MODUL
WORKSHOP PENINGKATAN KAPASITAS
TENAGA BIDANG KESEJARAHAN BAGI PENULIS SEJARAH
Oleh :
Kresno Brahmantyo
0
KATA PENGANTAR
1
Kami menyadari bahwa bahan ajar ini masih ada kekurangan
dan kelemahannya, baik pada isi, bahasa maupun penyajiannya.
Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan adanya tanggapan
berupa masukan dan saran guna penyempurnaan bahan ajar
ini. Semoga bahan ajar ini bermanfaat khususnya bagi peserta
workshop.
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR
4
PETUNJUK PENGGUNAAN BAHAN AJAR
B. PERAN NARASUMBER
Kegiatan ini akan melibatkan narasumber/pengajar dari
pusat maupun daerah yang akan menyampaikan pokok
permasalahan dalam melakukan penulisan sejarah. Mereka juga
akan mendampingi para peserta dalam latihan membuat
proposal, mencari sumber dan melakukan penulisan kisah
(sejarah). Melalui Bimbingan Teknis ini para peserta diharapkan
dapat membuat satu tulisan “kecil” tentang topik kesejarahan,
dan mempresentasikannya untuk mendapatkan masukan baik
dari sesama peserta maupun narasumber. Nara sumber mata
ajar Pengantar Ilmu Sejarah akan memaparkan pengetahuan
dasar mengenai ilmu sejarah, dengan pembekalan lanjutan pada
5
materi berikutnya untuk membekali peserta dalam
menghasilkan satu penulisan sejarah.
6
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sejarah merupakan salah satu ilmu pengetahuan tertua
yang menjadi pendamping kehidupan manusia, karena semua
umat manusia memiliki sejarahnya sendiri. Sejarah
mengajarkan kepada umat manusia untuk belajar dari masa
lampau untuk masa kini dan masa depan. Maksudnya adalah
dengan belajar sejarah, manusia dapat menentukan langkah
selanjutnya dalam kehidupannya, degan tidak mengulangi
kesalahan yang sama atau sebaliknya dapat memotivasi untuk
menjadi lebih baik dalam langkah selanjutnya di masa depan.
Memahami hubungan antara masa lampau dengan masa kini
merupakan hal yang sangat mendasar untuk mengerti jati diri
kita sebagai manusia. Itu sebabnya, mengapa Sejarah menjadi
penting, bukan saja ‘bermanfaat‘.
Sejarah sebagai satu kosa kata berasal dari Bahasa Arab,
syajarah atau pohon; syajarah an nasab: pohon silsilah,
sedangkan kata sejarah dalam Bahasa Arab sendiri disebut
tarikh ( ) ت اري خyang dalam Bahasa Indonesia artinya adalah
waktu. Sedangkan dalam Bahasa Jerman disebut geschicht :
sesuatu yang telah terjadi, Belanda, geschiedenis: yang sudah
terjadi; Yunani, historia : orang yang mencari ilmu dan Inggris,
history : masa lampau. Sedangkan sebagai satu konsep
keilmuan sejarah adalah sebuah kumpulan fakta berkenaan
dengan kejadian masa lampau. Fakta tersebut diseleksi oleh
sejarwan untuk ditemukan vaiditasnya dan menurut perspektif
masing-masing sejarawan. Sejarawan kemudian merangkai
fakta yang ditemukan dari satu peristiwa masa lampau menjadi
satu kisah sejarah.
7
2. DESKRIPSI SINGKAT
Bahan ajar ini membahas satu bagian penting dalam
Bimbingan Teknis Penulisan Sejarah, yakni Pengantar Ilmu
Sejarah. Peserta bimbingan teknis adalah mereka yang tidak
memiliki latar belakang pengetahuan ilmu sejarah, sehingga
dengan demikian bahan ajar ini dapat dijadikan acuan pemula
bagi para peserta. Bahan ajar ini merupakan bagian pertama
dari lima modul mata ajar yang dipersiapkan untuk Bimbingan
Teknis Penulisan Sejarah.
3. HASIL BELAJAR
Peserta diharapkan memperoleh pengetahuan bidang
kesejarahan dan memahami ilmu sejarah secara umum. Peserta
dapat memahami apa arti sejarah, guna sejarah, sejarah sebagai
ilmu dan seni dan profesi sejarah menurut perspektif sejarah
publik.
