Anda di halaman 1dari 14

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

METODE WAWANCARA
DALAM PENELITIAN SEJARAH
(STUDI NON DOKUMENTER)

Samsi Haryanto

2011

commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena atas berkat
dan rahmat-Nya, buku ini dapat tersusun.
Buku berjudul “Metode Wawancara dalam Penelitian Sejarah (Studi Non
Dokumenter)” ini disusun dengan maksud agar menjadi referensi bagi para
mahasiswa jurusan ilmu sejarah dalam mengembangkan pembelajaran metode
penelitian sejarah, bagi para mahasiswa pendidikan sejarah dalam upaya
mengembangkan atau menyusun bahan ajar muatan lokal pembelajaran sejarah
sebagai pelaksanaan kurikulum muatan lokal, dan bagi para mahasiswa lain yang
tertarik mengungkap peran tokoh dalam masa ketokohannya dalam suatu organisasi/
lembaga/pergerakan seperti Ketamansiswaan misalnya. Tidak menutup kemungkinan,
buku ini bisa dimanfaatkan oleh para pihak yang tertarik pada sejarah, khususnya
pada pengungkapan peran pelaku sejarah yang kini masih hidup.
Disadari oleh penyusun bahwa banyak pihak telah membantu demi
tersusunnya buku ini. Oleh sebab itu kepada pihak-pihak tersebut disampaikan
ucapan terima kasih.
Semoga kehadiran buku ini benar-benar bermanfaat.

Penyusun

commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I SEJARAH LISAN SEBAGAI SUATU METODE ......................
A. Mengapa Sejarah Lisan ..........................................................
B. Pengertian dan sasaran studi sejrah lisan ................................
C. Beberapa contoh hasil studi sejarah non dokumenter ............
BAB II WAWANCARA DALAM PENELITIAN SEJARAH ................
A. Wawancara: Teknik Pengumpulan Informasi yang bersifat
pelengkap ...............................................................................
B. Persialan untuk wawancara.....................................................
C. Pelaksanaan Wanwancara .......................................................
BAB III KREDIBILITAS INFORMASI HASIL WAWANCARA ............
A. Konsep-konsep Reliabilitas, Validitas, dan Kredibilitas .......
B. Kemampuan untuk memberikan informasi yang kredibel .....
C. Kemauan untuk memberikan informasi yang kredibel ..........
D. Triangulasi .............................................................................
BAB IV MERENCANAKAN KEGIATAN PENELITIAN ......................
A. Menyusun rancangan penelitian pada umumnya ...................
C. Menyusun proposal penelitian untuk penulisan skripsi .........

commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
SEJARAH LISAN SEBAGAI SUATU METODE

A. MENGAPA SEJARAH LISAN


Pada dasarnya suatu kelompok masyarakat atau suatu bangsa memulai
jaman sejarahnya sejak masyarakat atau bangsa yang bersangkutan mengenal
tulisan. Melalui jejak peninggalan masa lampaunya yang memuat informasi
tertulis, kita dapat mengungkap sejarah mereka. Jejak peninggalan masa lampau
yang berupa tulisan dalam istilah umum disebut dokumen, dan di dalam meneliti
sejarah dokumen tersebut merupakan sumber utama atau sumber pokok.
Namun demikian peneliti kerap kali sangat sulit menemukan sumber yang
berupa dokumen dalam rangka kegiatan melakukan penelitian sejarah. Hal yang
demikian dapat terjadi oleh karena beberapa kemungkinan sebagai penyebabnya
(Lembaran Berita Sejarah Lisan, No. 7, tahun 1981). Dalam masa-masa yang
penuh kekacauan dan perubahan yang sangat cepat, sejumlah besar informasi
yang telah ditulis dan bahkan mungkin ada yang telah diterbitkan, dengan sengaja
atau tidak sengaja dimusnahkan oleh karena pertimbangan-pertimbangan politik,
militer, dan keamanan. Oleh sebab itu amat sedikit atau hampir tidak ada
dokumen-dokumen yang berasal dari masa-masa tersebut yang dapat ditemukan.
Dalam sejarah Indonesia, masa-masa yang penuh kekacauan tersebut dapat
disebutkan yakni masa pendudukan Jepang 1942-1945 dan masa revolusi phisik
1945-1950.
Kemungkinan lain yang menjadi penyebab sangat sulitnya menemukan
jejak masa lampau yang berupa dokumen adalah adanya perkembangan perhatian
para sejarawan dalam hal obyek studi yang ingin diungkapnya. Sejak sejarawan
terkemuka, Sartono Kartodirdjo, memperkenalkan pendekatan multi-dimensional
dalam penelitian dan penulisan sejarah, munculah gejala lain dalam
perkembangan ilmu sejarah di tanah air.

commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pertama, sejarah politik yang berkisar pada dinamika dan sistem


kekuasaan, yang secara praktis bersifat elitis dengan memfokus pada sejarahnya
raja-raja, orang besar, atau tokoh terkemuka, tidak lagi menjadi monopoli
perhatian sebagai “wilayah” penelitian dan pengkajian. Sejarah sosial, yang sering
mewujudkan dirinya dalam sejarah lokal, sejarah agraris, dan sejarah perkotaan
(urban-history) makin mendapat perhatian. Bahkan perkembangan lebih lanjut,
tidak saja perhatian tertuju ke sejarah sosial (social-history) namun berkembang
ke sejarah masyarakat (societal-history). Pergeseran terjadi dari sejarah sosial
sebagai suatu pendekatan kepada sejarah masyarakat sebagai sasaran penelitian.
Di satu pihak pergeseran ini menyebabkan sejarawan makin mendekati
pendukung dinamika sejarah yang sesungguhnya yakni “orang kecil dalam
peristiwa kecil”, dan pihak lain, sifat komparatif yang secara implisit telah
menjadi bagian dari ilmu sejarah, makin dengan sadar dilakukan.
Kedua, makin intimnya sejarawan dengan cabang-cabang ilmu sosial lain.
Sejarawan makin membiasakan dirinya dengan berbagai konsep-konsep yang
telah lebih dahulu diperkembangkan oleh disiplin-disiplin ilmu lain. Argumen
yang bertolak dari wawasan teori telah makin kerap mendasari kisah sejarah yang
ditulis. Bersamaan dengan semakin biasanya menerapkan konsep-konsep maupun
teori dari ilmu sosial lain (misalnya dari sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi,
antropologi, psikologi), semakin biasa pula para sejarawan memilih masalah
untuk diungkap mengambil dari masalah-masalah yang biasa dipilih oleh ilmu-
ilmu lain. Sebagai contoh dapat disebutkan bahwa masalah-masalah yang selama
ini digeluti oleh sosiologi, seperti cultural-group, social-group, dan community
yang masing-masing mencakup dua aspek yakni aspek struktural dan aspek
fungsional, semakin menarik minat para sejarawan untuk dipilihnya.
Gejala yang muncul dalam perkembangan ilmu sejarah tersebut
menunjukkan adanya kecenderungan baru dalam panorama penulisan sejarah
yang sekaligus menunjukkan peralihan kecenderungan teoritis dan metodologis
dalam penggarapannya. Perhatian terhadap peran “orang kecil dalam peristiwa
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
WAWANCARA DALAM PENELITIAN SEJARAH

