”Disusun dalam memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Sejarah
Eropa (AKBK1206)”
Dosen Pengampu:
Dr. Mohammad Zaenal Arifin Anis, M.Hum.
Mansyur, S.Pd.,M.Hum.
Disusun Oleh:
Kelompok II
Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah
Eropa.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Dr. Mohammad Zaenal
Arifin Anis, M.Hum. dan Mansyur, S.Pd.,M.Hum. yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
penulis tekuni.
Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang tulus dan sabar memberikan sumbangan baik berupa ide, materi
pembahasan dan juga bantuan lainnya yang tidak dapat dijelaskan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu penulis meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
2.1 Pembelajaran Sejarah Secara Umum ........................................................ 3
2.2 Sejarah Sebagai Ilmu ................................................................................ 3
2.3 Model-model Pembelajaran Sejarah ......................................................... 5
2.4 Berpikir Historis ....................................................................................... 7
BAB III................................................................................................................ 10
PENUTUP........................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
3.2 Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar para pembaca dapat memahami pengertian Sejarah dan pembelajaran
sejarah lokal
2. Agar dapat mengetahui Model-model Pembelajaran Sejarah
3. Agar dapat menambah bahan bacaan para pembaca
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
sosiologi, antropologi, dan psikologi, sehingga cakupan sejarah ini lebih sempit
daripada cakupan ilmu sejarah sebelumnya. Arsitek sejarah dalam pengertian “modern”
adalah Otto van Ranke.1 Berbeda dengan tradisi sebelumnya yang menggunakan kronik
maka sejarah modern menekankan penggunaan arsip dalam penulisan sejarah. Sejarah
modern lahir dan berkembang dengan sponsor negara modern yang membutuhkan
legitimasi dari sejarah, dan sebaliknya sejarah menggunakan arsip-arsip yang
dihasilkan oleh lembaga negara modern. Lahirnya sejarah modern bukan tanpa kritik,
karena ternyata sejarah modern cenderung sebagai sejarah politik, yang menekankan
peranan orang-orang besar.
Ciri-ciri sejarah sebagai ilmu dalam pengertian modern tidak dapat dilepaskan
dari latar belakang Eropa pada era modern. Pada masa itu ada pertentangan antara
aliran filsafat positivisme dan filsafat hermeneutika. Era modern yang ditandai oleh
berkembangnya rasionalisme mendorong tumbuhnya aliran filsafat Positivisme, yang
beranggapan bahwa suatu ilmu harus didasarkan pada prosedur pokok:
observasi/experimen – formulasi konsep-konsep – verifikasi. Metoda dasar yang
dikembangkan disini adalah metode nomotetis, yaitu suatu metoda yang bertujuan
untuk merumuskan hukum-hukum yang berlaku umum (general laws) atau disebut juga
membuat generalisasi. Generalisasi ini dimaksudkan untuk menerangkan (erklaeren)
gejala-gejala yang diamati. Di pihak lain, pada abad ke-19 di Eropa berkembang pula
kelompok hermeneutika yang menolak keharusan metoda yang ditawarkan oleh kaum
Positivis. Mereka menekankan metoda ideografis dalam kegiatan kelimuannya, yaitu
usaha untuk mencapai gambaran-gambaran khusus dari gejala alam, terutama yang
menyangkut kehidupan manusia. Metoda ideografis ini bermaksud menjelaskan gejala-
gejala yang diamati secara mendetail agar dapat mengerti (verstehen) secara lengkap.
Sebagai ilmu sejarah termasuk ilmu-ilmu empiris (bahasa Yunani emperia
berarti pengalaman). Pengalaman itu direkam dalam dokumen. Dokumen-dokumen
itulah yang diteliti sejarahwan untuk menemukan fakta. Fakta-fakta itulah yang
diinterpretasi. Dari interpretasi atas fakta-fakta barulah muncul tulisan sejarah.
1
Robert Eaglestone, Posmodrnisme dan Penolakan Holicaust, Yogyakarta: Jendela, 25.
5
Model picture study terdiri dari beberapa langkah, yaitu 1) picture wokkcards
for group study, 2) workcards for individual learning, 3) class use of textbook picture,
4) wall displays, 5) filmstripe, slides, 6) making pictures. Pada pelaksanaan model ini
dalam pembelajaran sejarah, harus diperhatikan beberapa hal berikut: 1) memilih
gambar yang sesuai dengan materi sejarah yang dipelajari, 2) memilih gambar yang
tersedia dengan lebih mementingkan relevansi terhadap materi daripada atraktifnya,
3) gambar yang sulit tidak dihindari, tetapi diperlukan untuk studi siswa dengan
bantuan pertanyaan, 4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menginterpretasi
gambar sesuai dengan kemampuan mereka, 5) dinding pajangan harus jelas,
sederhana dan dapat terlihat, dan 6) dinding pajangan diatur dengan pertanyaan atau
penjelasan yang mengundang pengujian dan komentar siswa.
