibisa digunakan untuk peristiwa masa lalu secara menyeluruh. Periodisasi
dapat memudahkan kita untuk melihat dan memahami;1) Perkembangan manusia dari
waktu ke waktu, 2) Kesinambungan antar periode, 3) Kemungkinan pengulangan
fenomena, dan 4) Perubahan dari periode awal hingga periode berikutnya
Contoh bentuk kasus berpikir sejarah secara diakronik melalui periodisasi yaitu;
Masa pra-aksara
Masa Perkembangan sejarah hindu-buddha
Masa Perkembangan islam
Masa penjajahan barat
Masa pendudukan Jepang
Masa mempertahankan kemerdekaan
Masa Orde lama (kepemimpinan Sukarno)
Masa Orde Baru (kepempimpinan Suharto)
Masa Orde Reformasi (kepemimpinan indonesia pasca Suharto jatuh hingga sekarang
Berpikir Sinkronik
Pada pembahasan sebelumnya kita membahas tentang cara berpikir sejarah secara
diakronis, sekarang kita akan membahas cara berpikir sinkronis. Secara etimologi
sinkronik berasal dari bahasa Yunani yaitu syn yang berarti dengan
dan chronos berarti waktu. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
sinkronik berarti segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada
masa lalu. Pendekatan sinkronik melihat peristiwa tidak berdasarkan urutan waktu
saja melainkan juga melihat suatu peristiwa dari berbagai sisi. Pendekatan sinkronik
kebanyakan digunakan dalam penelitian ilmu sosial seperti (sosiologi, antropologi,
politik, ekonomi dll).
Cara berpikir sinkronik ini juga mengajarkan kepada kita untuk melihat peristiwa dari
berbagai sisi dan secara luas. Berpikir sinkronik juga tidak terlalu memikirkan
dimensi waktu. Melalui pendekatan sinkronis kita juga bisa menganalisis lebih
mendalam sejarah tertentu pada waktu tertentu. Dibawah ini akan dikemukakan ciri-
ciri berpikir sejarah secara sinkronik sebagai berikut;
Berikut merukapan contoh cara berpikir sejarah secara sinkronik sebagai berikut;
Dalam melihat sejarah Majapahit secara detail dan lengkap kita perlu melihat dari
berbagai sisi seperti politik, ekonomi, tekhnologi, mata pencaharian, dll). untuk
mengetahui secar jelas kita perlu mendalami beberapa aspek yang disebutkan
sebelumnya sehingga menghasilkan informasi yang detail dan lengkap.
Sejarah tidak pernah akan bisa terjadi tanpa adanya ruang dan waktu. Hal itu
dikarenakan manusia yang menjadi subjek dan objek sejarah bergerak pada dimensi
ruang dan waktu. Sebelum kita membahas terlebih jauh kita perlu mengetahui apa
yang dimaksud dengan ruang dan waktu
Ruang yang dimaksud pada pembahasan kali ini memiliki arti tempat berlangsungnya
atau terjadinya peristiwa sejarah. Ruang ini nantinya bisa digunakan untuk menjawab
kata tanya “dimana ?”. Karena adanya konsep ruang dan ini, para penulis sejarah
kemudian banyak yang menkategorikan sejarah berdasarkan ruang(tempat) tertentu
seperti, Sejarah Lokal, Sejarah Daerah, Sejarah Nasional, Sejarah Dunia dan masih
banyak kategori lainnya. Setelah membahas ruang, sejarah juga tidak bisa dilepaskan
dari konsep waktu, dibawah ini akan dijelaskan konsep dari waktu
Waktu menunjukkan kapan terjadinya peristiwa sejarah. Peristiwa sejarah tidak
mungkin terjadi tanpa adanya ruang dan waktu. Waktu merupakan konsep penting
dalam sejarah. Karena pada hakikatnya manusia tidak akan bisa lepas dari waktu.
Dalam konsep waktu terhadap konsep kesinambungan dimana waktu masa lalu
sangatlah menentukan apa yang terjadi dimasa yang akan datang.Contoh sederhana
jika hari ini malas belajar maka masa yang akan datang akan muncul kebodohan.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa tanpa disadari bahwa fase kehidupan manusia
dan kehidupan manusia menunjukkan konsep kesinambungan dalam kehidupan
manusia dan kehidupan itu terikat oleh ruang dan waktu.
