Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PENGEMBANGAN ILMU

PENGETAHUAN

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Filsafat Ilmu II
Dosen Pengampu : Suryawan Bagus Handoko, M.Pd.I

Disusun Oleh kelompok 1:

1. Istiadatun Hasanah 20.01.0021


2. Ismail 20.01.0020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-AMIN

INDRAMAYU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga
Penyusunan Makalah dengan Judul “Sejarah Pengembangan Ilmu Pengetahuan”
dapat terselesaikan tepat waktu.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran. Sebagai ungkapan rasa syukur terselesaikannya penyusunan
makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih Kepada:
1. Bapak Drs. H. Sulaiman Hasan, M. A., Selaku ketua program studi PAI;
2. Bapak Suryawan Bagus Handoko, M.Pd.I. Selaku dosen mata kuliah Filsafat
Ilmu II
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang
membaca makalah ini. Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan untuk perbaikan makalah ini.

Indramayu, 9 Maret 2023


Penulis,

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Penjelasan Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan................ 3

B. Penjelasan Karakteristik Ilmu Pengetahuan................................ 4

C. Penjelasan Objek Ilmu Pengetahuan…………………………… 5

D. Penjelasan Metode Pengembangan Ilmu pengetahuan………… 5

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Eksistensi ilmu pengetahuan tidak lepas dari sejarah perkembangannya yang
merupakan sebuah proses panjang tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan
itu sendiri. Pada setiap fase perkembangan ilmu pengetahuan muncul sesuatu yang
baru dan memilki karakteristik di setiap masanya. Karakteristik tersebut adalah
hasil dari sebuah pergumulan budaya yang terjadi dalam dinamika sosial. Tentu
hal itu tidak bisa lepas dari berbagai pengaruh sosial, budaya, dan politik yang
berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan dapat diperiodesasikan
sesuai dengan dinamika yang ada yaitu periode Yunani kuno, periode Islam,
periode renaisans dan modern, dan periode kontemporer.
Sesungguhnya kajian tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan,
cakupannya sangatlah luas. Idealnya sejarah adalah rekam jejak tentang semua
rentetan peristiwa yang telah terjadi, yang berfungsi untuk mengungkapkan segala
sesuatu sesuai fakta yang ada tanpa adanya distorsi sedikitpun, namun dalam
kenyataannya terkadang sejarah hanya mengungkap sepenggal saja atau tidak utuh
dari rentetan peristiwa tersebut dan tidak bisa lepas sepenuhnya dari
pengaruhpengaruh kondisi sosial politik tertentu. Apalagi sejarah yang dimaksud
dalam pembahasan ini adalah sejarah atau periodisasi tentang perkembangan ilmu
pengetahuan yang merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia.
Untuk itu, perlu adanya upaya yang sungguh-sungguh dalam mengungkap
fakta sejarah yang ada. Dalam konsepsi agama ilmu pengetahuan lahir sejak
diciptakannya manusia pertama yaitu Adam, kemudian berkembang menjadi
sebuah ilmu atau ilmu pengetahuan.
Pada hakekatnya ilmu pengetahuan lahir karena hasrat ingin tahu dalam diri
manusia. Hasrat ingin tahu ini timbul oleh karena tuntutan dan kebutuhan dalam
kehidupan yang terus berkembang. Secara teoritis perkembangan ilmu
pengetahuan selalu mengacu kepada peradaban Yunani. Hal ini didukung oleh
beberapa faktor, di antaranya adalah mitologi bangsa Yunani, kesusastraan
Yunani, dan pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu itu yang sudah sampai di
Timur Kuno. Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan di setiap periode ini
dikarenakan pola pikir manusia yang mengalami perubahan dari mitos-mitos
menjadi lebih rasional.2 Manusia menjadi lebih proaktif dan kreatif menjadikan
alam sebagai objek penelitian dan pengkajian. Oleh Karena itu, dalam makalah
yang singkat ini, penulis akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan tersebut sesuai dan kemampuan yang penulis miliki, tentunya penulis
yakin hal ini masih jauh dari kesempurnaan

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan Ilmu pengetahuan ?