A. WAWANCARA: TEKNIK PENGUMPULAN INFORMASI YANG


BERSIFAT PELENGKAP
Wawancara yakni percakapan seseorang dengan orang lain dengan tujuan
tertentu, yaitu mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari yang
diwawancara, adalah suatu teknik pengumpulan data yang amat penting dalam
penelitian survey, disamping teknik utama yakni observasi. Oleh sebab itu dalam
penelitian survey, teknik wawancara merupakan pembantu utama dari metode
observasi. Kecuali untuk mengumpulkan keterangan dan data dalam rangka suatu
penelitian survey atau penelitian masyarakat secara umum, teknik wawancara
juga dipergunakan untuk banyak hal lain, misalnya oleh wartawan untuk
mendapatkan keterangan bagi suatu berita yang akan dimuat dalam surat
kabarnya, oleh pimpinan perusahaan untuk menyaring karyawan baru, oleh psiko-
analis untuk diaknosa dan terapi, dan sebagainya.
Dalam penelitian sejarah yang memiliki kekhususan tersendiri diantara
penelitian-penelitian sosial lainnya, teknik pengumpulan data atau informasi
utama yang digunakan adalah teknik pengumpulan data yang berasal dari sumber
tertulis yang termuat dalam dokumen. Oleh karena ciri utama studi sejarah adalah
menyangkut peristiwa atau keadaan masa lalu, maka teknik pengumpulan data
melalui observasi kiranya amat sulit dilakukan, kalau tidak boleh dikatakan amat
naif. Dengan demikian dalam penelitian sejarah teknik pengumpulan data dan
informasi yang dikumpulkan dengan cara wawancara merupakan teknik atau
metode pengumpulan informasi yang sifatnya penunjang atau pendukung
terhadap informasi yang diperoleh dari sumber dokumen. Apabila ternyata dalam
suatu penelitian sejarah tertentu peneliti merasa kesulitan dalam mengumpulkan

commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

data dari sumber dokumen oleh karena memang masalah yang ditelitinya tidak
meninggalkan jejak masa lalu yang berupa dokumen, maka barulah informasi
yang diperoleh dari hasil wawancara bisa dipandang sebagai bahan yang amat
penting. Hal yang demikian mengisyaratkan bahwa dalam penelitian sejarah,
peneliti pertama-tama wajib berusaha untuk mencari bahan atau informasi dari
sumber dokumen.
Apabila seorang peneliti sejarah “terpaksa” melakukan pengumpulan data
atau informasi melalui wawancara, maka sebagaimana peneliti-peneliti ilmu
sosial lainnya, seorang peneliti sejarah juga perlu mempersiapkan diri sebelum
memulai wawancara. Sebelum peneliti berhadapan muka dengan orang yang
diwawancara untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan, ada beberapa hal
yang harus dipersiapkan terlebih dahulu yakni: (1) seleksi individu untuk
diwawancara, (2) pendekatan terhadap orang yang telah dipilih untuk
diwawancara, (3) pengembangan suasana lancar dalam wawancara termasuk di
dalamnya adalah usaha untuk menimbulkan pengertian dan bantuan sepenuhnya
dari orang yang diwawancara (Koentjaraningrat, ed., 1977), dan (4)
mempersiapkan pokok-pokok masalah yang akan diwawancarakan.

B. PERSIAPAN UNTUK WAWANCARA


1. Seleksi individu untuk diwawancara
Dalam rangka penelitian sosial pada umumnya ada dua macam
wawancara yang pada dasarnya berbeda sifatnya, yakni (1) wawancara
terhadap informan, dan (2) wawancara terhadap responden. Wawancara
terhadap informan dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan dan data
mengenai individu tertentu (bukan mengenai individu si informan) untuk
keperluan informasi, sedangkan wawancara terhadap responden dimaksudkan
untuk mendapatkan keterangan tentang diri pribadi, pendirian atau pandangan
dari individu yang diwawancara, untuk keperluan komparatif
(Koentjaraningrat, ed., 1977). Pembedaan menjadi dua macam tersebut di atas
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
KREDIBILITAS INFORMASI HASIL WAWANCARA