Gerak sejarah tidak bertujuan (Amor Fati) suatu kecuali melahirkan, membesarkan,
mengembangkan, dan meruntuhkan kebudayaan, itulah tujuannya. Mempelajari
sejarah tujuannya ialah untuk mengetahui tingkat suatu kebudayaan seperti seseorang
individu yang seorang dokter menentukan sifat penyakit seorang yang sakit, sesudah
diagnose ditentukan, nasib kebudayaan itu dapat diramaikan sehingga untuk
seterusnya pemilik kebudayaan itu dapat menentukan sikap hidup.Perkembangan dan
munculnya teori gerak sejarah dapat dilacak jauh ke belakang sampai masa Yunani
Kuna dahulu. Para filsuf Yunani yang paling awal sebelum Socrates atau pra-
Socratian. Pemikiran-pemikiran filsafati mereka lebih banyak terfokus pada filsafat
alam, bukan manusia.
Ada air ada api, ada panas ada dingin, ada siang ada malam. Menurut Herakleitos
tidak ada sesuatu pun yang tetap dan mantap (Bertens 1975:44). Dunia senantiasa
dalam kejadian, berproses dan beredar menurut logos yang kekal untuk selama-
lamanya (Hatta 1986:56). Itulah pandangan para pemikir teori dinamik awal yang
kemudian dikembangkan para pengikutnya lebih jauh dalam pikiranpikiran filsafat
mereka. Salah satu kelompok pendukung teori dinamik atau gerak adalah kalangan
Sofis. Pandangan kalangan Sofis menyatakan bahwa realitas ini tidak ada yang pasti,
semuanya bersifat relatif berubahubah dari waktu ke waktu. Nilai-nilai, moral,
kebenaran, semuanya bersifat relatif, yang menyementarakan segala-galanya. Sofisme
mengajak orang memandang segala-galanya sebagai sementara Hali itu mereka warisi
dari Herakleitos. Menurut mereka dunia ini berasal dari unsur-unsur yang berlawanan
(ta enantia), dari panas dan dingin, kering dan basah, dan pasangan lainya.
Pemikiran-pemikiran kaum Sofis ini mewakili pandangan aliran dinamik.yang kuat,
sehingga menjadikan aliran ini semakin berkembang pada masa itu (Hatta 1986:56).
Perkembangan mazhab dinamik dalam teori gerak ini berkembang lebih pesat lagi
pada masa Aristoteles. Ia mengulas bagaimana berlakunya prinsip-prinsip kinetik
(motion) yang memiliki makna lebih luas dari sekedar gerak biasa. Dalam pandangan
Aristoteles prinsip kinetik lebih dari pergerakan yang bersifat alamiah, tetapi juga
mengandung unsur-unsur yang kompleks dalam prosesnya. Aristoteles menjelaskan
adanya dua macam gerak perubahan: Pertama, perubahan aksidental (accidental
change), yakni perubahan yang biasa dan bersifat alamiah. Seperti: dari lahir, bayi,
anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Kedua, perubahan substansial (substantial
change), yakni perubahan yang bersifat fundamental dan drastik, seperti perubahan
dari hidup menjadi mati. Perubahan semacam ini bersifat radikal, karena itu,
mengandung unsurunsur yang berbeda atau bertolak belakang sama sekali (Evans
1977:13-14). Menurutnya, gerak adalah pemenuhan atas apa yang secara potensial
eksis. Gerak senantiasa telah ada, dan senantiasa akan ada.
Karena itu, ia menolak berbagai konsepsi pandangan aliran statis, termasuk menolak
pandangan tentang ruang kosong, seperti dikemukakan oleh Leukippus dan
Demokritus (Russell 2002:280). Lebih dari itu Aristoteles juga menggunakan dalil
kosmologi (cosmological argument) dalam penjelasannya tentang alam semesta, yang
ingin membuktikan adanya Tuhan. Menurut dia sesungguhnya segala sesuatu yang
bergerak ini menerima geraknya dari sesuatu yang lain. Dia bukan bergerak dengan
sendirinya secara otomatis. Segala sesuatu yang bergerak pasti berasal dari penggerak
atau sebab pertama, sehingga sampai kepada penggerak pertama yang tidak bergerak
(Prime Mover Unmoved), yakni Tuhan. Dialah penyebab final yang menggerakkan
segala sesuatu (causa prima). Ia pastilah bersifat abadi, tak tergerakkan, merupakan
substansi, dan aktualitas (Russell 2002:226). Pandangan yang berbeda dikemukakan
oleh mazhab atau aliran statis. Tokoh-tokoh aliran statis atau diam ini dalam sejarah
filsafat Yunani adalah mereka yang disebut Eleatik. Mereka seperti Parmenides dan
muridnya Zeno. Parmenides menyatakan bahwa segala sesuatu itu pada hakikatnya
bersifat tetap dan tidak berubah-ubah atau bergerak. Pandangan ini disebut sebagai
prinsip diam, sehingga bertentangan dengan prinsip gerak seperti dikemukakan
sebelumnya yang dipelopori Herakleitus.
