Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SKI Dan
Pembelajarannya
Disusun Oleh:
Kelas/Semester: F/V
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Hakikat Sejarah...............................................................................................3
B. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam............................................................4
C. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam..................................................................6
D. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam....................................................8
D. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam............................10
E. Karakteristik Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
Kesimpulan.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah memiliki peran yang sangat penting dalam perjalanan suatu umat,
bangsa, negara, dan individu. Kehadiran sejarah adalah bagian integral dari proses
kehidupan itu sendiri. Tanpa pemahaman terhadap sejarah, kita tidak akan bisa
memahami proses kehidupan dengan baik. Melalui studi sejarah, manusia dapat
mengambil banyak pelajaran dari pengalaman hidup suatu umat, bangsa, atau
negara. Salah satu pelajaran penting yang dapat dipetik dari sejarah adalah
kemampuan untuk menilai dan menerapkan hal-hal positif yang dimiliki oleh
suatu umat, bangsa, atau negara, sementara juga menghindari atau meninggalkan
hal-hal yang tidak baik.
Sejarah memungkinkan kita untuk memahami bagaimana umat Islam
pernah mencapai puncak kejayaan yang diakui oleh komunitas internasional. Pada
masa itu, banyak orang non-Muslim datang untuk belajar dari ilmuwan Muslim,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Karya-karya ilmuwan Muslim
seperti Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, al-Hawarizmi, dan
lainnya menjadi referensi penting bagi ilmuwan Eropa selama hampir tujuh abad.
Kejayaan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan karena usaha keras dari para
ilmuwan Muslim.
Mengingat pentingnya pemahaman terhadap sejarah, makalah ini akan
membahas hakikat sejarah, pengertian sejarah kebudayaan islam, tujuan dan ruang
lingkup, prinsip-prinsip dan karakteristik pembelajaran ski.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat sejarah?
2. Apa pengertian sejarah kebudayaan islam?
3. Apa tujuan pembelajaran SKI?
4. Apa ruang lingkup pembelajaran SKI?
5. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran SKI?
1
6. Bagaimana karakteristik pembelajaran SKI?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat sejarah.
2. Untuk mengetahui pengertian sejarah kebudayaan islam.
3. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran SKI.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup pembelajaran SKI.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran SKI.
6. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran SKI.
2
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hakikat Sejarah
Kata "sejarah" berasal dari bahasa Arab, yaitu "syajarah," yang artinya
"pohon." Dalam konteks ini, "syajarah an-Nasab" mengacu pada pohon silsilah.
Perbandingan dengan pohon menggambarkan peradaban manusia sebagai suatu
proses yang tumbuh dari biji kecil dan berkembang menjadi sesuatu yang besar
dan berkelanjutan.1
Dalam konteks pengertian sejarah menurut sejarawan Indonesia, terdapat
dua konsep utama, yaitu sejarah subjektif dan sejarah objektif. Sejarah subjektif
adalah interpretasi atau cerita yang disusun oleh penulis untuk menggambarkan
fakta-fakta sejarah, mencakup pandangan dan gaya bahasa penulis. Sejarah
objektif, di sisi lain, merujuk pada peristiwa atau kejadian sejarah itu sendiri yang
terjadi dalam kenyataan dan tidak dapat diulang.2
Pandangan tentang sejarah juga dapat berbeda antara sarjana Muslim dan
Barat. Muhammad bin Ibrahim al-Iji, seorang sarjana Muslim, melihat sejarah
sebagai ilmu yang mengkaji ciptaan Allah SWT yang mencakup masa dan
peristiwa yang melibatkan makhluk, terutama manusia, serta dampak dari
aktivitas manusia yang menghasilkan informasi dan peristiwa. Sementara itu,
sejarawan Barat seperti A. Marwick membagi pengertian sejarah menjadi tiga
konsep, termasuk pandangan bahwa sejarah adalah keseluruhan masa lalu seperti
yang sebenarnya terjadi, usaha manusia dalam menganalisis masa lalu, dan kajian
sistematik terhadap masa lalu sebagai disiplin ilmu.3
Menurut Ibnu Khaldun, sejarah melibatkan pengamatan dan usaha untuk
mencari kebenaran, memberikan penjelasan mendalam tentang sebab dan asal
usul benda yang ada, serta pemahaman tentang substansi, esensi, dan penyebab
peristiwa. Sementara itu, menurut Franz Rosentl, sejarah adalah deskripsi dari
1
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2014).
2
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (CV Pustaka Setia, 2008).
3
Mubasyaroh, Sejarah Dakwah (Nora Media Enterprise, 2010).
3
aktivitas manusia yang berkelanjutan, baik dalam bentuk individu maupun
kelompok.
