Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGEMBANGAN DAN PERKEMBANGAN ILMU


PENGETAHUAN

KELOMPOK 2 :
1. Ria Susanti (A011231105)
2. Nezha Delviyana Rais (G021231086)
3. Josua Lebang (G021231093)
4. Nurinayah (F011231069)
5. Nikita Danial (A011231111)
6. Ardianti Indah Pratiwi (M0212310032)
7. Nurfadillah (F011231057)
8. A. Haikal Bangsawan (F011231063)
9. Megawati (F011231074)

WAWASAN BUDAYA DAN IPTEKS BMI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Perkembangan dan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata
kuliah Wawasan Budaya dan Ipteks BMI, Universitas Hasanuddin.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang saya kami buat ini memberikan manfaat dan
juga
inspirasi untuk pembaca.

Makassar, 7 November 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
BAB I......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN........................................................................................................................ 4
Latar Belakang...................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah................................................................................................................ 5
Tujuan................................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................... 6
Sejarah pengetahuan Manusia.............................................................................................6
Zaman Purba..................................................................................................................... 6
Zaman Yunani Kuno...........................................................................................................6
Zaman Pertengahan.......................................................................................................... 7
Zaman Modern..................................................................................................................9
Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan.........................................................................................9
Ilmu Sosial (Social Science)................................................................................................9
Ilmu Alam (Natural Science)............................................................................................10
Earth Science and Space..................................................................................................11
Pengembangan Ilmu Pengetahuan.....................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................... 14
PENUTUP................................................................................................................................ 14
Kesimpulan......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesungguhnya kajian tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan,
cakupannya sangatlah luas dan juga sangat panjang. Idealnya sejarah adalah rekam
jejak tentang semua rentetan peristiwa yang telah terjadi, yang berfungsi untuk
mengungkapkan segala sesuatu sesuai fakta yang ada tanpa adanya distorsi
sedikitpun, namun dalam kenyataannya terkadang sejarah hanya mengungkap
sepenggal saja atau tidak utuh dari rentetan peristiwa tersebut dan tidak bisa lepas
sepenuhnya dari pengaruhpengaruh kondisi sosial politik tertentu. Apalagi sejarah
yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah sejarah atau periodisasi tentang
perkembangan ilmu pengetahuan yang merupakan faktor penting dalam kehidupan
manusia. Untuk itu, perlu adanya upaya yang sungguh-sungguh dalam mengungkap
fakta sejarah yang ada.
Dalam konsepsi agama ilmu pengetahuan lahir sejak diciptakannya manusia
pertama yaitu Adam,1 kemudian berkembang menjadi sebuah ilmu atau ilmu
pengetahuan. Pada hakekatnya ilmu pengetahuan lahir karena hasrat ingin tahu dalam
diri manusia. Hasrat ingin tahu ini timbul oleh karena tuntutan dan kebutuhan dalam
kehidupan yang terus berkembang. Secara teoritis perkembangan ilmu pengetahuan
selalu mengacu kepada peradaban Yunani. Hal ini didukung oleh beberapa faktor, di
antaranya adalah mitologi bangsa Yunani, kesusastraan Yunani, dan pengaruh ilmu
pengetahuan pada waktu itu yang sudah sampai di Timur Kuno.
Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan di setiap periode ini dikarenakan
pola pikir manusia yang mengalami perubahan dari mitos-mitos menjadi lebih
rasional. Manusia menjadi lebih proaktif dan kreatif menjadikan alam sebagai objek
penelitian dan pengkajian. Oleh Karena itu, dalam makalah yang singkat ini, penulis
akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan tersebut sesuai
dan kemampuan yang penulis miliki, tentunya penulis yakin hal ini masih jauh dari
kesempurnaan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pengetahuan manusia?
