Anda di halaman 1dari 13

makna Sejarah dalam Mata Diklat Pendalaman Materi Sejarah Kebudayaan Islam BAGI GURU MADRASAH TSANAWIYAH

Oleh: iwan falahudin Abstraksi Tulisan berjudul Makna Sejarah dalam Mata Diklat Pendalaman Materi SKI bagi Guru Madrasah Tsanawiyah, ini merupakan pengayaan konten pembelajaran dalam diklat pendalaman materi Sejarah Kebudayaan Islam bagi guru madrasah tsanawiyah di tiga wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Jakarta, yaitu Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Kalimantan Barat. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memberikan sedikit pencerahan tentang pemahaman sebagian guru SKI MTs. terutama mengenai Makna Sejarah dalam Mata Diklat Pendalaman Materi SKI bagi Guru Madrasah Tsanawiyah. Karena fakta di lapangan ketika penulis mengisi jam diklat untuk materi tersebut, ternyata sebagian peserta diklat yang terdiri dari para guru SKI MTs itu kurang memahami makna sejarah secara spesifik. Metode kajian yang penulis lakukan dalam rangka menjawab permasalahan yang muncul di sebagian kalangan guru SKI MTs. itu adalah library research. Simpulan dari tulisan ini adalah bahwa sejarah adalah catatan peristiwa masa lalu seseorang atau komunitas baik berupa pikiran, ataupun perbuatan yang mempunyai akibat dan atau nilai penting bagi dirinya, lingkungannya, atau generasi berikutnya.Kajian dalam ilmu sejarah mencakup empat aspek, yaitu:Sejarah sebagai peristiwa, Sejarah sebagai kisah, Sejarah sebagai ilmu. Dan Sejarah sebagai seni. Ada 5 (lima) dasar alternatif yang dapat dilakukan dalam melakukan penelitian sejarah, yaitu: Melakukan langkahlangkah penelitian sejarah, Menelusuri jejak masa lampau, Mengumpulkan sumber, bukti, atau fakta sejarah, dan Menggunakan metode sejarah lisan (wawancara). Klasifikasikan jenis-jenis sejarah antara lain: Berdasarkan kurun waktu (kronologis). Berdasarkan wilayah (geografis), Berdasarkan negara (nasional), Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis), Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal).Adapun pembagian sejarah berdasarkan tema / topiknya antara lain: Sejarah sosial, Sejarah politik, Sejarah intelektual, Sejarah ekonomi, Sejarah agraria, dan Sejarah kebudayaan. Saran yang dapat penulis sampaikan adalah mari sama-sama kita meningkatkan kualitas pengetahuan tentang Sejarah Kebudayaan Islam dengan memperbanyak bahan bacaan dari berbagai sumber. Sehingga kita dapat lebih mengidentifikasi persamaan dan perbedaan ketiga jenis kebudayaan tersebut. Kata kunci: Mempelajari sejarah, dan belajar dari sejarah.

A. Pendahuluan Ada satu hal penting dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam / SKI, namun sering terlupakan atau bahkan mungkin terabaikan dalam konteks pembelajaran materi ini, yaitu rincian tujuan yang akan dicapai diakhir

pembelajaran. Dalam konteks ini sebagaimana tercantum dalam Permenag Nomor 2 Tahun 2008, lampiran 3 b bab VII, tentang SK KD, yaitu kita dituntut agar mampu: 1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai dan norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. 2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat sebagai sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan. 3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar berdasarkan pendekatan ilmiah. 4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan terhadap peninggalan Sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam masa lampau. 5. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari

peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Pada prinsipnya tujuan pembelajaran mata diklat Sejarah Kebudayaan Islam / SKI, tidak hanya mempelajari aspek dari sisi kognitif saja, juga tidak sebatas hanya sebagai proses transformasi pengetahuan mengenai fakta masa lalu belaka, akan tetapi lebih dari itu, yang terpenting adalah bagaimana sejarah. Belajar dari sejarah tentunya berkonotasi sangat berbeda dengan kita dapat belajar dari

mempelajari sejarah. Belajar dari sejarah berarti kita dapat memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk, yang baik dapat kita adaptasi, dan yang buruk dapat menjadi cermin bagi kita, yang muaranya adalah kemampuan untuk dapat melakukan tranformasi nilai-nilai yang perlu diteladani oleh kita semua.