Prof. Nourozzama ash-Shiddiqie menjelaskan bahwa sejarah mencakup
peristiwa masa lalu dan memberikan interpretasi atas peristiwa tersebut dengan
mempertimbangkan hubungan sebab-akibat. Dengan pendekatan ini, sejarah tetap
terbuka untuk mengakomodasi bukti-bukti baru. Ini sejalan dengan pandangan
Sayyid Quttub bahwa sejarah bukan hanya tentang peristiwa dan hubungan nyata
dan tidak nyata yang membentuk seluruh bagian serta memberikan dinamisme
dalam waktu dan tempat.
Dalam ringkasannya, sejarah bukan sekadar catatan tentang individu yang
lahir dan mati, atau tentang penguasa dan pahlawan. Sejarah juga merupakan ilmu
yang melibatkan perkembangan masyarakat dalam proses yang panjang. Sejarah
berbeda dengan hikayat, legenda, atau kisah-kisah lainnya, karena harus dapat
dibuktikan kebenarannya dan bersifat logis. Oleh karena itu, cerita yang tidak
masuk akal atau tidak dapat dibuktikan kebenarannya tidak dapat dianggap
sebagai sejarah.4
4
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009).
5
M Darwin, Sejarah Peradaban Dan Kebudayaan Islam (Metro: Stain Jurai Siwo Metro,
2013).
4
Namun, seharusnya "kebudayaan" dalam bahasa Arab adalah "al-atsaqafah." Di
Indonesia, seperti juga di Arab dan Barat, masih ada perbedaan dalam penggunaan
kedua istilah ini: "kebudayaan" (al-atsaqafah) dan "peradaban" (al-hadharah).
Dalam perkembangan ilmu antropologi, kedua istilah ini dibedakan. Kebudayaan
mencakup seni, sastra, agama, dan moral, sementara peradaban lebih terkait
dengan kemajuan dalam politik, ekonomi, dan teknologi.
Kata kebudayaan sendiri berasal dari bahasa Sanskerta "budhayah," yang
merupakan bentuk jamak dari "budhi" yang berarti "akal." Ini berarti bahwa
kebudayaan berkaitan dengan akal dan budi. Ada juga pandangan bahwa
"kebudayaan" berasal dari gabungan kata "budi" dan "daya." Budi berarti "akal-
fikiran," dan daya berarti "tenaga, kekuatan, dan kemampuan." Dalam konteks ini,
kebudayaan adalah hasil dari penggunaan akal untuk memperbaiki sesuatu dengan
tujuan mencapai kesempurnaan.6
Berdasarkan penjelasan di atas, sering kali kebudayaan dianggap mirip
dengan peradaban. Kebudayaan mencerminkan semangat mendalam suatu
masyarakat, sedangkan peradaban mencerminkan kemajuan teknis dan teknologi.
Secara umum, para ahli membagi agama menjadi dua kategori, yaitu agama
samawi (wahyu) dan agama ardhi (budaya). Agama samawi adalah agama yang
Allah ciptakan dan kemudian disampaikan kepada manusia melalui nabi-nabi-
Nya. Sementara itu, agama ardhi adalah agama yang diciptakan oleh manusia.
Dalam konteks kebudayaan Islam, kebudayaan Islam mengacu pada cara
berpikir dan merasa taqwa (kesadaran akan Allah) yang tercermin dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat. Definisi inti dari kebudayaan Islam adalah cara
hidup yang mengedepankan taqwa.
Landasan peradaban Islam adalah kebudayaan Islam, terutama dalam bentuk
idealnya, sementara landasan kebudayaan Islam adalah agama. Dalam Islam,
agama bukanlah bagian dari kebudayaan, tetapi agama dapat menjadi sumber
kebudayaan. Agama Islam adalah wahyu yang diberikan oleh Tuhan.
6
Fadli SJ, Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah (Malang: UIN Malang
Press, 2008). Hlm 11-13
5
Dari definisi sejarah, kebudayaan, dan Islam yang telah dijelaskan, dapat
disimpulkan bahwa sejarah kebudayaan Islam adalah catatan peristiwa atau
kejadian umat Islam pada masa lampau yang dijadikan sebagai pedoman untuk
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dalam kehidupan saat ini serta di
akhirat.
7
12. Menginspirasi siswa untuk menjadi insan kamil atau individu yang
memiliki akhlak mulia sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.7
7
Yudhi Fachrudin, “Analisis Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,” n.d.