2. Apa saja ruang lingkup perkembangan ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana pengembangan ilmu pengetahuan?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana sejarah pengetahuan manusia
2. Memahami apa saja ruang lingkup perkembangan ilmu pengetahuan
3. Mengetahui bagaimana pengembangan ilmu pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah pengetahuan Manusia


1. Zaman Purba
Menurut George J. Mouly, permulaan ilmu dapat disusur sampai pada
permulaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan
beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk
mengerti keadaan dunia. Masa manusia purba dikenal juga dengan masa pra-sejarah.
Menurut Soetriono dan SDRm Rita Hanafie, masa sejarah dimulai kurang lebih
15.000 sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Pada masa ini pengetahuan manusia
berkembang lebih maju. Mereka telah mengenal membaca, menulis, dan berhitung.
Kebudayaan mereka pun mulai berkembang di berbagai tempat tertentu, yaitu Mesir
di Afrika, Sumeria, Babilonia, Niniveh, dan Tiongkok di Asia, Maya dan Inca di
Amerika Tengah. Mereka sudah bisa menghitung dan mengenal angka. Meski agak
berbeda dengan pendapat tersebut, Muhammad Husain Haekal (1888-1956)
berpendapat lebih spesifik bahwa sumber peradaban sejak lebih dari enam ribu tahun
yang lalu (berarti sekitar 4000 SM) adalah Mesir. Zaman sebelum itu dimasukkan
orang ke dalam kategori pra-sejarah. Oleh karena itu, sukar sekali akan sampai kepada
suatu penemuan yang ilmiah.
2. Zaman Yunani Kuno
Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memilki
peradaban. Oleh karenanya Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang
merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Padahal filsafat dalam pengertian yang
sederhana sudah berkembang jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni
dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat
berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya.
Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa
hingga sekarang. Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang
begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di
Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan
tahun di Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai
kemudian bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya. Seiring dengan
berkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai landasan berfikir oleh bangsa
Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga berkembang pada generasi-
generasi setelahnya. Itu ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu
yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Karena itu, periode perkembangan
filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat
manusia. Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M.
Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang
menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima segitu saja). Sehingga
pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak
kejayaannya atau zaman keemasannya.
3. Zaman Pertengahan
Ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya yaitu zaman Yunani Kuno.
Awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14 M. Zaman ini disebut
dengan zaman kegelapan (The Dark Ages). Zaman ini ditandai dengan tampilnya
pada Teolog di lapangan ilmu pengetahuan, Sehingga para ilmuwan yang ada pada
zaman ini hampir semua adalah para Teolog. Begitu pula dengan aktifitas
keilmuan yang mereka lakukan harus berdasar atau mendukung kepada agama
ataupun dengan kata lain aktivitas ilmiah terkait erat dengan aktivitas keagamaan.
Pada zaman ini filsafat sering dikenal dengan sebagai Anchilla Theologiae
(Pengabdi Agama). Selain itu, yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah
dipakainya karya-karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagai pegangan.
Ketika Bangsa Eropa mangalami masa kegelapan, kebangkitan justru menjadi
milik Islam. Hal ini dimulai dari munculnya Nabi Muhammad SAW pada abad ke-
6 M, perluasan wilayah, pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat Yunani,
dan kemajuan ilmu pengetahuan Islam pada abad ke-7 M sampai abad ke-12 M.
Pada masa ini Islam mandapatkan masa keemasannya (Golden Age).
Selain itu, pada abad ini terjadi perkembangan kebudayaan di Asia Selatan dan
Timur, seperti ajaran Lao Tse (menjaga keharmonisan dengan alam) dan
Confucius (konsep kode etik luhur mangatur akal sehat). Pada masa kegelapan ini
ilmu pengetahuan di Eropa tidak berkembang. Karya ilmuwan yang masih
menjadi pegangan hanya karya Aristoteles. Pada abad 12 M, yang diklaim sebagai
awal mula zaman Renaissance telah muncul beberapa nama yang mempelopori di
bidang ilmu dan eksperimen, yaitu Roger Bacon (1214 M - 1294 M), Thomas
Aquinas (1225 M -1274 M), Gerard van Cremona (1114 M -1187 M) dan
Giovanni Boccaccio (1313 M - 1375 M).
