Anda di halaman 1dari 8

PEBAIKAN KURIKULUM

B. Definisi Kurikulum

Tanpa kita sadari bahwasannya belakangan ini sering terjadi overlapping mengenai pemahaman
mengenai pergantian kurikulum. Sehingga perlu penjelasan lebih terperinci agar tidak terjadinya
penyalahgunaan istilah maupun bahasa dalam berkomunikasi. Berikut adalah penjelasan
mengenai istilah-istilah tersebut:

C. Penggantian Kurikulum

Mengganti sama artinya dengan menukar sesuatu yang baru. Jika kita menggunakan istilah
penggantian kurikulum, maka sama halnya dengan mengganti kurikulum yang lama dengan
kurikulum yang baru. Di Indonesia sudah banyak mengalami penggantian kurikulum di mulai
dari kurikulum 1974 menjadi kurikulum 1984, kemudian kurikulum 1984 menjadi kurikulum
1994, dan seterusnya hingga penggantian menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Kurikukulum 2004), kemudian penggantian kembali menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang berlaku mulai 2006, dan kini menjadi Kurikulum 2013.

Setekah dipahami, penggantian kurikulum yang berwenang ialah pemerintah pusat atau
Menteri Pendidikan Nasional. Guru dan Kepala Sekolah tidak berwenang dalam penggantian
kurikulum. Banyak aspek yang berpengaruh dalam penggantian kurikulum salah satunya ialah
ranah politik, karena menteri pada dasarnya ialah jabatan politis dalam sebuah negara. Menteri
bekerja dibawah Presiden adalah pemegang kebijakan tertinggi dalam penggantian kurikulum.

Menurut Sanjaya (2009) tujuan pendidikan nasional adalah tujuan yang bersifat umum
serta sasaran akhir yang harus dijelaskan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3, merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta perubahan bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratsi serta bertanggung jawab. Tujuan ini iaah tujuan yang paling ideal dan tidak dapat
diukur keberhasilannya karena tidak ada tolak ukur maupun kriteria yang pasti.

D. perbaikan Kurikulum

Nasution (2008) mengatakan bahwasannya perbaikan kurikulum hanya mengenai satu atau
beberapa aspek dari kurikulm, seperti metode mengajar, alat peraga, buku pelajaran, dan lain-lain
dengan tetap mengacu pada kurikulum yang berlaku. Perbaikan kurikulum seperti ini guru bisa
melakukan perbaikan kurikulum tanpa perlu adanya koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Guru
boleh memodifikasi kurikulum agar menjadi lebih inovatif serta meningkatkat pembelajaran di
dalam kelas.
Guru profesioanal memiliki keharusan untuk memperbaiki kurikulum. Perbaikan sangat perlu
dilakukan mengingat setiap kelas memiliki tingkatan yang berbeda. Contohnya, kelas VII A
cocok menggunakan metode A namun berbeda dengn kelas VII B yang tidak cocok dengan
metode B mengingat kemampuan penyerapan siswa setiap kelasnya berbeda-beda. Sehingga
guru perlu melakukan revisi terhadap kurikulum tersebut. Penggantian maupun perbaikan
kurikulum pada dasarnya ialah sebagai inovasi terhadap kurikulum tersebut agar lebih baik dan
dipahami oleh siswa.

E. Masalah-Masalah yang Menuntut Perbaikan kurikulum

sukmadinata (2009) menyatakan bahwa terdapat tiga konsep tentang kurikulum, yaitu
Pertama kurikulum sebagai substansi yaitu sebagai sebuah rencana pembelajaran di kelas.
Kedua, kurikulum sebagai sistem yaitu bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan,
bahkan sistem masyarakat, dan Ketiga kurikulum sebagai bidang studi yaitu bidang studi atau
kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.

Perbaikan pada dasarnya perlu dilakukan tidak hanya sekedar perbaikan pengelolaan
kelas, melainkan faktor psikologis siswa pun perlu diperhatikan. Kesesuaian antara materi yang
disampaikan dengan kemampuan penerimaan materi yang diajarkan kepada siswa harus sangat
dipertimbangkan. Materi yang disampaikan harus diterima oleh seluruh siswa di dalam kelas
bukan hanya segelintir siswa saja yang dapat menerima materi yang disampaikan.

