Anda di halaman 1dari 77

Sejarah Indonesia

Kelas X

MA Ma’arif Darussholihin
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunianya, buku Modul Sejarah Indonesia Kelas X ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada Kepala Madrasah, Guru, dan Staf MA Ma’arif Darussholihin
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan buku
modul ini. Selin itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam Menyusun buku modul ini.

Penulis jauh dari kata sempurna. Buku modul ini tentu masih memiliki
banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, atas segala keterbatasan yang
penulis miliki, penulis menghaturkan permohonan maaf bagi segala pihak,
khususnya bagi para pembaca. Untuk kedepannya agar dapat lebih baik lagi,
penulis mempersilahkan kepada siapa saja yang ingin memberikan saran dan
kritiknya.

Sekian pengantar yang dapat penulis sampaikan. Semoga buku modul ini
dappat bermanfaat untuk penulis khususnya dan pihak lain yaitu guru dan siswa
pada umumnya.

Yogyakarta, 9 September 2022


Tertanda,
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................iii
BAB 1 CARA BERPIKIR SEJARAH........................1
A. Pengertian Sejarah..............................................1
B. Manusia, Ruang, dan Waktu..............................2
C. Cara Berfikir Sejarah.........................................3
D. Kronologis..........................................................4
E. Keberlanjutan dan Perubahan............................4
F. Kegunaan Sejarah..............................................6
BAB 2 AWAL KEHIDDUPAN MANUSIA INDONESIA
......................................................................................8
A. Perkembangan Bumi dan Munculnya Makhluk Hidup
8
G. Teori Asal-usul Nenek Moyang di Indonesia..13
H. Manusia Purba di Indonesia.............................15
I. Corak Kehidupan Manusi Zaman Praaksara...20
J. Nilai-nilai Budaya Masa Praaksara yang Masih Ada
Sampai Sekarang..............................................31
K. Upaya-upaya Pelestarian Budaya....................31
BAB 3 MASA HINDU – BUDDHA DI INDONESIA34
A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan
Kebudayaan Hindu-Buddha di Kepulauan
Indonesia……..................................................34
B. Kerajaan Bercorak Hindu-Buddha di Kepulauan
Indonesia..........................................................37

iii
C. Akulturasi Kebudayaan di Kepulauan Indonesia Masa
Hindu-Buddha..................................................60
BAB 4 MASA ISLAM DI INDONESIA..................67
A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan
Kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia....67
B. Kerajaan Bercorak Islam di Kepulauan
Indonesia………..............................................74
C. Akulturasi Kebudayaan di Kepulauan Indonesia Masa
Islam.................................................................90
DAFTAR PUSTAKA................................................97

iv
BAB 1
CARA BERPIKIR SEJARAH

A. Pengertian Sejarah
Sebelum kita lebih jauh mempelajari tentang sejarah, kita perlu mengetahui
tentang dasar-dasar dari sejarah. Apa sih sejarah itu? Bagi orang Indonesia,
kata sejarah berasal dari Bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti pohon. Hal
ini didasarkan kepada penggunaan Syajarah An Nasab atau Pohon Silsilah
untuk menuliskan silsilah keluarga orang-orang Arab pada zaman dahulu.
Silsilah dianggap menggambarkan perjalanan masa lalu hingga masa kini.
Oleh karena itu, orang-orang Indonesia menyerapnya dari kata Syajaratun ini.
Sedangkan ada bahasa lain yang digunakan untuk menyebutkan kata sejarah.
Orang Arab sendiri menyebut sejarah dengan kata Tarikh yang berarti waktu.
Sedangkan dalam Bahasa Yunani berasal dari kata Istoria/Historia yang
berarti informasi, ilmu pengetahuan, atau pencarian. Kemudian diserap dalam
Bahasa Inggris yaitu History yang berarti sejarah. Sedangkan dalam Bahasa
Belanda disebut dengan Geschiedenis yang berarti “sesuatu yang telah terjadi”.
Para ahli tentunya juga memiliki pendapatnya sendiri-sendiri. Berikut beberapa
ahli yang memberikan definisi tentang sejarah:
 Herodotus (Bapak Sejarah Dunia) berpendapat bahwa sejarah adalah
sebuah proses kehidupan yang bergerak dengan pola melingkar, bukan
lurus kedepan. Tinggi rendahnya lingkaran tergantung dari keadaan
manusia itu sendiri.
 Ibnu Khaldun (Bapak Sejarah Modern) berpendapat bahwa sejarah adalah
catatan tentang manusia dan peradabannya meliputi seluruh proses
perubahan secara nyata dengan sebab dan akibatnya.
 Prof. Sartono Kartodirdjo (Bapak Sejarah Indonesia) berpendapat bahwa
sejarah dibagi menjadi dua yaitu sejarah objektif dan sejarah subjektif.
Sejarah objektif adalah peristiwa yang terjadi. Sedangkan sejarah
subjektif adalah apa yang diceritakan oleh manusia tentang suatu
peristiwa.
1
Mungkin cukup tiga ahli diatas saja ya. Selebihnya para siswa bisa mencari
tahu sendiri melalui media sosial atau internet. Karena masih banyak
sejarawan lainnya loh yang terkenal di dunia ini.

B. Manusia, Ruang, dan Waktu


Sejarah tentunya memiliki kajian pembahasan didalamnya. Dan ya benar,
kajian sejarah adalah masa lalu. Maka apa yang terdapat dalam masa lalu?
Tentu saja meliputi 3 hal utama dan paling penting. Apakah itu? Yap, 3 hal itu
adalah Manusia, Ruang, dan Waktu. Apakah keterkaitan antara ketiga hal
tersebut?
Manusia adalah komponen utama pertama yang menjadi bagian dari sejarah.
Hal ini dikarenakan manusia adalah sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek,
manusia dikatakan juga sebagai pelaku. Sedangkan sebagai objek, manusia
sebagai yang diceritakan. Tentu saja, sebuah sejarah pasti akan melibatkan
suatu tokoh didalamnya, meskipun itu hanya satu orang saja. Jika tidak ada
manusia, maka tidak bisa disebut dengan sejarah.
Selanjutnya adalah ruang. Ruang disebut juga dengan tempat. Secara otomatis,
manusia tentu membutuhkan tempat untuk beraktivitas. Baik didalam ruang
terbuka maupun ruang tertutup. Baik itu di dalam bumi maupun di luar
angkasa. Manusia pasti bertempat.
Selanjutnya adalah waktu. Manusia dan ruang tidak bisa terlepas dari waktu.
Hal ini dibuktikan dengan siklus kehidupan manusia dari lahir sampai dengan
mati. Begitu juga dengan ruang. Suatu ruang akan selalu terikat dengan waktu.
Karena ruang juga mengalami sebuah perubahan. Waktu sendiri menunjukkan
kapan suatu peristiwa terjadi.
Contoh dari keterkaitan antara manusia, ruang dan waktu:

Proklamasi 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Hatta di Jl. Pegangsaan


(Peristiwanya) (Waktu) (Manusia) (Ruang)

2
C. Cara Berfikir Sejarah
Sejarah memiliki cara berfikirnya sendiri. Hal ini bertujuan untuk
membedekan sejarah dengan ilmu lainnya. Adapun cara berfikir sejarah ini
disebut dengan cara berfikir Diakronis. Diakronis sendiri adalah cara berfikir
sejarah dimana memanjang dalam waktu dan menyempit dalam ruang.
Maksud dari pengertian di atas adalah, bahwa sejarah memiliki ciri khasnya
yaitu waktu lebih menonjol daripada ruang. Karena pada dasarnya sejarah
adalah sebuah ilmu yang mengungkap suatu peristiwa secara kronologis. Apa
itu kronologis? Akan kita bahas pada point selanjutnya.
Cara berfikir selanjutnya adalah Sinkronis. Cara berfikir ini pada dasarnya
adalah cara berfikir ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi sosiologi, antropologi,
dan lain sebagainya. Sinkronis adalah cara berfikir ilmu sosial dimana melebar
dalam ruang dan menyempit dalam waktu. Tahu kan perbedaannya?
Sinkronis digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan sosial di suatu
tempat dengan mengabaikan kronologisnya, oleh karena itu lebih berfokus
pada ruang. Namun, perlu kalian pahami, bahwa penulisan sejarah
memerlukan dua cara berfikir ini. Baik diakronis maupun sinkronis memiliki
kedudukan yang sama. Sama-sama pentingnya dalam penulisan sejarah.
Karena tanpa sinkronis, maka tulisan sejarah tidak akan lengkap.
D. Kronologis
Sejarah harus dijelaskan atau dipaparkan secara urut. Hal inilah yang
kemudian disebut dengan kronologis. Artinya urut. Karena ketika
merekonstruksi suatu peristiwa, agar mendapatkan hasil yang bagus dan utuh,
harus ditulis secara urut.
Hal ini berkaitan dengan sebab dan akibat. Suatu peristiwa pasti berisi tentang
sebab dan akibat. Jika dijelaskan tidak urut, maka sebab dan akibatnya juga
tidak sesuai. Oleh karena itu, para peneliti perlu memahami tentang dasar-
dasar penulisan sejarah, agar sejarah yang disampaikan akurat dan tidak
melenceng dari peristiwa yang terjadi.

3
E. Keberlanjutan dan Perubahan
Sejarah pasti mengalami yang Namanya keberlanjutan dan perubahan.
Keberlanjutan sendiri berkaitan dengan sebab dan akibat. Sebuah perkara pasti
memiliki sebab, kemudian sebab pasti memiliki akibat, sedangkan akibat akan
menjadi sebab untuk akibat yang lain. Hal inilah yang disebut dengan
keberlanjutan.
Contohnya:

Para Pahlawan berjuang, kemudian 17 agustus

1945 perjuangan para pahlawan berhasil,

kemerdekaan Indonesia membuat rakyat lebih

tenang, masyarakat yang aman damai dan tenang

menghasilkan masyarakat yang cerdas.

Lebih jelasnya, seperti inilah bagannya:

SEBAB

AKIBAT AKIBAT
4
SEBAB

Selanjutnya adalah perubahan. Sejarah juga pasti mengalami perubahan. Hal


ini karena sifat alamiah dari manusia yang terus mengalami perkembangan dan
rasa ketidak puasannya. Rasa tidak puas inilah kemudian yang mendeorong
sebuah perubahan. Contohnya adalah penggunaan alat komunikasi yang
pada awalnya menggunakan kentongan, sekarang menggunakan
smartphone.
Antara perubahan dan keberlanjutan ini berjalan beriringan. Dan tidak bisa
salah satunya saja. Misalnya adalah manusia mengalami perubahan tapi tidak
dengan keberlanjutan, hal ini tidak mungkin untuk terjadi.
F. Kegunaan Sejarah
Ilmu sejarah adalah sebuah ilmu yang tidak boleh dilewatkan. Hal ini berkaitan
dengan manfaat atau kegunaan sejarah itu sendiri. Ada banyak manfaatnya,
namun point penting dalam sejarah adalah
“Dengan belajar sejarah, kita belajar dari pengalaman, dan pengalaman
adalah guru terbaik dalam kehidupan”
Pengalaman menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Mempelajari
pengalaman membuat kita lebih bijaksana dalam menentukan Langkah kaki
kita. Dengan kata lain, kita memiliki kesempatan lebih besar untuk masa yang
akan datang dan tidak akan jatuh pada lubang yang sama.

“ILMU TANPA AGAMA ADALAH PINCANG, SEDANGKAN


6
BAB 2
AWAL KEHIDDUPAN MANUSIA INDONESIA

A. Perkembangan Bumi dan Munculnya Makhluk Hidup


1. Asal-usul Bumi dan Makhluk Hidup
Berdasarkan Teori yang saat ini diakui, Bumi terbentuk berawal dari ledakan
Big Bang (Ledakan Besar). Teori ini dikemukakan oleh seorrang imuwan yang
bernama Stephen Hawking. Sekitar 13,7 Miliar tahun yang lalu, alam semesta
mengalami sebuah ledakan. Ledakan ini kemudian melontarkan berbagai
macam materi dalam jumlah yang sangat besar. Materi-materi ini kemudian
mengisi alam semesta dan menjadi benda-benda angkasa seperti bintang,
meteor, planet, dan lain sebagainya. Bumi pada awalnya berupa bola gas yang
sangat besar dan panas. Kemudian mengalami penurunan suhu drastic
sehingga memadatkan bola gas tersebut. Dan kemudian terus mengalami
perkembangan hingga sampai sekarang.
Proses pembentukan bumi sendiri dibagi menjadi empat yaitu:
a. Masa Arkaekum
Masa tertua sekitar 2,5 miliar tahun yang lalu. Pada masa ini, Bumi masih
berupa bola gas dan kulit bumi masih dalam proses pembentukan. Belum
ada makhluk hidup pada masa ini.
b. Masa Paleozoikum
Masa ini berkisar sekitar 500-245 jut tahun yang lalu. Pada masa ini, bumi
mengalami penurunan suhu ekstrim yang mengakibatkan pemadatan bola
gas. Pada masa inilah daratan dan lautan mulai muncul. Makhluk hidup
mulai muncul dengan makhluk pertama adalah makhluk ber sel satu atau
mikroorganisme. Setelah itu, berkembang muncul amfibi, ikan tanpa
rahang, dan tumbuhan ganggang.
c. Masa Mesozoikum
Berkisar sekitar tahun 245-65 juta tahun yang lalu. Pada masa ini, kondisi
bumi sudah staabil. Muncul makhluk-makhluk besar seperti dinosaurus.
Akhir masa ini ditandai dengan munculnya burung.
d. Masa Neozoikum
Massa ini dibagi menjadi dua yaitu:

7
- Zaman Tersier
Zaman dimana primate seperti kera mulai muncul.
- Zaman Kuarter
Zaman ini dibagi menjadi dua, yaitu Kala Pleistosen dan Holosen.
Kala Pleistosen ditandai dengan kemunculan manusia purba.
Sedangkan kala Holosen ditandai dengan kemunculan Homo Sapiens
atau Manusia.

2. Perkembangan Makhluk Hidup (Teori Evolusi Darwin)


Asal-usul makhluk hidup sampai sekarang masih menjadi sebuah perdebatan
apakah tiba-tiba muncul atau berawal dari suatu makhluk. Pada masa sekarang
ini, teori yang mendapatkan dukungan paling kuat dari berbagai ilmuwan
adalah Teori Evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin.
Darwin berpendapat dalam teorinya bahwa makhluk hidup berasal dari satu
makhluk yang sama yaitu makhluk bersel satu yang kemudian mengalami
proses evolusi. Proses ini membutuhkan waktu yang sangat lama.
Dalam teori evolusi Darwin, kemudian muncul istilah seleksi alam untuk
menjelaskan proses evolusi yang dimaksudnya. Seleksi alam adalah sebuah
proses dimana hanya makhluk yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya
yang dapat bertahan dan berkembang. Contoh kontroversial yang dikemukakan
Darwin adalah tentang evolusi manusia berasal dari Kera.
Teori Darwin disamping mendapatkan banyak dukungan, namun juga menjadi
perdebatan. Hal ini dikarenakan pendapat dari Darwin tidak sejalan dengan
berbagai agama yang tercantum dalam Al-Quran maupun Injil.
3. Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Indonesia dikatakan terbentuk sejak ratusan juta tahun yang lalu. Hal ini tentu
didasarkan atas adanya Teori Apungan Benua atau Continental Drift Theory.
Teori ini dikemukakan oleh Alfred Wegener. Teori ini menjelaskan bahwa
pada dasarnya seluruh benua adalah satu atau pada masa awal terbentuknya
dunia, hanya ada satu daratan saja. Benua ini disebut dengan Benua Pangea.
Kembali lagi tentang terbentukya Indonesia. Kepulauan Indonesia
dimungkinkan bahwa terbentuk karena 4 sebab. Adapun sebab-sebab tersebut
antara lain:

8
a. Adanya Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
menyebabkan perubahan bentuk pada kulit bumi. Tenaga endogen yang
paling sering kita rasakan adalah gempa tektonik. Gempa tektonik ini
terjadi akibat adanya pergerakan dari lempeng bumi. Entah terjadinya
tabrakan, gesekan, ataupun pergerakan lempeng yang cukup besar
menyebabkan terjadinya gempa.
Tenaga endogen memiliki beberapa dampak. Contohnya adalah
membentuk pegunungan, gunung berapi, lembah, jurang, dan lain
sebagainya. Di Indonesia sendiri terdapat banyak sekali pegunungan dan
juga lembah. Hal ini terbentuk sejak ratusan juta tahun yang lalu dimana
hal ini adalah akibat dari adanya tenaga endogen.
Apakah yang mengakibatkan banyaknya pegunungan baik berapi maupun
pasif? Karena di Indonesia terdapat 3 lempeng besar seperti lempeng
Eurasia, lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Selain itu masih
terdapat banyak lempeng-lempeng kecil lainnya. Oleh karena itu, di
Indonesia sering terjadi gempa dan juga banyak gunung yang menjulang
tinggi.
b. Adanya Tenaga Eksogen
Berbeda dengan tenaga endogen, tenaga eksogen adalah tenaga yang
berasal dari luar permukaan bumi. Pada dasarnya terdapat tiga bentuk
tenaga eksogen yaitu Atmosfer (Suhu dan Angin), Air, dan Organisme.
Tenaga eksogen juga memiliki peran yang sama dengan tenaga endogen,
yaitu membentuk permukaan bumi. Bentuk dari adanya tenaga eksogen ini
lebih sering berwujud sebagai bencana alam seperti angin putting beliung,
banjir, dan lain sebagainya.
c. Perubahan Iklim
Berdasarkan penelitian, terdapat sebuah fakta yang didapatkan tentang
sejarah dunia yaitu adanya peristiwa perubahan iklim secara ekstrim pada
zaman mesozoikum. Lebih tepatnya terjadi pembekuan hampir diseluruh
wilayah dunia bagian utara. Masa ini dikenal juga dengan zaman glasial
atau zaman es. Adanya pembekuan wilayah utara ini menyebabkan
wilayah lautan utara dunia membeku atau menjadi es. Hal ini kemudian
berkaibat kepada menurunnya permukaan air laut di wilayah selatan.