2. Bagaimana karakteristik Ilmu pengetahuan ?

3. Apa saja objek Ilmu pengetahuan ?

4. Bagaimana metode Ilmu pengetahuan ?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu pengetahuan

2. Untuk mengetahui karakteristik ilmu pengetahuan

3. Untuk mengetahui apa saja objek ilmu pengetahuan

4. Untuk mengetahui metode ilmu pengetahuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


Di kalangan para ahli sejarah banyak pendapat yang beragam dalam
mendefinisikan term sejarah, namun dapat penulis simpulkan bahwa pada intinya
sejarah adalah kesinambungan atau rentetan suatu peristiwa/ kejadian antara masa
lampau, masa sekarang dan masa depan. Hal ini dapat diketahui dari segi
kronologis dan geografis, yang bisa dilihat dengan kurun waktu dimana sejarah itu
terjadi. Dalam setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan memiliki
ciri khas atau karakteristik tertentu.

Tetapi dalam pembagian periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan ada


perbedaan dalam berbagai literature yang ada. Maka dari itu, untuk memahami
sejarah perkembangan ilmu pengetahuan secara mudah, di sini telah dilakukan
elaborasi dan klasifikasi atau pembagian secara garis besar.

Berikut adalah uraian singkat dari masing-masing periode atau sejarah


perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke masa. Kalau pengetahuan lahir
sejak manusia pertama diciptakan, maka perkembangannya sejak jaman purba.
Secara garis besar, Amsal Bakhtiar membagi periodeisasi sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman
Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman
kontemporer.3Sedangkan George J. Mouly membagi perkembangan ilmu menjadi
tiga (3) tahap yaitu animisme, ilmu empiris dan ilmu teoritis. George J. Mouly
dalam bukunya Jujun S Suriasumantri, (1985:87) menjelaskan bahwa permulaan
ilmu dapat ditelusuri sampai pada permulaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa
manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris yang
memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan.

Berbeda lagi dalam bukunya Prof. Dr. Sutarjo A. Wiramiharja, Psi. membagi
sejarah perkembangan filsafat itu menjadi lima (5) periode, yaitu:

- Zaman Yunani Kuno, (600 SM-200 M)

- Zaman Patristik dan Pertengahan (200 M-1600 M)

- Zaman Modern (1600 M-1800 M)

- Zaman Baru (1800 M-1950 M)

3
- Zaman Pasca-Modern (1950 M- Sekarang).

Usaha mula-mula di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah


dilakukan oleh bangsa Mesir dimana banjir Sungai Nil terjadi tiap tahun ikut
menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri dan kegiatan survey.
George J. Mouly menjelaskan bahwa pada tahap animisme, manusia menjelaskan
gejala yang ditemuinya dalam kehidupan sebagai perbuatan dewa-dewi, hantu dan
berbagai makhluk halus. Pada tahap inilah pola pikir mitosentris masih sangat
kental mewarnai pemikiran bangsa Yunani sebelum berubah menjadi logosentris.
Sebagai contoh, gempa bumi pada saat itu tidak dianggap fenomena alam biasa,
tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat
diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas
dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kualitas.5Dari hal tersebut
diketahui bahwa proses berpikir manusia menuntut mereka untuk menemukan
sebuah metode belajar dari pengalaman dan memunculkan keinginan untuk
menyusun sesuatu hal secara empiris, serta dapat diukur. Dalam sejarah mencatat
bangsa Yunanilah yang pertama diakui oleh dunia sebagai perintis terbentuknya
ilmu karena telah berhasil menyusunnya secara sistematis. Implikasi dari hal
tersebut manusia akan mencoba merumuskan semua hal termasuk asal-muasal
mitos-mitos karena mereka menyadari bahwa hal tersebut dapat dijelaskan
asalusulnya dan kondisi sebenarnya. Sehingga sesuatu hal yang tidak jelas yang
hanya berupa tahu atau pengetahuan dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat
dipertanggungjawabkan pada saat itu. Dari sinilah awal kemenangan ilmu
pengetahuan atas mitos-mitos, dan kepercayaan tradisional yang berlaku di
masyarakat.

4
B.KARAKTERISTIK ILMU PENGETAHUAN
Di samping memiliki syarat-syarat tertentu, ilmu memiliki pula karakteristik
atau sifat yang menjadi ciri hakiki ilmu. Randall dan Buchler mengemukakan
beberapa ciri umum ilmu, yaitu :

- Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama


- Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan
- Obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi

Sementara, dari apa yang dikemukakan oleh Lorens Bagus (1996) tentang
pengertian ilmu dapat didentifikasi bahwa salah satu sifat ilmu adalah koheren
yakni tidak kontradiksi dengan kenyataan. Sedangkan berkenaan dengan metode
pengembangan ilmu, ilmu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang reliable, valid,
dan akurat. Artinya, usaha untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu
dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang memiliki
keterandalan dan keabsahan yang tinggi, serta penarikan kesimpulan yang
memiliki akurasi dengan tingkat siginifikansi yang tinggi pula. Bahkan dapat
memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal. Sementara
itu, Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut :

- Obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak
berdasarkan pada emosional subyektif
- Koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan;
- Reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat
ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi,
- Valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur
dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal
maupun eksternal,
- Memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum,
- Akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi,
dan
- Dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas
kemungkinan-kemungkinan suatu hal.