Dan untuk dapat memahami mata diklat Sejarah Kebudayaan Islam / SKI secara lebih komprehensif, sebaiknya kita mampu memahami pengertian sejarah dan beberapa aspek yang berkaitan dengannya secara integral. Atau paling tidak kita memiliki sedikit back up pengetahuan tentang sejarah. Dengan demikian distorsi pemahaman mata diklat Sejarah Kebudayaan Islam / SKI dapat lebih diminimalkan. Ketika penulis mengisi jam diklat untuk materi pendalaman Sejarah Kebudayaan Islam bagi guru madrasah tsanawiyah, ada sebagian dari para guru tersebut yang kurang memahami pengertian sejarah secara lebih spesifik. Sehingga timbul pertanyaan bagaimana cara memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengertian sejarah kepada para rekan guru tersebut? Karenanya tulisan sederhana ini mencoba untuk menjawab kesenjangan pemahaman yang ada dikalangan sebagian guru itu. B. Pembahasan Ada lima rincian tujuan yang telah ditetapkan dalam peraturan menteri agama tersebut. Kelima poin itu dapat dicapai secara lebih maksimal jika sudah memiliki fondasi pengetahuan tentang sejarah walau hanya sedikit. Karenanya dalam hal ini penulis akan lebih concern membahas tentang perspektif sejarah dan beberapa hal yang berkaitan dengannya. 1. Makna Sejarah Sejarah adalah peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lalu. Masa lalu yang dapat disebut sejarah, harus didukung data, dan fakta, serta mengandung makna yang penting. Oleh karena itu, sekalipun sejarah adalah sesuatu yang terjadi di masa lalu, akan tetapi masa lalu itu harus berguna dan dapat dicari data pendukungnya yang bersifat valid. Para ahli sejarah membagi istilah zaman menjadi 2 (dua) kategori yaitu, zaman prasejarah dan zaman sejarah (Zainal Abidin Ahmad 1977; 13-20). Zaman prasejarah adalah suatu pengelompokkan / periodeisasi zaman yang belum mengenal tulisan. Sehingga warisan yang dapat kita ketahui ada yang bersifat material misalnya, kapak batu, dan alat -alat kehidupan lainnya, ada pula yang bersifat non material mi salnya, tradisi

lisan berupa cerita rakyat, etika, dan pandangan hidup (H.Y. Agus Murdyastomo, dkk. 2006: 24-30). Zaman sejarah merupakan periode kedua setelah zaman

prasejarah. Zaman ini dimulai sejak ditemukannya tulisan sebagai sumber sejarah. Suatu komunitas masyarakat yang sudah memiliki kebudayaan tinggi biasanya menuliskan berbagai peristiwa penting pada zamannya melalui berbagai media yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada masanya. Pengertian sejarah secara etimologis menurut Kamus Bahasa

Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008: 1382), adalah: Asal-usul (keturunan) silsilah, Kejadian dan peristiwa yang benarbenar terjadi pada masa lampau, Pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Arti sejarah menurut Kamus Indonesia-Inggris (John M. Echols &

Hassan Shadily 2003: 299), adalah history. Kata history mengandung arti kumpulan peristiwa masa lalu. Secara analogis, sejarah berasal dari kata syajarah berdasarkan beberapa alasan : Pertama, dari sisi pengucapan dalam bahasa Indonesia, kata syajarah paling dekat dengan kata sejarah jika dibandingkan dengan kata lain seperti sirah, qishshah, apalagi history, story, dan sebagainya. Adapun padanan kata sejarah dalam bahasa Arab adalah tarikh . Kedua, ada makna filosofis yang terkandung di dalam kata syajarah yang berarti pohon. Pohon secara struktural muncul dari biji atau tunas kemudian membesar dan semakin besar, tetapi pada suatu saat pohon itu akan tumbang. Kondisi manusia, baik itu individu, dinasti, atau komunitas lainnya, senantiasa muncul dari sesuatu yang kecil kemudian membesar dan terus besar, tetapi suatu ketika ia akan roboh atau binasa (H.Y. Agus Murdyastomo, dkk. 2006: 2-3). Dalam Sejarah Kebudayaan Islam kondisi sebagaimana tersebut dapat ditemukan pada setiap fasenya. Sebagai contoh, Nabi Muhammad