9
Penurunan permukaan air laut kemudian menyebabkan munculnya
beberapa pulau kecil dan bahkan memunculkan daratan yang
menyambungkan antara pulau satu dengan pulau lainnya. Misalnya saja
adalah antara wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan dataran Asia
Tenggara atau yang disebut dengan Paparan Sunda. Sedangkan dibagian
timur yaitu wilayah Papua dan Australia diperkirakan juga terhubung satu
sama lain atau dikenal dengan Paparan Sahul.
Apakah bukti dari pernyataan di atas? Buktinya adalah adanya kesamaan
dalam hal flora dan faua. Di daerah Paparan Sunda misalnya, memiliki
kesamaan Flora dan Fauna antara daerah satu dengan lainnya seperti
wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan daratan Asia Tenggara memiliki
fauna yang sama yaitu gajah, beruang, harimau, orang utan, dan lain
sebagainya. Begitu juga dengan daratan Papua dan Australia memiliki
Flora dan Fauna yang sama seperti adanya berbagai macam jenis burung,
Kangguru, dan binatang beracun.
Lalu bagaimana dengan wilayah Indonesia Tengah? Wilayah Indonesia
Tengah disebut juga dengan wilayah peralihan. Wilayah ini dikatakan
tidak Bersatu dengan wilayah Paparan Sunda ataupun Paparan Sahul. Oleh
karena itu, wilayah peralihan memiliki Flora dan Fauna yang khas dan
tidak ada di wilayah Indonesia bagian lainnya. Misalnya saja adalah
kuskus, komodo, anoa, tapir, dan beberapa satwa serta flora lainnya.
d. Letusan Gunung Berapi
Tidak mengeherankan jika wilayah Indonesia terbentuk oleh letusan
gunung berapi. Hal ini adalah sebuah fakta, karena Indonesia sendiri
adalah wilayah yang dilewati oleh cicin api atau ring of fire dimana
terdapat banyak gunung berapi. Mungkin bisa diilustrasikan seperti kisah
tentang terpisahnya Pulau Jawa dengan Sumatera akibat letusan Krakatau.
Kita semua pasti tahukan tentang sejarah letusan Krakatau yang luar biasa
besarnya?
B. Teori Asal-usul Nenek Moyang di Indonesia
Ada beberapa teori dalam menjelaskan asal-usul nenek moyang diseluruh dunia
termasuk Indonesia. Namun, pada pembahasan ini, hanya berfokus kepada teori
asal-usul nenek moyang orang Indonesia. Sebagai berikut:
1. Teori Nusantara
10
Teori ini muncul karena adanya dukungan dari beberapa tokoh peneliti
dan tokoh dari Indonesia. Tokoh dari Indonesia yang mendukung teori ini
adalah Moh. Yamin dan Sutan Takdir Alisjahbana. Sedangkan dari luar
negeri ada beberapa tokoh seperti J. Crawford dan K. Himly. Teori ini
berpendapat bahwa nenek moyang orang Indonesia asli dari tanah
Indonesia. Hal ini karena adanya beberapa alas an seperti:
- Bangsa Jawa dan Bangsa Melayu memiliki peradaban yang tinggi.
Adanya peradaban yang tinggi memerlukan sebuah proses yang
sangat lama. Artinya, peradaban tinggi hanya bisa dihasilkan oleh
orang-orang yang tidak bepergian atau menetap dalam suatu wilayah
tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh Bangsa Jawa dan Bangsa Melayu.
- Adanya kesamaan atau serumpunnya Bahasa Melayu dan Bahasa
Champa hanyalah ketidak sengajaan atau kebetulan saja menurut K.
Himly.
- Menurut Moh. Yamin, banyaknya fosil dan artefak kuno yang
ditemukan di Indonesia seperti fosil Homo Soloensis dan Homo
Wajakensis menunjukkan bahwa nenek moyang orang Indonesia
memang berasal dari Indonesia sendiri.
- Bahasa Austronesia memiliki perbedaan yang sangat jauh dengan
Bahasa manapun yang berkembang di Asia Tenggara khususnya dan
Asia pada umumnya.
2. Teori Yunan
Teori ini menyebutkan bahwa asal-usul nenek moyang orang Indonesia
berasal dari Yunan. Lebih tepatnya dari wilayah Vietnam atau Dong Son.
Namun, teori ini hanya menjelaskan bahwa manusia yang dianggap
sebagai nenek moyang orang Indonesia adalah Bangsa Melayu
Austronesia dari ras Mongoloid. Bangsa inilah yang disebut sebaga nenek
moyang asli orang Indonesia.
Namun, hal ini sedikit berbeda dengan ciri khas dari orang-orang Bangsa
Austronesia ras Negroid dari wilayah timur Indonesia. Meskipun begitu,
teori ini mendapatkan dukungan yang paling kuat daripada teori-teori
lainnya. Hal ini karena adanya dukungan berupa bukti seperti Bahasa
yang serumpun, kebudayaan yang sama, dan juga ciri fisik yang hampir
sama juga.

11
3. Teori Out of Africa
Teori ini menjelaskan bahwa semua nenek moyang manusia di dunia
berasal dari Afrika. Diperkirakan muncul sekitar 200.000 tahun yang lalu.
Teori ini kemudian menjelaskan bahwa manusia mulai menyebar sekitar
60.000 tahun yang lalu.
Pada awalnya, teori ini mendapatkan dukungan yang kuat. Namun,
setelah adanya fakta bahwa di Eropa terdapat Homo Neanderthalensis
dan di Indonesia terdapat Meganthropus yang muncul lebih dahulu
daripada manusia di Afrika, pada akhirnya teori ini diragukan
kebenerannya.
C. Manusia Purba di Indonesia
Pada masa colonial, ilmu arkeologi dan ilmu sejarah mengalami perkembangan
yang pesat. Apalagi melihat fakta bahwa para kumpeni pada masa colonial
memiliki minat yang tinggi terhadap benda-benda bersejarah.
Indonesia sendiri menjadi salah satu tempat yang diperkirakan menyimpan
missing link bagi evolusi manusia di dunia. Salah satu tokohnya adalah Eugene
Dubois yang percaya bahwa manusia purba lebih suka hidup di wilayah tropis
karena bersifat hangat. Beberapa tempat yang menjadi sasaran Dubois adalah
Sumatera Barat, Tulungagung, Kediri, dan fokusnya adalah di Pulau Jawa.
Ada beberapa fosil yang kemudian di temukan di Indonesia. Berikut beberapa
manusia purba yang ditemukan di Indonesia:
1. Meganthropus
Fosil dengan usia tertua yang ditemukan di Indonesia adalah
Meganthropus Paleojavanicus. Fosil ini sering juga disebut dengan
raksasa dari Jawa karena memiliki tubuh yang besar dan berbadan tegap.
Fosil yang dianggap berevolusi menjadi pithecanthropus ini diyakini
sebagai jenis Australopithecus.
Fosil ini pertama kali ditemukan oleh G.H.R. Van Koenigswald antara
tahun 1936-1941 dengan fosil rahang atas dan gigi yang ditemukan di
Sangiran, Jawa Tengah. Kemudian ditemukan fragmen fosil rahang
bawah pada tahun 1952 di tempat yang sama.
Sebagian gigi geraham yang tersisa menunjukkan bahwa manusia purba
ini hanya memakan tumbuh-tumbuhan. Dilihat dari ukuran kepalanya,
volume otaknya masih kecil sehingga kemampuan untuk membuat alat
12
sangat terbatas. Ukuran gerahamnya lebih besar daripada jenis manusia
purba lainnya. Diperkirakan bahwa meganthropus adalah manusia purba
tertua di Indonesia.
Adapun ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus adalah:
- Tulang pipi tebal
- Otot kunyah kuat
- Tonjolan kening mencolok
- Tonjolan belakang tajam
- Tidak memiliki dagu
- Perawakan tegap
- Memakan jenis tumbuhan
Menurut para ahli, manusia dengan jenis ini ditemukan juga di jurang
Olduvai, Afrika Timur yang disebut dengan Homo Habilis.
2. Pithecanthropus
Selanjutnya adalah fosil yang paling banyak ditemukan di Indonesia yaitu
fosil Pithecanthropus. Fosil jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois di
Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891. Nama yang
disematkan adalah Pithecanthropus Erectus dimana nama ini menjelaskan
karakteristik utama dari fosil manusia purba ini. Nama Pithecanthropus
diambil dari nama pithecos yang berarti “Kera” dan anthropus berarti
“manusia”. Sedangkan erectus berarti berjalan tegak. Maka secara harfiah
diartikan sebagai manusia kera yang berjalan tegak.
Tulang-tulang lainnya ditemukan di Perning, Kedungbrubus, Trinil,
Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Hidup di daerah lembah atau
di kaki pegunungan yang dekat dengan perairan di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
Pithecanthropus Erectus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Tinggi badan berkisar antara 165-180 cm dengan tubuh dan anggota
yang tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus.
- Alat-alat pengunyah tidak sekuat Meganthropus, demikian juga
dengan otot-otot tengkuk.
- Geraham besar, rahang kuat, tonjolan keing tebal serta melintang pada
dahi dari pelipis ke pelipis, dan tonjolan belakang kepalanya nyata.
- Dagu belum ada.
13
- Hidung lebar.
- Perkembangan otak belum menyamai Homo. Perkembangan kulit
otak masih kurang, terutama pada bagian-bagian yang berhubungan
dengan fungsi otak yang tinggi dan koordinasi otot yang cermat. Oleh
karena itu, muka terlihat menonjol ke depan, dahi miring ke belakang,
bagian terlebar pada tengkorak masih terdapat di dekat dasar
tengkorak dan belakang kepalanya masih membulat.
- Volume otak berkisar antara 750-1.300 cc.
Pada tahun 1936, Von Koenigswald menemukan fosil yang sama dan
diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis. Pithecanthropus jenis ini
disebut sebagai fosil pithecanthropus dengan usia tertua. Sedangkan di
Tiongkok juga ditemukan fosil jenis ini dan diberi nama Pithecanthropus
Pekinansis. Di Eropa disebut dengan manusia Piltdown dan manusia
Heidelbergensis.
3. Homo
Terdapat banyak jenis fosil yang dikategorikan kedalam jenis Homo.
Misalnya saja yang ada di Indonesia adalah Homo Wajakensis, Homo
Soloensis, dan Homo Floresiensis. Dibandingkan dengan dua homo
lainnya, homo floresiensis masih menjadi perdebatan karena ukurannya
yang kecil dan disebut juga dengan manusia Hobbit. Genus homo sendiri
diyakini sebagai evolusi dari Pithecanthropus.
Adanya penemuan genus Homo di Indonesia mengisyaratkan bahwa di
Indonesia telah di huni oleh manusia (Homo Sapiens) sejak 40.000 tahun
yang lalu. Homo sendiri memiliki ciri-ciri yang lebih progresif daripada
Pithecanthropus. Volume otaknya bervariasi antara 1000-2000 cc, dengan
rata-rata antara 1350-1450 cc. badannya juga lebih tinggi, antara 130-210
cm. Demikian pula berat badannya yaitu antara 30 – 150 kg.
Di Indonesia sendiri ada beberapa jenis homo, yaitu sebagai berikut:
- Homo Wajakensis, pertema ditemukan di Campurdarat,
Tulungagung oleh Van Rietschoten pada tahun 1889. Rangka ini
adalah kerangka pertama yang berhasil ditemukan di Indonesia.
Kemudian lebih lanjut rangka ini diteliti oleh Dubois. Rangka kedua
ditemukan pada tahun 1890 di tempat yang sama yang terdiri atas
fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan bawah, serta tulang paha
14
dan tulang kering. Homo Wajakensis digolongkan ke dalam Homo
Sapiens.
- Homo Soloensis, ditemukan di Ngandong, Blora, Sangiran dan
Sambungmacan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Van Koenigswald
pada tahun 1931-1933. Hasil temuan berupa sebelas fosil tengkorak,
tulang rahang dan gigi. Homo Soloensis dikategorikan kedalam Homo
Sapiens. Diperkirakan hidup 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.
Menurut Koenigswald, Homo ini lebih tinggi daripada
Pithecanthropus Erectus. Adapun ciri-cirinya adalah:
a. Volume otak antara 1000-1200 cc
b. Tinggi badan antara 130-210 cm
c. Otot tengkuk mengalami penyusutan
d. Muka tidak menonjol ke depan
e. Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
- Homo Floresiensis atau lebih dikenal degan sebutan Manusia Flores,
ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores pada tahun 2001. Penemuan
fosil dalam gua ini, para peneliti menemukan serial subfossil dari
Sembilan individu.
Kesembilan sisa-sisa tulang menunjukkan postur paling tinggi
sepinggang manusia modern, sekitar 100 cm dengan volume otak 380
cc. Usia kerangka ini kira-kira berasal dari 94.000 hingga 13.000
tahun yang lalu.
Pada dasarya, para peneliti lebih mempercayai bahwa Homo
Floresiensis adalah jenis yang berbeda. Karena bentuk utuhnya
berbeda dengan Homo Sapiens dan Homo Neanderthal. Meskipun
begitu, Prof. Teuku Jacob berpendapat bahwa mereka termasuk
kedalam golongan homo, hanya saja mereka mengalami kecacatan
atau mengalami sebuah ganguan pertumbuhan yang dikenal dengan
sebutan mikrosefali.
D. Corak Kehidupan Manusi Zaman Praaksara
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Zaman Paleolitikum)
Zaman ini adalah zaman pertama yang dilewati oleh manusia. Lebih jelasnya,
pada zaman ini, manusia hanya mengenal istilah berburu dan mengumpulkan
makanan tanpa melakukan penyimpanan. Selain itu, makanan yang didapatkan
15
juga belum dimasak. Maka secara otomatis, manusia pada zaman ini
bergantung sepenuhnya kepada alam. Bahkan, kegiatan pokok manusia pada
zaman ini adalah berburu dan menyantap makanan yang didapatkan.
Pada masa ini, manusia masih bersifat nomaden dan membentuk kelompok
kecil. Perpindahan ini tentu mengikuti binatang buruan yang didapatkan.
Perpindahan manusia pada zaman ini sagat dipengaruhi oleh migrasi hewan
buruan. Adapun beberapa factor yang ada sebagai berikut:
- Adanya perubahan iklim yang ekstrim, misalnya kemarau Panjang
yang membuat banyak padang rumput dan sumber air menjadi kering,
atau musim hujan berkepanjangan yang menyebabkan terjadinya
banjir dan menyebabkan suhu menjadi dingin.
- Bencana alam
- Adanya ancaman dari hewan lain
- Gangguan manusia (perburuan)
- Tumbuh-tumbuhan biasanya lebih gampang tumbuh di daerah yang
beriklim lebih panas. Hal ini membuat hewan-hewan pemakan
tumbuhan ikut bermigrasi mengikuti tumbuh-tumbuhan yang
bermigrasi juga. Dimana hal ini membuat hewan karnivora ikut
bermigrasi.
Manusia-manusia purba yang hidup pada masa ini telah memunculkan
kebudayaan-kebudayaan baru. Meskipun kebudayaan ini masih sangat
sederhana, tapi hal ini menjadi bukti bahwa mereka pernah ada. Apa sajakah
kebudayaan yang muncul?
- Kapak Perimbas (merupakan jenis kapak yang digenggam dan
berbentuk massif. Teknik pembuatannya masih kasar dan tidak
mengalami perubahan dalam waktu perkembangan yang Panjang).
- Alat Serpih (Flakes), pertama kali ditemukan oleh Von Koenigswald.
Sering ditemukan bersamaan dengan kapak perimbas.
- Alat tulang (Bone Culture), adalah alat yang terbuat dari tulang.
Beberapa contohnya ditemukan di daerah Ngandong. Biasa disebut
dengan Pebble.

16
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut (Zaman
Mesolitikum)
Pada masa ini, dikenal dengan masa pendatang baru dimana ras dari luar mulai
masuk seperti ras australomelanesoid dan ras mongoloid. Terjadi sekitar tahun
10.000-2.500 tahun yang lalu. Pada masa ini, manusia di Indonesia telah
mengalami perkembangan. Kehidupan yang awalnya bersifat nomaden
(Berpindah-pindah) berubah menjadi semi sedenter (cukup menetap). Selain
itu, manusia pada masa ini juga sudah mulai mengenal api. Lebih hebatnya
lagi, pada masa ini sudah dikenal tentang cara pembagian kerja. Dimana
terdapat orang-orang yang bertugas untuk berburu, mengumpulkan, dan
menyimpan. Laki-laki bertugas untuk berburu dan perempuan bertugas
mengumpulkan tumbuh-tumbuhan.
Manusia-manusia pada masa ini juga telah mengalami perkembangan yang
cukup pesat dari masa sebelumnya. Mereka mulai mengenal tempat tinggal
berupa gua. Salah satu bukti kehidupan manusia di gua adalah ditemukannya
sampah dapur di daerah dekat gua seperti Gua Lawa di Ponorogo. Sampah
dapur ini biasanya berupa bekas kerang dan siput yang disebut dengan
kjokkenmoddinger. Hal ini juga mengindikasikan bahwa manusia juga telah
berburu di lautan.
Kebudayaan lain yang telah muncul adalah seni lukis. Manusia purba mada
masa mesolitikum ini sudah memberikan peninggalan yang menarik dan
menjadi tanda bahwa mereka mengalami perkembangan yang besar.
Dibuktikan dengan ditemukannya beberpaa lukisan di Gua Leang Petta Kere,
Taman Prasejarah Leaang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan. Pada dinding gua
di daerah Leang Petta Kere ini dapat dilihat terdapat gambar babi rusa, cap
tangan, dan lain sebagainya yang terbuat dari darah.
Kemudian, pada tahap akhir masa ini, manusia telah mengerti tentang
mengolah lahan atau bercocok tanam. Istilahnya adalah slash and burn.
Maksudnya adalah mereka membakar hutan terlebih dahulu, lalu setelah itu
barulah ditanami. Tanaman yang sudah dikenal pada waktu itu contohnya
adalah umbi-umbian.
Sedangkan alat-alat yang tercipta dari hasil kebudayaan mereka anatara lain:
- Serpih-bilah (Flakes)
- Alat Tulang (Pebble)
- Kapak Genggam Sumatera (Sumatralith)
17
Masa Mesolitikum menjadi masa perkembangan paling penting umat manusia.
Selain mulai munculnya bercocok tanam, pembagian kerja, mengenal api,
masih terdapat satu hal penting lainnya yaitu munculnya kepercayaan.
Manusia pada masa ini mulai mengenal sebuah kepercayaan yaitu animisme
dan dinamisme. Salah satu contohnya adalah tentang lukisan di gua biasa
digunakan untuk ritual atau malahan menjadi akhir dari suatu ritual.
Munculnya semua hal ini tentu ada kaitanyya dengan datangnya ras dari luar
seperti asutralomelanesoid dan ras mongoloid. Mereka telah membawa
kebudayaan baru. Bahkan mereka juga memunculkan ras baru dengan adanya
perkawinan campuran antara ras asli dari Nusantara dengan ras dari Asia.
3. Masa Bercocok Tanam (Zaman Neolitikum)
Pada tahun 1500 SM, datanglah gelombang pertama dari Bangsa Melayu
Austronesia dari ras mongoloid ke Nusantara. Mereka lebih kita kenal dengan
sebutan bangsa Proto-Melayu atau Melayu Tua.
Gelombang pertama ini datang dari Yunan (Dataran Tiongkok Selatan).
Mereka bermigraasi ke Indonesia melalui dua jalur yaitu:
- Jalur Barat, dari Yunan menuju ke Thailand, ke Semenanjung Malaya,
kemudin ke Sumatera, Jawa, dan Flores.
- Jalur Timur, dari Yunan ke Vietnam menuju Taiwan, kemudian ke
Pulau Filiphina dan berlanjut ke Kepulauan Maluku, Sulawesi,
Halmahera, dan Papua.
Sampai saat ini, keturunan dari Melayu Tua ini masih dapat kita jumpai di
beberapa wilayah Indonesia. Misalnya saja adalah Suku Dayak, Toraja, Batak,
dan Papua.
Migrasi dari Bangsa Melayu Tu aini dari Yunan ke Nusantara membawa
budaya baru yaitu Budaya Neolitik. Budaya ini memiliki kemajuan yang lebih
daripada masa sebelumnya. Misalnya saja adalah alat-alatnya sudah lebih
halus.
Selain kebudayaan dari alat-alat. Terdapat kebudayaan lain yang dibawa dan
memiliki peran penting. Budaya tersebut adalah budaya bercocok tanam.
Budaya ini dibawa oleh Bangsa Melayu Tua dari Vietnam dan Thailand yang