5
C. OBJEK ILMU PENGETAHUAN

Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu


adalah pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek
material dan objek formal. Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu
filsafat harus memenuhi ke dua objek tersebut.

Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, sesuatu
hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material mencakup hal
konkrit misalnya manusia,tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang abstrak seperti
ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian. Objek formal adalah cara memandang, cara
meninjau yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-
prinsip yang digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu tidak hanya memberi
keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-
bidang yang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut
pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda.

D. METODE ILMU PENGETAHUAN


Metode ilmiah ialah cara untuk mendapatkan atau menemukan pengetahuan
yang benar dan bersifat ilmiah. Metode ilmiah mensyaratkan asas, pengembangan
dan prosedur tertentu yang disebut kegiatan ilmiah misalnya penalaran, studi
kasus dan penelitian. Metode ilmiah dapat dengan penalaran dan pembuktian
kebenaran ilmiah. Metode Ilmiah dengan penalaran dan kesimpulan atau
pembuktian kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran
di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-
masing. Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan
yang benar dan bukan hasil perasaan.

Penalaran merupakan kegiatan yang mempunyai ciri tertentu dalam penemuan


kebenaran. Dua ciri penalaran :

1) Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka
tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika: deduksi-induksi,
rasionalism-empirism, abstrak-kongkrit.
2) Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir
analisis- sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/
penelitian).

Menurut Archie J. Bahm, metode pengembangan ilmu ilmiah memiliki enam


karakteristik utama, yaitu:

6
1) Rasa ingin tahu (curiosity)

Rasa ingin tahu ilmiah berupaya mempertanyakan bagaimana sesuatu itu


eksis, apa hakekatnya, bagaimana sesuatu itu berfungsi, dan bagaimana
hubungannya dengan hal-hal lain. Rasa ingin tahu ilmiah berujung pada
pengertian.

2) Spekulatif

Yang dimaksudkan dengan spekulatif oleh Bahms adalah keinginan untuk


mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Dia harus membuat
beberapa upaya. Ketika solusi terhadap suatu masalah ilmiah tidak muncul dengan
segera, upaya harus dilakukan untuk menemukan solusi. Seseorang harus
mencoba untuk mengemukakan hipotesis-hipotesis yang dapat dimanfaatkan
sebagai solusi-solusi. Seseorang dapat saja mengeksplorasi beberapa hipotesis
alternatif. Spekulasi adalah keinginan untuk terus mencoba dan mencoba,
sehingga dapat dikatakan bahwa ciri khas dari sikap ilmiah adalah keinginan
untuk berspekulasi.

3) Kesediaan untuk menjadi objektif

Objektifitas adalah salah satu hal dari sikap subjektifitas. Objek selalu
merupakan objek dari subjek. Objektifitas bukan saja berhubungan erat dengan
eksistensi subjek tetapi juga berhubungan dengan kesediaan subjek untuk
memperoleh dan memegang suatu sikap objektif. Bahm menyatakan bahwa
kesediaan untuk menjadi objektif meliputi beberapa hal yaitu:

- Kesediaan untuk mengikuti rasa ingin tahu ilmiah kemana saja rasa itu
membimbing. Kesediaan ini mengisyaratkan keingintahuan dan kepedulian
tentang penyelidikan lebih lanjut yang dibutuhkan demi pengertian sampai tahap
kebijaksanaan yang dimungkinkan.

- Kesediaan untuk mau menerima. Yang dimaksud di sini adalah penerimaan


terhadap data. Data adalah sesuatu yang sebagaimana adanya (given) dalam
pengalaman ketika objek-objek diamati, diterima sebagai suatu masalah untuk
dipecahkan. Sikap ilmiah termasuk kesediaan untuk menerima data sebagaimana
adanya. Data dan hipotesis dilihat sebagai instrumen untuk menerima kebenaran
tentang objek itu sendiri, dapat mewujudkan kesediaan menjadi objektif. Suatu
hipotesis dalamnya terkandung dua hal yaitu penemuan (pengamatan fakta-fakta
tentang objek atau masalah) dan hasil dari penemuan (ide-ide yang bertujuan
untuk membangun konsep tentang objek atau masalah).