A. KONSEP-KONSEP RELIABILITAS, VALIDITAS, DAN KREDIBILITAS


Dalam bidang penelitian dikenal banyak istilah-istilah teknis yang arti
dan penerapannya berkaitan erat dengan jenis-jenis penelitian tertentu. Oleh sebab
itu hal itu memerlukan pemahaman yang jelas dan tajam, agar tidak timbul
kerancuan. Dalam kaitannya dengan data atau informasi yang dikumpulkan dan
cara perolehannya, pada jenis penelitian kuantitatif dikenal adanya istilah
reliabilitas dan validitas. Reliabilitas sering dianggap sama dengan konsistensi
atau stabilitas (Azwar, 1986), yang menunjuk sejauh mana suatu pengukuran
dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran
kembali terhadap subyek yang sama. Dengan demikian sesungguhnya reliabilitas
menyangkut pada persoalan alat-ukur, menyangkut masalah kecermatan atau
ketepatan pengukuran (Wertz, 1986). Hal yang demikian dikenal dalam jenis
penelitian kuantitatif adalah wajar, mengingat dalam jenis penelitian tersebut
perolehan data dilakukan dengan alat pengumpul data yang sering disebut
instrumen pengumpulan data dan biasanya berwujud angket atau pedoman
wawancara terstruktur. Jadi tegasnya konsep reliabilitas berkaitan erat dengan
instrumen penelitian, terutama mempersoalkan keajegan dan kecermatan
pengukuran. Adapun konsep validitas atau kesahihan mempersoalkan ketepatan
suatu alat ukur yang dipakai untuk mengukur suatu aspek atau gejala yang ingin
diukur. Nunnaly menandaskan (Nunnaly 1978) bahwa suatu alat ukur dikatakan
valid jika ia mengukur apa yang hendak diukur. Dengan demikian pengertian
validitas berkaitan erat dengan data yang diperoleh berdasarkan kriteria tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti atau berdasarkan tujuan apa yang ingin diukur.
Kemudian lebih lanjut dikenal adanya istilah validitas internal dan eksternal, dan

commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dikenal pula tiga jenis uji validitas yakni validitas isi, validitas bertalian dengan
kriteria, dan validitas konstrak.
Penelitian jenis kualitatif tidak mengenal adanya instrumen penelitian
seperti angket dan yang lain sebagaimana dikenal dalam penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian kualitatif, si peneliti itu sendirilah merupakan instrumen
penelitiannya (Moleong, 2002). Oleh sebab itu dalam penelitian kualitatif tidak
biasa dipakai istilah reliabilitas dan validitas. Terhadap data atau informasi yang
dikumpulkan dilakukan pemeriksaan untuk menetapkan keabsahan data. Ada
empat kriteria yang digunakan oleh penelitian kualitatif untuk menetapkan
keabsahan data, yakni kriteria derajat-keterpercayaan, keteralihan,
ketergantungan, dan kepastian (Moleong, 2002). Kriteria derajat-keterpercayaan
pada dasarnya menggantikan konsep validitas-internal dari penelitian kuantitatif,
kriteria keteralihan meskipun tidak tepat benar agak mirip dengan konsep
validitas eksternal atau setidak-tidaknya keduanya memiliki arah berpikir yang
sama yakni menuju kepada upaya generalisasi hasil penelitian, kriteria
ketergantungan merupakan substitusi dari istilah reliabilitas dalam penelitian
kuantitatif, dan kriteria kepastian menunjuk pada konsep objektivitas menurut
penelitian kuantitatif.
Kriteria derajad keterpercayaan atau kredibilitas data menurut penelitian
kualitatif bisa dicapai melalui berbagai teknik atau cara, seperti: perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi yang meliputi triangulasi
sumber metode peneliti dan teori.
Dari uraian singkat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa konsep
reliabilitas dan validitas biasa dipakai dalam model penelitian kuantitatif;
sedangkan dalam model penelitian kualitatif biasa dipakai konsep-konsep
keabsahan data, keterpercayaan atau kredibilitas, triangulasi, dan lain-lain
sebagaimana telah disebut di atas.

commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
MERENCANAKAN KEGIATAN PENELITIAN

A. MENYUSUN RANCANGAN PENELITIAN PADA UMUMNYA


1. Prosedur Sistematik
Salah satu cara untuk memecahkan masalah dalam rangka mencari
kebenaran adalah melalui penelitian (research), yakni kegiatan yang
didasarkan pada pemikiran ilmiah melalui pengumpulan dan penafsiran fakta-
fakta (Penny, 1975). Oleh karena penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah,
maka dalam melakukan penelitian sudah tentu harus mengikuti prosedur
sistematik menurut metode keilmuan tertentu. Kalau prosedur tersebut
ditinggalkan, demikian Mercado menandaskan, kemungkinan akan
menurunkan bobot karya penelitian yang bersangkutan (Mercado, 1982).
Prosedur sistematik yang bagaimana yang perlu diikuti seseorang
dalam melakukan penelitian tidak lain akan menunjuk pada langkah-langkah
yang perlu diikuti yang menjadi pegangan si peneliti dalam menyusun rencana
penelitian yang akan dilakukan. Uraian berikut ini akan menguraikan
bagaimana menyusun rencana suatu penelitian dan memilih pendekatan yang
akan dipakainya.