18
memang sebelumnya mereka telah mengenal ilmu pertanian lebih tua. Hal ini
memberikan dampak baik bagi perkembangan di Nusantara.
Pada masa ini, manusia telah hidup secara sedenter (menetaap). Karena pada
masa ini, manusia sudah bisa membangun tempat tinggalnya sendiri. Jadi tidak
hanya hidup di dalam gua, tetapi juga sudah bisa membangun tempat tinggal
mereka sendiri meskipun masih sederhana.
Kehidupan menjadi lebih baik, dibarengi dengan ditinggalkannya kehidupan
berburu dan mengumpulkan. Karena pada masa ini, selain bercocok tanam
juga telah dikenal ilmu peternakan. Masyarakat mulai beternak binatang
seperti sapi dan kambing serta ayam.
Hal penting lainnya yang mulai muncul pada masa ini adalah sistem Gotong
Royong. Pada masa ini, manusia telah mengenal sistem berkelompok dan
bergotong royong untuk menyelesaikan pekerjaannya. Pembagian kerja juga
menjadi lebih kompleks daripada masa sebelumnya. Pemimpin kelompok juga
sudah mulai dikenal. Bahkan pemilihan kelompok juga sudah tertata dengan
sistem yang muncul pertama kali, yaitu yang paling kuat dan bisa dikatakan
paling sakti pada waktu itu.
Namun, dengan adanya perkembangan tersebut, serta bertambahnya penduduk
yang semakin banyak, maka muncul masalah baru. Misalnya saja adalah
kebutuhan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Meskipun sistem sudah
tertata cukup rapi, manusia berkembang dengan cukup cepat.
Oleh karena itu, maka dikenal sistem pemimpin kepala suku atau yang dikenal
dengan Primus Interpares. Sistem ini adalah sistem tata pemerintahan pertama
di Indonesia yang bersifat lokal dan dalam kelompok yang kecil.
Kepercayaan juga menjadi semakin kompleks. Muncul berbagai macam
bentuk upacara adat yang berlaku. Selain itu, bangunan-bangunan untuk
upacara adat mulai bermunculan dimana-mana. Meskipun masih sama yaitu
animisme dan dinamisme yang menjadi kepercayaan pada masa ini, namun
nyatanya lebih kompleks pelaksanaan upacara adat disetiap kelompoknya.
Untuk menunjang semua hal diatas, maka perlu alat untuk mengolah. Adapun
alat-alat hasil kebudayaan pada masa neolitikum ini adalah:

19
- Beliung Persegi (Belincung), biasa digunakan untuk bercocok tanam.
Tekstur ari alat ini sudah halus.
- Kapak Lonjong. Kapak yang ujungnya runcing dan biasa terbuat dari
batu kali. Sudah halus. Termasuk alat tertua di masa ini. Penemuannya
terbatas di beberapa daerah di Indonesia seperti di Flores, Maluku,
Sulawesi, dsb.
- Alat-alat Obsidian. Alat yang terbuat dari batu kecubung. Sangat
terbaatas penemuannya. Hanya di daerah tertentu seperti Jambi,
Bogor, Danau Tondano, dan Flores.
- Mata Panah. Meskipun berburu sudah mulai ditinggalkan, namun hal
ini masih menjadi Hobi. Alat yang digunakan adalah mata panah ini
untuk berburu. Daerah penemuan ada di Jawa Timur dan Sulawesi.
- Gerabah. Berkembang dari kebudayaan Vietnam. Ditemukan di
Banyuwangi, Bogor, Tangerang, Sulawesi, Minahasa, dsb.
- Alat Pemukul dari Kulit Kayu. Ditemukan di Kalimantan dan
Sulawesi Tengah.
- Perhiasan. Pada masa ini telah dikenal perhiasan. Biasa digunakan
untuk ritual pemakaman. Biasa terbuat dari batu dan kulit kerang.
Umum ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
4. Masa Bercocok Tanam Tingkat Lanjut (Zaman Megalitikum)
Masa ini bisa dibilang sebagai massa dimana kepercayaan berkembang dengan
pesat. Altar-altar yang digunakan untuk ritual dibangun dengan megahnya.
Menandakan bahwa kepercayaan terhadap arwah nenek moyang atau leluhur
semakin meningkat dan semangkit kompleks. Megalitikum sendiri diartikan
sebagai Zaman Batu Besar. Diambil dari kata “Mega” yang berarti besar dan
“litikum” yang berarti batu.
Bangunan megalitikum tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan
bangunan-bangunan ini memiliki ciri khasnya sendiri dan sedikit berbeda
dengan yang ada di wilayah luar Indonesia. Hal ini menjadikannya sebuah ciri
khas tersendiri yang hanya ada di Indonesia. Apakah saja bangunan dan
kebudayaan yang ada di Zaman Megalitikum? Di bawah ini beberapa
bangunan zaman megalitikum:
a. Menhir. Sebuah tugu batu yang digunakan untuk memperingati
keluarga yang meninggal. Semakin tinggi derajat dan semakin tua
usia, maka tugu batu yang dipasang akan semakin besar. Sedangkan
20
untuk anak kecil menggunakan tugu batu yang kecil. Sampai sekarang
masih bisa dilihat di beberapa wilayah Indonesia seperti di Sulawesi,
tepatnya di Tana Toraja.
b. Punden Berundak. Adalah sebuah altar ritual yang disusun seperti
sebuah piramida. Disusun secara berundak, sesuai dengan namanya.
Salah satunya berada di Lampung.
c. Kubur Batu. Adalah sebuah peti mati yang terbuat dari batu. Sesuai
dari pengertiannya, kubur batu digunakan untuk mengubur mayat
menggunakan peti batu. Ada dua macam yaitu Waruga dan
Sarkofagus. Waruga adalah kubur batu tanpa tutup. Banyak
ditemukan di Bali. Sedangkan sarkofagus adalah kubur batu dengan
tutup. Banyak ditemukan di Sulawesi dan Sumatera.
d. Dolmen. Merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk
meletakkan sesaji. Bentuknya seperti sebuah meja berkaki tiga. Biasa
diletakkan di tempat-tempat suci atau sacral karena digunakan untuk
proses pemujaan terhadap roh leluhur.
e. Arca Batu. Biasa digunakna untuk mengingat para leluhur, sebagai
sarana upacara adat, sebagai perhiasan yang di ikut sertakan dengan
penguburan mayat, dan lain sebagainya. Kemunculan arca
menandakan bahwa pada masa megalitikum ini, kepercayaan sudah
semakin kompleks. Hal menarik lainnya, tidak hanya dinamisme dan
animism saja kepercayaan yang ada, namun juga berkembang
beberapa kepercayaan seperti totemisme yakni menyembah hewan
yang dianggap sakti. Karena pada masa ini juga beberapa ditemukan
arca hewan.
5. Masa Perundagian (Zaman Logam)
Masa ini dimulai sekitar 300 SM. DItandai dengan adanya gelombang kedua
kedatangan bangsa Deutro-Melayu.
Masa ini disebut dengan masa perundagian, diambil dari kata undagi yang
berarti “terampil”. Alasan diberi nama ini adalah karena pada masa ini muncul
kelompok cerdas dimana manusia sudah mulai bisa mengenal cara membuat
barang dengan logam. Bahkan bisa menggunakan cara yang sedikit rumit dan
kompleks. Adapun alat-alat yang dihasilkan misalnya adalah perhiasan dari
logam, gerabah, rumah dari kayu, alat-alat logam, dan lain sebagainya.

21
Meskipun sudah bisa mengolah logam, namun untuk beberapa alat dari bahan
tanah liat ada yang tidak tergantikan. Misalnya saja adalah gerabah.
Munculnya para ahli pembuat alat dari logam ini memberikan hal baru dalam
hal pembagian kerja. Meskipun begitu, pekerjaan utama dari manusia pada
waktu itu masih sama, yaitu bercocok tanam. Kenapa? Karena bercocok tanam
adalah pekerjaan yang menjadi pondasi kehidupan mereka pada masa itu.
Bahkan, munculnya pengolahan logam, konon katanya berawal dari kebutuhan
manusia dalam hal bercocok tanam atau mengolah sawah.
Selain itu, pada masa ini, sistem social sudah merata. Yang dimaksud adalah
tempat tinggal manusia sudah semakin merata. Meskipun teteap dengan ciri
khususnya yaitu dekat dengan sumber air baik sungai ataupun mata air.
Mereka sudah bersifat menetap sepenuhnya dan membangun rumah-rumah
dari kayu. Rumah ini tentunya jauh lebih baik dari masa-masa sebelumnya.
Karena manusia pada masa ini sudah mulai meninggalkan gua atau sudah tidak
hidup dalam gua lagi.
Lebih hebatnya lagi, pada masa ini sudah dikenal sistem perdagangan. Bahkan
sudah ada sistem penukaran dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Misalnya
adalah sistem barter. Selain barter, hal yang ditetapkan misalnya adalah
dengan kulit kerrang dan beberapa benda lainnya yang dijadikan mata uang
waktu itu.
Perdagangan ini dilakukan tidak hanya antar daerah dalam satu daratan saja.
Mereka sudah melakukan perdagangan antar pulau. Dimana hal ini
menjelaskan bahwa manusia pada masa perundagian ini telah mengenal sistem
pelayaran. Pelayaran dilakukan dengan perahu bercadik sebagai alat
transportasinya dan bintang sebagai penunjuk arahnya.
Baiklah, sekarang kita akan membahas tentang dua Teknik umum yang
digunakan oleh manusia perundagian dalam membuat barang-barang dari
logam.
a. Teknik Cetak Tuang (a Cire Perdue)
- Bentuk model benda yang diinginkan dengan menggunakan bahan
dasar dari lilin.
- Model lilin dilapisi dengan tanah liat. Setelah mengeras, tanah liat
dipanaskan dengan api sehingga lilin mencair melalui lubang yang
telah disiapkan.

22
- Dari lubang bagian atas model yang sudah disiapkan, masukkan
logam cair dan biarkan sampai cairan logam mendingin
- Setelah dingin, model dari tanah liat dipecahkan, dan barangpun
sudah jadi.
Keuntungan dari Teknik ini adalah kita bisa mendapatkan ddetail yang
cuku mendalam. Sedangkan kelemahannya adalah cetakan yang kita
buat hanya dapat digunakan satu kali saja.

b. Teknik Dua Setangkup (Bivalve)


- Buat cetakan model dari benda yang dikehendaki dengan bentuk
yang saling di tangkupkan.
- Kemudian tuangkan cairan logam kedalam cetakan tersebut.
- Kedua cetakan kemudian saling ditangkupkan.
- Biarkan logam sampai dingin dan cetakan dapat dibuka.
- Benda logam yang di inginkan sudah dapat digunakan.
Keuntungan dari Teknik ini adalah cetakan dapat digunakan berulang
kali. Sedangkan kelemahan dari Teknik ini adalah adanya rongga
dalam logam sehingga benda logam tidak kuat.
Selain Teknik pengecoran logam, pada masa perundagian juga telah
meninggalkan beberapa hasil kebudayaan yang penting antara lain:
a. Alat-alat dari logam perunggu
b. Nekara atau Moko, biasa digunakan untuk ritual. Paling sering
digunakan untuk ritual emanggilan hujan dan ritual untuk leluhur.
c. Kapak perunggu
d. Bejana perunggu
e. Patung perunggu
f. Gelang dan cincin perunggu
g. Alat-alat dari besi
h. Gerabah
E. Nilai-nilai Budaya Masa Praaksara yang Masih Ada Sampai Sekarang
Masa praaksara merupakan masa penting bagi perkembangan kebudayaan
manusia. Tidak hanya di Indonesia saja namun jga seluruh dunia. Hebatnya lagi,
budaya-budaya yang sudah ada sejak masa praaksara sampai sekarang beberapa
masih dipertahankan dan dilestarikan. Apa sajakah budaya tersebut?
23
1. Tradisi
Tradisi meliputi upacara adat. Sedangkan untuk
2. Tradisi Lisan
Tradisi lisan meliputi kisah dari nenek moyang.
3. Folklor
Folklor contohnya adalah mitos, legenda, fable, cerita rakyat, dongeng,
nyanyian, puisi kuno, dsb.

F. Upaya-upaya Pelestarian Budaya


Budaya meliputi banyak hal. Mulai dari social, ekonmi, seni, dan berbagai hal
kegiatan manusia adalah budaya. Meskipun zaman telah berubah dan terus
mengalami perkembangan, masih terdapat beberapa kebudayaan yang nilai-
nilainya dan prakteknya masih harus dipertahankan.
Adapun beberapa cara yang digunakan untuk melestarikannya adalah:
1. Praktik
Cara pertama yang dilakukan adalah dengan praktik langsung. Tentu saja
praktik ini adalah hal-hal yang tidak bertentangan dengan agama yang
sekarang sudah berkembang seperti Islam dan Kristen.
Salah satu praktiknyata adalah pentas seni Wayang, Gamelan, Syukuran,
Selametan, Larungan, dan lain sebagainya.
2. Mengajarkan Kepada Generasi Muda
Pada saat ini, generasi muda mengalami pengikisan moral dan juga
pengetahuan. Hal ini diakibatkan masuknya budaya-budaya asing tanpa
adanya filter. Kemajuan zaman memberikan dampak yang besar pula.
Oleh karena itu, maka dalam dunia Pendidikan seperti dalam sekolahan,
siswa setidaknya diajarkan tentang beberapa tradisi yang tidak melanggar
aturan-aturan agama yang dianut.
Salah satu praktik pada masa dulu telah dipraktikkan oleh Ki Hajar
Dewantara dalam dua sistem pendidikannya yaitu Sistem Among yang
mengajarkan tentang Pendidikan dan tata krama serta Sistem Sari Swara
yang mengajarkan kebudayaan kepada para siswa sehingga siswa mampu
melestrikannya dan bangga dengan kebudayaannya.

“Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah


setinggi langit!! Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh
24
diantara bintang-bintang”
-Soekarno-
25
BAB 3
MASA HINDU – BUDDHA DI INDONESIA

Masa Hindu-Buddha sampai dengan masa Islam di Indonesia dikenal juga dengan
masa Klasik. Masa ini sangat menarik unntuk dibahas. Pada bab ini, kita akan
membicarakan tentang kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang ada di Indonesia.
Jangan lupa dibaca ya kawan!!!

A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu-


Buddha di Kepulauan Indonesia
Persebaran agama dan budaya Hindu-Budha dari India ke Indonesia melalui jalur
lalu lintas perdagangan dan pelayanan. Sejak awal abad 1 M wilayah Nusantara
telah menjalin hubungan dagang dengan negara lain. Hal ini, dikarenakan letak
geografis Nusantara yang sangat strategis sehingga memungkinkan hubungan
dagang dengan negara lain. Pelayaran di Nusantara awalnya dilakukan hanya
sebagai lalu lintas utama penghubung antarpulau tetapi kemudian hal tersebut
mendorong adanya aktivitas perdagangan. Hal ini disebabkan karena :
 Setelah ditemukan jalur melalui laut antara Romawi dan Cina maka
perlayaran dan perdagangan Asia semakin ramai.
 Didukung adanya pola angin musim yang berubah arah setiap 6 bulan.
 Adanya perluasan kekuasaan kerajaan Cina yang membawa
kekuasaannya ke Asia Tenggara mendorong timbul perdagangan maritim
di Asia Barat ke Cina Selatan melalui kepulauan Nusantara.
Perdagangan di Asia Barat didukung oleh para pedagang India.
Mengenai kapan tepatnya agama Hindu-Budha masuk ke Nusantara memang
belum diketahui secara pasti. Tetapi pada tahun 400 M dipastikan agama Hindu
Budha telah berkembang di Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan penemuan
prasasti pada Yupa di Kalimantan Timur. Prasasti tersebut menunjukkan bahwa
telah berkembang kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dengan adanya kerajaan
pada tahun 400 M, berarti agama Hindu Budha masuk ke Indonesia sebelum tahun
tersebut.
Adapun teori-teori tentang masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia sebagai berikut:
1. Teori Brahmana oleh J.C. van Leur
26
Teori menyatakan bahwa masuknya Hindu Budha ke Nusantara dibawa
oleh para Brahmana (golongan pemuka agama) di India. Dasar teori ini
adalah prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di Nusantara
yang mayoritas menggunakan huruf Pallawa & Bahasa Sanskerta.
2. Teori Waisya oleh NJ. Krom
Teori ini menyatakan bahwa terjadinya penyebaran agama Hindu Budha
di Nusantara adalah berkat peran serta golongan Waisya (pedagang) yang
merupakan golongan terbesar masyarakat India yang berinteraksi dengan
masyarakat Nusantara. Dalam teori ini, para pedagang India dianggap
telah memperkenalkan kebudayaan Hindu dan Budha pada masyarakat
lokal ketika mereka melakukan aktivitas perdagangan.
3. Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens
Penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Nusantara dilakukan
oleh golongan ksatria. Dalam teori ini, sejarah penyebaran Hindu Budha
di kepulauan Nusantara tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan
India pada periode yang sama. Seperti diketahui bahwa di awal abad ke 2
Masehi, kerajaan-kerajaan di India mengalami keruntuhan karena
perebutan kekuasaan. Penguasa kerajaan-kerajaan yang kalah perang
pada masa itu diidentifikasi telah melarikan diri ke Nusantara.
4. Teori Sudra oleh van Faber
Dalam teori ini, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu Budha di
Nusantara diawali oleh para kaum Sudra atau budak yang bermigrasi ke
wilayah Nusantara. Mereka menetap dan menyebarkan ajaran agama
mereka pada masyarakat pribumi hingga terjadilah perkembangan yang
signifikan terhadap arah kepercayaan mereka yang awalnya animisme
dan dinamisme menjadi percaya pada ajaran Hindu dan Budha.
5. Teori Arus Balik oleh F.D.K Bosch
Penyebaran Hindu Budha di Nusantara terjadi karena peran aktif
masyarakat Nusantara di masa silam. Menurut Bosch, pengenalan Hindu
Budha pertama kali memang dibawa oleh orang-orang India kepada
orang Nusantara yang kemudian orang-orang tersebut tertarik untuk
mempelajari kedua agama ini secara langsung dari negeri asalnya, India.
Mereka berangkat dan menimba ilmu di sana dan ketika kembali mereka
kemudian mengajarkan apa yang diperolehnya pada masyarakat.