Sepanjang Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah
berkembang kerajaan bangsa Arab yang dipengaruhi dengan Islam. Dengan
berkembangnya pengaruh Islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan
Islam yang berperan dalam perkembangan Ilmu. Dengan berkembanganya
pengaruh Islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan yang berperan
dalam perkembangan ilmu, diantaranya adalah Al-Kindi (801 M-873 M), Al-
Farābi (870 M-950 M), Al-Khawārizmi (780 M-850 M), Ibnu Sina (980 M-1037
M), Al-Ghazāli (1058 M-111 M), Ibnu Rusyd (1226 M – 1198 M, Ibnu Khaldun
(1332 M-1406 M), Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert (721 M-815 M), Al-Razi (856
M-925 M), Ibnu Haitam dan Al–Battāni (850 M-929 M).
Selain dari daftar nama ilmuwan di atas, masih banyak lagi ilmuwan muslim
yang lain. Dalam bidang fiqih ada Imam Hanāfi (699M-767 M), Imam Mālik (712
M-798 M), Imam Syafi’i (767 M-820 M) dan Imam Hanbali (780 M-855 M) yang
besar dengan kitab masing-masing. Sementara dalam bidang sosial, terdapat nama
Yaqut bin Abdullah al-Hamāwi (1179 M-1229 M) yang mengarang kitab Mu’jam
al-Buldan (Kamus Negara). Ibnu Yunis, yang menggabungkan dokumen-dokumen
penelitian yang dibuat 200 tahun sebelumnya dan menyiapkannya untuk tabel
astronomi Hakimite. Umar al-Khayyām, yang dikenal dengan karya kalender
Jalalinya yang sempurna dan dipakai di Persia untuk penanggalan. Cendekiawan
seperti Will Durant dan Fielding H. Garrison, kimiawan Muslim dianggap sebagai
pendiri kimia. Abu Rayhan al-Biruni sebagai perintis indologi, geodesi dan
antropologi.
Sebagian bangsa di Asia juga mulai memperlihatkan perkembangan ilmu
mereka. Dari Cina ada salah satu contoh terbaik akan Shen Kuo (1031 M - 1095
M) adalah seorang ilmuwan dan negarawan yang pertama kali menggambarkan
magnet-jarum kompas yang digunakan untuk navigasi, menemukan konsep utara
sejati, perbaikan desain astronomi Gnomon, armillary bola, penglihatan tabung,
dan clepsydra, dan menggambarkan penggunaan drydocks untuk memperbaiki
perahu. Selain itu, Shen Kuo juga menyusun teori pembentukan tanah, atau
geomorfologi dan ada juga Su Song (1020 M - 1101 M) yang merupakan seorang
astronom yang menciptakan langit bintang atlas peta, menulis sebuah risalah
farmasi dengan subyek terkait botani, zoologi, mineralogi, dan metalurgi, dan
telah mendirikan besar astronomi clocktower di Kaifeng pada tahun 1088.
4. Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembanganilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya sudah
dirintis sejak zaman Renaissance.Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh
usaha besar dari Descartes untuk memberikankepada filsafat suatu bangunan yang
baru. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissanceitu, melainkan kelak
pada zaman sesudahnya (Zaman Modern). Adapun penemuan yang terdapatdalam
zaman modern adalah:Setelah Galileo, Fermat, Pascal, dan Kepler berhasil
mengembangkan penemuan dalanbidang ilmu, pengetahuan jatuh ke tangan Isaac
Newton (1643-1727) dan Leibniz (1646-1716).Newton melahirkan Teori
Gravitasi, perhitungan Calculus dan Optika. Teori Gravitasi Newtondimulai ketika
muncul persangkaan penyebab planet tidak mengikuti pergerakan lintas
lurus.Setelah Calculus ditemukan banyak sekali perhitungan dan
pemeriksaan ilmiah dapatdiselesaikan.Joseph Black (1728-1799) dikenal
sebagai pelopor dalam pemeriksaan kualitatif, ia menemukanCO2. Hal ini
berkaitan dengan perkembangan ilmu kimia yang melandasi Revolusi
Industiterutama di Inggris yang kemudian meluas diseluruh benua Eropa.Setelah
Thomson menemukan electron, mulailah ilmu baru dalam kerangka kimia-fisika,
yaitufisika nuklir, yang dapat mengubah bermacam-macam atom.Secara singkat
dapat ditarik ringkas ilmu-ilmu yang lahir saat itu. Perkembangan ilmu pada
abadke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekologi, kalkulus, dan
statistika. Pada zamanmodern ini terjadi revolusi industri di Inggris, sebagai
akibatperalihan masyarakat agraris danperdagangan abad pertengahan ke
masyarakat industri modern dan perdagangan maju.

B. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan


1. Ilmu Sosial (Social Science)
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam segala aspek
hidupnya, ciri khasnya, tingkah lakunya, baik perseorangan maupun bersama,
dalam lingkup kecil maupun besar. Objek material ilmu sosial lain sama sekali
dengan objek material dalam ilmu alam. Objek material dalam ilmu sosial adalah
berupa tingkah laku dalam tindakan yang khas manusia, bebas dan tidak
deterministik (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 49).
Kajian yang berbeda-beda terhadap ilmu merupakan konsekuensi dari
perbedaan objek formal. Objek ilmu sosial yaitu manusia sebagai keseluruhan.
Penelitian dalam ilmu sosial juga menimbulkan perbedaan pendekatan. Dalam
ilmu manusia praktek ilmiah sebagai aktivitas manusiawi merupakan juga objek
penelitian ilmu manusia, misalnya psikologi, psikis, sosiologis, dan sejarah.
Spesifikasi ilmu sejarah adalah data peninggalan masa lampau baik berupa
kesaksian, alat-alat, makam, rumah, tulisan dan karya seni, namun objek ilmu
sejarah tidak dapat dikenai eksperiment karena menyangkut masa lampau. Kondisi
tersebut yang mempengaruhi kemurnian objek manusiawi berkaitan dengan sikap
menilai dari subjek penelitian, maka objektivitas ilmu sejarah sebagai ilmu
kemanusiaan (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 51).
Klaim terhadap ilmu-ilmu sosial kadang dinilai gagal dalam menangkap
kekomplekan gejala, didasarkan pada kegagalan dalam membedakan antara
pernyataan beserta sistematika yang dipakai dengan gejala sosial yang dinyatakan
oleh pernyataan tersebut. Tidak semua argumentasi tentang kerumitan gejala
sosial yang menyebabkan ketidakmungkinan ilmu-ilmu sosial. Rangkaian
argumentasi yang lain didasarkan pada tuduhan bahwa metode keilmuan tidak
mampu untuk menangkap “keunikan” gejala sosial dan manusiawi. Penelaahan
sosial tertarik kepada keungikan tiap-tiap kejadian sosial, padahal metode
keimuan hanya mampu mensistematikakan berdasarkan generaslisasi, maka
keadaan in menyebabkan harus ditetapkannya metode yang lain dalam ilmu-ilmu
sosial (Jujun S. Suriasumantri, 2006: 143).
2. Ilmu Alam (Natural Science)
Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari objek-objek empiris di alam
semesta ini. Ilmu alam mempelajari berbagai gejala dan peristiwa yang
mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan objek telaahnya maka
ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris. Ilmu membatasi diri hanya
pada kejadian yang bersifat empiris. Objek-objek yang berada di luar jangkauan
pengalaman manusia tidak termasuk bidang penelaahan ilmu (Yuyun S, 1981: 6).
Ilmu alam mempunyai asumsi mengenai objek, antara lain:
Menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain,
yaitu dalam hal bentuk struktur dan sifat, sehingga ilmu tidak bicara mengenai
kasus individual melainkan suatu kelas tertentu.