6
Text book study bertujuan agar peserta didik dapat menemukan keterangan
khusus dari buku teks dan dapat mengingat perbedaan batasan pengertian anatara satu
dengan Iainya, serta dapat mengamati peristiwa berdasarkan informasi atau gambar di
dalam buku. Model ini dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam reference
skills, comprehensions skills, analytical and critical skills. Dan note making skills.
Adapun note making adalah kebiasaan yang dapat menumbuhkan kebiasaan untuk
membaca dan menulis yang kemudian dapat mengembangkan kebiasaan berpikir
analisis, sehingga siswa akhirnya dapat berimajinasi tentang peristiwa sejarah.
Map study dijelaskan oleh Garvey and Krug berfungsi sebagai: I) suatu
ilustrasi atau bantuan visual yang dapat membantu siswa dalam memahami peristiwa
atau topic tertentu, 2) sumber bagi siswa dalam mempelajari sejarah yang
berhubungan dengan peristiwa perang, migrasi, rute perdagangan yang dapat
ditemukan dalam atlas atau interaksi geografi dan sejarah, hubungan antar lingkungan
dan aktivitas kehidupan. Tujuan model ini adalah agar siswa dapat mengembangkan
kemampuan menyelidiki, mencermati, dan menyadari bahwa adanya pertalian yang
7
erat antara faktor geografi dan fakta sejarah yang melibatkan lingkungan dan ekologi
ke dalam hipotesis sejarah.
Berpikir sejarah menurut Brophy dan Alleman (1996: 123) mengatakan,“The thinking
skills standards focus on five graups of historical thinking skills, choronological
thinking, historical comprehension, historical analysis and interpretation, historical
comprehension, historical capabilities, historical issues-analysis and decision
making.” Berpikir historis juga dikemukakan oleh Hasan (2010: 3), yang berujar,
bahwa berpikir historis bertalian dengan ketrampilan intelektual dan ketrampilan
habitual. Dalam konteks ini, guru selalu melakukan aplikasi, analisis, evaluasi, dan
kreatif dalam merancang pembelajaran sejarah dengan menularkan kepada siswa.
Sejarah dalam konteks pendidikan sejarah merupakan mata pelajaran yang mampu
membangun beragam keterampilan baik bersifat kognitif maupun efektif.
Membangun berpikir sejarah diperlukan pertalian antara teori-teori yang ada dalam
ilmu sejarah dengan landasan filosofis dan teori dalam pendidikan sejarah. Hakekat
sejarah sebagai ilmu berurusan dengan waktu dan ruang dalam upayanya memahami
beragam aktivitas manusia. Dalam konteks waktu, yang harus dikembangkan
bagaimana pembelajaran sejarah memiliki konteks waktu dalam pendidikan. Konsep
waktu dalam sejarah tidak hanya membincangkan masa lalu, tetapi masa kini dan
meneropong masa depan, atau dikenal dengan sejarah visioner. Dalam konteks ini
sangat terlihat hakekat dari sejarahnya, yaitu kesinambungan dan perubahan. Bahasa
lainnya adalah adalah masa lalu menentukan masa sekarang, dan masa sekarang
menentukan masa yang akan datang.
Narasi di atas tentang berpikir historis mengisyaratkan suatu arti tentang bagaimana
memetakan masa depan dengan mengajarkan masa lalu. Hemat Wineburg (2006: 17)
berpikir historis mengharuskan kita mempertemukan dua pandangan yang saling
beroposisi: pertama, cara berpikir yang digunakan selama ini adalah warisan yang
tidak dapat disingkirkan dan kedua, jika tidak berupaya menyingkirkan warisan itu
maka gunakan presentism yang membuat pikiran kita buntu, yang melihat masa lalu
dengan kacamata sekarang. Pandangan Wineburg mengisyaratkan, tidak tepat
9
anggapan yang menyatakan, bahwa sejarah adalah persoalan masa lalu yang tidak
penting untuk dikaji. Bahkan Dewey seperti yang dikutip dalam Ileris (20009: 110),
menyatakan, bahwa sejarah bukannya tidak penting, namun tidak semestinya
ditransfer sebagai sekumpulan pengetahuan yang statis melainkan sebagai bagian dari
penelitian atas tantangan kotemporer.
Narasi di atas jika didialogkan pendapat dari Wineburg, Saixas, Brophy dan Alleman,
dan Abdullah maka sintesisnya adalah berpikir historis dapat menyadarkan siswa dan
kita akan perbedaan-perbedaan yang melaluinya kita belajar tentang toleransi dan
kebebasan. Hal ini mungkin yang belum pernah diajarkan di sekolah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sikap positif siswa dalam proses belajar mengajar berpengaruh pada motivasi
dan hasil belajar siswa, dan motivasi siswa akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah mencakup kecakapan akademik,
kesadaran sejarah, dan nasionalisme.
10
DAFTAR PUSTAKA
11