27
B. Kerajaan Bercorak Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia
1. Kerajaan Kutai
Di daerah Muarakaman tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur berdirilah
kerajaan pertama di Indonesia pada tahun 400 M. Kerajaan tersebut bernama
kerajaan Kutai. Sungai Mahakam dapat dilayari dari pantai sampai masuk ke
Muarakaman, sehingga baik untuk kegiatan perdagangan. Peninggalan
kerajaan Kutai tersebut disebut Yupa atau bangunan tugu yang didirikan
sebagai tanda adanya suatu peristiwa penting misalnya upacara korban
sedekah. Terdapat tujuh buah Yupa yang ditemukan di daerah tersebut.
a. Sistem Pemerintahan
Berdasar bentuk hurufnya para ahli yakin bahwa yupa dibuat sekitar
abad ke-5 M. Dalam prasasti juga menyebutkan silsilah raja-raja Kutai.
Tiga nama yang menjadi sosok penting dalam pemerintahan Kutai
adalah Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Prasasti Yupa
menunjukkan bahwa pendirian Yupa sebagai perintah Raja
Mulawarman.
- Kudungga, Kudungga bukan pendiri kerajaan, awalnya ia
merupakan kepala suku dan belum menganut ahama Hindu.
- Aswawarman, pendiri Kutai. Diperkirakan sudah menganut Hindu
secara penuh. Pada masa pemerintahan Aswawarman, wilayah
kekuasaan Kutai makin luas, hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan
upacara Asmawedha. Dalam upacara tersebut dilaksanakanlah
pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan
Kutai. Artinya, sampai di mana ditemukan tapak kaki kuda, maka
sampai situlah batas kerajaan Kutai
- Mulawarman sebagai raja terbesar di Kutai yang memeluk agama
Hindu-Siwa. Beliau sangat dekat dengan kaum Brahmana dan
rakyat, hal ini dibuktikan dengan pemberian sedekah untuk upacara
keagamaan. Upacara korban sapi juga menunjukkan bahwa rakyat
cukup hidup makmur, kehidupan keagamaan dijaga dengan baik,
dan rakyat sangat mencintai rajanya.
b. Sitem Sosial Ekonomi

28
Kehidupan ekonomi masyarakat diperkirakan sebagian besar adalah
sebagai petani dan pedagang. Kerajaan Kutai mengalami perkembangan
yang pesat pada saat itu karena merupakan tempat yang baik untuk
persinggahan kapal-kapal yang menempuh rute perdagangan melalui Selat
Makassar. Hal itu diperkuat dengan ditemukannya peninggalan di
Sulawesi Selatan berupa Arca Dewi Tara yang biasa dipuja para pelaut
yang akan berlayar. Kerajaan Kutai juga diperkirakan menjadi tempat
singgah jalur perdagangan internasional melewati Selat Makassar,
melewati Filipina dan Cina.
Kerajaan Kutai mempercayai agama Hindu Syiwa. Setelah agama Hindu
masuk, maka mulailah pengaruh kasta masuk dalam lapisan masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan upacara Vratyastoma oleh Kudungga.
Vratyastoma, merupakan upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta
ksatria sesuai kedudukannya sebagai keluarga raja. Kelanjutan kerajaan
Kutai setelah Mulawarman tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas.
Namun periode setelah abad V M, berkembanglah kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha di berbagai daerah lain Nusantara.
2. Kerajaan Tarumanegara
Tarumanegara diperkirakan berdiri sekitar abad ke-4 hingga ke-7 Masehi.
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, para ahli meyakini letak pusat
Kerajaan Tarumanegara kira-kira di antara Sungai Citarum dan Cisadane. Dari
namanya, Tarumanegara dari kata taruma, mungkin berkaitan dengan kata
tarum yang artinya nila. Kata tarum dipakai sebagai nama sebuah sungai di
Jawa Barat yakni Sungai Citarum. Bukti –bukti utama mengenai kerajaan ini
berupa tuju buah prasasti batu, yaitu Prasasti Ciaruteun, Prasasti Jambu,
Prasasti Kebunkopi, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Pasir Awi, Prasasti
Cidanghiyang dan Prasasti Tugu yang ditemukan di Tugu, Jakarta merupakan
prasasti terpanjang dari semua peninggalan Purnawarman. Dari ketujuh
prasasti tersebut, hanya beberapa yang dapat diterjemahkan.
a. Sistem Pemerintahan
Dilihat dari prasasti-prasasti yang ditemukan, dapat disimpulkan bahwa
raja yang paling terkenal pada kerajaan Tarumanegara yakni
Purnawarman (Purnavarmman), ia mengidentifikasikan dirinya dengan
Wisnu. Di Naskah Wangsakerta, Purnawarman adalah raja ketiga
Kerajaan Tarumanagara yang memerintah antara 395 – 434. Ia
29
membangun ibu kota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih
dekat ke pantai dan dinamainya "Sundapura". Di naskah Wangsakerta juga
disebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja
daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah
Teluk Lada, Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga)
di Jawa Tengah. Sistem pemerintahan dan kehidupan politik
Tarumanegara diceritakan dalam Prasasti Pasir Muara. Dalam prasasti
tersebut diketahui bahwa pada tahun 536 M telah terjadi pengembalian
pemerintahan dari Tarumanegara ke Kerajaan Sunda, pada saat itu
Tarumanegara dipimpin oleh Suryawarman (raja ke-7).
b. Sistem Ekonomi
Upaya Purnawarman untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan
rakyatnya menyebabkan Kerajaan Tarumanegara sudah teratur dan rapi
dalam segala aspek. Prasasti Tugu menyatakan bahwa Raja Purnawarman
memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122
tombak. Terusan tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mecegah
banjir sekaligus sarana lalu lintas pelayaran antar daerah. Selain berlayar,
mata pencaharian lain penduduk Tarumanegara adalah berburu,
penambang, nelayan, beternak dan bertani.
c. Kehidupan Sosial Budaya
Adanya aktivitas-aktivitas perekonomian seperti yang sudah disebutkan
diatas mengisyaratkan sudah adanya organisasi sosial, sistem ilmu
pengetahuan dan teknologi, juga ada sarana dan prasarana yang menopang
mobilitas sosial masyarakat. Adanya kerajaan dan aktivitas perekonomian
dapat mencerminkan struktur masyarakat dan pengelompokannya. Ada
penguasa (ruler) dengan berbagai peringkatnya dan ada rakyat (ruled)
dengan beragam struktur sosialnya, seperti: tani, pemburu, pedagang,
pelaut, peternak, penangkap ikan, dan sebagainya. Ditinjau dari segi
agama dan budaya, rakyat kerajaan Tarumanagara terbagi atas kelompok,
yang beragama dan berbudaya Hindu, Buddha dan asli (Animisme).
3. Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di
Asia Tenggara. Kata Sriwijaya dijumpai pertama kali dalam prasasti Kota
Kapur di Bangka, dalam prasasti tersebut terdapat nama sebuah kerajaan di
Sumatera Selatan dengan Palembang sebagai pusatnya. Dalam berita Cina,
30
Sriwijaya dikenal dengan She-li-fo-she, yang ditafsirkan sebagai sebuah
kerajaan di pantai timur Sumatera Selatan, di tepi sungai Musi. Kerajaan
Sriwijaya diperkirakan berdiri pada 671 Masehi (berdasarkan Prasati
Kedukan Bukit), prasasti tersebut berhuruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuna,
jumlahnya 10 baris. Kehidupan politik yang dapat diketahui dari prasasti
tersebut bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga
(Dapunta Hyang manalap siddhayatra). Sumber dari dalam negeri berupa
prasasti yang berjumlah 6 buah, yaitu :
a) Prasasti Kedukan Bukit (603 Saka) menceritakan perjalanan suci yang
dilakukan oleh Dapunta Hyang dengan perahu. Ia berangkat dari
Minangatamwan dengan membawa tentara sebanyak dua laksa (2000)
orang. Perjalanan tersebut berhasil menaklukkan beberapa daerah dan
dari perjalanannya tersebut dapat memakmurkan seluruh negeri.
b) Prasasti Talang Tuo yang berisi tentang pembuatan Taman Sriksetra
atas perintah Dapunta Hyang untuk kemakmuran semua makhluk.
Selain itu terdapat juga doa dan harapan yang menunjukkan sifat agama
Budha.
c) Prasasti Telaga Batu, prasasti ini tidak memuat angka tahun.Prasasti
ini memuat kutukan-kutukan terhadap siapa saja yang melakukan
kejahatan dan tidak taat kepada perintah raja, terdapat juga data-data
penyusunan ketatanegaraan
d) Prasasti Kota Kapur, prasasti ini diperkirakan dibawa dari luar pulai
karena jenis batu yang dipakai tidak dijumpai di pulau ini. Keterangan
paling penting dalam prasasti ini ialah mengenai usaha Sriwijaya untuk
menaklukkan bhumi jawa.
e) Prasasti Palas Pasemah, ditemukan di Lampung Selatan, prasasti ini
diduga berasal dari abad VII untuk memperingati penaklukkan daerah
Lampung Selatan oleh Sriwijaya.
f) Prasasti Karang berahi yang ditemukan di Jambi.
Selanjutnya akan kita bahas lebih dalam lagi tentang Sriwijaya:
a. Sistem Pemerintahan dan Politik
Sebuah kerajaan maritim yang berbentuk kadātuan tentu Śriwijaya
merupakan gabungan dari beberapa dātu atau kerajaan–kerajaan. Luas
kerajaan ini menyebar di hampir seluruh bagian pulau Sumatra terutama di
31
wilayah pantai timur Sumatra hingga Barus di bagian barat laut. Terdapat
pula prasasti-prasasti mengacu pada wilayah Sriwijaya di luar Sumatra.
Kata “bhumijawa” dalam Prasasti Kota Kapur dihubungkan dengan sebuah
Kecamatan Bhumijawa di Guci selatan Tegal. Di Bhumijawa ini terdapat
sisa-sisa bangunan candi batu yang terletak di Desa Bantar Sari, terdiri dari
umpak batu, kemuncak, lingga.
Keberadaan pusat Kadātuan Śrīwijaya di Palembang berlangsung hingga
sekitar abad ke-10 Masehi. Dalam kitab Sejarah Dinasti Song buku 489
(960- 1279 Masehi) disebutkan bahwa pusat Kadātuan Śrīwijaya telah
berpindah ke Jambi. Mengenai alasan perpindahannya belum dapat
diketahui dengan pasti. (Bradford, 2008).
b. Sistem Ekonomi
Bagi Kerajaan Sriwijaya, kegiatan perdagangan dianggap penting karena
Kerajaan Sriwijaya menguasasi Selat Malaka, Tanah Genting Kra, dan
Selat Sunda yang menjadi urat nadi perdagangan di Asia
Tenggara.Sriwijaya dinilai sebagai kerajaan yang kaya, didukung dengan
adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan. Letaknya di jalur
pelayaran dan perdagangan Internasional Asia Tenggara, Sriwijaya
berkembang menjadi pelabuhan transito sehingga dapat menimbun barang
dari dalam maupun luar. Pada masanya Sriwijaya memiliki armada laut
yang kuat sehingga mampu menjamin keamanan di jalur-jalur pelayaran
menuju Sriwijaya. Selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan
kekuasaannya melalui keberhasilan politik ekspansi (sesuai dengan
prasasti yang ditemukan di Lampung, Bangka dan Ligor).
Barang ekspor ke Arab antara lain kayu gaharu, kapur barus, kayu
cendana, gading, timah, kayu ulin, rempah-rempah, dan kemenyan.
Barang ekspor ke Cina antara lain gading, air mawar, kemenyan, buah-
buahan, gula putih, gelas, kapur barus, batu karang, pakaian, cula badak,
wangi-wangian, bumbu masak, dan obat-obatan. Dalam kronik Sung-
Shih diceritakan bahwa rakyat Kerajaan Sriwijaya dibebaskan dari
kewajiban membayar pajak kepada negara. Hal tersebut berbeda dengan
kapal-kapalasing yang berlabuh di pelabuhan Sriwijaya.
c. Sistem Sosial Budaya
Dalam soal keagamaan, Śriwijaya juga tidak sedikit peranannya, data
sejarah tercatat bahwa agama yang berkembang di Śriwijaya adalah agama
32
Buddha Mahayana. (Coedes, 1964). Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai
pusat pendidikan agama Buddha, bahkan I Tsing menyarankan kepada
pendeta Cina agar belajar terlebih dahulu di Sriwijaya sebelum
melanjutkan pendidikan ke India. Salah satu guru yang terkenal adalah
Dharmakirti. Berdasarkan catatan I Tsing dapat diketahui bahwa rakyat
Kerajaan Sriwijaya sudah berpendidikan tinggi. Oleh karena itu, Sriwijaya
dapat dikatakan sebagai pusat ilmu pengetahuan agama.
Hasil budaya peninggalan Kerajaan Sriwijaya adalah berupa prasasti, arca
Buddha di Bukit Siguntang, bangunan suci di Jambi, kompleks Candi
Muara Takus, beberapa bangunan suci di Gunung Tua (padang lawas), dan
Arca Awalokiteswara yang ditemukan di Tapanuli Selatan.
4. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram terletak di Jawa Tengah. Namanya lebih dikenal dengan
Mataram kuno. Nama Mataram kuno digunakan untuk menunjuk Kerajaan
Mataram pada masa pengaruh Hindu Budha. Sebab pada perkembangan
selanjutnya muncul Kerajaan Mataram bercorak Islam yang juga berlokasi di Jawa
Tengah juga. Keberadaan kerajaan Mataram kuno dapat dibuktikan dengan:
a) Prasasli Canggal, berangka tahun 732 M. Prasasti ini berisi tentang asal-
usul Dinasti Sanjaya dan pembangunan sebuah lingga di Bukit Stirangga
b) Prasasti Kalasan, berangka tahun 778 M, berhuruf Pranagari dan bahasa
Sanskerta.
c) Prasasli Klurak, berangka tahun 782 M, ditemukan di daerah Prambanan.
Isinya tentang pembuatan arca Manjusri yang terletak di sebelah utara
Prambanan.
d) Prasasti Kedu atau Prasasti Balitung, berangka tahun 907 M. Isinya
tentang silsilah raja-raja keturunan Sanjaya.
e) Berita dari Cina.
Siapa saja yang memerintah Kerajaan Mataram kuno? Bagaimana perkembangan
kerajaan ini? Berikut ini kita akan mengkaji beberapa pemerintahan di Kerajaan
Mataram kuno.

a) Pemerintahan Sanjaya (717-780)

33
Bukti sejarah yang menunjuk tentang Raja Sanjaya adalah melalui
prasasti Canggal. Sanjaya adalah keturunan dinastyi Syailendra. Raja
Sanjaya berhasil menaklukkan beberapa kerajaan kecil yang pada masa
pemrintahan Sanna melepaskan diri. Sanjaya mendirikan bangunan suci
oleh Raja Sanjaya pada tahun 732 M, yakni berupa lingga yang berada di
atas Gunung Wukir (Bukit Stirangga), kabupaten Magelang, Jawa
Tengah.
b) Pemerintahan Rakai Panangkaran
Pada masa pemerintahan Panangkaran, bukan hanya agama
Hindu saja yang berkembang. Beliau adalah raja yang juga
memperhatikan perkembangan agama Budha. Sebagai bukti adalah
dengan didirikannya bangunan-bangunan suci agama Budha. Sebagai
contoh adalah candi Kalasan dan arca Manjusri. Kamu masih dapat
melihat keberadaan Candi Kalasan yang terletak di Kecamatan Kalasan
Kabupaten Sleman DIY. Pada masa Panangkaran, kekuasaan Mataram
bertambah luas.
c) Perpecahan Dinasti Syailendra
Pada masa Sanjaya agama Hindu merupakan agama keluarga raja.
Namun pada masa Panangkaran agama Budha menjadi agama kerajaan.
Hal inilah yang mendorong terjadinya perpecahan dalam keluarga
Dinasti Syailendra. Wilayah Mataram akhirnya dibagi menjadi dua.
Keluarga yang menganut agama Hindu mengembangkan kekuasaan di
daerah Jawa Tengah bagian utara, keluarga beragama Budha dan
berkuasa di daerah Jawa Tengah bagian selatan. Upaya penyatuan
ditandai dengan terjadinya perkawinan antara Rakai Pikatan, dari
keluarga yang beragama Hindu, menikah dengan Pramudawardani, putri
dari Samarotungga yang beragama Budha. Balaputradewa adalah
keturunan yang menentang Pikatan. Setelah Samarotungga wafat
terjadilah perebutan kekuasaan antara Pikatan dengan Balaputradewa.
Balaputradewa mengalami kekalahan dan menyingkir ke Sumatera.
d) Masa Kebesaran Mataram
Pada tahun 856 M Kayuwangi atau Dyah Lokapala menggantikan
Pikatan. Salah satu raja terkenal dan terbesar Mataram adalah Raja

34
Balitung(898 - 911 M). Salah satu kebesarannya dibuktikan dengan
bangunan Candi Prambanan
e) Keruntuhan Mataram
 Dengan semakin berkembangnya kerajaan Sriwijaya, Mataram
mengalami penurunan
 Faktor alam. Pada awal abad XI, gunung Merapi meletus dengan
dahsyat. Letusan Gunung. Merapi diperkirakan banyak mengubur
berbagai bangunan penting kerajaan Mataram.
 Penyakit dan kegagalan pertanian mendorong para tokoh Kerajaan
Mataram untuk memindahkan kerajaan ke Jawa Timur. Di Jawa
Timur keluarga ini membentuk keluarga Isyana (Wangsa Isyana).
Bagaimana perkembangan Wangsa Isyana, akan kita pelajari pada
bagian selanjutnya.
5. Kerajaan Mataram Jawa Timur (Dinasti Isyana)
Setelah masa akhir Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah, Mpu Sendok
memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur. Mpu Sendok (bergelar Sri
Isyana Wikramadharmatunggadewa) adalah menantu Raja Wawa. Wawa
merupakan raja terakhir Kerajaan Mataram. Mpu Sendok membentuk keluarga
baru yang disebut Keluarga Isyana (Wangsa Isyana) di Jawa Timur.
Pemerintahannya berlangsung dari tahun 929 sampai 947 M. Awal Kekuasaan
Wangsa Isyana. Keluarga Isyana memusatkan pemerintahan di Tamwlang,
dekat Kabupaten Jombang.
1) Mpu Sendok
Mpu Sendok kemudian berhasil memperluas kekuasaan meliputi Jawa
Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Mpu Sendok melakukan beberapa usaha
penting antara lain sebagai berikut :
a) Mengembangkan bidang pertanian dengan memperluas irigasi dan
lahan pertanian.
b) Memajukan bidang agama. Mpu Sendok membangun candi-candi
seperti Candi Gunung Gangsir dan Sanggariti.
c) Untuk mendukung kemajuan agama dan sastra, ditulis buku suci
agama Budha Sang Hyang Kamahayanikan. Karya ini juga
menunjukkan bahwa Mpu Sendok sangat toleran. Sebab beliau
menganut agama Hindu.

35
2) Makutawangsawardana
Pengganti Mpu Sendok adalah anak perempuannya bernama Sri
Isyanatunggawijaya. Isyanatunggawijaya mempunyai putra yang
bernama Makutawangsawardana.
3) Darmawangsa
Pengganti Makutawangsawardana adalah anak laki-lakinya yakni
Darmawangsa Darmawangsa (memerintah 991 - 1017 M), ia memiliki
cita-cita menguasai pelayaran Nusantara. Tetapi pada tahun 1017 terjadi
peristiwa yang sangat memukul kerajaan. Istana Darmawangsa diserbu
oleh Raja Wura Wari menyebabkan Darmawangsa terbunuh, peristiwa
ini disebut Pralaya. Waktu itu Darmawangsa sedang menikahkan
putrinya dengan Airlangga. Beruntung Airlangga beserta istrinya
berhasil meloloskan diri dan bersembunyi ke dalam hutan.
6. Kerajaan Kahuripan
Kahuripan merupakan kelanjutan dari Dinasti Isyana, Rajanya adala
Airlangga. Siapakah Airlangga? Beliau putera Raja Udayana dari Bali.
Setelah pralaya, selama kurang lebih dua tahun, Airlangga hidup di tengah
hutan. Pada tahun 1019 itu juga Airlangga dinobatkan sebagai raja oleh para
pendeta, Airlangga memerintah pada tahun 1019 - 1049. Airlangga
membangun pusat pemerintahannya di Kahuripan. Narotama diangkat sebagai
patih kerajaan. Dengan dukungan rakyat Airlangga terus menghimpun
kekuatan. Daerah atau kerajaan-kerajaan yang dulu di bawah kekuasaan
Darmawangsa, satu persatu dapat dikuasai kembali. Wilayah kekuasaan
Airlangga semakin luas meliputi Jawa Timur, sebagaian Jawa Tengah, dan
sebagian Pulau Bali.
Airlangga berusaha memajukan perekonomian rakyatnya. Usaha-usaha
pembangunan bagi kesejahteraan rakyatnya antara lain sebagai berikut:
a) Bidang Ekonomi, memajukan pertanian dengan irigasi melalui
pembangunan bendungan Waringin Sapta.
b) Seni Sastra Kitab Arjunawiwaha yang ditulis oleh Mpu Kanwa pada
tahun 1035 M.
c) Agama. Airlangga membangun asrama untuk para pendeta. Ia juga
membangun pertapaan di Pucangan, di lereng Gunung Penanggungan.

