Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Disusun guna memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah: Filsafat Manajemen Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Dr. Syamsul Huda Rohmadi, M.Ag

Disusun Oleh:

Irennisa Aulia Firdaus (234031039)

Riris Setyaningrum R (234031040)

Robby Isnan Abdillah (234031041)

MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
Maha Kuasa telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita, baik nikmat
umur, kesehatan, kelapangan dan lain-lain. Dan berkat taufiq dan hidayah-Nya
kam dapat menyelesaikannya makalah yang berjudul “SEJARAH
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN” tepat waktu. Tidak lupa
shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Qiyamah nanti.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengerti dan memahami secara
keseluruhan tentang materi tersebut. Kami selaku penyusun makalah
mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dosen Dr. Syamsul Huda
Rohmadi, M.Ag yang sudah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan
mendorong kelancaran baik dalam penyusunan maupun dalam proses lainnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang


lebih luas kepada para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca. Sehingga kami dapat memperbaikinya
dengan sebaik mungkin. Terima kasih.

Surakarta, 06 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
George J. Mouly, Perkembangan Ilmu dalam ilmu dalam perspektif: Sebuah Kumpulan
Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm.
87. ..................................................................................................................................... 19
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hlm. 19. 19
Prof. Dr. Mukhlis Yunus, S.E.,M.S, Prof. Dr. Muhammad Adam, S.E., M.B.A, Suazhari,
S.E.,M.Si., Ak., CA, Filsafat: Suatu Pengantar. Hlm.64 .................................................. 19
George J. Mouly, Perkembangan Ilmu dalam ilmu dalam perspektif: Sebuah Kumpulan
Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm.
87 ...................................................................................................................................... 19
Amsal Bakhtiar, Filsafal Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 21-27 ....... 19
Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari
Zaman Kuno Hingga Sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.3 ................... 19
SEJARAH, KLASIFIKASI DAN STRATEGI PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN Surajiyo Dosen Tetap Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, jurnal . 19
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), hlm 82-83........................................................................................ 19
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hlm. 19. 19
W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad
Pertengahan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 60-61............................... 19
Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), cetakan ke-4, hlm. 10 .................................................................. 19
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), hlm. 85. Lihat Juga: Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu : Sejarah dan
Ruang Lingkup Bahasan, hlm. 16 ..................................................................................... 19
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2007), Edisi Ke-3, hlm 10-11 ........................................................................................... 19
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset,
2002), cet. Ke-2, hlm. 128 ................................................................................................ 19
Ahmad Jenggis P, Kebangkitan Islam (Yogjakarta: NFP Publishing, 2011), hlm 13 ...... 20
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag., Sejarah Peradaban Islam (Riau:Yayasan Pusaka
Riau, 2013), hlm. 3-4 ........................................................................................................ 20
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hlm. 32. ............ 20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah luas dan juga


Panjang, idealnya orang melihat sejarah adalah rentetan peristiwa yang telah
terjadi, yang berfungsi untuk mengungkapkan sesuatu sesuai dengan fakta
tanpa mengurangi ataupun menambahinya. Namun fakta lapangan terkadang
sejarah hanya ditulis sepenggal, tidak utuh bahkan manipulatif, hal ini terjadi
karena terpengaruh oleh kondisi sosial politik.

Sejarah yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah sejarah atau


periodesasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan yang menjadi faktor
penting dalam kehidupan manuasia. Maka dari itu perlu adanya upaya yang
sungguh-sungguh dalam mengungkap fakta dan peristiwa yang ada.
Perkembangan ilmu pengetahuan selalu mengacu pada peradaban Yunani. Hal
ini didukung oleh faktor mitologi, kesusastraan dan pengaruh ilmu
pengetahuan yang sudah sampai di Timur Kuno. Perkembangan ilmu
pengetahuan disetiap periode ini dikarenakan pola fikir manusia yang semakin
rasional.1

Setiap periode sejarah perkembangan ilmu pengetahuan memiliki ciri


khas dan karakteristiknya masing-masing, maka sudah sepatutnya apabila
untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan secara gamblang
perlu adanya klasifikasi atau pembagian secara garis besar. Amsal Bakhtiyar
dalam bukunya Filsafat Ilmu menjadikan sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan menjadi empat periode: Yunani Kuno, Zaman Islam, Zaman
Renaisans/Modern dan Zaman Kontemporer.2

