Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HAKIKAT SEJARAH, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP, PRINSIP-


PRINSIP DAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN SKI

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SKI Dan
Pembelajarannya

Dosen Pengampu: Ni’mal Faiz As, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelas/Semester: F/V

Diah Ayu Setianingsih (2101010026)


Riza Rizkiyah Anur Azizah (2101010065)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO LAMPUNG
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Selanjutnya sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
nabi Muhammad Saw, yang kita nantikan syafaatnya kelak.
Penulis mengucapkan syukur alhamdulillah atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga makalah “Hakikat Sejarah, Tujuan Dan Ruang Lingkup, Prinsip-
Prinsip Dan Karakteristik Pembelajaran SKI” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah SKI Dan
Pembelajarannya.
Penulis menyadari makalah bertema Hakikat Sejarah, Tujuan Dan Ruang
Lingkup, Prinsip-Prinsip Dan Karakteristik Pembelajaran SKI ini masih perlu
banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka
terhadap kritik saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini, penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada kami
khususnya, serta kepada semua pihak pembaca makalah ini demi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.

Metro, 07 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Hakikat Sejarah...............................................................................................3
B. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam............................................................4
C. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam..................................................................6
D. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam....................................................8
D. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam............................10
E. Karakteristik Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
Kesimpulan.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah memiliki peran yang sangat penting dalam perjalanan suatu umat,
bangsa, negara, dan individu. Kehadiran sejarah adalah bagian integral dari proses
kehidupan itu sendiri. Tanpa pemahaman terhadap sejarah, kita tidak akan bisa
memahami proses kehidupan dengan baik. Melalui studi sejarah, manusia dapat
mengambil banyak pelajaran dari pengalaman hidup suatu umat, bangsa, atau
negara. Salah satu pelajaran penting yang dapat dipetik dari sejarah adalah
kemampuan untuk menilai dan menerapkan hal-hal positif yang dimiliki oleh
suatu umat, bangsa, atau negara, sementara juga menghindari atau meninggalkan
hal-hal yang tidak baik.
Sejarah memungkinkan kita untuk memahami bagaimana umat Islam
pernah mencapai puncak kejayaan yang diakui oleh komunitas internasional. Pada
masa itu, banyak orang non-Muslim datang untuk belajar dari ilmuwan Muslim,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Karya-karya ilmuwan Muslim
seperti Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, al-Hawarizmi, dan
lainnya menjadi referensi penting bagi ilmuwan Eropa selama hampir tujuh abad.
Kejayaan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan karena usaha keras dari para
ilmuwan Muslim.
Mengingat pentingnya pemahaman terhadap sejarah, makalah ini akan
membahas hakikat sejarah, pengertian sejarah kebudayaan islam, tujuan dan ruang
lingkup, prinsip-prinsip dan karakteristik pembelajaran ski.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat sejarah?
2. Apa pengertian sejarah kebudayaan islam?
3. Apa tujuan pembelajaran SKI?
4. Apa ruang lingkup pembelajaran SKI?
5. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran SKI?
1
6. Bagaimana karakteristik pembelajaran SKI?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat sejarah.
2. Untuk mengetahui pengertian sejarah kebudayaan islam.
3. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran SKI.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup pembelajaran SKI.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran SKI.
6. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran SKI.