36
Pada masa pemerintahan Airlangga terjadu perebutan tahta kerajaan antara dua
putra Airlangga dari selirnya. Kedua putranya adalah Samarawijaya dan Panji
Garasakan. Karena pertentangan inilah, akhirnya kerajaan Kahuripan dibagi
menjadi dua tahun 1041 M oleh Empu Bharada. Kerajaan dibagi dua dengan
batas Sungai Brantas dan Gunung Kawi. Pembagian wilayah kerajaan itu
adalah Panjalu atau Kediri, dengan pusatnya di Daha, diberikan kepada
Samarawijaya. Daerah ini antara lain meliputi Kediri dan Madiun. Wilayah
kedua adalah Jenggala dengan pusatnya di Kahuripan, diberikan kepada Panji
Garasakan. Daerah ini meliputi Malang, Delta Sungai Brantas, pelabuhan
Surabaya, Rembang, dan Pasuruan. Dengan telah dibaginya kerajaan
Kahuripan menjadi dua, maka berkembanglah dua kerajaan yakni Kediri dan
Jenggala.
7. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri Munculnya Kerajaan Kediri erat kaitannya dengan kelanjutan
Kerajaan Panjalu dan Jenggala. Panjalu di bawah Samarawijaya dan Jenggala
di bawah Panji Garasakan terjadi konflik. Akhirnya pada tahun 1052 terjadilah
pertempuran antara kedua kerajaan. Kerajaan Jenggala memenangkan
pertempuran. Selanjutnya Panjalu dan Jenggala di bawah pemerintahan Panji
Garasakan (raja Jenggala). Perkembangan berikutnya Kerajaan ini lebih
dikenal dengan nama Kerajaan Kediri dengan ibu kotanya di Daha.
1) Jayabaya
Raja terkenal Kediri adalah Raja Jayabaya yang memerintah mulai
tahun 1135- 1157. Jayabaya terkenal dengan berbagai ramalannya
yang sampai saat ini masih dipercayai oleh sebagian masyarakat.
Jayabaya adalah raja yang cukup berhasil membawa Kerajaan Kediri
dalam kemajuan. Kerajaan semakin teratur, rakyat hidup makmur.
Kediri juga memiliki armada laut bahkan telah ada Senopati
Sarwajala (panglima angkatan laut). Pajak telah diberlakukan dengan
sistem pajak in natura, berupa penyerahan sebagian hasil buminya
kepada pemerintah. Salah atu simbol kemajuan suatu negara adalah
kemajuan perkembangan kesenian dan kesusasteraan. Seni sebagai
nilai estetika akan menjadikan simbol telah terpenuhinya kebutuhan
primer suatu kelompok atau masysrakat.

37
Bagaimana dengan perkembangan seni dan kesusasteraan di Kerajaan
Kediri? Selain wayang Panji, di Kediri juga berkembang beberapa
hasil kesusasteraan berikut seperti Kitab Baratayuda, Kitab
Kresnayana oleh Empu Triguna, Kitab Smaradahana ditulis oleh
Empu Darmaja dan Kitab Lubdaka yang ditulis oleh Empu
Tanakung. Beberapa raja setelah Jayabaya dapat dilihat pada daftar di
bawah ini.
2) Sarweswara (1159 - 1169).
3) Sri Ayeswara (1169 – 1179)
4) Sri Gandra (1181 - 1182).
5) Kameswara (1182 - 1185).
6) Kertajaya (1185 - 1222).
Kertajaya atau Dandang Gendis merupakan raja terakhir sebelum
keruntuhan Kerajaan Kediri. Terjadi pertentangan antara Kertajaya
dengan para pendeta atau kaum brahmana. Kertajaya dianggap
sombong dan berani melanggar adat. Akibat dari pertentangan
tersebut, muncullah tokoh Ken Arok. Pada awalnya, menurut cerita,
Ken Arok hanyalah rakyat biasa. Namun ia mendapat keistimewaan
yang luar biasa. Dari rakyat biasa Ken Arok berhasil menjadi Bupati
Tumapel. Keberhasilan Ken Arok menjadi Bupati Tumapel tidak
lepas dari kesaktiannya dan berhasil mengalahkan Bupati Tumapel.
Pada tahun 1222 M Ken Arok menyerang Kediri dan berhasil
merebut istana kerajaan.
8. Kerajaan Singasari
Singasari adalah nama dari sebuah daerah yang terletak di sebelah timur
Gunung Kawi di hulu sungai Brantas. Saat ini daerah tersebut termasuk ke
dalam wilayah Kabupaten Malang di Propinsi Jawa Timur Indonesia. Pada
abad ke-13, Singasari hanya merupakan sebuah desa kecil yang tidak berarti.
Keadaan ini lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang
pemuda bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang berhasil merebut daerah
tersebut dari wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri yang saat itu diperintah oleh
Raja Kertajaya pada tahun 1222 Masehi. Sejak saat itu ia mendirikan kerajaan
yang berpusat di desa Kutaraja serta mengambil nama gelar kebangsawanan
sebagai Rajasa.
38
1) Ken Arok (1222 - 1227 M). Raja pertama Singasari. Ken Arok memiliki
empat putra, dari istrinya Ken Umang yaitu Panji Tohjoyo, Panji Sudatu,
Panji Wregolo, dan Dewi Rambi. Dengan Ken Dedes Ken Arok
rnernpunyai putra bernama Mahesa Wongateleng.
2) Anusapati Tahun 1227 M. Anusapati naik tahta Kerajaan Singasari
selama 21 tahun. Toh Joyo berhasil membunuh Anusapati, hingga
kemudian menjadi raja.
3) Tohjoyo (1248 M). Pasukan Toh Joyo di bawah Lembu Ampal gagal
menghancurkan perlawaman Ronggowuni. Pasukan Toh Joyo kalah,
bahkan kemudian ia terbunuh dalam suatu pertempuran.
4) Ronggowuni (1248 - 1268 M) Ronggowuni bergelar Sri Jaya
Wisnuwardana didampingi oleh Mahisa Cempaka. Pada tahun 1254 M,
Wisnuwardana (Ronggowuni) mengangkat putranya Kertanegara sebagai
raja muda atau Yuwaraja. Tahun 1268 M, Ronggowuni meninggal dunia.
5) Kertanegara (1268 - 1292 M), bergelar Sri Maharajadiraja Sri
Kertanegara. Kertanegara bercita-cita Singasari menjadi kerajaan yang
besar dengan wilayah kek uasaan yang luas Kertanegara mencita-citakan
wilayah Singasari meliputi seluruh Nusantara. Beberapa daerah akhirnya
berhasil ditaklukkan, misalnya Bali, Kalimantan Barat Daya, Maluku,
Sunda, dan Pahang. Pada tahun 1275 M Raja Kertanegara mengirim
Ekspedisi Pamalayu di bawah pimpinan Mahesa Anabrang (Kebo
Anabrang). Sasaran dari ekspedisi ini untuk menguasai Sriwijaya.
Akhir Kerajaan Singasari terjadi saat Kertanegara sedang berpesta secara
tiba-tiba Jayakatwang menyerbu istana kerajaan Singasari. Kertanegara
menugaskan pasukan di bawah pimpinan R Wijaya dan Pangeran
Ardaraja. Ardaraja adalah anak Jayakatwang dan menantu Kartanegara.
Pasukan Kediri yang dari arah utara dapat dikalahkan oleh pasukan R.
Wijaya. Akan tetapi pasukan inti dari Kediri dengan leluasa akhirnya
masuk dan menyerang istana, sehingga berhasil menewaskan
Kertanegara. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1292 M. R. Wijaya dan
pengikutnya kemudian meloloskan diri setelah mengetahui istana
kerajaan dihancurkan oleh pasukan Kediri. Sedangkan Ardaraja
membalik bergabung dengan pasukan Kediri. Dengan terbunuhnya
Kertanegara maka berakhirlah Kerajaan Singasari.

39
9. Kerajaan Majapahit
Sejarah Majapahit disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakertagama
diawali dengan pembukaan hutan Tarik oleh Raden Wijaya yang terletak di
Delta Sungai Brantas, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1293. Majapahit
secara umum dapat dianggap sebagai titik puncak kebudayaan Hindu Jawa.
Setelah pengulinggan Raja Kertanegara dari Singgasari oleh para pemberontak
Kediri. dan diambil alih oleh Prabu Jayakatwang Raja Kediri, Raden Wijaya
sebagai menantu Kertanegara berkeinginan untuk merebut kembali.
Dalam waktu Singkat hutan Tarik berhasil di buka dan menjadi
perkampungan baru dengan nama Majapahit disini Raden Wijaya mulai
mempersiapkan pemberontaan ke Jayakatwang. Pada saat yang bersamaan
juga Jawa diserang pasukan Mongol pada 1292 – 1293. Setelah
memenangkan pemberontakan, Raden Wijaya kemudian memindahkan
ibukota ke Trowulan, mendirikan kerajaan Majapahit dan mengambil nama
Kertarajasa Jayawardhana. Raja-raja yang memimpin Majapahit adalah :
1) R. Wijaya (1293 - 1309 M) R. Wiiaya bergelar Kertarajasa. R. Wijaya
akhirnya meninggal tahun 1309.
2) Jayanegara (1309 - 1328 M). Setelah R. Wijaya meninggal, Jayanegara
menggantikan sebagai Raja Majapahit. Masa pemerintahan Jayanegara
ditandai dengan adanya berbagai pemberontakan. Pemberontakan itu
antara lain Pemberontakan Ranggalawe pada tahun 1309 M,
pemberontakan Lembu Sora pada tahun 1311 M, pemberontakan Nambi
tahun 1316 M, dan emerontakan Kuti pada tahun 1319 M.
3) Tribuwanatunggadewi (1328 - 1350 M)
Jayanegara ternyata tidak meninggalkan seorang putra. Sebagai raja
Majapahit berikutnya semestinya adalah Gayatri. Akan tetapi, Gayatri
waktu itu sudah menjadi biksuni. Oleh karena itu Gayatri kemudian
menunjuk dan mewakilkan putrinya yang bernama
Tribuwanatunggadewi sebagai Raja Majapahit. Karena jasa-jasanyanya
yang begitu besar dalam membantu pemberontakan Sadeng, Gajah Mada
diangkat menjadi Mahapatih Majapahit pada masa ini.
4) Hayam Wuruk (1350 - 1389 M) Tahun 1350 M Gayatri atau Rajapatni
meninggal dunia. Dengan demikian, Tribuwanatunggadewi yang
menjadi raja atas nama Gayatri juga harus turun tahta. Ia kemudian
40
digantikan oleh Hayam Wuruk (putra dari Tribuwanatunggadewi dan
Kertawardana). Waktu itu usia Hayam Wuruk baru enam belas tahun. Ia
bergelar kemudian Rajasanegara. Gajah Mada tetap menjabat sebagai
Mahapatih Majapahit. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan
Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai zaman keemasan. Wilayah
kekuasaan Majapahit sangat luas, bahkan melebihi luas wilayah
Republik Indonesia sekarang, yakni mencakup sebagian besar wilayah
Nusantara sekarang ini dan Malaysia.

 Sistem Politik
Politik dan Pemerintahan Majapahit telah mengembangkan sistem
pemerintahan yang cukup lengkap dan sangat teratur. Raja memegang
kekuasaan tertinggi. Dalam melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh
berbagai badan atau pejabat yang terbagi dalam dua kelompok biriokrasi
sebagai berikut. Dari segi hukum dan peradilan Majapahit sudah sangat
maju. Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa,
dibentuk badan peradilan yang disebut dengan Saptopapati. Untuk
mendukung keterlaksanakaan hukum disusun kitab hukum yaitu Kitab
Kutaramanawa. Kitab ini disusun oleh Gajah Mada. Gajah Mada memang
seorang negarawan yang benar-benar mumpuni. Ia memahami olah
pemerintahan, strategi perang, dan hukum.
 Sistem Ekonomi
Perekonomian Majapahit bergantung pada sektor pertanian, perdagangan
dan juga maritim. Hal ini juga didukung oleh kekuatan tentara Majapahit
dan angkatan lautnya yang kuat. Semua perairan nasional dapat diawasi.
Majapahit menjalin hubungan dengan negara-negara/kerajaan lain.
Hubungan dengan Negara Siam, Birma, Kamboja, Anam, India, dan Cina
berlangsung dengan baik. Dalam membina hubungan dengan luar negeri,
Majapahit mengenal motto Mitreka Satata, artinya negara sahabat.
 Sistem Sosial
Kehidupan keagamaan di Majapahit sangat teratur dan penuh toleransi. Di
Majapahit waktu berkembang dua agama yaitu agama Hindu dan agama
Budha. Untuk mengatur kehidupan beragama tersebut, dibentuk badan atau
pejabat yang disebut Dharmadyaksa. Perkembangan Sastra dan Budaya

41
Karya sastra yang paling terkenal pada zaman Majapahit adalah Kitab
Negarakertagama (Empu Prapanca pada tahun 1365 M). Kitab lain yang
penting adalah Sutasoma (Empu Tantular). Kitab Sutasoma memuat kata-
kata yang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka
Tunggal Ika. Di samping menulis Sotasoma, Empu Tantular juga menulis
kitab Arjunawiwaha.
 Kemunduran Majapahit
Pada tahun 1364 M Majapahit kehilangan tokoh dan pemimpin yang tidak
ada bandingnya, Gajah Mada meninggal dunia. Hayam Wuruk kesulitan
mencari pengganti Gajah Mada. Tahun 1389 M Hayam Wuruk meninggal
dunia. Majapahit kehilangan lagi seorang pemimpin yang cakap.
Meninggalnya Gajah Mada dan Hayam Wuruk berpengaruh sangat besar
terhadap menurunnya pamor Majapahit. Kemunduran Majapahit mencapai
puncaknya ketika muncul perang saudara antar keturunan kerajaan.
Pertentangan dan peperangan itu terjadi antara Wikramawardana dengan
Bre Wirabumi. Perang saudara ini dikenal dengan Perang Paregreg.
10. Kerajaan Bali dan Blambangan
Keberadaan kerajaan Bali dalam berita bangsa asing pertama kali berasal dari
orang Cina, di dalam kitab sejarah dinasti T’ang kuno Bali disebut sebagai
Dva-pa-tan. Dalam kitab Chu-fa-chih, Bali disebut dengan nama Ma-li atau
Pa-li. Sedangkan berita tertua yang berasal dari pulai Bali sendiri adalah
bulatan kecil (cap) dari tanah liat yang berdiameter sekitar 2,5 cm. Cap
tersebut berisi mantra agama Budha dalam bahasa sanskerta. Berdasarkan
keterangan dari beberapa prasasti batu, sejak abad VIII M di pulau Bali terlah
berdiri sebuah kerajaan yang pemerintahannya berpusat di Singhamandawa.
Siapa raja yang memerintah tidak diketahui secara pasti, kecuali beberapa
orang pejabat tinggi pemerintahan yang disebut dengan senapati danda,
manuratang ajna, nayakan makarun, ser panghurwan dan lainnya. Tak hanya
itu, dimana letak Singhamandawa sampai saat ini tidak dapat dipastikan, hanya
ada kemungkinan-kemungkinan yang mengatakan bahwa Singhamandawa
terletak diantara Danau Batur, Kintamani dan Pantai Sanur, Belanjong.
Menurut keterangan dari tiga buah prasasti batu berbentuk pilar (tugu) yang
dipahat dengan tulisan melingkar, sejak tahun 85 Saka terdapat nama Wangsa
Warmmadewa yang memerintah di Bali. Dengan Sri Kesariwarmmadewa
sebagai rajanya. Setelah Sri Kesariwarnnadewa, Sang Ratu Sri Ugrasena naik
42
tahta, masa pemerintahannya sezaman dengan masa pemerintahan Mpu
Sendok di Jawa Timur. Setelah pemerintahan raja Ugrasena berakhir, muncul
lagi raja-raja yang bergelar Warmmadewa, yaitu Sang Ratu Aji Tabanendra
Warmmadewa, Janasadhu Warmmadewa dan Dharmma Udayana
Warmmadewa. Udayana memerintah di Bali bersama permaisurinya hingga
tahun 923 Saka, dari perkawinan Udayana dengan Gunapriya lahirlah
Airlangga. Setelah Udayana, kerajaan Bali diperintah oleh Marakatapangkaja,
kemudian Anak Wungsu. Di antara raja Bali kuno, Anak Wungsu merupakan
raja yang paling aktif mencatat peristiwa penting pada zamannya.
Pemerintahan atau mahkamah (panglapuan) di Bali diduga merupakan
pemerintahan yang maju dan teratur. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
sistem pemerintahan yang menerapkan beberapa jabatan. Kerajaan Bali juga
memiliki armada laut, berbagai jenis perahu sudah dikenal pada masa itu,
seperti : parahu, lancang, jukung, talaka, jong dan bahitra. Terdapat juga
berbagai kesenian atau pertunjukan dalam masyarakat, seniman digolongkan
menjadi pamukul (pemukul gamelan), pagending (penyanyi), pabunjing
(pemukul bunjing), parbhangsi (peniup serulinh) partapukan (pemain topeng)
dan parbawayang (pemain wayang).
Kerajaan Blambangan terletak di timur Kota Banyuwangi di Jawa Timur, letak
Blambangan berbatasan langsung dengan Selat Bali, Blambangan berasal dari
kata bala yang artinya “rakyat” dan ombo yang artinya “besar” atau “banyak”.
Tak ada berita yang pasti sejak kapan kerajaan ini berdiri. Dari kisah
Damarwulan-Minakjinggo diketahui bahwa pada masa Majapahit kerajaan ini
telah ada dan berdaulat. Namun demikian, ada beberapa sumber yang memuat
nama Blambangan, yakni Serat Kanda (ditulis abad ke-18), Serat Damarwulan
(ditulis pada 1815), dan Serat Raja Blambangan (ditulis 1774), di mana proses
penulisannya dilakukan jauh setelah masa kejayaan Blambangan, yakni ketika
masa Mataram-Islam dan kekuasaan Kompeni Belanda di Jawa tengah.
Kerajaan Blambangan tidak dapat dilepaskan dari kerajaan Majapahit,
khususnya dengan penobatan Raden Wijaya. Pada masa kejayaan Kerajaan
Majapahit, Kerajaan Blambangan menjadi salah satu daerah kekuasaannya.
Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, wilayah Blambangan menjadi rebutan
kerajaan-kerajaan yang ada di Bali, Pasuruan, dan Mataram Islam. Sejak
Sultan Agung menyerbu Blambangan pada tahun 1639, kerajaan ini menjadi