Berkenaan dengan perbaikan kurikulum, Hamalik (2008) menyatakan bahwasannya empat


faktor yang menyebabkan permintaan perhatian yang sifatnya mendesak, yaitu: 1) pertumbuhan
dan peledakan penduduk yang terus menerus menghantui masyarakat yang sedang berkembang,
2) peledakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut penyesuaian kurikulum, 3) aspirasi
manusia semakin berkembang luas menuntut perbaikan kurikulum sekolah, 4) dinamika
masyarakat baik vertikal amupun horizontal membawa pengaruh besar bagi pengembangan
pendidikan.

Delapan faktor yang dapat menyebabkan perubahan kurikulum secara terperinci, yaitu
sebagai berikut:

1. perubahan Sosial yang Berdampak pada Pendidikan

Ibrahim (1983) menyatakan bahwasannya perubahan sosial merupakan perubahan tingkah laku
dan sikap yang terjadi pada individu, kelompok individu, maupun organisasi. Perubahan itu
terjadi dapat disebabkan karena interaksi antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, organisasi dengan kelompok, atau organisasi dengan
organisasi. Perubahan ini dapat juga terjadi pada sektor pendidikan karena sekolah termasuk
ksebuah organisasi pendidikan.
2. Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan Masyarakat

Tujuan utama dari seseorang menyekolahkan anaknya adalah agar suatu saat mampu bekerja dan
memiliki penghasilan yang cukup untuk kelangsungan hidup mereka. Jika kita simak perubahan-
perubahan yang terjadi pada sistem pendidikan yang ada di Indonesia, hal tersebut merupakan
dampak dari tuntutan masyarakat, yaitu terpenuhinya kebutuhan akan pelajaran yang layak.

3. Masalah Mutu Pendidikan

Tuntutan terhadap peningkatan mutu pendidikan dapat menyebabkan perubahan kurikulum yang
berlaku. Pemerintah berupaya keras mengejar ketertinggalan di bidang kualitas atau mutu
pendidikan dengan mentapkan standar kelulusan. Standar kelulusan ini diharapkan mampu
menjadi tolak ukur bagi mutu pendidikan di sekolah. Setiap satuan pendidikan harus
mengoptimalkan seluruh kemampuan dan potensi yang ada agar standar kelulusan terpenuhi.

4. Adanya Pergeseran Penekanan Tujuan Pembelajaran

Nasution (2008) menytakan bahwa kurikulum diubah apabila terjadi pergeseran penekanan
tujuan pembelajaran. Misalkan pada tahun 40-an di USA tekanan kurikulum adalah pada
masayarakat (society centered). Namun pada tahun 50 - 60-an sebagai reaksi terhadap
peluncuran sputnik yang menyadarkan Amerika Serikat akan ketinggalan pengetahuan, maka
kurikulum lebih diarahkan pada discipline centered yang mengarah pada subject centered
curriculum.

5. Adanya Pergeseran Orientasi Proses Pembelajaran

Sebelum diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), proses pembelajaran di dalam kelas lebih berorientasi pada guru (teacher
centered). Pada kondisi ini, guru menjadi pusat pembelajaran dan seolah-olah menjadi satu-
satunya sumber belajar. Setalah pemberlakuan KBK dan KTSP, orientasi pembelajaran bergeser
ke siswa (student centered). Dalam pembelajaran ini, aktivitas siswa dalam belajar menjadi pusat
perhatian.

6. Studi Komparatif terhadap Kurikukulum Negara Lain

Studi komporatif awalnya merupakan sebuah penyelidikan atas bentuk dan praktik intitusional
yang dapat diplantasikan dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Di bidang kurikulum,
studi komporatif dilakukan dengan cara membandingkan kurikulum dalam negeri dengan
kurikulum luar negeri atau lintas kurikulum yang ada di dalam negeri. Dalam studi ini diambil
berbagai hal yang masih relevan dan dianggap sesuai mampu memperbaiki kurikulum yang
sedang digunakan.
7. Tantangan Kurikulum pada Abad 21

Koechlin & Zwaan (2004) dalam Arifin dkk (2007) menyatakan bahwa abad 21 adalah abad
dimana informasi akan menjadi oarng yang selalu dibutuhkan orang lain. Dalam menghadapi
abad 21, masyarakat pendidikan yang ada di sekolah perlu berpikir kritis dalam menghadapi
berbagai masalah yang dihadapi, termasauk masalah dibidang pendidikan. Dalam bidang
pendidikan guru harus mampu merancang pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa
sehingga tujuan pembelajaran lebih mudah dicapai. Guru harus mengajarkan berbagai
keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa untuk mempertahankan hidupnya di “masyarakat kelak
setelah mereka menyelesaikan studi. Arifin dkk (2007) menyatakan bahwasannya keterampilan
yang dibutuhkan oleh siswa pada abas 21 ialah kecakapam hidup (life skills) dan keterampilan
melek informasi (information skills). Kedua keterampilan tersebut sebenarnya merupakan
keterampilan yang saling berkaitan dan keduanya perlu d perhatikan guru saat mengembangkan
kurikulum (silabus) di sekolah.