8
5. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK
Dalam bahan ajar ini dibahas materi sebagai berikut:
1. Pengertian Sejarah
2. Guna Sejarah
3. Sejarah Sebagai Ilmu dan Seni
4. Sejarah Publik dan Profesi Sejarah
9
BAB II
MATERI POKOK
A. PENGERTIAN SEJARAH
1Penelope J. Corfield. “All people are living histories – whuch is why History matters.“
http://www.history.ac.uk/makinghistory/resources/articles/why_history_matters.html
2 Ibid.
10
Berdasarkan etimologi bahasa sejarah berasal dari bahasa
Arab, “syajarah” (شجرة sajaratun) atau pohon; syajarah an
nasab: pohon silsilah, sedangkan kata sejarah dalam Bahasa
Arab sendiri disebut tarikh () ت اري خ yang dalam Bahasa
Indonesia artinya adalah waktu. Sedangkan dalam Bahasa
Jerman disebut geschicht : sesuatu yang telah terjadi, Belanda,
geschiedenis: yang sudah terjadi; Yunani, historia : orang yang
mencari ilmu dan Inggris, history : masa lampau.
Lalu secara terminologi apa itu sejarah? Sehingga dianggap
penting dalam kehidupan manusia. Menurut E.H. Carr, seorang
sejarawan Inggris terkemuka, sejarah adalah sebuah kumpulan
fakta yang ada. Fakta tersebut diseleksi oleh sejarwan untuk
ditemukan vaiditasnya dan menurut perspektif masing-masing
sejarawan.3
3
Lihat E,H. Carr, Apa Itu Sejarah. Jakarta: Komunitas Bambu, 2014, merupakan literatur
klasik mengenai pengantar ilmu sejarah, buku setebal 256 halaman ini menjadi referensi
penting dalam perdebatan topik-topik sejarah seperti apakah sejarah masuk dalam
kategori sains, unsur apa saja yang terdapat dalam sejarah, apakah sejarawan dapat
memberikan penilaian moral terhadap sejarah yang ditulisnya serta kritik pada teori-teori
sejarah.
4Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995), hlm.
1-35
11
dijadikan patokan untuk menentukan kalender Mitos dari
Sumatera: menceriterakan raja Iskandar Zulkarnain turun dari
Bukit Seguntang, yang kemudian menurunkan raja-raja. Mitos
dari Sulawesi: menceriterakan turunnya To Manurung yang
kemudian juga menurunkan raja-raja. Mitos-mitops semacam
itu banyak tersebar di Nusantara.
Mitos biasanya diawali dengan “Kata yang empunya
ceritera” atau kata “Sahibul Hikayat.” Dalam mitos tidak ada
penjelasan kapan peristiwa itu terjadi, sementara dalam sejarah
semua peristiwa secara tepat diceriterakan kapan terjadinya.
Dalam Babad Tanah jawa disebutkan bahwa raja-raja
Mataram di satu pihak adalah keturunan Nabi, tetapi dilain
pihak merupakan keturunan tokoh wayang. Demikian pula
ceritera Dayang Sumbi yang bersumpah akan mengawini siapa
saja yang sanggup mengantarkan jarum yang terjatuh.Akhirnya
Dayang Sumbi harus mengawini seekor anjing yang yang
berhasil membawakan jarum kepadanya. Mitos bersama dengan
nyanyian mantra, syair, dan pepatah termasuk dalam tradisi
lisan/ Tradisi lisan dapat menjadi sumber sejarah, asal ada
sumber sejarah lain.
12
x 2 = 4. Dalam bidang sejarah, hukum tersebut tidak berlaku.