Bagi Parmenides apa yang dikemukakan bahwa sesuatu itu bergerak sesungguhnya
keliru, karena dalam konteksnya sesuatu itu berdiam diri dan tetap. Pendapat
Parmenides kemudian dikembangkan muridmuridnya. Salah seorang yang terkenal
adalah Zeno, yang lahir di Elea tahun 490 SM. Zeno pada zamannya berhasil
mengukuhkan prinsip statis atau diam ini sebagai mazhab tersendiri. Ia
mengemukakan ketidakmungkinan gerak ini melalui empat argumennya yang terkenal
dengan contoh Pelari dalam stadion;
Akhilles dan kura-kura; Anak panah; Tiga deretan yang berjalan. Ajaran-ajarannya ini
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penentangannya terhadap “trilogi”
adanya: ruang kosong, pluralitas, dan gerak itu sendiri (Russell 2002:50-53).
Berdasarkan kenyataan tersebut, berkembanglah pemahaman yang berbeda tentang
gerak perubahan dalam sejarah. Berbagai diskusi dan pemahaman tentang fenomena
perubahan tidak dapat dipisahkan dari kedua aliran tersebut, yang secara nyata
berpegang teguh pada pendapatnya masing-masing. Kedua aliran tersebut ikut
memengaruhi pemikiran-pemikiran yang berkembang sesudahnya sehingga sampai di
zaman modern dan pascamodern sekarang lewat pemikirpemikir yang ada pada saat
itu. Pengaruh teori gerak yang muncul pada zaman modern dikembangkan oleh Hegel
dan Marx. Dua sosok ilmuwan besar yang memengaruhi perkembangan ide-ide dan
perubahan sejarah. Hegel melalui prinsip.
Pada sisi lain, pengaruh mazhab dinamis atau gerak ini juga tercermin dalam
pemikiran tokoh-tokoh sains, yakni para pencetus lahirnya teori evolusioner seperti
Lamarck (1744-1829), Malthus (1766-1834) dan kemudian yang terkenal adalah
Darwin (18081882). Karya Darwin yang terkenal The Origin of Species (1859)
melahirkan teori evolusi dan menjadi buku suci yang dibaca secara luas serta
menimbulkan tanggapan dan diskusi para ahli hampir sepanjang masa. Teori ini
menjelaskan berlangsungnya perubahanperubahan evolusioner bentuk fisik manusia,
dari tataran paling rendah, yakni sejenis monyet sampai dengan manusia sempurna
sekarang ini. Berlangsungnya perubahan ini merupakan tahapan-tahapan dan proses
gerak yang panjang, sehingga sampai pada tahapan akhir yang ada sekarang ini.
TUJUANYA
Dengan pandangan semacam itu teori evolusi semakin memantapkan posisi mazhab
dinamis atau gerak dalam sejarah. Teori ini dikembangkan pula oleh sejumlah
ilmuwan lain di masa sesudahnya, seperti: Haeckel (1859-1919) dan juga oleh Huxley
(18251895) (Oldroyd 1983). Teori evolusi ini dalam perkembangannya memberikan
sumbangan penting pada biologi dan berpengaruh luas pada ilmu-ilmu sosial lainnya.
Sebagian lingkungan ilmu-ilmu sosial merasakan pengaruh Darwinian itu. Prinsip dan
doktrin evolusionisme secara nyata merefleksikan gerak nyata menuju kemajuan.
C .ALIRAN -ALIRAN GERAK SEJARAH TUJUAN DAN TOKOH -TOKONYA
A. Rekonstrusionisme
Rekontruksionisme Dalam Pengertian Dan Sejarah
Kata rekontruksionisme berasal dari bahasa inggris yang berarti menyusun kembali.