membawa ajaran Islam sebagai rahmat bagi alam semesta. Selanjutnya sampai pada saat empat orang khalifah (Al-khulafau Al-Rosyidun) memegang kendali kenegaraan atas umat Islam, pada masa itu dikenal sebagai sistem pemerintahan yang disebut al-khilafah Al-Rasyidah. Tetapi kemudian berangsur mengalami perubahan ketika kekuasaan berpindah ke tangan Muawiyah bin Abi Sufyan yang mendirikan dinasti Umayah dan lebih mengedepankan suku masa itu

bangsa Arab daripada umat Islam secara keseluruhan. Sehingga lazim disebut

sebagai al-Mamlakah al-Arabiyyah. Meski begitu, pada

akhirnya, setelah berkuasa selama sekitar satu abad, daulat Umayah yang berpusat di Damascus juga runtuh digantikan oleh dinasti Abbasiyah, yang berkuasa selama lebih kurang lima abad, dan pada akhirnya runtuh juga. Sedangkan dinasti Umayah yang berkuasa di Spanyol, tetap eksis, berada diluar kekuasaan Abbasiyah) (Musyrifah Sunanto 2003: hal. 47-49). Makna sejarah secara terminologis menurut J.V. Bryce adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia. Sedangkan menurut W.H. Walsh, sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi masa lalu manusia, sehingga merupakan cerita yang berarti (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah, Senin, 02 Januari 2012). Dan yang dinamakan sejarah tidak akan pernah terlepas dari 3 (tiga) unsur utama, yaitu: Man/Manusia+Time/Waktu+Space/Tempat Murdyastomo, dkk. 2006: 4-5). Kesimpulan dari kedua makna terminologis sejarah tersebut, sejarah adalah catatan peristiwa masa lalu seseorang atau komunitas baik berupa pikiran, ataupun perbuatan yang mempunyai akibat dan atau nilai penting bagi dirinya, lingkungannya, atau generasi berikutnya. 2. Kajian Ilmu Sejarah Kajian dalam ilmu sejarah mencakup empat aspek, yaitu: Sejarah sebagai peristiwa, Sejarah sebagai kisah, Sejarah sebagai ilmu, Sejarah sebagai seni. Sejarah sebagai peristiwa yaitu sejarah dalam arti objektif sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi dimasa lalu pada tempat dan waktu tertentu (H.Y. Agus

tanpa ada pengaruh dari siapa pun dan dari mana pun. Sejarah sebagai kisah yaitu sebagai cerita tentang peristiwa masa lalu yang benar-benar terjadi pada tempat dan waktu tertentu, yang diceritakan lagi oleh pelaku peristiwa itu, atau oleh orang lain yang menyaksikan, atau oleh pihak lain yang mendengar cerita tersebut. Sehingga sejarah dalam aspek ini biasanya cenderung subjektif, karena terkadang terselip penambahan atau pengurangan data sesuai dengan keinginan atau kepentingan orang yang bercerita. Sejarah sebagai ilmu yaitu sejarah disusun berdasarkan metode ilmiah seperti hipotesis, pengamatan, penelitian, eksperimen, dan sintesis, sesuai dengan prinsip ilmu pada umumnya. Objek ilmu sejarah adalah peristiwa / kejadian yang dilakukan manusia pada masa lampau. Sejarah sebagai seni yaitu suatu karya yang tidak hanya memerlukan aspek kognitif saja, melainkan memerlukan juga aspek intuisi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa. Sehingga siapa pun yang mendengar penjelasan tentang suatu peristiwa, seolah-olah dia pun terbawa arus bagaikan mengalami, atau menyaksikan langsung peristiwa yang terjadi itu (H.Y. Agus Murdyastomo, dkk. 2006: 5-12). 3. Periodeisasi dan Kronologi dalam Sejarah. Periodeisasi adalah upaya mengelompokkan suatu sejarah berdasarkan urutan peristiwa dan waktu yang berdekatan, atau dalam konteks yang sejenis. Sedangkan kronologi adalah urutan / rangkaian peristiwa yang saling bersambungan antara suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. (H.Y. Agus Murdyastomo, dkk. 2006: 14-17). Berikut ini penjelasannya: a. Periodeisasi Sejarah Ilmu sejarah bertugas menyusun data dan fakta masa lalu yang tidak teratur, menjadi sebuah gambaran yang sistematis sehingga mudah dimengerti secara umum. Jadi periodeisasi adalah suatu kesatuan peristiwa dan waktu yang berisi data dan fakta kejadian yang dinilai memiliki kekhasan, atau ciri-ciri yang berdekatan. Karenanya periodeisasi biasanya menunjukkan perbedaan yang jelas antara satu periode dengan