2
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hakikat Sejarah
Kata "sejarah" berasal dari bahasa Arab, yaitu "syajarah," yang artinya
"pohon." Dalam konteks ini, "syajarah an-Nasab" mengacu pada pohon silsilah.
Perbandingan dengan pohon menggambarkan peradaban manusia sebagai suatu
proses yang tumbuh dari biji kecil dan berkembang menjadi sesuatu yang besar
dan berkelanjutan.1
Dalam konteks pengertian sejarah menurut sejarawan Indonesia, terdapat
dua konsep utama, yaitu sejarah subjektif dan sejarah objektif. Sejarah subjektif
adalah interpretasi atau cerita yang disusun oleh penulis untuk menggambarkan
fakta-fakta sejarah, mencakup pandangan dan gaya bahasa penulis. Sejarah
objektif, di sisi lain, merujuk pada peristiwa atau kejadian sejarah itu sendiri yang
terjadi dalam kenyataan dan tidak dapat diulang.2
Pandangan tentang sejarah juga dapat berbeda antara sarjana Muslim dan
Barat. Muhammad bin Ibrahim al-Iji, seorang sarjana Muslim, melihat sejarah
sebagai ilmu yang mengkaji ciptaan Allah SWT yang mencakup masa dan
peristiwa yang melibatkan makhluk, terutama manusia, serta dampak dari
aktivitas manusia yang menghasilkan informasi dan peristiwa. Sementara itu,
sejarawan Barat seperti A. Marwick membagi pengertian sejarah menjadi tiga
konsep, termasuk pandangan bahwa sejarah adalah keseluruhan masa lalu seperti
yang sebenarnya terjadi, usaha manusia dalam menganalisis masa lalu, dan kajian
sistematik terhadap masa lalu sebagai disiplin ilmu.3
Menurut Ibnu Khaldun, sejarah melibatkan pengamatan dan usaha untuk
mencari kebenaran, memberikan penjelasan mendalam tentang sebab dan asal
usul benda yang ada, serta pemahaman tentang substansi, esensi, dan penyebab
peristiwa. Sementara itu, menurut Franz Rosentl, sejarah adalah deskripsi dari

1
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2014).
2
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (CV Pustaka Setia, 2008).
3
Mubasyaroh, Sejarah Dakwah (Nora Media Enterprise, 2010).
3
aktivitas manusia yang berkelanjutan, baik dalam bentuk individu maupun
kelompok.
Prof. Nourozzama ash-Shiddiqie menjelaskan bahwa sejarah mencakup
peristiwa masa lalu dan memberikan interpretasi atas peristiwa tersebut dengan
mempertimbangkan hubungan sebab-akibat. Dengan pendekatan ini, sejarah tetap
terbuka untuk mengakomodasi bukti-bukti baru. Ini sejalan dengan pandangan
Sayyid Quttub bahwa sejarah bukan hanya tentang peristiwa dan hubungan nyata
dan tidak nyata yang membentuk seluruh bagian serta memberikan dinamisme
dalam waktu dan tempat.
Dalam ringkasannya, sejarah bukan sekadar catatan tentang individu yang
lahir dan mati, atau tentang penguasa dan pahlawan. Sejarah juga merupakan ilmu
yang melibatkan perkembangan masyarakat dalam proses yang panjang. Sejarah
berbeda dengan hikayat, legenda, atau kisah-kisah lainnya, karena harus dapat
dibuktikan kebenarannya dan bersifat logis. Oleh karena itu, cerita yang tidak
masuk akal atau tidak dapat dibuktikan kebenarannya tidak dapat dianggap
sebagai sejarah.4

B. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam


Sejarah dalam bahasa Arab berasal dari kata "sajaratun," yang berarti
"pohon." Artinya, apa yang terjadi di masa lampau dapat menjadi cermin atau
pelajaran untuk masa kini dan masa yang akan datang. Dalam pandangan Islam,
sejarah tidak hanya berbicara tentang data dan fakta semata, tetapi juga
merupakan pertarungan nilai-nilai. Sejarah membawa identitas masyarakat yang
mencerminkan masa lalu mereka.5 Dengan kata lain, sejarah adalah tentang
peristiwa atau kejadian masa lalu yang tidak hanya memberikan informasi tentang
terjadinya peristiwa, tetapi juga memberikan interpretasi dengan melihat hukum
sebab akibat.
Kata peradaban secara etimologi berasal dari kata Arab "al-hadharah."
Istilah ini sering diterjemahkan sebagai kebudayaan dalam bahasa Indonesia.