8
kerasulannya dalam menyampaikan ajaran Islam. Ini melibatkan fase di
Mekkah, di mana dia menyampaikan dakwah baik secara rahasia maupun
terang-terangan, hingga peristiwa hijrah ke Madinah dan pembentukan
negara Islam di sana, yang berlangsung hingga wafatnya Nabi Muhammad
SAW.
b. Ruang Lingkup Masa Kepemimpinan Umat Islam Setelah Wafatnya
Rasulullah SAW: Ini mencakup periode setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW, di mana empat sahabat Rasul, yaitu Abu Bakar Ash-
Shiddiq, Umar ibn Khatab, Utsman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Khalifah
Rasulillah, dipilih untuk memimpin umat Islam. Masa kepemimpinan
mereka disebut sebagai masa Khalifatur Rasyidin.
c. Ruang Lingkup Perkembangan Islam pada Periode Klasik atau Zaman
Keemasan (650 M-1250 M): Ini adalah awal dari perkembangan Islam,
dengan dinasti-dinasti seperti bani Umayyah di Damaskus, bani
Abbasiyyah di Baghdad, dan bani Umayyah II di Andalusia. Namun,
periode ini juga melihat hancurnya dinasti bani Abbasiyyah yang disebut
sebagai masa disintegrasi.
d. Ruang Lingkup Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan atau
Kemunduran (1250 M-1800 M): Dalam periode ini, ada dua fase, yaitu
kemunduran awal yang disebabkan oleh serangan Mongol dan Timur
Lenk, serta fase ketiga kerajaan besar, termasuk Kesultanan Utsmani,
Safawi di Persia, dan Mughal di India. Ini mencakup masa kemajuan dan
kemunduran tiga kerajaan besar ini.
e. Ruang Lingkup Perkembangan Islam pada Abad Modern atau Zaman
Kebangkitan (1800 M-Sekarang): Ini adalah masa lahirnya tokoh-tokoh
pembaharu Islam yang memberikan pemikiran dan kontribusi penting
terhadap perkembangan Islam. Tokoh-tokoh ini termasuk Muhammad ibn
Abdul Wahab, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad
Rasyid Ridha, Kamal Ataturk, dan Muhammad Iqbal.
f. Ruang Lingkup Perkembangan Islam di Indonesia: Ini mencakup sejarah
masuknya Islam di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan kerajaan
9
Islam, peran ulama-ulama Indonesia, peranan Wali Songo dalam
penyebaran Islam, serta sejarah organisasi-organisasi Islam seperti
Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama.8
Dengan demikian, ruang lingkup sejarah Kebudayaan Islam mencakup
perjalanan dakwah Rasulullah, kepemimpinan umat setelahnya, perkembangan
Islam di berbagai periode, dan perkembangan Islam khususnya di Indonesia. Ini
memberikan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan agama dan
budaya Islam di seluruh dunia.
8
Siti Marqiyah, Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) Dengan
Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA (Jakarta: Al-Falah, 2011).
10
2. Prinsip perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan,
antara lain:
a. Berorientasi kepada suatu masalah.
b. Meninjau sepintas isi masalah.
c. Memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan, dan
d. Mengabaikan stimuli yang tidak relevan.
3. Prinsip persepsi
Persepsi merupakan "suatu proses bersifat kompleks yang menyebabkan
orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari
lingkungannya". Persepsi umumnya bersifat relatif, selektif dan teratur.
Oleh karena itu. sejak dini kepada siswa perlu ditanamkan rasa memiliki
persepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang akan dipelajari.
4. Prinsip retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah
seseorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang
dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif
dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Umumnya, dalam belajar
terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi retensi. Ketiga faktor
tersebut yakni:
a. Apa yang dipelajari pada permulaan (origina llearning).
b. Belajar melebihi penguasaan (over learning),dan Pengulangan dengan
interval waktu (spaced review).
5. Prinsip transfer
Transfer yaitu suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat
mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Transfer
belajar dalam proses pembelajaran khususnya Sejarah Kebudayaan Islam
sendiri merupakan aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, sikap atau respons-respons lain dari suatu situasi ke dalam
situasi yang lain. Umumnya, bentuk transfer dibedakan menjadi tiga
macam, yakni:
11
a. Transfer positif. Terjadi apabila pengalaman sebelumnya dapat membantu
atau mempermudah pembentukkan unjuk kerja siswa dalam tugas-tugas
selanjutnya.
b. Transfer negatif. Terjadi apabila pengalaman yang diperoleh sebelumnya
menghambat atau mempersulit unjuk kerja dalam tugas-tugas baru.
c. Transfer nol. Terjadi apabila pengalaman yang diperoleh sebelumnya tidak
mempengaruhi unjuk kerja dalam tugas-tugas barunya,9
Selain Muhaimin dan kawan-kawan, Fadilah Suralaga dan kawan kawan
dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam juga
menjabarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang terdiri atas:
9
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Remaja Rosdokarya, 2001).