1
George J. Mouly, Perkembangan Ilmu dalam ilmu dalam perspektif: Sebuah
Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri, (Jakarta:
Gramedia, 1991), hlm. 87.
2
Amsal Bakhtiar, Filsafal Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 21-27
George J. Mouly membagi perkembangan ilmu menjadi tiga tahap,
yaitu aninisme, empiris dam teoretis, dalam bukunya ia mengatakan bahwa
permulaan ilmu dapat ditelusuri sampai pada permulaan manusia. Tidak
diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan berberapa hubungan
yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan
dunia.3 Sedangkan pada tahap aninisme, manusia menjelaskan gejala yang
ditemuinya dalam kehidupan sebagai perbuatan dewa dewi, hantu dan
berbagai mahluk halus. Pada periode inilah pola fikir mitosentris masih sangat
kental mewarnai manusia Yunani sebelum berubah menjadi legosentris.
Sebagai contoh, gempa bumi pada saat itu tidak dianggap sebagai fenomena
alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya.
Namun Ketika filsafat di perkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi
dianggap menjadi aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara
kaulitas.4

Proses berfikir manusia menuntut mereka untuk menemukan sebuah


metode belajar dari pengalaman dan memunculkan keinginan untuk
Menyusun sesuatu hal secara empiris, serta dapat diukur. Dalam sejarah
tercatat bahwa bangsa Yunanilah yang pertama diakui oleh dunia sebagai
perintis terbentuknya ilmu karena telah berhasil menyusunya secara
sistematis. Implikasi dari hal tersebut manusia akan mencoba merumuskan
semua hal. Sehingga sesuatu hal yang terjadi dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.5

Amsal Bakhtiyar menjadikan perkembangan ilmu ini menjadi empat


periode: Yunani Kuno, Zaman Islam, Zaman Renaisans/Modern dan Zaman
Kontemporer.6

3
Prof. Dr. Mukhlis Yunus, S.E.,M.S, Prof. Dr. Muhammad Adam, S.E., M.B.A,
Suazhari, S.E.,M.Si., Ak., CA, Filsafat: Suatu Pengantar. Hlm.64
4
George J. Mouly, Perkembangan Ilmu dalam ilmu dalam perspektif: Sebuah
Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri, (Jakarta: Gramedia,
1991), hlm. 87
5
Ibid
6
Amsal Bakhtiar, Filsafal Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 21-27
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Ilmu Pengetahuan dimasa Yunani Kuno ?
2. Bagaimana Perkembangan Ilmu Pengetahuan dimasa periode Islam ?
3. Bagaimana Perkembangan dimasa periode Renaisans dan Modern
4. Bagaimana perkembangan dimasa periode kontemporer ?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah perkembangan ilmu pengetahuan secara runtut.
2. Mengetahui sejarah ilmu pengetahuan dari masa Yunani sampai
dengan kontemporer.
3. Memahami dan memperdalam ilmu pengetahuan.
4. Memperkaya wawasan dan sudut pandang.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERIODE YUNANI KUNO

Yunani kuno adalah tempat yang bersejarah dimana sebuah bangsa


yang memiliki peradaban, maka sudah selayaknya Yunani identik dengan
ilmu filsafatnya, hal tersebut merupakan induk dari sebuah ilmu
pengetahuan.7 Filsafat baginya sangat berpengaruh untuk generasi-
generasi setelahnya, memang banyak unsur sebuah peradaban yang telah
ada ribuan tahun di Mesir. Namun belum utuh sepenuhnya, kemudian
yunanilah yang menyempurnakanya.8
Pada zaman ini dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena
pada masa ini setiap orang mempunyai kebebasan dalam berpendapat dan
mengungkapkan ide-ide. Yunani pada masa ini dianggap sebagai
gudangnya ilmu filsafat, hal ini terjadi karena pada masa ini Yunani sudah
tidak mempercayai mitologi-mitologi yang ada. Pada prinsipnya Yunani
mendidik masyarakatnya untuk berfikir secara kritis dan tidak menerima
atau menelan suatu hal begitu saja. Hal inilah yang menjadi cikal bakal
bangsa yang modern. Salah satu faktor keberhasilan Yunani adalah
lahirnya filusuf-filusuf terkemuka, seperti Theles, Sokrates, Plato,
Phytagoras dan Aristoteles.9
1. Theles (624-545 SM)