Aliran ini sebagai aliran pendidikan sejak awal sejarahnya di tahun 1920 dengan
lahirnya sebuah karya John Dewey yang berjudul Recontruction in Philosophy yang
kemudian di gerakkan nyata oleh :
George counts dan Harold Rugg di tahun 1930, selalu menjadikan lembaga
pendidikan sebagai rekontruksi masyarakat. Aliran ini prinsipnya sependapat dengan
perenialisme dalam mengungkapkan krisis kebudayaan modern. Menurut Syam kedua
aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang
kebudayaan nya terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran. Bila
aliran perenialisme memilih cara dengan jalan pemecahan masalah dengan kembali
kepada budaya abad pertengahan, maka rekontruksionalime berupaya membina suatu
consensus yang paling luas dan paling mungkin dengan tujuan pertama dan tertinggi
dalam kehidupan manusia. Tujuan utama dan tertinggi hanya melalui kerja sama
semua bangsa. Penganut aliran ini percaya telah tumbuh keinginan yang sama dari
bangsa-bangsa yang tersimpul dalam ide rekontruksiolisme.
Rekontruksiolisme di barat bercita-cita melaksanakan dan mewujudkan perpaduan
antara ajaran agama dan demokrasi modern dengan teknologi modern dan seni
modern dalam suatu kebudayaan yang di bina bersama oleh seluruh kedaulatan
bangsabangsa dunia. Rekontruksionalisme mencita-citakan terwujudya suatu dunia
baru dari satu kedaulatan dunia dalam mengontrol umat manusia. Muhammad
Iqbal(1938) dalam hal ini mengungkapkan, bahwa perubahan mendasar dalam
pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang meliputi kesuluran system pendidikan
guna untuk membentuk pandangan baru yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Menciptakan masyarakat baru melalui rekontruksi pendidikan merupan suatu
keharusan.
B. Landasan Filosofis Rekontruksionisme
Aliran ini memandang bahwa realitas itu bersifat universal, realitas itu ada dimana
saja. Untuk memahami suatu realitas di mulai dari suatu yang konkret menuju arah
yang khusus untuk menampakkan diri dalam perwujudan sebagaimana yang kita lihat
di hadapan kita dan di tangkap oleh panca indra manusia. Prinsipnya aliran ini
memandang alam metafisika dalam bentuk dualisme dimana alam nyata ini
mengandung dua hakikat jasmani dan rohani. Kedua macam hakikat ini memiliki cirri
yang bebas dan berdiri sendiri azali dan abadi, hubungan keduanya merupakan
kehidupan alam.
Aliran ini yakin bahwa pendidikan tidak lain adalah tanggung jawab social. Hal ini
mengingatk eksistensi pendidikan dalam keseluruhan realitasnya di arahkan untuk
pengembangan atau perubahan masyarakat. Para rekontriksionisme menginginkan,
bahwa pendidikan dapat memunculkan kesadaran para peserta didik untik senantia
memperhatikan pesoalan social., ekonomi dan politik. Tujuan aliran ini tidak lain
adalah jawaban atas keinginan untuk membangun masyarakaat baru, yakni suatu
masyarakat global yang memiliki hubungan interdependensi. Muhammad Iqbal
menyebutkan, bahwa tujuan pendidikan adalah mampu membangun dunia bagi
masyarakat dengan menggunakan kemampuan akal, indra dan intuisi. Oleh Karena itu
tiga aspek hars di tuangkan dalam pendidikan.
Segala sesuatu yang bercorak oktokrasi mesti di hindari, sehingga yang belajar terhindar
dari unsur pemaksaan
Guru mesti dapat meyakinkan peserta didik akan kemampunnya dalam memcahkan
masalah, sehingga masalh yang ada dalam subjek matters dapat di atasi.
Untuk menumbuh kembangkan keingingan peserta didik, seorang guru mesti mampu
mengenali peserta didik secara individu
Seorang guru mesti dapat menciptakan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga interaksi
guru dengan peserta didik dan semua yang hadir dalam suatu ruangan kelas dapat
berkomunikasi dengan baik, tanpa ada yang menunjukkan sikap otoriter.
C. Eksistensialisme
Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-
1976). Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar metodologinya berasal
dari metoda fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859-1938). Munculnya
eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche. Kiergaard Filsafat
Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku
menjadi seorang individu)”. Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis
eksistensial (manusia melupakan individualitasnya).
Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi
individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam
kehidupan.Nitzsche (1844-1900) filsuf jerman tujuan filsafatnya adalah untuk
menjawab pertanyaan “bagaimana caranya menjadi manusia unggul”. Jawabannya
manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk merealisasikan diri
secara jujur dan berani. Eksistensialisme merupakan filsafat yang secara khusus
mendeskripsikan eksistensi dan pengalaman manusia dengan metedologi
fenomenologi, atau cara manusia berada. Eksistensialisme adalah suatu reaksi
terhadap materialisme dan idealisme. Pendapat materialisme bahwa manusia adalah
benda dunia, manusia itu adalah materi , manusia adalah sesuatu yang ada tanpa
menjadi Subjek. Pandangan manusia menurut idealisme adalah manusia hanya
sebagai subjek atau hanya sebagai suatu kesadaran. Eksistensialisme berkayakinan
bahwa paparan manusia harus berpangkalkan eksistensi, sehingga aliran
eksistensialisme penuh dengan lukisan-lukisan yang kongkrit. Eksistensi oleh kaum
eksistensialis disebut Eks berarti keluar, sintesi berarti berdiri. Jadi ektensi berarti
berdiri sebagai diri sendiri.
D.SIFAT GERAK SEJARAH
Faktor utama & pertama gerak sejarah berkaitan erat dengan masalah kausalitas
sejarah. Kausalitas sejarah adalah rangkaian proses peristiwa mendahului dan
peristiwa yang menyusul. Dalam sejarah terdapat interelasi peristiwa – peristiwa yang
mendahului (anteseden) maupun jumlah faktor yang berpengaruh konstan. Dalam
Sejarah, kausalitas memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Setiap peristiwa
ditentukan oleh lebih dari satu faktor atau penyebab. b. Setiap penyebab itu
mempunyai kedudukan khusus dan berbeda dalam tingkatan prioritas terhadap
peristiwa yang menjadi akibat. Ilmu Filsafat Sejarah mengkaji lebih lanjut untuk
menentukan penyebab utama dan pertama (causa prima) dari peristiwa sejarah atau
dari gerak sejarah.
a. Manusia bebas menetukan nasib dirinya sendiri dengan istilah filsafat disebut otonom.
: Kakuatan Manusia :
1. Alam
2. Nasib/Kebetulan.
3. Dewata.
4.Tuhan
A. Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala
sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai
hakikat segala situasi tersebut. Dalam rangka perwujudan pendidikan yang baik maka
filsafat berperan penting dalam penciptaan-penciptaan kondisi – kondisi yang benar-
benar mendukung bagi pelaksanaan suatu kegiatan kependidikan. Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara Lahirnya aliran-aliran dalam filsafat pendidikan pun selalu didasarkan atas
keinginan menciptakan manusia-manusia ideal melalui jalur pendidikan. Aliran-aliran
di dalam filsafat pendidikan di antaranya adalah progresivisme, perenialisme,
essensialisme, rekonstruksionisme dan eksistensialisme.
B. Saran
Sebagai calon guru sudah sepantasnya kita memilih filsafat yang baik untuk kita terapkan dan
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari supaya kita menjadi insan yang memahami
akan makna kehidupan dunia ini dan supaya bisa menjadi uswatun khasanah (suri
tauladan) bagi peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Mufid, Muhamad. 2018. Etika dan Filsafat Komunikasi. Depok: Prenadamedia Grup
Cheney, George, Steve, May, dan Munshi, Debanishi. 2011. The Handbook of
Communication Ethics New York: Routledge
Filsafat sejarah Agus gunawan M.Pd ilmu pend idikan sosial unifersitas galuh
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan. Refika Aditama, Bandung, 2013.
Makalah Filsafat Pendidikan Kelompok 9 (Aliran-aliran Filsafat Pendidikan) « Pba09's
Blog.htm
Achmad Dardiri. Aspek-aspek Filsafat dan Kaitannya Dengan Pendidikan.Majalah Ilmiah
Fondasi
Pendidikan, Volume 1.
http://wahyu09110241008.blogspot.com/2012/03/makalah-aliran-filsafat.html
Knight, George. R, 1982. Issues and Alternatives in Educational Philosophy. Michigan:
Andrews University Press.
Rukiyati. Pemikiran Pendidikan Menurut Eksistensialisme. Fondasia, Nomor 9/Vol.
I/Th.VII/Maret2009