4
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009).
5
M Darwin, Sejarah Peradaban Dan Kebudayaan Islam (Metro: Stain Jurai Siwo Metro,
2013).
4
Namun, seharusnya "kebudayaan" dalam bahasa Arab adalah "al-atsaqafah." Di
Indonesia, seperti juga di Arab dan Barat, masih ada perbedaan dalam penggunaan
kedua istilah ini: "kebudayaan" (al-atsaqafah) dan "peradaban" (al-hadharah).
Dalam perkembangan ilmu antropologi, kedua istilah ini dibedakan. Kebudayaan
mencakup seni, sastra, agama, dan moral, sementara peradaban lebih terkait
dengan kemajuan dalam politik, ekonomi, dan teknologi.
Kata kebudayaan sendiri berasal dari bahasa Sanskerta "budhayah," yang
merupakan bentuk jamak dari "budhi" yang berarti "akal." Ini berarti bahwa
kebudayaan berkaitan dengan akal dan budi. Ada juga pandangan bahwa
"kebudayaan" berasal dari gabungan kata "budi" dan "daya." Budi berarti "akal-
fikiran," dan daya berarti "tenaga, kekuatan, dan kemampuan." Dalam konteks ini,
kebudayaan adalah hasil dari penggunaan akal untuk memperbaiki sesuatu dengan
tujuan mencapai kesempurnaan.6
Berdasarkan penjelasan di atas, sering kali kebudayaan dianggap mirip
dengan peradaban. Kebudayaan mencerminkan semangat mendalam suatu
masyarakat, sedangkan peradaban mencerminkan kemajuan teknis dan teknologi.
Secara umum, para ahli membagi agama menjadi dua kategori, yaitu agama
samawi (wahyu) dan agama ardhi (budaya). Agama samawi adalah agama yang
Allah ciptakan dan kemudian disampaikan kepada manusia melalui nabi-nabi-
Nya. Sementara itu, agama ardhi adalah agama yang diciptakan oleh manusia.
Dalam konteks kebudayaan Islam, kebudayaan Islam mengacu pada cara
berpikir dan merasa taqwa (kesadaran akan Allah) yang tercermin dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat. Definisi inti dari kebudayaan Islam adalah cara
hidup yang mengedepankan taqwa.
Landasan peradaban Islam adalah kebudayaan Islam, terutama dalam bentuk
idealnya, sementara landasan kebudayaan Islam adalah agama. Dalam Islam,
agama bukanlah bagian dari kebudayaan, tetapi agama dapat menjadi sumber
kebudayaan. Agama Islam adalah wahyu yang diberikan oleh Tuhan.

6
Fadli SJ, Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah (Malang: UIN Malang
Press, 2008). Hlm 11-13
5
Dari definisi sejarah, kebudayaan, dan Islam yang telah dijelaskan, dapat
disimpulkan bahwa sejarah kebudayaan Islam adalah catatan peristiwa atau
kejadian umat Islam pada masa lampau yang dijadikan sebagai pedoman untuk
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dalam kehidupan saat ini serta di
akhirat.

C. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam


Seperti yang dinyatakan dalam Keputusan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 165, tujuan dari mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
adalah memberikan kontribusi dalam memberikan motivasi kepada siswa agar
mereka dapat mengenal, memahami, dan menghayati sejarah kebudayaan Islam.
Sejarah ini memiliki nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan siswa, membentuk sikap, watak, dan kepribadian mereka. Mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah memberi penekanan pada
kemampuan siswa untuk mengambil pelajaran dari sejarah Islam, mengambil
contoh dari tokoh-tokoh yang berprestasi, dan menghubungkannya dengan
berbagai aspek seperti fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni, dan lainnya. Hal ini bertujuan untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam baik dalam konteks masa kini
maupun masa depan.Tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bagi peserta
didik, sesuai dengan Peraturan Menteri Agama RI No 2 tahun 2008, antara lain:
1. Memungkinkan peserta didik untuk merenungkan sejarah Islam dalam
konteks kehidupan mereka sendiri, sehingga mereka memiliki pemahaman
sejarah Islam yang kontekstual dan bermanfaat bagi perkembangan pribadi
mereka.
2. Mengaktualisasikan pemahaman siswa tentang sejarah kebudayaan Islam
dalam pemikiran, perasaan, dan tindakan mereka, yang pada gilirannya
akan membentuk karakter yang berbudi pekerti dan kesadaran dalam
menjalani kehidupan di dunia.
3. Mendorong perkembangan kemampuan peserta didik dalam memahami
peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam, serta menghargai tokoh-
6
tokoh sejarah yang berperan dalam kemajuan dan kejayaan Islam,
sehingga menanamkan nilai-nilai kepahlawanan, kepeloporan, dan
kreativitas.
4. Memberikan pemahaman yang obyektif dan sistematis tentang sejarah
Agama Islam dan kebudayaan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW
dan Khulafaturrasyidin kepada siswa.
5. Mengambil pelajaran, nilai, dan makna dari sejarah, serta menginspirasi
semangat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang
buruk berdasarkan pembelajaran dari fakta sejarah.
6. Membekali siswa dengan tokoh-tokoh teladan yang membantu
membentuk kepribadian yang mulia, serta membangun kesadaran mereka
tentang pentingnya mempelajari dasar-dasar ajaran, nilai-nilai, dan norma-
norma Islam yang telah ditanamkan oleh Rasulullah SAW dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
7. Memperkuat kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat dalam
proses sejarah dari masa lalu, masa kini, hingga masa depan.
8. Mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis untuk
memahami fakta sejarah dengan pendekatan ilmiah.
9. Mendorong apresiasi dan penghargaan siswa terhadap warisan sejarah
Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lalu.
10. Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil pelajaran dari
peristiwa-peristiwa bersejarah dalam Islam, meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan aspek sosial, budaya, politik,
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni, dengan tujuan
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
11. Melatih siswa untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan
tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami dan
menjelaskan perkembangan serta perubahan masyarakat dan keragaman
sosial budaya Islam di masa depan.