Menanggap bahwa suatu benda tidak mungkin mengalami perubahan dalam
jangka waktu tertentu. Kelestarian relatif dalam jangka waktu tertentu ini
memungkinkan dilakukan pendekatan keilmuan terhadap objek yang sedang
diselidiki.
Menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat
kebetulan, tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dan urut-urutan
kejadian yang sama (Yuyun S, 1981: 7).
Dalam pandangan empirisme ilmu tidak menuntut adanya hubungan kausalitas
yang mutlak, sehingga suatu kejadian tertentu harus diikuti oleh kejadian yang
lain, melainkan bahwa suatu kejadian mempunyai kemungkinan besar untuk
mengakibatkan terjadinya kejadian lain. Ilmu tentang objek empiris pada dasarnya
merupakan abstraksi yang disederhanakan, hal ini perlu sebab kejadian alam
sangat kompleks. Kegiatan yang dilakukan dalam ilmu alam tidak merupakan
objek penelitian ilmu alam, sebab praktek ilmu alam merupakan suatu aktivitas
manusia yang khas. Manusia memang dapat terlibat sebagai subjek dan sebagai
objek, dengan kata lain manusia adalah mempraktekkan dan diprakteki.
3. Earth Science and Space
Ilmu kebumian atau geosains (bahasa Inggris: earth science, geoscience)
adalah suatu istilah untuk kumpulan cabang-cabang ilmu yang mempelajari Bumi.
Cabang ilmu ini menggunakan gabungan ilmu fisika, geografi, matematika, kimia,
dan biologi untuk membentuk suatu pengertian kuantitatif dari model lapisan-
lapisan Bumi.
Dalam melaksanakan kajiannya, ilmuwan dalam bidang ini menggunakan
metode ilmiah, yaitu formulasi hipotesis melalui pengamatan dan pengumpulan
data mengenai fenomena alam yang dilanjutkan dengan pengujian hipotesis-
hipotesis tersebut. Dalam ilmu kebumian, peranan data sangat penting dalam
menguji dan membentuk suatu hipotesis.

C. Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Menurut Archie J. Bahm, metode pengembangan ilmu ilmiah memiliki enam
karakteristik utama, yaitu:
1. Rasa ingin tahu (curiosity)
Rasa ingin tahu ilmiah berupaya mempertanyakan bagaimana sesuatu itu eksis,
apa hakekatnya, bagaimana sesuatu itu berfungsi, dan bagaimana hubungannya
dengan hal-hal lain. Rasa ingin tahu ilmiah berujung pada pengertian.
2. Spekulatif
Yang dimaksudkan dengan spekulatif oleh Bahms adalah keinginan untuk
mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Dia harus membuat
beberapa upaya. Ketika solusi terhadap suatu masalah ilmiah tidak muncul dengan
segera, upaya harus dilakukan untuk menemukan solusi. Seseorang harus mencoba
untuk mengemukakan hipotesis-hipotesis yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi-
solusi. Seseorang dapat saja mengeksplorasi beberapa hipotesis alternatif. Spekulasi
adalah keinginan untuk terus mencoba dan mencoba, sehingga dapat dikatakan bahwa
ciri khas dari sikap ilmiah adalah keinginan untuk berspekulasi.
3. Kesediaan untuk menjadi objektif
Objektifitas adalah salah satu hal dari sikap subjektifitas. Objek selalu merupakan
objek dari subjek. Objektifitas bukan saja berhubungan erat dengan eksistensi subjek
tetapi juga berhubungan dengan kesediaan subjek untuk memperoleh dan memegang
suatu sikap objektif. Bahm menyatakan bahwa kesediaan untuk menjadi objektif
meliputi beberapa hal yaitu:
a. Kesediaan untuk mengikuti rasa ingin tahu ilmiah kemana saja rasa itu
membimbing. Kesediaan ini mengisyaratkan keingintahuan dan kepedulian
tentang penyelidikan lebih lanjut yang dibutuhkan demi pengertian sampai tahap
kebijaksanaan yang dimungkinkan.