2. Menentukan Pendekatan (approach) dalam suatu penelitian


Dalam khasanah pustaka ilmu-ilmu sosial banyak dijumpai pemakaian
istilah “pendekatan” (approach) berkaitan dengan upaya menjelaskan objek
yang distudi oleh ilmu-ilmu sosial tersebut. Namun dari banyak pemakaian
istilah tersebut tidak berarti akan diperoleh kejelasan mengenai pengertian
konsep “pendekatan” itu sendiri. Dalam banyak tulisannya, Sartono
Kartodirdjo selalu memakai istilah “pendekatan” dikaitkan dengan disiplin
keilmuan tertentu sehingga nampaknya penekanan istilah “pendekatan” tertuju

commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada dimensi. Seperti: pendekatan sosiologis, pendekatan antropologis, dan


pendekatan politikologis (Sartono K, 1992). sedangkan dalam sumber pustaka
pustaka ilmu-ilmu sosial lainnya dijumpai pemakaian istilah “pendekatan”
dikaitkan dengan cara pandang terhadap objek, sehingga muncul pendekatan
kualitatif dan pendekatan kuantitatif (Moleong, 2002). Bahkan bisa
ditambahkan bahwa dijumpai pula pemakaian istilah “pendekatan” dikaitkan
dengan focus analisis terhadap objek, sehingga muncul pendekatan structural
dan pendekatan prosesual, maupun pendekatan sinkronik dan pendekatan
diakronik.
Uraian sekilas di atas menunjukkan kepada kita betapa beragamnya
penekanan yang diberikan dalam mempergunakan istilah “pendekatan” oleh
para ilmuwan, dan barangkali juga betapa kaburnya makna “pendekatan” itu
sendiri. Namun demikian betapapun “kaburnya”, pemakaian yang beragam di
atas bisa memberi rambu-rambu kepada kita dalam pemakaiannya terkait
dengan kegiatan penelitian.
Dalam penelitian khususnya atau dalam metodologi keilmuan
umumnya, masalah pendekatan merupakan permasalahan inti (Sartono K,
1992), oleh karena hasilnya akan sangat ditentukan oleh jenis pendekatan
yang dipakai: bagaimana cara kita memandang (holistic atau partikularistik),
dimensi mana yang kita pakai untuk memandang (sosiologis, historis,
antropologis, dan sebagainya), atau bagaimana kita menganalisa (prosesual
atau structural). Hal yang demikian bisa dimaklumi oleh karena sesungguhnya
pendekatan mana yang dipilih dalam merancang suatu penelitian akan sangat
menentukan orientasi teoritik yang akan dipakai, metodologi penelitian yang
akan dipilih, maupun jenis dan sumber data yang akan diperlukan. Dengan
demikian kecuali pemilihan pendekatan yang mana yang akan dipakai perlu
dilakukan atau ditetapkan sejak awal, juga dalam memilih itu sendiri sudah
harus mendasarkan pada kemungkinan bisa dilakukannya berbagai hal yang
berkaitan sebagaimana tersebut di atas. Jadi singkatnya, pemilihan pendekatan
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin, Reliabilitas dan Validitas, Interpretasi dan Komputasi, Liberty,


Yogyakarta, 1986.

Buddy Prasadja, Pembangunan Desa dan Masalah Kepemimpinannya, Rajawali


Press, Jakarta, 1980.

Chusnus Hajati, “Aktivitas Aisyiyah dalam Meningkatkan Peranan Wanita di


Indonesia”, makalah dihadirkan dalam Seminar Sejarah Nasional IV di
Yogyakarta, 16-19 Desember 1985.

Darban, Ahmad Adabi, “Sejarah Bambu Runcing dari Parakan”, makalah


disampaikan dalam Seminar Sejarah pada Revolusi Tahun 1945-1949 di
Yogyakarta, 22-23 Agustus 1988.