periode lainnya. Misalnya sejarah Nabi Muhammad pada periode Makkah, berbeda dengan sejarah beliau pada periode Madinah. b. Kronologi Sejarah Kronologi adalah urutan kejadian yang berkesinambungan. Paparan kisah dalam sejarah mesti memuat latar belakang, proses, dan akibat dari terjadinya peristiwa yang telah berlangsung berikut penjelasannya. Hal ini penting dilakukan karena masa lalu memuat beragam peristiwa yang harus diklasifikasikan dan disusun secara kronologis supaya tidak terjadi pemahaman saling tumpang tindih. 4. Dasar-dasar Penelitian Sejarah Ada 5 (lima) dasar alternatif yang dapat dilakukan dalam melakukan penelitian sejarah a. b. c. d. e. (H.Y. Agus Murdyastomo, dkk. 2006; 53-59) yaitu:

Melakukan langkah-langkah penelitian sejarah. Menelusuri jejak masa lampau. Mengumpulkan sumber, bukti, dan fakta sejarah. Menggunakan metode sejarah lisan (wawancara). Mengklasifikasikan jenis-jenis sejarah. a) Melakukan langkah-langkah penelitian sejarah Ketika melakukan langkah-langkah penelitian sejarah berupa

rekonstruksi (menyusun alur) peristiwa yang terjadi di masa lalu, seorang sejarawan harus cermat dalam memilih suatu peristiwa terpenting dari berbagai kejadian yang akan direkonstruksi. Dalam hal ini ada 4 (empat) aspek yang mesti menjadi pertimbangan, yaitu: 1. 2. Manfaat yang akan diperoleh. Bila rekonstruksi itu sudah dilakukan orang lain, maka harus dipertegas tujuan melakukan rekonstruksi ulangan. 3. Sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan peristiwa yang akan diteliti mesti ada dan terjangkau. 4. Kemampuan bekal yang cukup dalam teori dan metodologi penelitian.Dan dalam menyusun alur sejarah / merokonstruksi

masa lampau. Seorang sejarawan biasanya mengikuti langkah baku dalam

penelitian sejarah, yang disebut dengan metode sejarah kritis. Ada 4 (empat) langkah dalam melakukan metode sejarah kritis, yaitu: 1. Heuristik, yaitu mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber sejarah, baik sumber primer maupun sumber sekunder. 2. Kritik / verifikasi, yaitu melakukan pengujian / kritik terhadap sumber yang sudah ditemukan. Pengujian / kritik tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu: kritik ekstern, dan kritik intern. a. Kritik ekstern adalah pengujian dari sisi luar / fisik dari sumber sejarah yang telah didapat. Misalnya bahan dokumen primer yang ditemukan tentang sejarah Arab praislam terbuat dari kertas HVS, tentu saja hal ini menunjukkan bahwa bahwa sumber primer itu palsu, karena pada masa Arab praislam belum ada kertas HVS. b. Kritik intern adalah adalah pengujian pada sisi konten, jadi meskipun secara ekternal / fisik, benda yang ditemukan itu adalah asli dan sesuai dengan zaman pada waktu itu, namun secara konten perlu dicari sumber atau informasi lain untuk menguatkannya. Jika tidak ada sumber lain yang anakronik / bertentangan, maka sumber tersebut dapat dianggap kredibel / dapat dipertanggungjawabkan. 3. Interpretasi, setelah mendapatkan sumber sejarah, dan sudah dilakukan pengujian, maka seorang sejarawan mempelajari dan mengkajinya secara mendalam melalui berbagai interpretasi. Hasil interpretasi yang paling diyakini kebenarannya itulah yang disebut dengan fakta sejarah. Selanjutnya fakta sejarah itu disusun secara sistematis sehingga menjadi suatu rangkaian sarat makna dan dapat menjadi kisah yang valid. 4. Histiografi. Setelah mengumpulkan sumber sejarah, menguji, dan menginterpretasikannya, maka langkah terakhir adalah