7
12. Menginspirasi siswa untuk menjadi insan kamil atau individu yang
memiliki akhlak mulia sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.7

D. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam


Ruang lingkup SKI yaitu sebagai berikut:
1. Dakwah Nabi Muhammad SAW: Awal mula penyebaran Islam oleh Nabi
Muhammad SAW dan pengajaran ajaran Islam.
2. Kepemimpinan Umat Islam Setelah Nabi Wafat: Periode setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW, yang melibatkan pemilihan dan kepemimpinan
para Khalifah.
3. Perkembangan Islam pada Periode Klasik atau Zaman Keemasan (650-
1250 M): Masa ketika Islam berkembang pesat dan mencapai puncak
kejayaannya, dengan pencapaian dalam bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan peradaban.
4. Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan atau Zaman Kemunduran
(1250-1800 M): Periode ketika umat Islam menghadapi tantangan dan
kemunduran dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk konflik internal
dan penurunan dalam perkembangan ilmu dan peradaban.
5. Perkembangan Islam pada Abad Modern atau Zaman Kebangkitan (1800
M-Sekarang): Masa ketika banyak negara-negara Islam mengalami
perubahan sosial, politik, dan ekonomi signifikan, serta munculnya
gerakan-gerakan reformasi dan kebangkitan intelektual.
6. Perkembangan Islam di Indonesia: Sejarah penyebaran dan perkembangan
Islam di kepulauan Indonesia, yang mencakup adaptasi budaya lokal
dalam praktik Islam dan peran penting Islam dalam sejarah dan kehidupan
masyarakat Indonesia.

Penjelasan mengenai klasifikasi ruang lingkup pembelajaran Sejarah Kebudayaan


Islam di atas adalah sebagai berikut:
a. Ruang Lingkup Dakwah Nabi Muhammad SAW: Ini mencakup
perjuangan Nabi Muhammad SAW sebelum dan selama masa