b. Kesediaan untuk mau menerima, yang dimaksud di sini adalah penerimaan
terhadap data. Data adalah sesuatu yang sebagaimana adanya (given) dalam
pengalaman ketika objek-objek diamati, diterima sebagai suatu masalah untuk
dipecahkan. Sikap ilmiah termasuk kesediaan untuk menerima data sebagaimana
adanya. Data dan hipotesis dilihat sebagai instrumen untuk menerima kebenaran
tentang objek itu sendiri, dapat mewujudkan kesediaan menjadi objektif. Suatu
hipotesis dalamnya terkandung dua hal yaitu penemuan (pengamatan fakta-fakta
tentang objek atau masalah) dan hasil dari penemuan (ide-ide yang bertujuan
untuk membangun konsep tentang objek atau masalah).
c. Kesediaan untuk bertahan. Tidak ada aturan yang menyatakan berapa lama
seorang ilmuan harus bertahan dalam pergulatan dengan masalah yang alot.
Kesediaan untuk tetap objektif mensyaratkan kesediaan untuk terus melanjutkan
dan bertahan selama mungkin dan mencoba mengerti objek atau masalah sampai
pengertian diperoleh.
4. Pikiran yang terbuka
Sikap ilmiah mengisyaratkan kesediaan untuk berpikiran terbuka. Hal itu
termasuk kesediaan untuk mempertimbangkan segala hal yang relevan seperti
hipotesis, dan metodologi yang berhubungan dengan masalah. Hal itu termasuk
kesediaan untuk menerima, bahkan mengundang ide-ide baru yang berbeda dengan
kesimpulan-kesimpulan yang telah dibangun. Kesediaan untuk mendengarkan dan
menguji pandangan-pandangan yang lain.
5. Kesediaan untuk menangguhkan keputusan
Ketika suatu masalah kelihatannya tidak terselesaikan atau terpecahkan dengan
jawaban-jawaban penelitian yang dilakukan, maka kesediaan untuk menangguhkan
keputusan adalah hal yang tepat sampai semua kebenaran yang diperlukan diperoleh
atau tersedia. Dalam bagian ini, yang dibutuhkan adalah sikap kesabaran ilmiah.
6. Tentativitas
Sikap ilmiah membutuhkan kesediaan untuk tetap bersifat sementara dalam menerima
seluruh kesimpulan-kesimpulan ilmiah yang dibangun. Walaupun suatu hasil dalam
kajian ilmiah itu bersifat sementara, tetapi kesediaan untuk tetap mempertahankan
kesimpulan yang telah diperoleh dan dibuat juga perlu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan ilmu sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari rasa
keingintahuan yang besar diiringi dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh
melalui penalaran, percobaan, penyempurnaan, dan berani mengambil resiko
tinggi sehingga menghasilkan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi suatu
generasi dan menjadi acuan pertimbangan bagi generasi selanjutnya untuk
mengoreksi, menyempurnakan, mengembangkan, dan menemukan penemuan
selanjutnya. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi spirit dan motivasi bagi
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Hal penting yang perlu dicatat dalam hal ini adalah bahwa pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan pengembangan
moralitas spiritual, karena sebagaimana kita tahu bahwa Ilmu pengetahuan
hakekatnya adalah bebas nilai, tergantung bagaimana manusia
mempergunakannya. Ilmu pengetahuan bisa berdampak positif, tetapi ia juga
dapat memiliki dampak negatif bagi kehidupan manusia. Dampak positifnya
adalah dapat semakin mempermudah dan memberikan kenyamanan dalam
kehidupan manusia, sementara dampak negatifnya adalah dapat menghancurkan
tatanan kehidupan manusia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Reimie, info ilmu pengetahuan dan teknologi. (Diakses tanggal 21 juli 2013)
[www.google.com ].
Jadiwijaya,“Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan” dalam
http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarahperkembangan-ilmu/ diakses 16
September 2014.
George J. Mouly, Perkembangan Ilmu, dalam Ilmu dalam
Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Jujun S.
Suriasumantri, Jakarta: Gramedia, 1991

Anda mungkin juga menyukai