melakukan histiografi / menyusun laporan hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan. Bahan laporan ini berisi tiga bagian, pertama merupakan judul dan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, garis besar isi, perumusan masalah, tujuan, metode, sumber sejarah, dan kajian pustaka. Bagian kedua berisi pembahasan dan uraian argumentasi yang disusun menjadi kisah dari peristiwa yang direkonstruksi. Bagian ketiga adalah penutup, berupa kesimpulan dari hasil penelitiannya. b. Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lampau Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lalu sebagiannya ada yang meninggalkan jejak, sisa / serpihan peristiwa, baik berupa benda, dokumen, maupun kenangan para pelaku dan saksinya. Sisa / serpihan peristiwa masa lampau itulah yang disebut jejak peristiwa. Jejak peristiwa itu harus dicari, dikumpulkan, dan disusun kembali supaya menjadi jalinan peristiwa yang jelas dan berurutan (H.Y. Agus Murdyastomo, dkk. 2006; 53-74). Salah satu cara untuk menelusuri jejak peristiwa masa lalu supaya dapat disusun secara baik adalah dengan memakai rumus: 5 W + 1 H. Yaitu: a) b) c) d) e) f) What : Apa peristiwa yang akan diangkat ? Where : Dimana peristiwa itu terjadi ? When : Kapan peristiwa itu terjadi ? Who : Siapa pelaku peristiwa yang akan diteliti ? Why : Mengapa peristiwa itu perlu diteliti? How akhir? c. Mengumpulkan Sumber / Bukti, dan Fakta Sejarah Menurut sifatnya sumber sejarah dibagi menjadi dua, : Bagaimana peristiwa itu terjadi sejak awal hingga

yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer disebut juga sumber rujukan utama dan atau pertama, misalnya dokumen utama asli, pelaku sejarah, atau orang yang menyaksikan langsung. Sumber sekunder adalah sumber rujukan tambahan, misalnya

informasi yang didapat bukan dari dokumen utama asli, atau bukan langsung dari pelaku, juga bukan langsung dari orang yang menyaksikan. Sedangkan fakta sejarah sebagaimana telah dijelaskan adalah pernyataan dan kesimpulan dari laporan penelitian seorang sejarawan. Keberadaan sumber / bukti, dan fakta sejarah merupakan aspek yang paling penting dalam ilmu sejarah, karena seorang sejarawan tidak mungkin bekerja tanpa sumber dan bukti sejarah. Sumber dan bukti sejarah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sumber lisan, tulisan, dan benda (H.Y. Agus Murdyastomo, dkk. 2006: 59-63). Dan dalam Sejarah Kebudayaan Islam, Al-Quran dan Hadits disebut pula sebagai sumber utama / primer dan atau pertama. Berikut ini adalah penjelasan tentang tiga jenis sumber sejarah: a) Sumber lisan adalah sumber yang memuat informasi masa lalu berdasarkan penuturan dari mulut ke mulut. Secara ilmiah sumber informasi sejarah berupa lisan kurang dapat

dipertanggungjawabkan, tetapi tetap diperlukan. b) Sumber tulisan adalah sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalan tertulis yang mencatat peristiwa yang terjadi di masa lampau. Misalnya prasati, naskah, dan lain-lain c) Sumber benda adalah sumber sejarah berupa benda yang tidak ada tulisannya, seperti kapak, perhiasan, patung dan lain-lain. Untuk mendapatkan informasi dari benda-benda peninggalan bersejarah itu diperlukan ilmu bantu lain, misalnya arkeologi. d. Metode Sejarah Lisan (Wawancara). Salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang peristiwa yang sudah terjadi pada masa lalu selain dengan menggunakan benda peninggalan dan sumber tertulis, yaitu dengan cara mengumpulkan informasi secara lisan melalui wawancara. Hal ini dapat dilakukan jika kita memerlukan data tambahan, atau malah jika kita tidak mempunyai data tertulis sama sekali. Dalam wawancara