Kurang lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Isa lahir,


munculah sosok Theles yang mampu mendobrak cara berfikir
mitologis masyarakat Yunani dalam menjelaskan segala sesuatu.
Sebagai saudagar dan filusuf, ia gemar sekali melakukan rihlah. Ia

7
Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-
Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.3
8
Ibid, hlm.4
9
SEJARAH, KLASIFIKASI DAN STRATEGI PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN Surajiyo Dosen Tetap Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, jurnal
bahkan pernah melakukan lewatan ke Mesir. Theles merupakan
filsuf pertama sebelum Socrates. Menurutnya zat utama yang
menjadi dasar segala materi adalah air. Pada masanya Theles
mempertanyakan isi dasar alam yang ada.10

2. Phytagoras (580-500 SM)


Pythagoras lahir di Samos( daerah Ioni), tetapi kemudian
berada di Kroton( Italia Selatan). Ia adalah seorang
matematikawan dan filsuf Yunani yang fading dikenal melalui
teoremanya. Dikenal sebagai Bapak Bilangan, dan salah satu
peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema
Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari
suatusegitiga siku- siku adalah sama dengan jumlah kuadrat
dari kaki- kakinya( sisi- sisi siku- sikunya). Walaupun fakta di
dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya
Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras
karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini
secara matematis. Selain itu, Pythagoras berhasil membuat
lembaga pendidikan yang disebut Pythagoras Society. Selain
itu, dalam ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil menyumbang
teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan menemukan
hubungan antara nada dengan panjang dawai.11
3. Socrates (469-399 SM)
Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama
dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato
dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato
pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. sumbangsih
Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode
penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang

10
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm 82-83
11
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kanisius, 1980),
hlm. 19.
banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok.
Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika
atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.12 Periode
setelah Socrates ini disebut dengan zaman keemasan kelimuan
bangsa Yunani, karena pada zaman ini kajian- kajian kelimuan
yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat
tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato(
429- 347 SM), yang sekaligus murid Socrates.12
4. Plato (427-347 SM)
Plato adalah murid Socrates dan guru Aristoteles. Karyanya
yang paling terkenal adalah Republik (Politeia), di mana ia
menguraikan visinya tentang negara ideal. Selain itu, ia juga
menulis tentang hukum dan banyak dialog yang menampilkan
Socrates sebagai tokoh utamanya. Kontribusi Plato yang paling
penting, tentu saja, adalah pengetahuan tentang ide-idenya.
Dunia fana ini tidak lain hanyalah cerminan atau bayangan dari
dunia ideal. Di dunia yang ideal, semuanya sempurna. Plato
yang hidup pada awal abad ke-4 SM merupakan filosof tertua
(tertua) yang tulisan-tulisannya masih dikenal dalam dunia
akademis. Timaeus-nya adalah karya yang sangat berpengaruh
pada masa-masa sebelumnya; Dalam karyanya tersebut, ia
menguraikan kosmogoni yang mencakup teori musik dari
perspektif keseimbangan dan teori fisika dan fisiologi yang
kemudian diterima.13
5. Aristotels (384-322 SM)
Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid Plato dan
guru Alexander Agung. Ia memberikan kontribusi di bidang
metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran dan ilmu alam.