Karena meskipun fakta-fakta yang digunakan sama, namun
ketika fakta-fakta tersebut dirangkai menjadi suatu kisah
sejarah, maka akan ditemukan dua kisah yang berbeda. Hal ini
terjadi karena menyangkut proses penafsiran
5Kuntowijoyo, ibid
13
kompleks. Dalam perkembangan tersebut, terjadi tanpa ada
pengaruh dari luar yang menyebabkan pergeseran. Contoh :
perkembangan demokrasi di Amerika. Masyarakat Amerika
mula-mula terbentuk di kota-kota kecil di New England pada
awal abad ke-17. Di kota-kota kecil itulah timbul dewan-dewan
kota, tempat orang berkumpul. Dari kota-kota kecil itulah
tumbuh kota-kota propinsi, kemudian tumbuh menjadi kota-
kota besar, dan dari kota-kota besar muncul kota metropolitan
dan seterusnya. Dalam hal ini pertumbuhan demokrasi
mengikuti perkembangan kota
Kesinambungan terjadi jika suatu masyarakat baru hanya
melakukan adopsi lembaga-lembaga lama. Contoh: kolonialisme
pada awalnya adalah kelanjutan dari patrimonialisme.
Kebijakan kolonial hanya mrengadopsi kebiasaan lama, Dalam
menarik upeti raja taklukan, Belanda meniru raja-raja pribumi,
Demikian pula dalam hal sewa tanah, Belanda mendapatkan
tenaga kerja, hal tersebut juga telah diberlakukan oleh raja-raja
pribumi kepada rakyatnya.
Pengulangan terjadi jika peristiwa yang pernah terjadi pada
masa lampau terjadi lagi pada saat ini. Misalnya: munculnya
pemodal kuat. Sepanjang abad ke-19 pada masa pemerintahan
kolonial, kaum pemodal besar itu telah menyengsarakan
penduduk dan menimbulkan banyak protes sosial. Sekarang,
kaum pemodal besar itu muncul lagi, dan banyak
memimbulkan protes.
Perubahan terjadi jika masuyarakat mengalami pergeseran,
sama dengan perkembangan. Akan tetapi, asumsinya adalah
adanya perkembangan besar-besaran dan dalam waktu yang
relatif singkat. Perubahan biasanya terjadi karena pengaruh
dari luar. Gerakan Paderi di Sumatera Barat yang menentang
kaum adat, seringkali dianggap sebagai hasil pengaruh Gerakan
Wahabi di Arab yang ditularkan melalui para haji yang sepulang
dari Mekah tidak puas cengan kekuasaan kaum adat. Demikian
pula gerakan nasionalisme di Indonesia seringkali dianggap
sebagai kepanjangan dari gerakan Romantik Eropa, gerakan
Pan-Islamisme di Timur Tengah, gerakan Turki Muda, dan
gerakan Sun Yat Sen. Sementara di Indonesia sendiri gerakan
14
nasional itu lebih merupakan kebangkitan kaum intelektual.
Agar setiap waktu dapat dipahami, maka dibuatlah
pembabakan waktu atau periodesasi dalam sejarah. Hal ini
dimaksudkan agar setiap babak waktu itu menjadi jelas ciri-
cirinya sehingga dapat lebih mudah dimengerti. Sejarah Eropa
misalnya, dapat dibagi dalam tiga periode yaitu zaman klasik,
zaman Pertengahan, dan zaman Modern. Demikian pula halnya
dengan sejarah Indonesia, biasanya dibagi dalam empat periode,
yaitu prasejarah, zaman kuno, zaman islam, dan zaman
modern. Periodesasi itu dibuat berdasarkan jenis sejarah yang
akan ditulis. Periodesasi Sejarah Politik akan berbeda dengan
periodesasi Sejarah Intelektual.
15
sejarah harus menulis peristiwa, tempat, dan waktu yang hanya
sekali terjadi. Misalnya, sejarah itu harus menulis tentang
Pemberontakan Komunis di Indonesia tahun 1965.
Pemberontakan komunis di Indonesia tahun 1965 itu hanya
terjadi satu kali dan tidak terulang di tempat lain.
Sejarah harus terinci, maksudnya, sejarah harus
menyajikan yang kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal yang
besar. Ketika akan berbicara tentang bangsawan istana di
Yogyakarta pada abad ke-19, maka hal-hal yang sekecil-kecilnya
harus ditulis misalnya tentang pendidikannya, perkawinan dan
sebagainya dari bangsawan tersebut.
B. GUNA SEJARAH
Guna Intrinsik
Setidaknya ada empat guna sejarah secara intrinsik yaitu
(1) sejarah sebagai ilmu, (2) sejarah sebagai cara mengetahui
masa lampau, (3) sejarah sebagai pernyataan pendapat, (4)
sejarah sebagai profesi.