43
kekuasaan Mataram Islam. Beberapa raja Bali seperti penguasa Gelgel,
Klungkung, Mengwi, dan Buleleng, walaupun Mataram kembali bercokol di
daerah Blambangan pada tahun 1697.
C. Akulturasi Kebudayaan di Kepulauan Indonesia Masa Hindu-Buddha
Pengaruh India dan Hindu-Budha yang masuk ke Nusantara telah mengubah
banyak kebudayaan yang ada. Tidak jarang juga muncul kebudayaan baru,
misalkan saja adalah candi. Apakah saja kebudayaan-kebudayaan baru dan hasil
akulturasi dari pengaruh India dan Hindu-Budha? Berikut:
1. Kepercayaan
Sistem kepercayaan tentu mengalami perubahan yang cukup besar.
Sebelum masuknya Hindu-Budha ke Nusantara, orang-orang pribumi
memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme. Pada saat Hindu-Budha
masuk ke Nusantara, kepercayaan animism dan dinamisme tidak serta merta
hilang begitu saja. Malah kepercayaan lama ini berkembang dan menyatu
dengan ajaran Hindu-Budha. Hal ini sampai sekarang bahkan masih ada dan
bertahan dari generasi ke generasi. Contoh yang dapat dilihat sekarang adalah
tadisi orang-orang bali. Orang-orang Bali sampai sekarang masih
melangsungkan upacara-upcara atau ritual animism dan dinamisme. Ritual-
ritual inipun dilangsungkan dengan menggunakan doa-doa yang diajarkan
dalam ajaran Hindu. Secara agama, orang-orang Bali juga beragama Hindu,
namun kebudayaan animism dan dinamisme masih dilangsungkan tanpa
adanya pertentangan.
2. Tulisan dan Bahasa
Meskipun dikatakan orang-orang pribumi sudah menguasai irigasi dan
ilmu astronomi yang menandakan bahwa ilmu pengetahuan sudah
berkembang, namun orang-orang pribumi belum mengenal tulisan. Masuknya
pengaruh India telah mengenalkan orang-orang Nusantara dengan huruf dan
bahasa baru. Tulisan pertama yang dikenalkan adalah tulisan Pallawa dengan
bahasa Sansekerta. Sesuai dengan prasasti tertua yang ditemukan dengan
tulisan Pallawa dan bahasa Sansekerta.
3. Strata Sosial
Sebelum Hindu masuk, strata sosial masyarakat tidak terlalu diperhatikan.
Kemudian, masuknya Hindu-budha telah banyak mengubah pola-pola sosial
termasuk strata sosial. Seperti yang kita tahu, terdapat empat strata sosial
44
yang kemudian berlaku di Nusantara yang mengikuti strata dari Hindu. Strata
tersebut adalah Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Terdapat satu strata
yang tidak masuk dalam masyarakat yaitu Paria. Sistem strata sosial ini
bertahan cukup lama sampai masuknya Islam ke Nusantara.
4. Sistem Pemerintahan
Selain strata sosial, sistem pemerintahan juga mengalami perubahan yang
besar. Memang dalam beberapa catatan dijelaskan bahwa sebelum masuknya
Hindu-Budha masuk ke Nusantara sudah terdapat beberapa kerajaan, namun
perlu dipastikan kembali. Teori paling banyak dianut menyebutkan bahwa
sebelum masuknya Hindu Budha ke Nusantara, sistem politik atau
pemerintahan masih bersifat kesukuan dan juga dikenal istilah primus
interpares. Masuknya Hindu-Budha membawa perubahan yang besar. Setelah
Hindu-Budha masuk, muncul banyak kerajaan di Nusantara seperti Kutai,
Tarumanegara, Melayu, Sriwijaya, dan lainnya. Sistem pemerintahan yang
awalnya masih sederhana, berubah menjadi semakin kompleks. Selain raja,
terdapat struktur lain seperti mahapatih, penasehat raja, mentri, dan para
pemimpin daerah fasal.

5. Arsitektur
Banyak sekali perkembangan yang terjadi setelah Hindu-Budha masuk ke
Nusantara. Hampir berbagai aspek mendapatkan pengaruh Hindu Budha.
Namun, terkadang juga sebaliknya, budaya Hindu yang bercampur dengan
budaya Nusantara. Salah satu yang mengalami akulturasi adalah arsitektur.
Pada masa Hindu Budha, perkembangan arsitektur mengalami masa
puncaknya. Baik dari pembangunan keraton dan pembangunan bangunan suci
dilakukan dengan gencar.
Arsitektur paling menonjol pada masa Hindu-Budha adalah Candi. Candi
adalah bangunan suci yang dibangun untuk melangsungkan ritual. Soekmono
mengartikan candi sebagai tempat pendarmaan raja dan pemujaan. Selain itu,
candi juga dimaknai sebagai segala bentuk struktur bangunan yang berasal
dari kerajaan Hindu-Budha. Istilah candi sendiri hanya di kenal di Indonesia
dan Malaysia.

45
Candi di ibaratkan sebagai tempat para dewa turun dan singgah. Namun,
candi sendiri memiliki banyak jenisnya. Ada candi petirtaan, pemujaan, da
nada yang menyebutkan sebagai tempat pendarmaan atau pemakaman para
raja. Terdapat banyak candi di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia
mendapatkan julukan sebagai “Negara Seribu Candi”. Terdapat dua macam
candi yang ada di Indonesia yaitu candi Hindu dan Budha. Kedua agama ini
memberikan pengaruh yang berbeda dalam hal arsitektur. Sebagai contoh
lebih jelas, kita bisa menganalisis Candi Prambanan (Hindu) dan Candi
Borobudur (Budha). Lebih jelasnya sebagai berikut:

Candi Hindu Candi Budha

Bentuk candi lebih ramping dan Sebagai tempat peribadatan saja.


biasaya memiliki struktur yang
mengerucut berbentuk segitiga.

Adanya arca dari para dewa, Terdapat arca budha. Biasanya terdapat
terutama trimurti. Biasanya untuk tiga macam jenis arca yang biasanya
candi Syiwa, di dalamnya terdapat terdapat dalam candi budha, yaitu
lingga yoni. Dyani-Budha, Manusi-Budha, dan
Dhyani-Budha.

Terkadang digunakan sebagai Relief biasanya berisi tentang cerita


makam raja atau tempat pengajaran kehidupan manusia untuk
pendharmaan raja dan tempat meninggalkan hal-hal duniawi.
pemujaan kepada dewa-dewa.

Tiga struktur yaitu Bhurloka, Terbagi menjadi tiga bagian yaitu


Bhuwahloka, dan Swahloka. Kamadhatu, Rupadhatu, dan
Arupadhatu.

Puncak berbentuk ratna atau Pintu candi biasanya menghadap ke


runcing mengerucut. timur.

Biasanya pintu candi menghadap Bentuk bangunan candi melebar dan


barat. tidak meruncing bagian atapnya.

46
6. Sastra
Sastra merupakan salah satu yang baru bagi masyarakat Nusantara. Hal
ini disebabkan sebelum masuknya Hindu Budha, orang-orang pribumi belum
mengenal tulisan. Meskipun begitu, sastra berkembang dengan cukup baik.
Memasuki abad ke-12, sastra mulai berkembang. Terutama pada masa Kediri.
Raja Jayabaya yang terkenal telah menuliskan beberapa ramalannya yang
dikenal dengan sebutan Jangka Jayabaya. Selain itu, kisah-kisah dari India
yang masuk ke Nusantara kemudian dialih bahasakan seperti Mahabharata
karya Mpu Wyasa. Jayabaya memerintahkan kepada Mpu Sedah untuk
menuliskan tentang Barathayuda yang diambil dari kisah Mahabharata.
Kemudian dilanjutkan oleh Mpu Panuluh. Kisah Barathayuda ini
menggambarkan permusuhan antara Kediri dengan Jenggala yang sebenarnya
bersaudara.
Selain masa Kediri, pada masa Majapahit, dua pujangga terkenal juga
memunculkan kakawinnya. Mpu Prapanca dengan Kitab Negarakertagama
yang menceritakan tentang silsilah Majapahit, serta Mpu Tantular yang
menuliskan Kitab Sutasoma. Kedua Kitab ini sampai sekarang masih sering
dikaji, terutama Negarakertagama yang menjadi salah satu sumber utama
dalam mengkaji sejarah Majapahit.
7. Patung
Salah satu hal yang cukup penting adalah perkembangan seni pahat.
Orang Nusantara terkenal dengan kelihaiannya dalam mempelajari sesuatu,
termasuk adalah seni pahat. Pembangunan candi pada bagian pembuatan
relief misalnya, membutuhkan ilmu pahat yang cukup tinggi untuk
menghasilkan hasil yang halus. Selain relief, yang cukup penting dan menjadi
salah satu hal utama dalam ritual adalah arca. Di Indonesia sendiri, dapat kita
jumpai banyak arca, baik yang ada di candi maupun di luar candi. Contohnya
adalah arca Ganesha dan arca Durga di Candi Syiwa Prambanan, ada juga
arca Gayatri yang memperlihatkan kecantikan dan kegagahannya.
Arca-arca yang ada di Indonesia memiliki banyak macamnya. Baik yang
digunakan untuk pemujaan atau ritual maupun arca yang muncul karena untuk
menghormati tokoh tertentu. Salah satu arca yang di buat untuk menghormati
seorang tokoh adalah arca Airlangga yang digambarkan sebagai titisan dewa
Wisnu.
47
48
49
BAB 4
MASA ISLAM DI INDONESIA

A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di


Kepulauan Indonesia
Pada masa kedatangan agama Islam, penyebaran agama Islam dilakukan oleh para
pedagang Arab dibantu oleh para pedagang Persia dan India. Abad ke 7 Masehi
merupakan awal kedatangan agama Islam. Pada masa ini, baru sebagian kecil
penduduk yang bersedia menganutnya karena masih berada dalam kekuasaan raja-
raja Hindu-Budha. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan proses
penyebarannya berlangsung dalam waktu yang lama yaitu dari abad ke 7 sampai
abad ke 13 Masehi. Selama masa itu, para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia
makin intensif menyebarkan Islam di daerah yang mereka kunjung terutama di
daerah pusat perdagangan. Di samping itu, para pedagang Indonesia yang sudah
masuk Islam dan para Mubaligh Indonesia juga ikut berperan dalam penyebaran
Islam di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, pengaruh Islam di Indonesia
makin bertambah luas di kalangan masyarakat terutama di daerah pantai.
Perkembangan Islam level birokrasi diawali dengan masuk Islamnya para raja-raja
yang kemudian diikuti oleh rakyatnya. Perpindahan agama para penguasa ini
memfasilitasi percepatan perkembangan Islam. Sedangkan pada level bawah
Islam masuk dan berkembang pendekatan kebudayaan, seperti seni wayang yang
kemudian dijadikan sarana dakwah dengan memberikan sentuhan, warna dan
simbol-simbol keislaman, pesan yang disampaikanpun bernilai ajakan kepada
ajaran Islam. Pada masa ini Islam dikembangkan melalui tiga jalur sekaligus;
kultural (dakwah, pendidikan, seni, kebudayaan dan perkawinan), struktural
(politik dan kekuasaan), ekonomi (jalur perdagangan). Perbedaan ini disebabkan
karena masuknya Islam ke daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan
di samping itu keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika didatangi
Islam juga berlainan.
Terdapat beberapa saluran penyebaran pengaruh Islam di Indonesia sehingga bisa
tersebar dan perkembangannya pesat di nusantara, antara lain melalui saluran
perdagangan, saluran perkawinan, saluran tasawuf, pendidikan, dan seni budaya:

50
1. Perdagangan
Islamisasi melalui perdagangan ini dimulai dari kedatangan para pedagang di
pusat-pusat perdagangan seperti pelabuhan (bandar). Para pedagang ini
selanjutnya tinggal di kota-kota bandar, terutama yang berfungsi sebagai
ibukota kerajaan. Biasanya para pedagang menempati pemukimannya atas
izin penguasa setempat. Sehingga ada kawasan yang disebut Pacinan
(kawasan perkampungan orang Cina), Pakojan (tempat bermukim para
pedagang Muslim dari berbagai negeri Islam). Demikian pula ada kampung
Melayu, kampung Jawa, kampung Banda, yang menjadi tempat pemukiman
para pedagang dari berbagai daerah di Nusantara.
2. Saluran Pernikahan
Dari sudut pandang ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial
yang lebih baik dari kebanyakan pribumi. Jalur pernikahan ini lebih
menguntungkan apabila terjadi antara saudagar Muslim dengan anak
bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja adipati atau
bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses islamisasi itu. Terlebih
apabila pedagang besar menikah dengan anak putri raja, maka keturunannya
nanti akan menjadi pejabat birokrasi, putra mahkota kerajaan, syahbandar,
qadi dan lain-lainya.Demikian yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan
Ngampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Djati dengan Putri
Kawunganten, Brawijaya dengan Putri Campa yang menurunkan Raden Patah
(raja pertama Demak), dan lain-lain.
2. Saluran Tasawuf
Pengajaran-pengajaran tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang
bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas di masyarakat Indonesia..
Di antara ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan
dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri dan
muridnya, Syamsuddin al-Sumatrani di Aceh, Syaikh Lemah Abang (Siti
Jenar), dan Sunan Panggung di Jawa. A. H. Johns menyebutkan bahwa ajaran
Jawa tetap dipertahankan, namun tokoh-tokohnya diberi nama Islam,
sebagaimana dalam cerita Bimasuci yang disadur menjadi Hikayat Syech
Maghribi. Demikian juga kerajaan-kerajaan Islam di Jawa mempunyai
penasihat yang bergelar wali, yang terkenal dengan nama Wali Songo.
3. Saluran Pendidikan
51
Islamisasi juga dilakukan melalui lembaga pendidikan. Di Indonesia lembaga
pendidikan Islam ini disebut pesantren. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam
pertama Demak merupakan didikan dari pesantren yang didirikan oleh Raden
rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Gunung Jati, Raja atau Sultan
Cirebon pertama yang merupakan anak didik pesantren Gunung Jati dengan
Syeikh Dzatu Kahfi serta Maulana Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan
Gunung Jati kelak akan menjadi Sultan Banten pertama.
4. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan
wayang. Cerita dalam pertunjukan wayang ini sebagian besar masih di petik
dari cerita Mahabharata dan Ramayana. Akan tetapi tema-temanya itu di buat
nuansa Islam, seperti Pandawa Lima dan Kalimasada dengan gambar manusia
yang disamarkan, sehingga manusia tersebut tidak utuh lagi dan tidak
menyalahi aturan dalam Islam. Adapun Sunan Kalijaga merupakan tokoh
yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Kesenian-kesenian lain juga
dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni
bangunan, dan seni ukir.
5. Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera
dan Jawa maupun di Indonesia bagian Timur, demi kepentingan politik
kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis tersebut banyak menarik penduduk
kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.31
Adanya berbagai saluran proses islamisasi sebagaimana tersebut di atas
memperlihatkan dengan jelas, bahwa masuk dan berkembangnya Islam di
Indonesia melibatkan semua lapisan masyarakat dan semua bidang keahlian. Pada
sisi lain perkembangan Islam oleh para ulama ini berjalan secara efekif dan
kondusif didukung oleh tiga aspek lain yaitu:

 Kerajaan-kerajaan Hindu yang mengalami kemerosotan dan kemudian runtuh


(Sriwijaya, Pajajaran dan Majapahit)

52
 Jalur perdagangan yang luas secara masif diperankan oleh saudagar muslim
Arab, muslim Cina dan muslim India;
 Ajaran Islam tentang egalitarianism yang tidak mengenal kasta seperti dalam
Hindu, membuat rakyat kelas bawah memilih Islam.
Para sejarawan berbeda pendapat dan hingga kini belum tuntas mengenai masuk
dan datangnya Islam di Nusantara, meski dalam beberapa sisi sudah ada titik
temu. Situasi dan kondisi seperti ini memaksa para pakar untuk memunculkan
teori-teori dalam kaitannya dengan proses islamisasi, antara lain :
a. Teori Makkah
Menyatakan bahwa masuknya Islam ke indonesia adalah langsung dari
Makkah dan terjadi pada abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 M.
Dijelaskan bahwa islam masuk ke nusantara melalui peran para musafir
yang memang datang ke nusantara untuk menyebarkan agama Islam dan
tidak dilandasi nilai-nilai ekonomi. Pada teori ini juga dijelaskan bahwa
kaum sufi berperan besar dalam penyebaran agama Islam, karena kaum Sufi
sering mengembara dari satu tempat ke tempat lainya untuk mendirikan
kumpulan atau perguruan tarekat.
Teori ini diperkuat dengan bukti-bukti literatur keagamaan sejak abad ke 17.
Tidak ada bukti literatur yang menyatakan adanya pengarang dari India dan
Naquib al-Attas menyatakan bahwa para pengarang yang dianggap oleh
orang barat sebagai “orang India” sebenarnya adalah orang Arab dan Persia.
Selain itu, menurut catatan berita Cina zaman diinasti Tang yang
menyatakan adanya orang-orang Tashih yang tidak jadi menyerang kerajaan
Holing dibawah perintah Ratu Sima. Tashih dalam berita cina itu ditafsirkan
sebagai orang orang arab.
b. Teori Gujarat
Teori ini menyatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Nusantara berasal
dari Gujarat pada abad ke-7 Hijriyah atau abad ke-13 M. Gujarat ini berada
di Barat India yang berdekatan dengan Laut Arab. Pada teori ini pula
dijelaskan bahwa yang menyebarkan islam ke Nusantara bukanlah orang
Arab langsung, melainkan para pedagang dari Gujarat yang telah memeluk
islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk indonesia.
Teori ini diperkuat dengan adanya kesamaan bentuk dan ornamen batu nisan

53
di Pasai dengan batu nisan yang ada di cambay, Gujarat yang akhirnya dapat
disimpulkan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat atau setidaknya
dibuat oleh orang Nusantara yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat.
c. Teori Persia
Menyatakan bahwa kedatangan islam ke Nusantara berasal dari persia atau
yang kini Iran. Pencetus teori ini adalah Hosein Djajadiningrat, sejarawan
asalBanten. Dalam argumenya ia menitik beratkan analisis nya pada
kesamaan budaya dan tradisi antara orang Persia dan Nusantara.Teori ini
diperkuat dengan adanya tradisi 10 Muharram atau asyura sebagai hari suci
kaum syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti
yang berkembang dalam tradisi Tabut di pariaman Sumatera Barat.

d. Teori Cina
Menyatakan bahwa keberadaan islam di Nusantara berasal dari para
perantau Cina. Orang cina telah lama berhubungan dengan orang di
Nusantara, bahkan jauh sebelum islam terkenal di Nusantara. Hubungan
antara Cina dengan Nusantara sering terjadi karena banyaknya hubungan
perdagangan antara Cina dan Nusantara.Cina sendiri mendapat pengaruh
Islam sejak abad ke-7 M, menurut kronik masa dinasti Tang (618-960) di
daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzo, dan pesisir cina bagian selatan, telah
terdapat pemukiman Islam. Menurut sejumlah babad dan hikayat, ditulis
bahwa raja islam pertama di jawa, yaitu Raden Patah Bintoro dari Demak,
merupakan keturunan Cina, Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina
bagian selatan yang sekarang merupakan bagian dari Vietnam.
e. Teori Turki.
Teori perkembangan ini diajukan oleh Martin van Bruinessan, menurutnya
selain orang Arab dan Cina, orang Indonesia juga menerima Islam dari
orang-orang Kurdi dari Turki. Alasan yang diajukannya adalah: 1) Banyak
Ulama Kurdi yang berperan aktif dalam dakwah Islam di Indonesia; 2)
Kitab karangan Ulama Kurdi menjadikan rujukan yang berpengaruh luas,
diantaranya; 3) Pengaruh Ulama Ibrahim al-Kuarani, seorang Ulama Turki
di Indonesia melalui tarekat Syatariyah.; 4) Tradisi Barzanji popular di
Indonesia.