7
Yudhi Fachrudin, “Analisis Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,” n.d.
8
kerasulannya dalam menyampaikan ajaran Islam. Ini melibatkan fase di
Mekkah, di mana dia menyampaikan dakwah baik secara rahasia maupun
terang-terangan, hingga peristiwa hijrah ke Madinah dan pembentukan
negara Islam di sana, yang berlangsung hingga wafatnya Nabi Muhammad
SAW.
b. Ruang Lingkup Masa Kepemimpinan Umat Islam Setelah Wafatnya
Rasulullah SAW: Ini mencakup periode setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW, di mana empat sahabat Rasul, yaitu Abu Bakar Ash-
Shiddiq, Umar ibn Khatab, Utsman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Khalifah
Rasulillah, dipilih untuk memimpin umat Islam. Masa kepemimpinan
mereka disebut sebagai masa Khalifatur Rasyidin.
c. Ruang Lingkup Perkembangan Islam pada Periode Klasik atau Zaman
Keemasan (650 M-1250 M): Ini adalah awal dari perkembangan Islam,
dengan dinasti-dinasti seperti bani Umayyah di Damaskus, bani
Abbasiyyah di Baghdad, dan bani Umayyah II di Andalusia. Namun,
periode ini juga melihat hancurnya dinasti bani Abbasiyyah yang disebut
sebagai masa disintegrasi.
d. Ruang Lingkup Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan atau
Kemunduran (1250 M-1800 M): Dalam periode ini, ada dua fase, yaitu
kemunduran awal yang disebabkan oleh serangan Mongol dan Timur
Lenk, serta fase ketiga kerajaan besar, termasuk Kesultanan Utsmani,
Safawi di Persia, dan Mughal di India. Ini mencakup masa kemajuan dan
kemunduran tiga kerajaan besar ini.
e. Ruang Lingkup Perkembangan Islam pada Abad Modern atau Zaman
Kebangkitan (1800 M-Sekarang): Ini adalah masa lahirnya tokoh-tokoh
pembaharu Islam yang memberikan pemikiran dan kontribusi penting
terhadap perkembangan Islam. Tokoh-tokoh ini termasuk Muhammad ibn
Abdul Wahab, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad
Rasyid Ridha, Kamal Ataturk, dan Muhammad Iqbal.
f. Ruang Lingkup Perkembangan Islam di Indonesia: Ini mencakup sejarah
masuknya Islam di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan kerajaan
9
Islam, peran ulama-ulama Indonesia, peranan Wali Songo dalam
penyebaran Islam, serta sejarah organisasi-organisasi Islam seperti
Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama.8
Dengan demikian, ruang lingkup sejarah Kebudayaan Islam mencakup
perjalanan dakwah Rasulullah, kepemimpinan umat setelahnya, perkembangan
Islam di berbagai periode, dan perkembangan Islam khususnya di Indonesia. Ini
memberikan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan agama dan
budaya Islam di seluruh dunia.

D. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


Dalam setiap bidang studi terdapat beberapa prinsip yang mesti diperhatikan
dan diterapkan oleh setiap guru guna mengefektifkan proses pembelajaran di
ruang kelas. Salah satu bidang studi yang di dalamnya terdapat prinsip-prinsip
tersebut yakni Sejarah Kebudayaan Islam. Muhaimin dan kawan kawan dalam
bukunya Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah menjelaskan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran yang di
maksud antara lain sebagai berikut.
1. Prinsip kesiapan (readliness)
Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subjek
yang melakukan kegiatan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik
psikis (jasmani- mental) individu yang memungkinkan subjek dapat
melakukan kegiatan belajar.
2. Prinsip motivasi (motivation)
Motivasi dapat diartikan sebagai "tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu".
Berdasarkan sumbernya.motivasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
motivasi intrinsik (motivasi yang datang dari dalam diri siswa). dan
motivasi ekstrinsik (motivasi yang datang dari lingkungan di luar diri
siswa).

8
Siti Marqiyah, Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) Dengan
Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA (Jakarta: Al-Falah, 2011).
10
2. Prinsip perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan,
antara lain:
a. Berorientasi kepada suatu masalah.
b. Meninjau sepintas isi masalah.
c. Memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan, dan
d. Mengabaikan stimuli yang tidak relevan.
3. Prinsip persepsi
Persepsi merupakan "suatu proses bersifat kompleks yang menyebabkan
orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari
lingkungannya". Persepsi umumnya bersifat relatif, selektif dan teratur.
Oleh karena itu. sejak dini kepada siswa perlu ditanamkan rasa memiliki
persepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang akan dipelajari.
4. Prinsip retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah
seseorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang
dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif
dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Umumnya, dalam belajar
terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi retensi. Ketiga faktor
tersebut yakni:
a. Apa yang dipelajari pada permulaan (origina llearning).
b. Belajar melebihi penguasaan (over learning),dan Pengulangan dengan
interval waktu (spaced review).
5. Prinsip transfer
Transfer yaitu suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat
mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Transfer
belajar dalam proses pembelajaran khususnya Sejarah Kebudayaan Islam
sendiri merupakan aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, sikap atau respons-respons lain dari suatu situasi ke dalam
situasi yang lain. Umumnya, bentuk transfer dibedakan menjadi tiga
macam, yakni:
11
a. Transfer positif. Terjadi apabila pengalaman sebelumnya dapat membantu
atau mempermudah pembentukkan unjuk kerja siswa dalam tugas-tugas
selanjutnya.
b. Transfer negatif. Terjadi apabila pengalaman yang diperoleh sebelumnya
menghambat atau mempersulit unjuk kerja dalam tugas-tugas baru.
c. Transfer nol. Terjadi apabila pengalaman yang diperoleh sebelumnya tidak
mempengaruhi unjuk kerja dalam tugas-tugas barunya,9
Selain Muhaimin dan kawan-kawan, Fadilah Suralaga dan kawan kawan
dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam juga
menjabarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang terdiri atas:

1. Prinsip motivasi (motivation)


Motivasi merupakan sebuah prinsip penting dari beberapa prinsip
pembelajaran. Hakikatnya, dalam proses pembelajaran di sekolah motivasi
mempunyai peran yang begitu dominan dalam membangkitkan semangat
individu guna mencari problem solving. Selain itu, motivasi jugalah yang
mampu membantu merealisasikan tujuan yang akan diraih serta
mempercepat daya tangkap pengetahuan yang dipelajari. Dengan
pertimbangan inilah Fadilah Suralaga dan kawan-kawan menempatkan
motivasi sebagai prinsip utama dalam proses pembelajaran.
2. Prinsip penghargaan (reward)
Sama halnya dengan motivasi, penghargaan (reward) juga mempunyai
posisi penting untuk mensupport individu melakukan respons yang positif
dalam pembelajaran. Penghargaan (reward) yang diberikan tidak selalu
berupa materi, namun bisa juga bersifat abstrak. Misalnya, penghargaan
bisa diberikan dalam bentuk pujian, apresiasi maupun motivasi. Pujian
seorang guru kepada muridnya dapat menyebabkan murid tersebut
semangat untuk belajar. Dengan kata lain, penghargaan sangat
berpengaruh dalam proses pembelajaran untuk memunculkan respons
positif yang mampu memberikan semangat belajar.

9
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Remaja Rosdokarya, 2001).
12
3. Prinsip partisipasi aktif (active participation)
Partisipasi adalah "proses keterlibatan mental dan emosi seorang individu
kepada pencapaian suatu tujuan dan individu tersebut ikut bertanggung
jawab di dalamnya"." 10
Belajar akan lebih baik dan lebih cepat bila ada
partisipasi aktif dari siswa dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa
dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang
aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran
yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal mungkin.
Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan siswa yang belajar.
Setiap siswa pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah
kadar atau bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu
dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru
dalam mengajar agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
4. Prinsip konsentrasi (concentration)
Konsentrasi ialah suatu proses pemusatan pemikiran kepada suatu objek
tertentu. Konsentrasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Individu tidak akan mampu mempelajari sesuatu kalau dia
tidak berkonsentrasi untuk mendapatkannya. Bila demikian, konsentrasi
menjadi syarat mutlak dalam proses pembelajaran. Membangkitkan
konsentrasi siswa bisa melalui berbagai cara. diantaranya dengan
menggunakan perumpamaan fakta yang mengandung makna, mengajukan
pertanyaan, melakukan diskusi maupun dialog, menggunakan berbagai
media pembelajaran, seperti peta, sketsa, audio visual dan sebagainya.11
Dari penjelasan di atas tentang prinsip-prinsip pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya proses mengajar maupun pembelajaran
merupakan suatu pekerjaan yang rumit dan kompleks. Dalam proses
tersebut terdapat hal-hal yang sudah semestinya diperhatikan baik itu oleh
guru maupun siswa. Hal-hal inilah yang disebut oleh para ahli pendidikan
sebagai prinsip. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya kesiapan, motivasi,
10
Bambang Suryobroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002).
11
Fadhillah Suralaga, Psikologi Pendidikan, 2021.
13
perhatian, persepsi, retensi dan transfer. Ada pula yang mengemukakan
bila prinsip pembelajaran itu diantaranya motivasi, penghargaan,
partisipasi aktif dan konsentrasi. Bagaimana pun pengklasifikasian prinsip
pembelajaran oleh para ahli pendidikan tersebut, yang jelas prinsip-
prinsip ini memiliki perannya masing-masing dalam menumbuh
kembangkan keefektifan proses pembelajaran di sekolah.