Fontana, Andrea & James H Frey, “Wawancara Seni Ilmu Pengetahun”, dalam
Denzin, Vomank, dan Yyonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research,
terj. Dariyatno, dkk., Pstaka Pelajar, Yogyakarta, 2009.

Gottchalk, Louis, Mengerti Sejarah, U.I. Press, Jakarta, 1975.

Harsya W. Bachtiar, “Proyek Sejarah Lisan Arsip Nasional Republik Indonesia,


dalam Lembaran Berita Sejarah Lisan, No. 7, Tahun 1981.

International Journal of Oral History, Volume 8 No. 1, February 1987, Keckler


Publishing Corporation, Westport, 1987.

Koentjaraningrat, ed., Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta,


1977.

Lembaran Berita Sejarah Lisan, No. 7, tahun 1981.

Moleong, Lexy Y., Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,


2002.

Nunnally, Yum C., Psychometric Theory, Mc Graw-Hill, New York, 1978.

commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Okihara, Gary Y., “Oral History and The Writing of Ethnic History”; A
reconnaissance into Method and Theory”, dalam The Oral History Review,
vol. 9, 1981.

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta, 1992.

_________ , “Suasana Situasi Salatiga Semasa Revolusi”, makalah disampaikan


dalam Seminar Sejarah pada Revolusi Tahun 1945-1949, di Yogyakarta, 22-
23 Agustus 1988.

Sudikan, Metode Penelitian Sastra Lisan, Citra Wacana, Surabaya, 2001.

Soegijanto Padmo, “Kabupaten Klaten pada Masa Perjuangan Kemerdekaan”,


makalah disampaikan dalam Seminar Sejarah Nasional IV di Yogyakarta,
pada 16-19 Desember 1985.

Suripan Sadi Hutomo, “Tukang Kentrung sebagai Penutur Sejarah”, makalah


disampaikan dalam Seminar Sejarah Nasional IV di Yogyakarta, pada 16-19
Desember 1985.

________ , Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan, HISKI


Komisariat Jawa Timur, Surabaya, 1991.

Taufik Abdullah, “Pengalaman yang Berlaku, Tantangan yang Mendatang: Ilmu


Sejarah di Tahun 1970-an dan 1980-an”, makalah disampaikan dalam
Seminar Sejarah Nasional IV di Yogyakarta 16-19 Desember 1985.

The Oral History Review, Volume 9, 1981, The Oral History Association, California,
1981.

Vansina, Jan, Oral Tradition as History, The University of Wisconsin Press,


Wisconsin, 1985.

Wertz, Frederick, “The Question of The Reliability of Psychological Research”,


dalam Journal of Phenomenological Psychology, vol. 17, no. 2, 1986.

commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

TENTANG PENULIS

Penulis buku ini, Samsi Haryanto, dilahirkan di Klaten, 4 April 1944, adalah
seorang guru besar dalam bidang ilmu Metodologi Penelitian Sejarah, yang diangkat
dalam jabatan tersebut sejak 1 Agustus 2004 di lembaga tempat bekerja yakni di
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Jurusan Ilmu Sejarah.
Pernah menjadi peserta di Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial di FIS-UI
selama 1 tahun (tahun 1980). Sewaktu menempuh studi S3 di IKIP – Jakarta dalam
bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, penulis terpilih menjadi peserta Program
Sandwich di University of Houstan (USA) selama 6 Bulan.
Pada tahun 2006-2009, penulis dipercaya untuk memimpin Pusat Penelitian
Pedesaan dan Pengembangan Daerah (Pushlitdesbangda) – Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM) U.N.S
Banyak penelitian yang telah dihasilkan antara lain: Pengembangan Model
Pengukuran Modernitas Individu Manusia Indonesia (Disertasi, 1992), Tenaga Kerja
Wanita ke Luar Negeri: Antara Manfaat dan Problema (1993), Kompleksitas
Masyarakat Pesisir (Kasus Desa Ujung Watu Jepara, 1994), Memudarnya Masyarakat
Adat di Bali (1993), Desentralisasi dan Otonomi Desa (2006), dan Evaluasi Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Kabupaten Grobogan (2010).

commit to user
66

Anda mungkin juga menyukai