12
W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa
Abad Pertengahan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 60-61.
13
Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cetakan ke-4, hlm. 10
Dalam ilmu pengetahuan alam, ia adalah orang pertama yang
mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies biologis secara
sistematis. Sementara itu, di bidang politik, Aristoteles
berpendapat bahwa bentuk politik yang ideal adalah perpaduan
antara demokrasi dan monarki. Kontribusinya yang paling
penting adalah logika dan teologi (metafisika).
Logika Aristoteles merupakan suatu sistem penalaran
deduktif (deduktif) yang terus dianggap sebagai dasar setiap
pelajaran logika formal hingga saat ini. Namun dalam studi
ilmiahnya ia juga memahami pentingnya observasi, eksperimen
dan pemikiran induktif. Logika yang diajukan Aristoteles untuk
menjelaskan inferensi didasarkan pada struktur berpikir. Masa
keemasan kebijaksanaan Yunani terjadi pada masa Aristoteles
(384-322 SM). Ia berhasil menemukan solusi atas
permasalahan besar filsafat, yang ia satukan dalam satu sistem:
logika, matematika, fisika, dan metafisika.
Logika Aristoteles didasarkan pada analisis bahasa yang
disebut silogisme.14 Selain nama-nama yang disebutkan, ada
pula filsuf lain seperti Anaximander (610 SM-546 SM), yang
filosofisnya mengatakan bahwa permulaan pertama tidak dapat
ditentukan (Apeiron), karena tidak seperti itu. mereka memiliki
sifat-sifat zat yang ada sekarang. Anaximenes, yang hidup pada
abad ke-6 SM. dan masih satu generasi dengan Anaximander,
menegaskan bahwa materi pertama yang ada adalah udara. Ia
berpendapat bahwa segala sesuatu di alam semesta dapat
ditembus udara. Democritus (460-370 SM), ia mengembangkan
teori atom sebagai dasar materi, oleh karena itu ia dikenal
sebagai bapak atom pertama.
Empedocles (484-424 SM) adalah seorang filsuf Yunani
yang berpendapat bahwa materi tersusun dari empat unsur

14
Ibid., hlm.30
dasar yang disebutnya akar, yaitu air, tanah, udara, dan api.
Selain itu ia menambahkan unsur lain yang disebutnya cinta
(philia). Hal ini dilakukan untuk menjelaskan keberadaan satu
unsur dan keterikatan lainnya. Empedocles juga dikenal
sebagai pendiri ilmu fisika dan biologi pada abad ke-4 dan ke-3
SM, begitu pula dengan Archimedes (287-212 SM), ia adalah
seorang matematikawan, astronom, filsuf, fisikawan, dan
insinyur Yunani. Archimedes dianggap sebagai salah satu
matematikawan terhebat sepanjang masa, berdasarkan
penemuannya tentang prinsip matematika tuas, sistem katrol
dan obeng. Gambarlah model planetarium yang dapat
menunjukkan pergerakan matahari, bulan, planet, planet, dan
kemungkinan rasi bintang di langit. Karena karya-karya
eksperimentalnya, ia kemudian disebut sebagai bapak ilmu
eksperimental.
Sebelum peralihan ke era Islam, ada yang menyebutnya
Abad Pertengahan. Era ini masih berkaitan dengan era
sebelumnya. Sejak era ini dimulai pada abad ke-6 Masehi.
sampai sekitar abad ke-14 Masehi. Era ini disebut Abad
Kegelapan (The Dark Ages). Era ini ditandai dengan
munculnya para teolog di bidang ilmu pengetahuan. Jadi
hampir semua ilmuwan pada zaman ini adalah teolog. Selain
itu, kegiatan penelitiannya juga harus berlandaskan atau
didukung oleh agama. Dengan kata lain, aktivitas ilmiah erat
kaitannya dengan aktivitas keagamaan. Pada masa ini, filsafat
sering disebut dengan Anchilla Theologiae (pelayanan
keagamaan). Selain itu, periode ini ditandai dengan
penggunaan karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagai
pedoman.15