E. Karakteristik Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


Karakteristik pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah menekankan
pada kemampuan untuk mengambil hikmah atau pelajaran dari sejarah Islam,
mencontoh tokoh-tokoh yang mencapai prestasi, dan menghubungkannya dengan
berbagai aspek kehidupan seperti fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni, dan aspek lainnya. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk memajukan kebudayaan dan peradaban Islam dalam konteks masa
sekarang dan masa depan.
Dalam konteks yang dijelaskan di atas, pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) pada dasarnya adalah proses transfer pengetahuan yang dilakukan
oleh guru kepada siswa yang berkaitan erat dengan peristiwa-peristiwa masa lalu,
baik itu peristiwa politik, sosial, maupun ekonomi yang secara faktual terjadi
dalam negara-negara Islam dan dialami oleh komunitas Muslim.12

BAB III
PENUTUP

12
Ita Rianti, Saiful Bachri, and Tri Yuniyanto, “Analisis Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (Ski) Berbasis Kurikulum 2013 Pada Materi Bani Abbasiyah Kelas Xi Ips Di Man 1
Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016,” 2016.
14
Kesimpulan
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari paparan di atas adalah:
1. Sejarah memiliki peran penting dalam memahami perjalanan suatu umat,
bangsa, negara, dan individu, serta memberikan pelajaran berharga dari
pengalaman masa lalu.
2. Sejarah Kebudayaan Islam membahas berbagai aspek kehidupan umat
Islam dalam konteks sejarah, seperti dakwah Nabi Muhammad SAW,
kepemimpinan setelah wafatnya Nabi, perkembangan Islam pada periode
klasik, abad pertengahan, abad modern, dan perkembangan Islam di
Indonesia.
3. Tujuan pembelajaran SKI meliputi pemahaman sejarah Islam yang
kontekstual, pembentukan karakter dan kepribadian yang baik,
penghargaan terhadap tokoh-tokoh sejarah, serta pengambilan pelajaran
dari peristiwa sejarah.
4. Ruang lingkup SKI mencakup berbagai periode sejarah Islam dan
perkembangan Islam di Indonesia, yang memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang perjalanan agama dan budaya Islam di seluruh
dunia.
5. Prinsip-prinsip pembelajaran dalam SKI mencakup kesiapan, motivasi,
perhatian, persepsi, retensi, transfer, penghargaan, partisipasi aktif, dan
konsentrasi.
6. Karakteristik pembelajaran SKI menekankan pengambilan hikmah dari
sejarah, contoh dari tokoh-tokoh yang mencapai prestasi, dan keterkaitan
dengan berbagai aspek kehidupan untuk memajukan kebudayaan dan
peradaban Islam.
Demikianlah kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas.
Harapannya, pemahaman tentang Sejarah Kebudayaan Islam dan prinsip-prinsip
pembelajarannya dapat meningkatkan penghargaan terhadap sejarah Islam dan
memperkaya pengetahuan kita tentang perjalanan agama dan budaya Islam.
DAFTAR PUSTAKA

15
Bambang Suryobroto. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002.

Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. CV Pustaka Setia, 2008.

Fachrudin, Yudhi. “Analisis Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,” n.d.

Fadhillah Suralaga. Psikologi Pendidikan, 2021.

Fadli SJ. Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah. Malang: UIN
Malang Press, 2008.

Fatah Syukur. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,


2009.

M Darwin. Sejarah Peradaban Dan Kebudayaan Islam. Metro: Stain Jurai Siwo
Metro, 2013.

Mubasyaroh. Sejarah Dakwah. Nora Media Enterprise, 2010.

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Remaja Rosdokarya, 2001.

Rianti, Ita, Saiful Bachri, and Tri Yuniyanto. “Analisis Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (Ski) Berbasis Kurikulum 2013 Pada Materi Bani
Abbasiyah Kelas Xi Ips Di Man 1 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016,”
2016.

Rusydi Sulaiman. Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada, 2014.

Siti Marqiyah. Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI )


Dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII MA. Jakarta: Al-Falah,
2011.

16

Anda mungkin juga menyukai