17
tentang Sarekat Islam Lokal telah mendorong banyak
penelitian.
Guna Ekstrinsik
Secara umum sejarah mempunyai fungsi pendidikan, yaitu
sebagai pendidikan (a) moral, (b) penalaran, (c) politik, (d)
kebijakan, (e) perubahan, (f) masa depan, (g) keindahan, (h) ilmu
bantu. Selain sebagai pendidikan, sejarah juga berfungsi
sebagai (i) latar belakang, (j) rujukan, dan (k) bukti.
27
sejarawan sama dengan seniman.
Untuk mendapatkan intuisi, sejarawan harus bekerja keras
dengan data yang ada. Disinilah letak perbedaan intuisi antara
seniman dan sejarawan. Sejarawan harus tetap berpegang teguh
pada data.
7 Faye Sayer. Public History. A Practical Guide. London: Bloommsbury Academic, 2015,
buku ini merupakan buku pengantar sejarah publik yang paling komprehensif dengan
memberikan ilustrasi penelitian, studi kasus dan karya dalam sejarah publik. Lihat juga,
James M. Banner Jr. Being a Historian. An Introduction to the Professional World of History.
New York: Cambridge University Press, 2012, pada bab 5 membahas profesi sejarawan di
luar akademik sebagai abagian dari “intelektual publik,” hlm. 121-175. Jerome de Groot.
Consuming History. Historian and heritage in contemporary popular culture. New York:
Routledge, 2009. Paul Ashton & Hilda Kean (Eds.). People and their Pasts. Public History
Today. New York: Palgrave Macmillan, 2009.
30
Sejarawan publik bekerja di bidang pelestarian peninggalan
masa lampau, museum, media, pendidikan, radio dan film dan
media interaktif multimedia dan bidang lain yang berhubungan
erat dengan kesejarahan dan penyebarluasannya kepada publik.
Sejarah publik juga berkaitan dengan bagaimana
memperkenalkan hubungan antara publik sebagai audiens,
praktek kesejarahan dan konteks sosial yang saling
berhubungan. Menurut Ludmilla Jordanova, sejarah publik
pada dasarnya pengetahuan sejarah yang disebarluaskan ke
khalayak ramai dalam berbagai bentuk yang kemudian
membangkitkan kesadaran tentang masa lalu yang (tentu saja)
berbeda dari setiap individu, kelompok atau bahkan satu negara
dengan negara lain.8
31
tempat tersebut. Hal ini bisa juga melibatkan komunitas
tertentu dalam masyarakat untuk menggali informasi
kesejarahan yang lebih dalam. Atau dalam kadar yang lebih
dalam dan luas bisa melakukan reinterpretasi ulang atas satu
peristiwa sejarah yang pernah terjadi dengan melibatkan
masyarakat dan menggunakan metode sejarah lisan misalnya.
Atau melakukan riset atau studi untuk menyelenggarakan satu
acara wisata sejarah.
32
E. JENIS DAN PROFESI DALAM SEJARAH PUBLIK
9Faye Sayer. Public History. A Practical Guide. New York: Bloomsburry Academic, 2015,
hlm. 88-171-
33
1. Museum, Arsip dan Situs Bersejarah
Museum, arsip dan situs bersejarah bukan hanya
merupakan gudang penyimpanan sejarah, tapi juga
merupakan fasilitas sejarah publik yang aktif, dimana kisah-
kisah masa lampau dikomunikasikan kepada publik. Secara
praktis, museum mengkomunikasikan masa lampau melalui
artifak-artifak sejarah. Sementara itu, Arsip adalah tempat
penyimpanan dokumen atau catatan bersejarah. Situs-situs
bersejarah (heritage centres) mempersembahkan rekreasi dan
reksontruksi sejarah. Dalam kenyataan, pembagian ini
menjadi lebih kompleks, fungsi dan fasilitas yang melekat
menjadi tidak ekslusif, karena adanya ketertkaitan satu
dengan lainnnya. Sebagai contoh, situs-situs bersejarah
memuat display artifak-artifak seperti halnya di museum,
sementara museum juga dapat memuat koleksi arsip yang
dapat dipresentasikan dalam koleksinya, dan arsip
memerlukan satu pengelolaan bahan sehingga dapat
menciptakan satu museum.10 Dengan demikian batasan
fungsi yang mereka emban seringkali kabur.