12
3. Prinsip partisipasi aktif (active participation)
Partisipasi adalah "proses keterlibatan mental dan emosi seorang individu
kepada pencapaian suatu tujuan dan individu tersebut ikut bertanggung
jawab di dalamnya"." 10
Belajar akan lebih baik dan lebih cepat bila ada
partisipasi aktif dari siswa dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa
dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang
aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran
yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal mungkin.
Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan siswa yang belajar.
Setiap siswa pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah
kadar atau bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu
dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru
dalam mengajar agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
4. Prinsip konsentrasi (concentration)
Konsentrasi ialah suatu proses pemusatan pemikiran kepada suatu objek
tertentu. Konsentrasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Individu tidak akan mampu mempelajari sesuatu kalau dia
tidak berkonsentrasi untuk mendapatkannya. Bila demikian, konsentrasi
menjadi syarat mutlak dalam proses pembelajaran. Membangkitkan
konsentrasi siswa bisa melalui berbagai cara. diantaranya dengan
menggunakan perumpamaan fakta yang mengandung makna, mengajukan
pertanyaan, melakukan diskusi maupun dialog, menggunakan berbagai
media pembelajaran, seperti peta, sketsa, audio visual dan sebagainya.11
Dari penjelasan di atas tentang prinsip-prinsip pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya proses mengajar maupun pembelajaran
merupakan suatu pekerjaan yang rumit dan kompleks. Dalam proses
tersebut terdapat hal-hal yang sudah semestinya diperhatikan baik itu oleh
guru maupun siswa. Hal-hal inilah yang disebut oleh para ahli pendidikan
sebagai prinsip. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya kesiapan, motivasi,
10
Bambang Suryobroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002).
11
Fadhillah Suralaga, Psikologi Pendidikan, 2021.
13
perhatian, persepsi, retensi dan transfer. Ada pula yang mengemukakan
bila prinsip pembelajaran itu diantaranya motivasi, penghargaan,
partisipasi aktif dan konsentrasi. Bagaimana pun pengklasifikasian prinsip
pembelajaran oleh para ahli pendidikan tersebut, yang jelas prinsip-
prinsip ini memiliki perannya masing-masing dalam menumbuh
kembangkan keefektifan proses pembelajaran di sekolah.
BAB III
PENUTUP
12
Ita Rianti, Saiful Bachri, and Tri Yuniyanto, “Analisis Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (Ski) Berbasis Kurikulum 2013 Pada Materi Bani Abbasiyah Kelas Xi Ips Di Man 1
Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016,” 2016.
14
Kesimpulan
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari paparan di atas adalah:
1. Sejarah memiliki peran penting dalam memahami perjalanan suatu umat,
bangsa, negara, dan individu, serta memberikan pelajaran berharga dari
pengalaman masa lalu.
2. Sejarah Kebudayaan Islam membahas berbagai aspek kehidupan umat
Islam dalam konteks sejarah, seperti dakwah Nabi Muhammad SAW,
kepemimpinan setelah wafatnya Nabi, perkembangan Islam pada periode
klasik, abad pertengahan, abad modern, dan perkembangan Islam di
Indonesia.
3. Tujuan pembelajaran SKI meliputi pemahaman sejarah Islam yang
kontekstual, pembentukan karakter dan kepribadian yang baik,
penghargaan terhadap tokoh-tokoh sejarah, serta pengambilan pelajaran
dari peristiwa sejarah.
4. Ruang lingkup SKI mencakup berbagai periode sejarah Islam dan
perkembangan Islam di Indonesia, yang memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang perjalanan agama dan budaya Islam di seluruh
dunia.
5. Prinsip-prinsip pembelajaran dalam SKI mencakup kesiapan, motivasi,
perhatian, persepsi, retensi, transfer, penghargaan, partisipasi aktif, dan
konsentrasi.
6. Karakteristik pembelajaran SKI menekankan pengambilan hikmah dari
sejarah, contoh dari tokoh-tokoh yang mencapai prestasi, dan keterkaitan
dengan berbagai aspek kehidupan untuk memajukan kebudayaan dan
peradaban Islam.
Demikianlah kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas.
Harapannya, pemahaman tentang Sejarah Kebudayaan Islam dan prinsip-prinsip
pembelajarannya dapat meningkatkan penghargaan terhadap sejarah Islam dan
memperkaya pengetahuan kita tentang perjalanan agama dan budaya Islam.
DAFTAR PUSTAKA
15
Bambang Suryobroto. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002.
Fadli SJ. Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah. Malang: UIN
Malang Press, 2008.
M Darwin. Sejarah Peradaban Dan Kebudayaan Islam. Metro: Stain Jurai Siwo
Metro, 2013.
Rianti, Ita, Saiful Bachri, and Tri Yuniyanto. “Analisis Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (Ski) Berbasis Kurikulum 2013 Pada Materi Bani
Abbasiyah Kelas Xi Ips Di Man 1 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016,”
2016.
16