B. PERIODE ISLAM

Tidak terbantahkan lagi bahwa islam sesungguhnya adalah ajaran


yang sangat kental dengan ilmu pengetahuan, hal ini bisa dilihat dalam Al-
Qur’an yang diwahyukan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW,
yaitu surat al-‘alaq dengan diawalai kata iqra yang beratri bacalah.
Perkembangan intelektualitas di dunia islam ini berkembang disaat Eropa
dan Barat mengalami masa kegelapan. Masa kegelapan barat ini adalah
masa keemasan islam.16
Pada saat itulah di Timur terutama wilayah kekuasaan islam terjadi
perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Disaat eropa sibuk dengan
isu-isu keagamaan, islam lebih sibuk memperdalam dan menerjemahkan
ilmu-ilmu filusuf Yunani serta melakukan penelitian-penelitian sehingga
mendapatkan pengertian secara ilmiah.17
Periode Islam adalah istilah yang diterjemahkan menjadi masa
Islam dalam bahasa Inggris. Istilah ini biasanya mengacu pada era sejarah
atau rentang waktu yang ditandai dengan dominasi, pengaruh, atau
perluasan Islam, khususnya di wilayah di mana Islam menjadi agama
dominan. Masa Islam meliputi berbagai zaman, dimulai dari masa awal
Islam pada abad ke-7 Masehi dengan munculnya Nabi Muhammad SAW
dan penyebaran Islam ke seluruh Jazirah Arab dan sekitarnya.18
Peristiwa dan perkembangan penting selama periode Islam meliputi:,

15
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 85. Lihat Juga: Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu :
Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, hlm. 16
16
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007), Edisi Ke-3, hlm 10-11
17
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset, 2002), cet. Ke-2, hlm. 128
18
Ahmad Jenggis P, Kebangkitan Islam (Yogjakarta: NFP Publishing, 2011), hlm
13
1. Kebangkitan Islam
Periode ini dimulai dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW pada
awal abad ke-7 M di Mekkah dan Madinah. Ajaran Muhammad
mengarah pada berdirinya Islam, sebuah agama monoteistik baru, yang
dengan cepat mendapatkan pengikut dan berkembang.19
2. Perluasan Kekhalifahan Islam
Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M, penerusnya,
yang dikenal sebagai Khalifah, memimpin kampanye untuk
memperluas wilayah Islam. Kekhalifahan Rashidun, diikuti oleh
Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah, mengalami perluasan wilayah
yang luas ke Afrika Utara, Eropa, Timur Tengah, dan Asia Tengah.20
3. Zaman Keemasan Islam
Pada masa Kekhalifahan Abbasiyah (abad ke-8 hingga ke-13 M),
peradaban Islam berkembang pesat, khususnya di bidang ilmu
pengetahuan, kedokteran, matematika, filsafat, dan sastra. Era ini
menyaksikan kemajuan dan kontribusi signifikan dari para
cendekiawan dan ilmuwan Muslim.21
4. Perdagangan dan Pertukaran Budaya
Periode Islam memfasilitasi jaringan perdagangan yang luas,
menghubungkan wilayah di Afrika, Asia, dan Eropa. Hal ini
menyebabkan pertukaran budaya, penyebaran ide, dan pengayaan
berbagai masyarakat.22
5. Kerajaan Islam
Bersamaan dengan Kekhalifahan, berbagai kerajaan Islam muncul,
seperti Kesultanan Utsmaniyah, Kesultanan Safawi, dan Kesultanan
Mughal. Kerajaan-kerajaan ini memainkan peran penting dalam

19
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag., Sejarah Peradaban Islam (Riau:Yayasan
Pusaka Riau, 2013), hlm. 3-4
20
Ibid, hlm.6
21
Ibid, hlm. 116
22
Ibid, hlm. 193
membentuk lanskap politik, sosial, dan budaya di wilayahnya masing-
masing.23
6. Hukum dan Pemerintahan Islam
Yurisprudensi Islam, yang dikenal sebagai Syariah, menjadi dasar
sistem hukum dan pemerintahan di banyak wilayah di bawah
pemerintahan Islam. Prinsip-prinsip Islam mempengaruhi berbagai
aspek masyarakat, termasuk politik, ekonomi, dan norma-norma
sosial.24
7. Prestasi Budaya dan Arsitektur
Periode Islam menyaksikan pembangunan masjid megah, istana, dan
keajaiban arsitektur lainnya, yang mencerminkan kekayaan warisan
seni dan budaya peradaban Islam.
8. Kemunduran dan Fragmentasi
Pada akhir Abad Pertengahan, dunia Islam mengalami konflik internal,
invasi, dan tekanan eksternal, yang menyebabkan menurunnya otoritas
Islam yang terpusat dan fragmentasi wilayah menjadi negara-negara
yang lebih kecil.
Secara keseluruhan, periode Islam berlangsung selama empat belas
abad dan telah meninggalkan warisan mendalam dalam sejarah global,
membentuk perkembangan peradaban dan mempengaruhi beragam aspek
budaya, masyarakat, dan pemikiran manusia.