ini seorang pemberi informasi disebut nara sumber, atau responden. Sedangkan pihak yang yang mencari informasi disebut koresponden (H.Y. Agus Murdyastomo, dkk. 2006: 59-63). e. Klasifikasi Jenis-Jenis Sejarah Sebagaimana telah diketahui, bahwa ilmu sejarah adalah

ilmu yang mempelajari peristiwa yang telah terjadi pada masa lalu di waktu dan tempat tertentu, dan dianggap penting serta bernilai manfaat. Namun peristiwa yang terjadi pada masa lalu itu sangat beragam, sehingga untuk mempermudah pemahaman perlu

diklasifikasikan / dikelompokkan menjadi beberapa jenis sejarah. Ada banyak cara untuk memilah informasi dalam sejarah

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah, Senin, 02 Januari 2012), antara lain: a) b) c) d) e) Berdasarkan kurun waktu (kronologis). Berdasarkan wilayah (geografis). Berdasarkan negara (nasional). Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis). Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal).

Adapun pembagian sejarah berdasarkan tema / topiknya antara lain: a) Sejarah sosial : Yaitu sejarah yang banyak bercerita tentang masyarakat dan perubahannya, misalnya pertumbuhan penduduk, urbanisasi, migrasi, dan lain-lain. b) Sejarah politik : Yaitu sejarah yang berhubungan

sistem kekuasaan, misalnya sejarah tumbuhnya dinasti. c) Sejarah intelektual : Yaitu sejarah yang mengungkap dan mengangkat ide, dan pemikiran sebagai kajian. Misalnya sejarah pemikiran dalam Islam yang memunculkan aliran seperti Khawarij, Syiah, Mutazilah, dan lain-lain. d) Sejarah ekonomi kehidupan manusia : dari Yaitu sisi sejarah yang mengkaji produksi,

perdagangan,

kesejahteraan, dan lain-lain. e) Sejarah agraria : Yaitu sejarah yang mengkaji

masalah tanah dan aspek pertanian. f) Sejarah kebudayaan : Yaitu sejarah yang mengkaji

masalah etika (baik dan buruk), dan estetika (keindahan alam, seni, sastra). Misalnya mengenai gaya hidup, adat istiadat, upacara, siklus kehidupan, dan lain-lain (Agus Murdyastomo, dkk. 2006: 63-68). C. A. Penutup Demikianlah sekelumit pemahaman tentang sejarah secara umum. Semoga dapat menjadi fondasi untuk mempelajari materi Sejarah Kebudayaan Islam dengan mendalam, dan lebih dari itu agar dapat belajar dari sejarah (dalam hal ini Sejarah Kebudayaan Islam/SKI), untuk kemudian dijadikan sebagai salah satu pedoman mengambil keputusan yang lebih baik bagi kehidupan masa kini, dan yang akan datang. a. Saran Untuk lebih memperkaya dan melengkapi serta meningkatkan kualitas pengetahuan khususnya dalam bidang sejarah kebudayaan Islam, hendaknya para rekan guru dapat menambah waktu membacanya. Sehingga jika para rekan guru senantiasa menambah waktu dan jam membaca, maka proses belajar dan mengajar baik secara formal di kelas maupun informal di luar kelas, dapat lebih tinggi bobot dan mutunya. Dan lebih dari itu, kualitas para peserta didik pun dapat lebih meningkat pula. Referensi Echols, M. Jhon & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cet.XXV, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003. H.Y. Agus Murdyastomo, dkk. Sejarah Kontekstual, Untuk SMA & MA, Cet. I, Surakarta, Mediatama, 2006). Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2003. Permenag Nomor 2 Tentang SK. KD, SKL Tahun 2008. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Zainal Abidin Ahmad; Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang , Jakarta; Bulan Bintang, 1977.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah, Senin, 02 Januari 2012.

Anda mungkin juga menyukai