Museum dan arsip, sebagai aktivitas sejarah publik
menyediakan historiografi sejarah publik dan merupakan titik
awal yang ideal, untuk memahami pertumbuhan dan
perkembangan sejarah publik secara nyata.11 Hal ini yang
akan memberdayakan publik untuk berubah dari konsumen
sejarah yang pasif menjadi lebih aktif dengan ikut
“mengintepretasikan“ masa lampau. Museum menjadi garda
terdepan yang kritis terhadap sejarah publik dan memberikan
10Faye Sayer, Ibid. Untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai penjelasan ini yang
saling terkait, cobalah melihat museum terdekat atau ke Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI), dengan Diorama Perjalanan Kehidupan Bangsa, yang merupakan museum dengan
presentasi utamanya berdasarkan koleksi arsip http://www.anri.go.id/home.
https://sejarah-nusantara.anri.go.id, untuk memperoleh gambaran koleksi diorama lihat
http://www.kompasiana.com/dita.widodo/belajar-asyik-sejarah-perjalanan-bangsa-di-
anri_5529427e6ea834ff2d8b45dc
11 Franco, B., “Public history and memory: a museum perspective,” The Public Historian, 19
(2), 1977, hlm. 66.
34
contoh kunci pendekatan inovatif atas komunikasi sejarah.
Museum dan arsip dapat dikatakan sebagai “gudangnya“
warisan masa lampau satu bangsa, dengan koleksinya yang
merepresentasikan kebudayaan dan indentitas nasionalnya.
2. Guru Sejarah
Profesi guru sejarah adalah salah satu contoh dari
sejarah publik yang paling nyata, sesuai dengan definisinya,
mereka yang bekerja di luar dunia akademik. Guru sejarah
juga merupakan agen perubahan pada generasi muda
khususnya dalam upaya penanaman nilai-nilai luhur satu
bangsa melalui pengajaran sejarah. Perkembangan
pengajaran sejarah juga semakin maju dengan diterapkannya
pendekatan baru dalam pengajaran sejarah, dengan lebih
banyak memberikan praktek lapangan kepada para siswa.
Misalnya dengan melihat langsung artifak, latihan peran serta
(role-playing exercises), dan pemanfaatan multimedia. Semua
paradigma baru ini bertujuan untuk menjadikan belajar dan
mengajar sejarah menjadi lebih ramah (user-friendly), atau
lebih membumi dengan memperkenalkan unsur-unsur
hiburan dan partisipasi.12
Kuntowodjojo membagi pembelajaran sejarah yang
disesuaikandengan jenjang pendidikan yang ditempuh.
Tingkat SD, sejarah dapat diberikan dengan pendekatan
estetis, untuk menanamkan cinta perjuangan, pahlawan,
tanah air dan bangsa. Untuk SLTP, dengan pendekatan etis
dengan menanamkan penegertian bahwa mereka hidup
bersama orang, masyarakat dan kebudayaan lain sehingga
memahami kehidupan dalam masyarakat majemuk. Tingkat
SMU, sejarah diberikan secara kritis dengan mengulas
mengapa suatu peristiwa terjadi, dank e mana arah kejadian-
kejadian masa lampau itu. Sedangkan di tingkat perguruan
tinggi, sejarah diberikan secara akademis. Mahasiswa
mempelajari perubahan dalam masyarakat dengan latar
belakang sejarah dan budaya yang berbeda, mempunyai
12 Sayer, Faye, Op.Cit. hlm. 139.
35
gambaran tentang kesinambungan dan perubahan dan
dengan ilmunya dapat melihat perkembangan yang terjadi.13
3. Komunitas Sejarah
Komunitas Sejarah merupakan keterlibatan publik
secara langsung, biasanya ditentukan secara geografis
berhubungan dengan sejarah lokalnya. Kegiatan atau
penelitian yang dilakukan komunitas menfasilitasi publik
untuk secara langsung terlibat dalam proses investegasi
sejarah, interpretasi, presentasi, dan perlindungan (situs
sejarah). Proyek semacam ini biasanya dilakukan
kelompok atau komunitas sejarah yang ada dalam
masyarakat.14 Komunitas Sejarah memakai serangkaian
metode yang berhubungan dengan aktivitas kesejarahan,
seperti riset kearsipan, gedung atau bangunan
36
Gambar 2. Salah satu kegiatan komunitas sejarah
di Semarang
Sumber http://lopensemarang.blogspot.co.id
17Lihat Jordanova, L., History in Practice. London: Bloomsbury Academic, 2010; De Groot,
Consuming History; dan lihat juga bahasan khusus mengenai film sejarah karya
Rosentsone, R., Visions of the Past: The Challenge of Film to Our Idea of History. Cambridge,
MA: Harvard University Press, 1995.