7
- Kesediaan untuk bertahan. Tidak ada aturan yang menyatakan berapa lama
seorang ilmuan harus bertahan dalam pergulatan dengan masalah yang alot.
Kesediaan untuk tetap objektif mensyaratkan kesediaan untuk terus melanjutkan
dan bertahan selama mungkin dan mencoba mengerti objek atau masalah sampai
pengertian diperoleh.

4. Pikiran yang terbuka

Sikap ilmiah mengisyaratkan kesediaan untuk berpikiran terbuka. Hal itu


termasuk kesediaan untuk mempertimbangkan segala hal yang relevan seperti
hipotesis, dan metodologi yang berhubungan dengan masalah. Hal itu termasuk
kesediaan untuk menerima, bahkan mengundang ide-ide baru yang berbeda
dengan kesimpulan-kesimpulan yang telah dibangun. Kesediaan untuk
mendengarkan dan menguji pandangan-pandangan yang lain.

5. Kesediaan untuk menangguhkan keputusan

Ketika suatu masalah kelihatannya tidak terselesaikan atau terpecahkan


dengan jawaban-jawaban penelitian yang dilakukan, maka kesediaan untuk
menangguhkan keputusan adalah hal yang tepat sampai semua kebenaran yang
diperlukan diperoleh atau tersedia. Dalam bagian ini, yang dibutuhkan adalah
sikap kesabaran ilmiah.

6. Tentativitas

Sikap ilmiah membutuhkan kesediaan untuk tetap bersifat sementara dalam


menerima seluruh kesimpulan-kesimpulan ilmiah yang dibangun. Walaupun suatu
hasil dalam kajian ilmiah itu bersifat sementara, tetapi kesediaan untuk tetap
mempertahankan kesimpulan yang telah diperoleh dan dibuat juga perlu.

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

1. Periodesasi ejarrah perkembangan Ilmu pengetahuan :

- Zaman Yunani Kuno, (600 SM-200 M)

- Zaman Patristik dan Pertengahan (200 M-1600 M)

- Zaman Modern (1600 M-1800 M)

- Zaman Baru (1800 M-1950 M)

2. Karakteristik Ilmu pengetahuan : Obyektif, Koherehn, Reliable, Valid,


Memiliki generalisasi, Akurat

3. Objek ilmu pengetahuan : Objek Ilmu pengetahuan adalah objek material dan
objek formal. Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus
memenuhi ke dua objek tersebut.

4. Metode Ilmu pengetahuan : Rasa ingin tahu, Spekulatif, Kesediaan untuk


menjadi objektif, Fikiran yang terbuka, kesediaan untuk menangguhkan
keoutusan, tentativitas.

9
DAFTAR PUSTAKA

_______Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Terj Jakarta.2007.


_______Prof. Dr. Hamka. Tafsir Al-Azhar , PT Pustaka Panjimas,Jakarta 2007
Hasbi Ash-Shiddiqie, Tafsir Al-Qur’anul Majid Jilid 3, Terj Pustaka Rizki
Putra, Semarang 1995.
Jalaludin Ahmad dan Jalaludin Abdur Rahman As-syuyuthui. Tafsir
Jalalain.
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007
Bakhtiar Amsal, H., Dr,. M.A., Filsafat Ilmu, Logos, Jakarta, 2005
Mawardi, Drs., Nur Hidayati, Ir., IAD-ISD-IBD, Pustaka Setia, Bandung,
2009
Masniah, Dkk., Makalah “Sejarah Perkembangan Ilmu”, STAI Rakha,
Amuntai, 2009
Nur Hikmah, Dkk., Makalah “Sejarah Perkembangan Ilmu”, STAI Rakha,
Amuntai, 2010
Paul Strathern, Seri Ide Besar “Archimedes & Titik Tumpu”, Erlangga,
Jakarta, 2002
Paul Strathern, 90 Menit Bersama Aristoteles, Erlangga, Jakarta, 2001
Paul Strathern, 90 Menit Bersama Descartes, Erlangga, Jakarta, 2001
Poejawidjatna, Prof., Ir., Tahu Dan Pengetahuan “Pengantar ke Ilmu dan
Filsafat”, Rineka Cipta, Jakarta, 1998
http://uwiiswold.wordpress.com
http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id
http://jamaludinassalam.wordpress.com

10

Anda mungkin juga menyukai