54
Pada hakikatnya teori-teori tentang masuknya Islam ke Indonesia memiliki
keunggulan dan keterbatasan. Tidak ada teori yang baku dan pasti. Pendapat ini
disandarkan pada pendapat Azyumardi Azra “Sesungguhnya kedatangan Islam ke
Indonesia datang dalam kompleksitas, yaitu tidak berasal dari satu tempat, peran
kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang sama”.

B. Kerajaan Bercorak Islam di Kepulauan Indonesia


Masuknya Islam ke berbagai daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang
bersamaan. Namun para sejarawan sepakat bahwa Sumatera adalah daerah
pertama yang didatangi Islam, kemudian berlanjut ke tanah jawa. Hal ini
dikarenakan situasi politik di tanah Jawa yaitu melemahnya kerajaan Majapahit
yang menyebabkan Bupati-bupati di daerah Pesisir memeluk Islam. Seiring waktu
Islam menjadi kekuatan baru dalam proses perkembangan masyarakat Jawa.
Modus ekonomi/perdagangan membawa perkembangan Islam ke belahan Timur
Indonesia, Maluku pada abad ke-14 Masehi, Sulawesi Selatan abad ke-15 dan
kemudian berlanjut ke daerah Kalimantan, Banjarmasin pada awal abad ke-16
tepatnya tahun 1550.
1. Kerajaan Samudra Pasai
Eksistensi kerajaan Samudra Pasai mulai ada semenjak abad ke-11, pendiri
dan raja pertamanya adalah Meurah Khair. Ia bergelar Maharaja Mahmud
Syah (1042- 1078). Pengganti Meurah Khair adalah Maharaja Mansyur Syah
dari tahun 1078-1133. Pengganti Maharaja Mansyur Syah adalah Maharaja
Ghiyasyuddin Syah dari tahun 1133-1155 Raja Kerajaan Samudra Pasai
berikutnya adalah Meurah Noe yang bergelar Maharaja Nuruddin berkuasa
dari tahun 1155-1210. Raja ini dikenal juga dengan sebutan Tengku Samudra
atau Sulthan Nazimuddin Al-Kamil. Sultan ini sebenarnya berasal dari Mesir
yang ditugaskan sebagai laksamana untuk merebut pelabuhan di Gujarat.
Raja ini tidak memiliki keturunan sehingga pada saat wafat kerajaan
Samudra Pasai dilanda kekacauan karena perebutan kekuasaan.
Dinasti kedua Kerajaan Samudera Pasai masih terletak di Aceh. Kerajaan ini
berdiri di wilayah pesisir Timur Laut Aceh. Mengenai kapan tepatnya
Kesultanan Samudera Pasai berdiri, belum bisa dipastikan dan masih menjadi
perdebatan para ahli sejarah. Namun, pendapat terkuat menyatakan bahwa

55
kemunculannya diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13,
sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah
disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7 dan seterusnya.
Berdasarkan berita dari Ibnu Batutah, dikatakan bahwa pada tahun 1267 telah
berdiri kerajaan Islam, yaitu kerajaan Samudra Pasai. Hal ini dibuktikan
dengan adanya batu nisan makam Sultan Malik Al Saleh (1297), Raja pertama
Samudra Pasai. Malik Al-Saleh, raja pertama kerajaan Samudera Pasai,
merupakan pendiri kerajaan tersebut. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai
disebutkan nama Malik Al-Saleh sebelum menjadi raja adalah Merah Sile,
Merah Silu atau Merah Selu. Ia masuk Islam setelah mendapatkan seruan
dakwah dari Syaikh Ismail dari Mekkah.
Pendapat bahwa Islam sudah berkembang di sana sejak awal abad ke13 ,
didukung oleh berita China dan pendapat Ibn Battutah yang mengunjungi
Samudera Pasai pada pertengahan abad ke 14 M (tahun 746 H/1345 M).7
Dalam kisah perjalanannya ke Pasai, Ibnu Battutah menggambarkan Sultan
Malikul Zhahir sebagai raja yang sangat saleh, pemurah, rendah hati, dan
mempunyai perhatian kepada fakir miskin. Samudera Pasai ketika itu
merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari
berbagai negeri Islam untuk berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan
keduniaan. Selain itu, Sultan Malikul Zhahir juga mengutus para ulama untuk
berdakwah ke berbagai wilayah Nusantara.
Raja-raja Pasai membina persahabatan dengan Campa, India, Tiongkok,
Majapahit dan Malaka.Selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai
sebagai salah satu kota dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk.
Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai
salah satu komoditas ekspor utama. Bukan hanya perdagangan ekspor impor
yang maju. Sebagai bandar dagang yang maju, Samudera Pasai mengeluarkan
mata uang sebagai alat pembayaran. Salah satunya yang terbuat dari emas
dikenal sebagai uang dirham.
2. Kerajaan Aceh
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-15, di atas sisa-sisa kerajaan Lamuri, oleh
Muzaffar Syah (1465-1497). Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh hanya
mencakup Banda Aceh dan Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali
Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah naih tahta menggantikan ayahnya, ia
berhasil mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk
56
menaklukkan Kerajaan Pasai. Sekitar tahun 1511, kerajaan-kerajaan kecil
yang terdapat di Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak/ Perlak (di
Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya) dan Aru (di
Sumatera Utara) sudah berada di bawah pengaruh kolonial Portugis.
Mughayat Syah dikenal sangat anti pada Portugis, ia berambsi untuk
menghilangkan pengaruh Portugis.
Pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah, wilayah kekuasaan
Aceh Darussalam semakin meluas sampai di Bengkulu di pantai Barat,
seluruh Pantai Timur Sumatera, dan Tanah Batak di pedalaman. Kegiatan
perdagangan berkembang dengan pesat, terutama dengan Gujarat, Arab, dan
Turki. Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda (1608-1637), di mana kekuasaannya meluas dan
terjadi penyebaran Islam hampir di seluruh Sumatera. Pada masa itu, Aceh
merupakan salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai di Asia
Tenggara. Kerajaan Aceh pada masa itu juga memiliki hubungan diplomatik
dengan dinasti Usmani di Turki, Inggris dan Belanda. Pada masa Iskandar
Muda, Aceh pernah mengirim utusan ke Turki Usmani dengan membawa
hadiah. Kunjungan ini diterima oleh Khalifah Turki Usmani dan ia mengirim
hadiah balasan berupa sebuah meriam dan penasehat militer untuk membantu
memperkuat angkatan perang Aceh. Di masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda juga, Aceh Darussalam menjadi salah satu pusat pengembangan Islam
di Indonesia. Di Aceh dibangun masjid Baiturrahman, rumah-rumah ibadah,
dan lembaga-lembaga pengkajian Islam. Di sana tinggal ulama-ulama
tasawuf yang terkenal, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin, Syaikh
Nuruddin Ar-Raniri, dan Abdul Rauf As-Sinkili.
3. Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon merupakan sebuah kerajaan Islam yang ternama di Jawa
Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah. Setelah menjadi penguasa langkah awal tindakan politik yang
dijalankan oleh Sunan Gunung Jati ialah menggalang kekuatan terlebih
dahulu dengan Demakdan kekuatan-kekuatan Islam lainnya serta melepaskan
diri dari kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran. Sunan Gunung Jati
menghentikan kewajiban memberi upeti tahunan berupa garam dan terasi
kepada Kerajaan Sunda Pajajaran. Tindakan Sunan Gunung Jati itu membuat
Raja Sunda Pajajaran marah. Setelah lepas dari pengaruh Pajajaran,
57
dimulailah sebuah negara yang bebas dan merdeka serta berdaulat penuh atas
rakyat dan wilayahnya.
Pada masa Sunan Gunung Jati upaya Islamisasi sangat diintensifkan.
Penyebaran Islam ke berbagai wilayah terus menerus dilaksanakan.
Misalnya, pada tahun 1525- 1526, dilakukan penyebaran Islam ke Banten
dengan cara menempatkan putra Sunan Gunung Jati yang bernama Maulana
Hasanuddin. Penyebaran Islam ke wilayah Priangan Timur antara lain ke
Galuh pada tahun 1528 dan ke Talaga pada tahun 1530. Pada masa
pemerintahan Sunan Gunung Jati, selain perluasan wilayah dan dakwah juga
dilakukan pembangunan sarana dan prasarana umum seperti keraton lama
Dalem Pakungwati (Kasepuhan), pangkalan perahu di tepi Sungai Kriyan,
perbaikan pelabuhan Muara Jati, untuk menjaga dan memelihara keamanan
dibentuk pasukan keamanan yang disebut Pasukan Jagabaya dengan jumlah
dan kualitas yang memadai.
Setelah Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1568, terjadilah kekosongan
jabatan pimpinan tertinggi kerajaan Islam Cirebon. Kosongnya kekuasaan itu
kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat istana yang memegang kendali
pemerintahan selama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati
melaksanakan dakwah. Pejabat tersebut adalah. Fatahillah kemudian naik
tahta, secara resmi menjadi Sultan Cirebon sejak tahun 1568. Setelah wafat,
Fatahillah digantikan berturut-turut oleh Pangeran Dipati Ratu, Pangeran
Dipati Anom Carbon, dan Panembahan Girilaya.
Panembahan Girilaya memiliki tiga putra, yaitu Pangeran Murtawijaya,
Pangeran Kartawijaya, dan Pangeran Wangsakerta. Pada penobatan
ketiganya di tahun 1677, kesultanan Cirebon terpecah menjadi tiga. Ketiga
bagian itu dipimpin oleh tiga anak Panembahan Girilaya, yakni:
- Pangeran Martawijaya atau Sultan Kraton Kasepuhan, dengan gelar
Sepuh Abi Makarimi Muhammad Samsudin (1677-1703).
- Pangeran Kartawijaya atau Sultan Kanoman, dengan gelar Sultan
Anom Abil Makarimi Muhammad Badrudin (1677-1723).
- Pangeran Wangsakerta atau Panembahan Cirebon, dengan gelar
Pangeran Abdul Kamil Muhammad Nasarudin atau Panembahan
Tohpati (1677-1713).

58
4. Kerajaan Demak
Berdirinya Kerajaan Demak erat kaitannya dengan Kerajaan. Daerah-daerah
pesisir seperti Tuban dan Cirebon sudah mendapat pengaruh Islam.
Dukungan daerah-daerah yang juga merupakan jalur perdagangan yang kuat
ini sangat berpengaruh bagi pendirian Demak sebagai kerajaan Islam yang
merdeka dari Majapahit. Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah,
Raden Patah segera memisahkan diri sebagai bawahan Majapahit pada tahun
1478. Dengan dukungan dari para adipati, Raden Patah mendirikan kerajaan
Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan
Palembang Sayidin Panatagama.
Wilayah kekuasaan Demak cukup luas, hampir meliputi sepanjang pantai
utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa,
seperti ke Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku. Pada masa Kerajaan
Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Raden Patah merasa terpanggil
untuk membantu. Ia mengutus pasukan di bawah pimpinan putranya, Pati
Unus atau atau Pangeran Sabrang Lor (1511), meski akhirnya gagal.
Perjuangan Raden Patah kemudian dilanjutkan oleh Pati Unus yang
menggantikan ayahnya pada tahun 1518. Pasca Pati Unus, kekuasaan Demak
ada di tangan Sultan Trenggono.
Di antara ketiga raja Demak, Sultan Trenggono-lah yang berhasil
menghantarkan Kesultanan Demak ke masa jayanya. Sultan Trenggono
berkuasa di kerajaan Demak dari tahun 1521-1546. Sultan Trenggono
dilantik menjadi raja Demak oleh Sultan Gunung Jati. Sultan Trenggono
mengirim Fatahilallah ke Banten. Dalam perjalanannya ke Banten, Fatahillah
singgah di Cirebon untuk menemui Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung
Jati. Bersama-sama dengan pasukan Kesultanan Cirebon, Fatahillah
kemudian dapat menaklukan Banten dan Pajajaran. Setelah wafatnya Sultan
Trenggono pada tahun 1546, Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran
karena terjadinya perebutan kekuasaan. Perebutan tahta Kerajaan Demak ini
terjadi antara Sunan Prawoto dengan Arya Penangsang.
5. Kerajaan Banten
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas
pengaruhnya ke daerah barat. Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak
merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Padjajaran, dan mendirikan
Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Pada tahun 1552, Fathahillah
59
menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya, Hasanuddin. Raja
Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 dan
digantikan oleh putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf
memperluas daerah kekuasaannya ke pedalaman. Pada tahun 1579 M
kekuasaan Kerajaan Pajajaran dapat ditaklukkan, ibu kotanya direbut, dan
rajanya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu, tamatlah kerajaan Hindu di
Jawa Barat.
Pada masa Maulana Yusuf, Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan
pelayaran yang ramai karena menghasilkan lada dan pala yang banyak.
Pedangang Cina, India, Gujarat, Persia, dan Arab banyak yang datang
berlabuh di Banten. Kehidupan sosial masyarakat Banten dipengaruhi oleh
sistem kemasyarakatan Islam. Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan
daerah perdagangan, tetapi meluas hingga ke pedalaman. Sultan Maulana
Yusuf mangkat pada tahun 1580. Setelah mangkat, terjadilah perang saudara
untuk memperebutkan tahta di Banten. Pangeran Jepara merasa berkuasa atas
Kerajaan Banten daripada anak Maulana Yusuf yang bernama Maulana
Muhammad, karena masih terlalu muda. Setelah peristiwa itu, putra Sultan
Maulana, Maulana Muhammad yang baru berusia sembilan tahun diangkat
menjadi Raja dengan perwalian Mangkubumi. Masa pemerintahan Maulana
Muhammad berlangsung tahun 1580- 1596. Kemudian digantikan oleh
Abdul Mufakir yang masih kanak-kanak didampingi oleh Pangeran
Ranamenggala. Setelah pangeran Rana Menggala wafat, Banten mengalami
kemunduran.
Kesultanan banten mulai bangkit kembali, ketika dipimpin oleh Sultan
Ageng Tirtayasa yang berkuasa pada tahun 1651-1680. Cita-cita Sultan
Ageng Tirtayasa adalah mempersatukan wilayah Pasundan di bawah
kekuasaan Banten dan memajukan agama Islam. Untuk memajukan agama
Islam, Sultan bekerjasama dengan ulama-ulama tasawuf yang mumpuni,
salah satunya adalah Syaikh Yusuf Al-Makassari. Menetapnya Syaikh di
Kesultanan Banten menyebabkan Banten berkembang menjadi salah satu
pusat pengajaran tarekat Khalwatiyah dan Rifa’iyah. Pada masa Sultan
Ageng Tirtayasa, pelabuhan Banten mampu berkembang menjadi pelabuhan
ekspor internasional. Dari pelabuhan Banten, banyak komoditi dagang yang
diekspor ke Persia, India, Arab, Manila, Tiongkok, Jepang. Di sektor

60
pertanian, beliau membuka ladang-ladang baru, perluasan sawah, dan
perbaikan pengairan.
6. Kerajaan Mataram
Pada waktu Sultan Adiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan
dilantik menjadi adipati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya
membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng
Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Adiwijaya. Setelah Ki Ageng
Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi Adipati di
Mataram. Setelah menjadi Adipati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin
menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan
sengit pada tahun 1528 yang menyebabkan Sultan Adiwijaya mangkat.
Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara para bangsawan Pajang
dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri beserta
pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram.
Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Adiwijaya) menyerahkan
tahtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat
pemerintahannya ke Kota Gede pada tahun 1568. Sejak saat itu berdirilah
Kerajaan Mataram. Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja
Mataram banyak menghadapi rintangan. Para adipati di pantai utara Jawa
seperti Demak, Jepara, dan Kudus yang dulunya tunduk pada Pajang
memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi,
Sutawijaya berusaha menundukkan adipati-adipati yang menentangnya.
Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas
Jolang, lalu cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, muncul kembali para adipati yang
memberontak, seperti Adipati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, Blora,
Madiun, dan Bojonegoro. Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan
Agung mempersiapkan sejumlah besar pasukan, persenjataan, dan armada
laut serta penempaan fisik dan mental. Usaha Sultan Agung akhirnya berhasil
pada tahun 1625. Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruh Jawa,
kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk menguasai
seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda.
Namun usaha Sultan mengalami kegagalan.
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan
hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam
61
pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di
bidang pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas
menjalankan pengadilan istana. Kerajaan Mataram menggantungkan
kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang
berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan
di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir
inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram.
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa
seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang
adalah upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan
Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang
kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab
Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat
istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.
7. Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan ini terletak di sebelah barat Pulau Halmahera, Maluku Utara.
Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku dan
sebagian Papua. Maluku masyhur akan komoditi rempahnya, permintaan
akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa meningkat pesat. Hal ini
menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah Pulau Buru, Seram dan
Ambon. Dengan adanya kepentingan atas penguasa perdagangan terjadilah
persekutuan daerah antara kerajaan. Persekutuan-persekutuan tersebut adalah
Uli Lima (Persekutuan Lima). Yaitu persekutuan antara lima saudara yang
dipimpin oleh Ternate (yang meliputi Obi, Bacan, Seram dan Ambon, serta
Uli Siwa (persekutuan Sembilan) yaitu persekutuan antara sembilan
bersaudara yang wilayahnya meliputi Pulau Tidore, Makyan, Jahilolo atau
Halmahera dan pulau-pulau di daerah itu sampai Papua.
Antara kedua persekutuan tersebut telah terjadi persaingan yang sangat
tajam. Hal ini terjadi setelah para pedagang Eropa datang ke Maluku. Pada
tahun 1512, bangsa Portugis datang ke Ternate, sedangkan tahun 1521 bansa
Spanyol datang ke Tidore. Setelah 10 tahun berada di Kerajaan Ternate,
bangsa Portugis mendirikan Benteng Sao Paolo. Menurut Portugis, benteng
tersebut berguna untuk melindungi Ternate dari Kerajaan Tidore. Namun itu
hanyalah taktik Portugis agar mereka dapat tetap berdagang dan menguasai
62
Ternate. Pembangunan Benteng Soa Paolo mendapat perlawanan dan salah
seorang yang menantang kehadiran kekuasaan militer Portugis tersebut yaitu
Sultan Hairun. Beliau berkuasa di kerajaan Ternate sejak tahun 1559.
Sultan tidak ingin perekonomian dan pemerintahan kerajaan di kuasai oleh
bangsa lain dan pendirian benteng tersebut dianggap menunjukkan niat buruk
Portugis atas Ternate. Ketidaksetujuan Sultan Hairun terhadap Portugis tidak
berbentuk kekerasan, sebaliknya Sultan Haitun bersedia berunding dengan
Portugis di Benteng Sao Paolo. Ternyata niat baik Sultan Hairun
dimanfaatkan Portugis untuk menahannya di benteng tersebut. Keesokan
harinya Sultan Hairun telah terbunuh hal ini terjadi pada tahun 1570.
Wafatnya Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat Maluku semakin
besar.
Sultan Baabullah yang menjadi Raja Ternate berikutnya dan memimpin
perang melawan Portugis. Usaha ini menampakkan hasil pada tahun 1575,
setelah Portugis berhasil dipukul mundur dan pergi meninggalkan
bentengnya di Ternate. Bangsa Portugis bergerak ke Selatan dan Menaklukan
Timor pada tahun 1578. Sultan Baabullah kemudian memperluas
kekuasaannya hingga Maluku, Sulawesi, Papua, Mindano dan Bima.
Keberhasilan pemerintahannya membuat Sultan Baabullah mendapat julukan
Tuan dari Tujuh Pulau Dua Pulau.
8. Kerajaan Gowa dan Tallo
Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan
saling berhubungan baik. Banyak orang mengetahuinya sebagai Kerajaan
Makassar. Datangnya Dato Ri Bandang, seorang penyiar islam dari Sumatra,
menjadikan Makassar berkembang menjadi kerajaan Islam. Sultan Alauddin
adalah Raja memimpin Makassar dari tahun 1591 Karaeng Ma ‘towaya
Tumamenanga Ri Agamanna. Setelah Sultan Alauddin wafat, Kerajaan
Makassar dipimpin oleh Muhammad Said (1639), kemudian digantikan oleh
Sultan Hasanuddin. Beliau berkuasa sejak tahun 1653. Masa
pemerintahannya merupakan masa gemilang kerajaan Makassar. Dibawah
pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar berhasil mengua
kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, yaitu Ruwu, Wajo, Soppeng,
dan Bone.
Sultan Hasanuddin berniat menjadikan Kerajaan Makassar sebagai penguasa
tunggal di jalur perdagangan Indonesia bagian timur. Oleh karena itu Sultan
63
Hasanuddin harus kekuatan armada VOC Belanda sebelum dapat menguasai
Maluku. Belanda berusaha keras menghentikan serangan-serangan Kerajaan
Makasar. Untuk itu Belanda bersekutu dengan Raja Bone, yaitu Arub(Tuan)
Palaka. Aru Palaka bersedia membantu Belanda dengan syarat akan
diberikan kemerdekan. Pada tahun 1667, dengan bantuan Kerajaan Bone
berhasil menekan Makassar untuk menyetujui perjanjian Bongaya. Perjanjian
ini berisi tiga buah kesepakatan yaitu VOC mendapat hak monopoli dagang
di Makassar, Belanda dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makassar,
Makassar harus melepas daerah yang dikuasainya seta mengakui Aru Palaka
sebagai Raja Bone. Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669,
Mapasomba putranya berusaha menggantikan kepemimpinan ayahnya dan
meneruskan perjuangan perjuangan ayahnya melewan Belanda. Pasukan
Kerajaan Makassar akhirnya bisa dipukul mundur oleh Belanda dan jalur
perdagangan di kuasai oleh Belanda.
9. Kerajaan Banjar
Semula Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang
beragama Hindu. Pada akhir abad ke-15 Kalimantan Selatan masih dibawah
pimpinan Kerajaan Daha, yang pada saat itu dipimpin oleh Pangeran
Sukarama, ia mempunyai tiga orang anak yaitu Pangeran Mangkubumi,
Pangeran Tumenggung, dan Putri Galuh. Peristiwa kelahiran Kerajaan
Banjar bermula dari konflik yang dimulai ketika terjadi pertentangan dalam
keluarga istana.Konflik terjadi antara Pangeran Samudera dengan pamannya
Pamengaran Tumenggung, yang mana Pangeran Samudera adalah pewaris
sah Kerajaan Daha.
Dikisahkan dalam Hikayat Banjar, ketika raja Kerajaan Daha yaitu Raja
Sukarama merasa sudah hampir tiba ajalnya, ia berwasiat agar yang
menggantikannya nanti adalah cucunya Raden Samudera. Mengetahui
keputusan ayahnya ini tentu saja keempat puteranya tidak menyetujuinya,
terlebih Pangeran Tumenggung yang sangat berambisi terhadap kekuasaan
Kerajaan Daha, setelah Pangeran Sukarama meninggal, jabatan raja dipegang
ole anak tertuanya yaitu Pangeran Mangkubumi. Karena pada saat itu
Pangeran Samudera masih berumur 7 tahun. Pangeran Mangkubumi tidak
lama berkuasa, ia dibunuh oleh seorang pegawai istana, ia berhasil dahasut
oleh Pangeran Tumenggung.