37
kisah sejarah akademik menjadi satu format sejarah yang
dapat diakses dengan mudah, seperti, siaran televisi, radio,
dan artikel dalam buku-buku dan majalah sangat jelas
konsumennya yakni publik secara luas. Dengan format
presentasi kesejarahan seperti ini, sudah dapat dipastikan
menjadi satu kegiatan yang melibatkan publik dengan
sejarah.
Tentu saja keberhasilan dalam menterjemahkan
sejarah dalam kebudayaan populer membutuhkan
penguasaan komunikasi dengan bermacam subyeknya,
seperti film, televisi, radio dan buku. Sejarah diadaptasi ke
pasar publik dengan menyuguhkan kisah yang menarik
dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami. Dapat
dibayangkan tayangan sejarah yang dipresentasikan secara
kaku dan lebih menonjolkan sifat akadmiknya akan
membuat penonton bosan dan tidak paham dengan kisah
yang sedang disajikan. Sehingga memang dibutuhkan
keahlian dalam mempresentasikan kisah sejarah ini dalam
satu wujud tayangan yang populer. Sejarawan yang terlibat
di dalamnya harus dapat bertindak sebagai „pendongeng
sejarah“ untuk bisa menyatukan semua informasi
kesejarahan yang mudah dipahami oleh publik.
5. Media Digital
Kemajuan teknologi abad ini adalah internet, yang
telah mengubah komunikasi antar umat manusia menjadi
semakin tanpa batas, waktu dan tempat. Hampir semua
aktivitas manusia menjadi “digital”, mendekatkan yang jauh
tapi juga menjauhkan yang semula dekat (secara fisik).
Hadirnya media sosial dalam komunikasi antar umat
manusia juga berdampak pada bentuk baru presentasi
sejarah kepada publik. Media digital dalam berbagai
bentuknya menjadi representasi baru sejarah populer.
Faye Sayer mengungkapkan bagaimana media digital telah
merambah berbagai sektor kesejarahan, termasuk
didalamnya museum, arsip dan situs sejarah (heritage
centers), juga di pendidikan (sejarah), komunitas sejarah
38
dan sejarah politik.18 Media digital dimanfaatkan di bidang
kesejarahan sebagai bentuk komunikasi dan presentasi
sejarah ke masyarakat luas, dan menciptakan jaringan
informasi kesejarahan digital yang dapat dibagikan pula
kepada penikmat sejarah tradisional.
39
Gambar 4. Contoh Laman Media Digital Akun Twitter
tentang Sejarah Indonesia
40
F. LATIHAN
1. Jelaskan pengertian sejarah.
2. Apa yang dimaksud guna sejarah, sebutkan dan jelaskan.
3. Jelaskan perbedaan mitos dengan sejarah.
4. Apa yang dimaksud sejarah publik, apa bedanya dengan
sejarah akademik (profesional)? Jelaskan
5. Dengan melihat kategori jenis profesi dalam sejarah publik,
dimana Anda menempatkan diri sebagai sejarawan publik?
(lihat bagan profesi sejarah)
41
BAB III
PENUTUP
A. RANGKUMAN
B. KUNCI JAWABAN
42
DAFTAR PUSTAKA
43
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam
Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
--------------. 2001. Indonesian Historiography. Yogyakarta:
Kanisius.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. edisi ke-2. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
----------------. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
----------------. 2008. Penjelasan Sejarah. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Kyvig, David E and Myron A. 2010. Marty. Nearby History.
Exploring the Past Around You (3rd Ed.). Lanham Maryland,
Altamira.
Sayer, Faye. 2015. Public History. A Practical Guide. London:
Bloommsbury Academic.
44
LAMPIRAN
45