C. MASA RENAISANS DAN MODERN

Periode Renaissance dan Modern adalah dua periode penting


dalam sejarah manusia, terutama dalam konteks seni, budaya, dan
perkembangan intelektual. Perbedaan antara masa Renaissance dan
Modern sangat jelas, di mana Renaissance menandai kebangkitan kembali
minat terhadap kebudayaan klasik sementara Modern menekankan pada

23
Ibid, hlm. 61
24
Ibid, hlm. 17-26
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan transformasi sosial.
Namun, keduanya memiliki pengaruh yang sangat penting dalam
membentuk dunia seperti yang kita kenal hari ini.
Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang ada di
ahir atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans
merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang
mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu
humanism, individualism, sekularisme, empirisme dan rasionalisme. Sains
berkembang karena semangat dan hasil empirisisme, sementara Kristen
semakin di tinggalkan karena semangat humanism.
Pengaruh ilmu pengetahuan islam atas eropa sudah berlangsung
sejak abad ke-12 M. Hal ini menimbulkan gerakan kemablikan pusaka
Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Di Eropa tumbuh dan
berkembangnya pemikiran Yunani melalui terjemah-terjemahan Arab
yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan ke Bahasa latin. Walaupun
terus kemudian muslim hengkang dari Spanyol dengan cara yang sangat
kejam, tetapi islam telah berjasa besar atas gerakan-gerakan penting di
Eropa.25

D. PERIODE KONTEMPORER

Periode kontemporer adalah istilah yang digunakan untuk merujuk


pada periode zaman atau waktu yang sedang berlangsung atau yang sangat
dekat dengan waktu sekarang. Dalam konteks seni, sastra, musik, dan
budaya, periode kontemporer sering kali merujuk pada masa yang kita
alami saat ini atau periode yang baru-baru ini kita lewati.
Periode kontemporer sering dianggap sebagai periode yang sangat
dinamis dan beragam, karena mencakup berbagai pengaruh budaya,
teknologi, dan perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan kita saat ini.
Hal ini memungkinkan seniman, penulis, musisi, dan tokoh budaya

25
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hlm. 32.
lainnya untuk mengekspresikan pandangan dan pengalaman mereka
tentang dunia yang terus berubah dengan cara yang baru dan beragam.

Dalam konteks sejarah, istilah "kontemporer" dapat memiliki makna yang


lebih luas, merujuk pada periode waktu tertentu dalam sejarah yang
berdekatan dengan masa kini. Misalnya, jika kita berbicara tentang sejarah
seni, periode kontemporer dapat merujuk pada periode pasca-Perang Dunia II
hingga saat ini. Tetapi, di sisi lain, ketika kita berbicara tentang sejarah zaman
kuno, "kontemporer" mungkin merujuk pada periode yang berdekatan dengan
waktu tersebut.

Jadi, istilah periode kontemporer sangat bergantung pada konteksnya.


Namun, secara umum, itu merujuk pada periode atau waktu yang kita alami
saat ini atau yang berdekatan dengan masa kini dalam berbagai bidang
kehidupan dan ekspresi budaya.

Periode kontemporer merujuk pada zaman atau periode yang terjadi pada
masa kini atau masa yang baru-baru ini. Dalam berbagai bidang seperti seni,
sastra, musik, dan sebagainya, kontemporer digunakan untuk menggambarkan
karya-karya yang dibuat atau terjadi dalam jangka waktu relatif dekat dengan
saat ini. Ini adalah periode yang sangat dinamis dan sering kali tercermin
dalam tren, teknologi, dan kebudayaan saat ini. Contoh-contoh periode
kontemporer dalam beberapa bidang adalah:

1. Seni Kontemporer
Seni kontemporer mencakup berbagai medium dan gaya, mulai
dari lukisan, patung, instalasi, seni media, seni pertunjukan, hingga
seni konseptual. Karya-karya seni kontemporer sering kali
mencerminkan isu-isu sosial, politik, dan budaya kontemporer.
2. Sastra Kontemporer
Sastra kontemporer mencakup karya-karya yang ditulis dalam
beberapa dekade terakhir ini. Banyak penulis kontemporer
mengeksplorasi tema-tema yang relevan dengan zaman mereka, seperti
globalisasi, identitas, dan teknologi.
3. Musik Kontemporer
Musik kontemporer mencakup berbagai genre dan gaya yang
muncul dalam beberapa dekade terakhir, termasuk pop, rock, hip-hop,
elektronik, dan lain-lain. Karya-karya musik kontemporer sering
mencerminkan perkembangan teknologi dan tren budaya.
4. Film dan Televisi Kontemporer
Film dan televisi kontemporer mencerminkan tren dan isu-isu saat
ini dalam masyarakat. Mereka dapat mengangkat isu-isu politik, sosial,
atau budaya yang relevan dengan masa kini.
5. Teknologi Kontemporer
Teknologi kontemporer mencakup perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, seperti internet, media sosial, kecerdasan
buatan, dan lain-lain, yang memiliki dampak signifikan pada cara kita
hidup, bekerja, dan berinteraksi.
Dalam setiap bidang, periode kontemporer menunjukkan
keberagaman dan dinamika yang mencerminkan perubahan-perubahan
dalam masyarakat dan budaya saat ini.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perkembangan ilmu sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari rasa
keingintahuan yang besar diiringi dengan usaha- usaha yang sungguh-
sungguh melalui penalaran, percobaan, penyempurnaan, dan berani
mengambil resiko tinggi sehingga menghasilkan penemuan- penemuan
yang bermanfaat bagi suatu generasi dan menjadi acuan pertimbangan
bagi generasi selanjutnya untuk mengoreksi, menyempurnakan,
mengembangkan, dan menemukan penemuan selanjutnya. Faktor- faktor
inilah yang kemudian menjadi spirit dan motivasi bagi pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hal penting yang perlu dicatat dalam hal ini adalah bahwa pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan pengembangan
moralitas spiritual, karena sebagaimana kita tahu bahwa Ilmu pengetahuan
hakekatnya adalah bebas nilai, tergantung bagaimana manusia
mempergunakannya. Ilmu pengetahuan bisa berdampak positif, tetapi ia juga
dapat memiliki dampak negatif bagi kehidupan manusia. Dampak positifnya
adalah dapat semakin mempermudah dan memberikan kenyamanan dalam
kehidupan manusia, sementara dampak negatifnya adalah dapat
menghancurkan tatanan kehidupan manusia itu sendiri.

B. DAFTAR PUSTAKA
George J. Mouly, Perkembangan Ilmu dalam ilmu dalam perspektif: Sebuah
Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri, (Jakarta:
Gramedia, 1991), hlm. 87.

Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kanisius, 1980),


hlm. 19.

Prof. Dr. Mukhlis Yunus, S.E.,M.S, Prof. Dr. Muhammad Adam, S.E., M.B.A,
Suazhari, S.E.,M.Si., Ak., CA, Filsafat: Suatu Pengantar. Hlm.64

George J. Mouly, Perkembangan Ilmu dalam ilmu dalam perspektif: Sebuah


Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri, (Jakarta:
Gramedia, 1991), hlm. 87

Amsal Bakhtiar, Filsafal Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 21-
27

Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-
Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),
hlm.3

SEJARAH, KLASIFIKASI DAN STRATEGI PERKEMBANGAN ILMU


PENGETAHUAN Surajiyo Dosen Tetap Universitas Indraprasta PGRI Jakarta,
jurnal

Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar


(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm 82-83

Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kanisius, 1980),


hlm. 19.

W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa
Abad Pertengahan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 60-61.

Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cetakan ke-4, hlm. 10

Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar


(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 85. Lihat Juga: Jerome R. Ravertz, Filsafat
Ilmu : Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, hlm. 16

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada, 2007), Edisi Ke-3, hlm 10-11

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset, 2002), cet. Ke-2, hlm. 128
Ahmad Jenggis P, Kebangkitan Islam (Yogjakarta: NFP Publishing, 2011), hlm
13

Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag., Sejarah Peradaban Islam (Riau:Yayasan


Pusaka Riau, 2013), hlm. 3-4

K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hlm. 32.

Anda mungkin juga menyukai