64
Sultan Suriansyah merupakan raja pertama dari Kerajaan Banjar dan raja
pertama yang memeluk agama Islam, setelah merebut kembali kekuasaan
yang menjadi haknya dari Pangeran Tumenggung. Agama Islam merupakan
agama resmi Kerajaan dan menempatkan kedudukan para ulama pada tempat
yang terhormat dalam Kerajaan, tetapi selama berabad-abad lamanya hukum-
hukum Islam tidak diutamakan dan belum melembaga dalam pemerintahan
karena pada saat itu belum ada ulama yang mendampinginya untuk
mengamalkan ajaran Islam. Setelah Sultan Tahmidullah II berkuasa pada
tahun 1761-1801 M, barulah hukum Islam itu melembaga di Kerajaan Banjar
dengan didampingi oleh Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, salah
seorang ulama besar yang telah berhasil membina masyarakat Banjar.
Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-
17 Masehi, pada masa pemerintahan raja keempat, Sultan Mustasin Billah
(1595-1620).dengan lada sebagai komoditas dagang. Kesultanan Banjar juga
mendapatkan keuntungan besar karena daerah barat daya, tenggara, dan
timur Kalimantan membayar upeti kepada mereka. Eksistensi Kesultanan
Banjar semakin kuat ketika pada 1636 berhasil menaklukkan banyak daerah
lain di Boreno, seperti Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang,
Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir, Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut,
Satui, Asam Asam, Kintap, hingga Swarangan. Kesultanan Banjar saat itu
sempat terancam diserang oleh Kesultanan Mataram Islam dari Jawa di
bawah pimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645 M).
Kemunduran kerajaan Banjar mulai terlihat setelah ada campur tangan
Belanda dalam internal kerajaan. Ambisi Belanda untuk menguasai
Kesulatanan Banjar baru berhasil setelah Sultan Hamidullah/Sultan Kuning,
raja ke-12 Kesultanan Banjar wafat pada tahun 1734. Kemangkatan Sultan
Kuning memunculkan pertentangan perebutan kekuasaan antara Pangeran
Aminullah, selaku putra mahkota Kesultanan Banjar dengan adik Sultan
Kuning, Tamjidillah I. Perebutan kekuasan terjadi karena Pangeran
Aminullah belum dewasa pada saat Sultan Hamidullah wafat. Situasi ini
kemudian dimanfaatkan oleh Belanda. Mereka menawarkan bantuan kepada
Tamjidillah I agar dapat menjadi penguasa Kesultanan Banjar.Berkat bantuan
Belanda, Sultan Tamjidillah I berhasil mengusir Pangeran Aminullah dari
Istana Banjar.

65
Sebagai bentuk balas budi, Sultan Tamjidillah I menandatangani perjanjian
perdagangan dengan Belanda pada tahun 1747 Masehi dan mendirikan Kota
di Tabanio.Seiring dengan semakin kuatnya cengkeraman kekuasaan
Belanda di Istana Banjar, serta konflik perebutan kekuasan antara Pangeran
Aminullah dengan Sultan Tamjidillah, Belanda semakin memiliki celah
untuk menghapuskan kesultanan ini secara sepihak pada 11 Juni 1980.Akan
tetapi, karena dibantu oleh perlawanan Pangeran Antasari dan Sultan
Muhammad Seman, Kasultanan Banjar mampu bertahan hingga 1905
Masehi.
C. Akulturasi Kebudayaan di Kepulauan Indonesia Masa Islam.
 Tradisi Pemakaman dan Bentuk Nisan
Akulturasi budaya juga dapat dilihat dalam bentuk nisan. Bentuk nisan yang
berkembang pada awalnya hanya berbentuk kapal terbalik (lurus) dari Persia.
Kemudian, berkembang bentuk lain seperti teratai, keris, dan gunungan
wayang yang dipengaruhi kebudayaan Jawa. Bentuk makam dari periode awal
masuknya Islam menjadi model bagi model makam pada era berikutnya. Hal
ini disebabkan karena pada tradisi Hindu tidak ada tradisi memakamkan
jenazah. Dalam tradisi Hindu jenazah dibakar dan abunya dibuang kelaut, jika
jenazah orang kaya maka akan disimpan diguci atau bila jenazah raja maka
akan disimpan dicandi.
 Arsitektur Bangunan Masjid
Masjid Agung Demak –yang disebut sebagai masjid tertua di Jawa, dan
masjid-masjid keraton di Kota Gede (Mataram) memiliki bentuk atap bersusun
seperti kuil-kuil Hindu Asia Selatan. Pola arsitektur ini tidak dikenal di
kawasan dunia Muslim lainnya.30 Jika merujuk pada gaya arsitektur yang
berkembang di dunia Islam, maka ada beberapa corak yang akan kita temukan,
yaitu: corak Ottoman style (Byzantium), India style, dan Syiro-Egypto style.
Arsitektur bangunan masjid banyak dipengaruhi oleh seni bangunan era
kerajaan Hindu-Budha. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada hal-hal seperti :
 Bentuk atap masjid
Bentuk atap masjid tidak berbentuk kubah seperti Ottoman style, India style
atau Syiro-Egyptian style, namun berbentuk atap bersusun yang semakin ke
atas semakin kecil dan yang paling atas biasanya semacam mahkota. Bilangan
atapnya selalu ganjil, kebanyakan berjumlah tiga atau lima.
66
 Tidak adanya menara
Tidak adaanya menara pada arsitektur masjid di Jawa berkaiatan dengan
digunakannya pemukulan bedug sebagai tanda masuk waktu sholat. Dari
masjid-masjid tua di Jawa, hanya masjid di Kudus dan Banten yang ada
menaranya. Menara masjid Kudus berbentuk candi Jawa Timur (Majapahit)
yang telah diubah, disesuaikan penggunaannya dan diberi atap tumpang.
Menara masjid Banten adalah bangunan tambahan pada zaman kemudian,
menara tersebut dibangun oleh Cordell, seoranng pelarian Belanda yang masuk
Islam. Bentuk menara masjid Banten adalah seperti mercusuar.
 Letak masjid
Masjid selalu terletak di dekat istana raja (atau adipati/bupati). Di belakang
masjid sering terdapat makam-makam. Sedangkan di depan istana selalu ada
lapangan besar (alun-alun) dengan pohon beringin kembar. Letak masjid selalu
ada di tepi barat istana. Rangkaian makam dan masjid ini pada dasarnya adalah
kelanjutan dari fungsi candi pada zaman kerajaan Hindu-Nusantara.
 Kesusastraan
Dalam bidang kesusasteraan, kesusasteraan Nusantara dapat dibagi dalam
kesusasteraan zaman madya (Islam) dan kesusasteraan purba (Hindu-Budha).
Kesusasteraan zaman madya (era Islam) tidak terlepas dari pengaruh Hindu-
Budha. Di daerah Melayu karya sastra banyak yang ditulis dengan
menggunakan huruf Arab, sedangkan di Jawa ditulis dalam huruf Jawa
walaupun ada juga yang menggunakan huruf Arab terutama yang berkaitan
dengan soal-soal keagamaan. Kesusasteraan zaman madya berdasarkan
sifatnya dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu hikayat, babad, suluk,
dan kitab primbon.
 Hikayat merupakan cerita atau dongeng yang biasanya penuh
dengan keajaiban dan keanehan. Karya sastra dalam bentuk hikayat
ini banyak mendapatkan pengaruh dari Persia. Hikayat tersebut
antara lain adalah: Kalilah Wa Dimnah, Bayan Budiman, dan Abu
Nawas. Cerita-cerita (hikayat) tersebut disadur ke dalam bahasa
Indonesia (bahasa melayu), namun kebanyakan tidak diketahui
penyalinnya.
 Babad merupakan dongeng yang sengaja diubah sebagai cerita
sejarah. Di dalam babad tokoh, tempat, dan peristiwa hampir

67
semuanya ada dalam sejarah, tetapi penggambarannya dilakukan
secara berlebihan (hiperbolis). Dalam tradisi sastra melayu, karya
sastra dalam bentuk babad disebut dengan salasilah dan tanbo atau
hikayat, misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Salasilah Perak,
dll. Karya sastra yang berbentuk babad antar lain adalah Babad
Tanah Jawa, Babad Giyanti, Sejarah Hasanudin, dan Sejarah Banten
Rante-Rante, babad Cirebon, dan Babad Pakepung.
 Suluk merupakan kitab-kitab yang menguraikan soal tasawuf (mistik
Islam). Suluk tergolong dalam karya sastera “nyentrik”. Beberapa
pujangga yang menulis suluk di antaranya adalah Ronggowarsito,
Hamzah Fansuri, Sunan Bonang, dan Syaekh Yusuf. Karakteristik
khas dari suluk adalah karena ia memuat ajaran tasawuf yang bersifat
panteisme (manunggaling kawulo gusti)
 Kitab primbon memiliki kedekatan dengan suluk. Primbon
menerangkan tentang kegaiban. Berisi ramalan-ramalan, penentuan
hari baik dan buruk, dan pemberian makna pada suatu kejadian.
Contoh kitab primbon adalah kitab primbon Bataljemur Adam
makna, dan kitab primbon Lukman Hakim.
 Kesusteraan yang disebut kitab, disebut kitab karena isinya
memuat tentang ajaran-ajaran moral dan tuntunan hidup sesuai
dengan syariat dan adat. Karya sastra yang berbentuk kitab misalnya
kitab manik maya, kitab anbiya, kitab taju salatin (mahkota segala
raja), dan kitab bustan al-salatin.
 Kesenian
Adanya doktrin Islam yang melarang untuk menggambarkan makhluk hidup
dan memperlihatkan kemewahan, maka pada zaman awal Islam di Nusantara
ada berbagai cabang kesenian yang kehilangan daya hidupnya, dibatasi, atau
disamarkan. Misalnya, seni arca, seni tuang logam mulia, dan seni lukis,
sehingga jenis seni tersebut kurang berkembang. Namun demikian, ada juga
seni yang berasal dari zaman Hindu-Budha yang terus berlangsung walaupun
mengalami penyesuaian dengan nilai-nilai Islam, misalnya seni wayang.
 Seni wayang dilakukan dengan dibuatkan cerita-cerita yang
mengambil tema-tema Islam seperti Pandawa Lima, dan Kalimasada,
dengan gambar manusianya disamarkan, tidak seperti manusia utuh

68
supaya tidak menyalahi peraturan Islam. Cerita Amir Hamzah –
bahkan- dipertunjukan melalui wayang golek dengan tokoh-tokohnya
diambilkan dari pahlawanpahlawan Islam. Sunan Kalijaga merupakan
tokoh walisongo yang mahir memainkan kesenian wayang
 Seni musik. Selawat nabi Muhammad SAW, dengan ciri khas
penggunaan rebana/ terbang, adanya puji-pujian dalam bahasa arab,
susunan nadanya bernafaskan Islam. Music Gambus dan rebana yang
diringi alat music, gambus, kecapi petik, marawis, atau alat music
modern. Pertunjukan musik umumnya juga ditambah dengan syair
bernafaskan islam, baik berupa nasihat, shalawat nabi baik dalam
bahasa Indonesia, arab maupun daerah
 Seni tari misal Tari Zapin. Tari zapin bisa kita temukan di Riau. Tari
ini diiringi irama gambus, yang diperagakan oleh laki-laki yang
berpasangan dengan mengenakan sarung, kemeja, kopyah hitam dan
songket dan ikat kepala lacak/destar. Tari ini dipentaskan pada saat
acara upacara pernikahan, khitanan dan hari raya islam. Tari seudati,
berasal dari Aceh umumnya diperankan oleh laki-laki dengan menari
dan membuat bunyi tabuhan dengan alat music tubuh mereka sendiri,
sewaktu menepuk tangan, dada, sisi tubuh dan menggertakan jari-
jarinya.
 Upacara Grebeg. Pada era Mataram Islam, Sultan Agung mengeluarkan
kebijakan agar kebudayaan lama Jawa (era Hindu-Budha)
diakulturasikan dengan ajaran-ajaran Islam. Kebijakan Sultan Agung ini
menghasilkan akulturasi budaya. Grebeg disesuaikan dengan hari besar
Islam, yaitu hari raya idul fitri dan Maulid Nabi, yang disebut Grebeg
Poso dan Grebeg Mulud.
 Muludan
Adalah perayaan hari lahir Nabi Muhammad Saw yang umumnya diisi
dengan berbagai acara dan nama tersendiri missal di keraton
Yogyakarta, Surakarta, Cirebon menyelenggarakan sekaten dan grebek
mulud yang diisi dengan mengarak sedekah raja berupa makanan dari
kediaman raja ke masjid Agung lalu diberikan kepada rakyat.
 Megengan
Adalah upacara menyambut datangnya bulan suci ramadhan, kegiatan

69
utamanya yaitu dengan manabuh bedug sebagai tanda jatuhnya tanggal
1 Ramadhan.
 Penanggalan Islam
Sistem kalender juga mengalami perubahan dengan masuknya Islam. Pada
masa Hindu-Buddha digunakan sistem kalender dengan tahun Saka. Pada masa
Islam digunakan sistem kalender atau penanggalan baru dengan sistem
Hijriyah. Kalender Hijriyah diawali dengan bulan Muharram dan diakhiri
dengan bulan Dzulhijjah. Perhitungan satu tahun dalam Islam adalah duabelas
kali siklus bulan yang berjumlah 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik. Itulah
sebabnya kalender dalam Islam 11 hari lebih pendek jika dibandingkan dengan
kalender Masehi dan kalender-kalender lainnya yang didasarkan pada
pergerakan matahari (solar kalender). Hal ini pula yang mengakibatkan sistem
kalender Islam tidak selalu datang pada musim yang sama.

“Manusia termasuk kedalam jenis binatang, dan bahwa


Allah telah membedakannya dari binatang melalui
kemampuan berfikir, yang Allah ciptakan khusus untuk
manusia dan degan kemampuan itu manusia dapat
mengatur tindakannya secara tertib”

~ Ibnu Khaldun ~
Dalam karyanya Kitab Muqoddimah Bab VI

70
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Gambar
Pohon Silsilah, Pixabay.com, diakses pada tanggal 1 September 2022 pukul 09.24
WIB.
Manusia Purba, Kompas.com, diakses pada tanggal 1 September 2022 pukul 09.26
WIB.
Wali Songo, Kumparan.com, diakses pada tanggal 8 September 2022 pukul 21.22
WIB.
Sumber Buku
Arki Auliahadi dan Doni Nofra, Tumbuh Dan Berkembangnya Kerajaan-
Kerajaan Islam Di Sumatera Dan Jawa, Bukittinggi, IAIN Bukittinggi.
Azyumardi Azra, 2015, Sejarah Kebudayaan Islam 1, Jakarta: Direktorat Sejarah,
Direktorat Jenderal Kebudayaan,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Badri Yatim, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Darmawijaya, 2010, Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Heru Erwantoro, 2012, A Brief History of The Kingdom of Cirebon, Bandung:
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.
M.C. Ricklef, 2008, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta: Serambi.
Marwati Djoned Poesponegoro dan Notosusanto Nugroho, Sejarah Nasional
Indonesia III, Jakarta.
Prasetya Ramadhan, 2021, Jejak peradaban kerajaan Hindu Jawa 1042-1527 M,
Yogyakarta: Araska.
Prijohutomo, 1953, Sedjarah Kebudajaan indonesia II Kebudajaan Hindu Di
Indonesia, Yogyakarta: J.B. Wolters.
Saifuddin Zuhri, 1979, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di
Indonesia, Bandung: AlMa’arif.
Yusuf Halidi, 1968, Syekh Muhammad Al-Banjari Ulama Besar Kalimantan
Selatan Silsilah Raja-raja yang Berkuasa Pada Masa al-Banjari dari Lahir
Hingga Wafat, Surabaya: Al-Ihsan.

71

Anda mungkin juga menyukai