8. Globalisasi di Bidang Pendidikan

Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertal dengan semakin kencangnya arus
globalisasi dunia mambawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Tujuan pendidikan mulal
diarahkan pada kesiapan peserta didik untuk menghadapi persaingan di dunia global, seperti
perdagangan bebas. Proses pembelajaran pun mulai menggunakan dua bahasa (bilingual), seperti
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Pemerintah juga telah meyiapkan sekolah-sekolah bertaraf
Internasional, yang pada proses pembelajarannya menggunakan bahasa Internasional yaitu
bahasa Inggris. Dari sekilah internasional inilah diharpkan menghasilkan output yang
siapbersaing di dunia Internasional. Delapan faktor inilah yang sangat berpengaruh pada
percepatab proses perubahan kurikulum yang berlaku di suatu sekolah, atau daerah, atau bahkan
di sebuah negara.

F. Landasan dan Prinsip Perbaikan Kurikulum

Hamalik (2008) menyatakan terdapat empat prinsip yang harus dioerhatikan, yaitu sebagai
berikut:

1. Berksinambungan

Implementasi terhadap kurikulum yang telah dirancang adalah pada setiap satuan pendidikan.
Apabila terjadi masalah dalam Implementasinya, saat inilah harus dilaksanakan perbaikan
kurikulum. Perbaikan yang dilakukan harus memberi dampak positif dan signifikan. Apabila
dampaknya belum terlihat maka perubahan harus dilakukan, Contohnya adalah metode mengajar
yang digunakan oleh seorang guru dalan proses belajar mengajar. Guru harus mempelajari
metode yang cocok diterapkan dalam kelas. Apabila metode yang ia terapkan tidak mampu
menyampaikan materi pelajaran dengan baik, maka guru harus segera mengadakan perbaikan
pada langkah-langkah pembelajaran, atau guru harus memilih metode baru yang lebih cocok.
Perbaikan ini dilaksanakan secara terus menerus " atau berkesinambungan sampai ditemukan
metode yang cocok atau sesuai dengan karakteristik siswa yang menerima pembelajaran.

2. Kerjasama

Melaksanakan perbaikan kurikulum guru tidak boleh egois dengan meyakini perbaikan yang ia
lakukan adalah yang terbaik. Ia harus memninta pendapat atau bekerjasama dengan guru-guru
yang lain atau guru serumpun. Akan lebih bijaksana lagi jika dilakukan dalam sebuah forum
diskusi ataun kerja kelompok, sehingga hasilnya akan lebih baik.

3. Dilaksanakan pada Skala yang Lebih Kecil

Perbaikan kurikulum bukan perubahan atau pengetahuan kurikulum. Bakupannya hanyalah pada
tataran Implementasi kurikulum di sekolah. Oleh karenna itu, perbaikan dilakukan pada skala
yang lebih kecil hanya pada startegi, metode, modek atau pendekatan terhadap Inplementasi
kurikulum yang guru dilakukan.

4. Dilaksanakan pada Aspek yang Memang Membutuhkan Perbaikan

Seorang guru harus teliti dalam melaksanakan perbaikan kurikulum. Pelaksanaan perbaikan
hanya layak dilaksanakan pada komponen-komponen yang perlu diperbaiki. Hal ini akan lebih
efektif dan menghemat biaya pelaksanaan dari perbaikan tersebut.

G. Prosedur Perbaikan Kurikulum

Perbaiakan kurikulum dapat dilakukan dalam skala kecil maupun skala luas. Perbaikan ini akan
memerlukan biaya yang cukup besar. Sehingga perlu dirancang dengan baik. Secra umum,
prosedur dalam melakukan perbaikan kurikulum, yaitu sebagai berikut:

1. Pembentukan Panitia
Pembentukan panitia dilaksanakan dalam sebuah forum rapat antara guru, kepala sekolah,
dan komite untuk membentuk panitia yang diprediksi mampu melaksanakan perbaikan
kurikulum sekolah. Panitia dibentuk sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
pengembangan.
2. Analisis Masalah
Apabila panitia. telah terbentuk, maka tugas pertama 'yang harus dilakukari adalah
menganalisis kondisi seluruh komponen kurikulum pada seluruh mata pelajaran yang
ada. Analisis dilakukan untuk menentukan aspek-aspek dari kurikulum yang memerlukan
perbaikan apakah tujuan, Cakupan materi, metod alat evaluasi, dan yang lainnya.
3. perencanaan Perbaikan
Ada dua tahap perencanaan yang harus menjadi fokus dalam perbaikan kurikulum, yaitu
sebagai berikut:
a. Perencanaan Biaya
Seluruh analisis selesai dilaksanakan, langkah selanjutnya adalah menentukan baiaya
yang diperlukan dalam pelaksanaan perbaikan tersebut. Biaya yang dirancang lebih ke
arah baiaya operasional pelaksanaan perbaikan, seperti biaya ATK, konsumsi, honor,
transportasi, ataupun biaya yang lainnya.
b. Perencanaan Pelaksanaan Perbaikan
Agar efektif dan efisien, pelaksanaan perbaikan kurikulum harus direncanakan dengan
baik. Setelah menganalisis hal-hal yang perlu diperbaiki dan komponen-komponen apa
yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah menentukan skala prioritas hal-hal yang
akan diperbaiki tersebut.
4. Pelaksanaan Perbaikan
Setelah perencanaan — perbaiakan selesai dilaksanakan, langkah selanjutnyaialah
implementasi dari perencanaan tersebut. Perencanaan dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang telah dirancang.
5. Evaluasi terhadap Perbaikan yang telah Dilakukan
Evaluasi bertujuan untuk melihat tepat tidaknya sasaran perbaikan kurikijum yang
dilakukan. Apakah tujuan tetah tercapaf ataukah belum ada perubahan ke lebih baik. fika
belum ada perubahan, maka Cilaksariakan lagi karena salah satu prinsip

Perbaikan kurikulum adalah konstinuitas atau berkesinambungan. Oleh sebab itu, evaluasi
terhadap hasil adalah suatu keharusan dan akan terus dilakukan sampai ditemukan sebuah
standar kurikulum yang memberikan hal yang terbaik. Perbaikan dihentikan apabila sudah tidak
ditemukan lagi perubahan hasil yang signifikan sebagai dampak dari perubahan yang dilakukan.
Apabila perbaikan yang terjadi dilaksanakan pada seluruh komponen dan seluruh aspek maka
akan terjadi perubahan kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan.

H. Pihak-Pihak yang Berperan dalam Perbaikan Kurikulum

Ada empat pihak yang berperan dalam perbaikan kurikulum di sekolah, diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Supervisor/ pengawas Pengawas


dalam hal ini pengawas sekolah orang yang melaksanakan supervisi terhadap kinerja
guru dan kepala sekolah, yang di dalamnyatermasuk pengawasan terhadap implementasi
kurikulum di sekolah. Pengawas dalam melaksanakan supervisi biasanya melihat
pelaksanaan pembelajaran di kelas untuk melihat bagaimana kinerja guru yang
bersangkuta. Dari hasil pelaksanaan survei, pengawas memberikan masukan-masukan
atau saran-saran terhadap kelemahan-kelemahan dalan proses pembelajaran.
2. Kepala Sekolah
Kepala sekolah selaku stakeholder pada setiap satuan pendidikan harus jeli dalam
menilai setiap kinerja bawahannya. Apabila menemukan kelemahan-kelemahan dalam
implementasi kurikulum, baik dari segi kemampuan guru maupun kurikulumnya sendiri,
kepala sekolah harus sigap dalam mengambil tindakan. Misalkan kepala sekolah
menganggu metode yang digunakan guru dalam pembelajaran di kelas tidak relevan
dengan materi yang disampaikan dan tidak bisa diterima oleh siswa maka kepala sekolah
harus memerhatikan guru yang bersangkutan untuk memilih metode lain yang lebih
menarik dan baik.
3. Guru
Kurikulum diimplementasikan pada setiap satuan pendidikan. Masalah yang akan timbul
ketika kurikulum diimplementasikan adalah di dalam kelas. Masalah ini pertama kali
akan diketahui oleh guru. Oleh karena itu, gurulah sebenarnya yang menjadi ujung
tombak dalam pelaksanaan perbaikan kurikulum sekolah. Guru harus mampu memilih
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan dan juga
sesuai dengan kemampuan siswa. Misalnya, pada proses pembelajaran Bahasa Indonsia
di MTs/ SMP guru menggunakan metode inguiri bebas. Metode ini akan cocok apabila
diterapkan kelas dengan kemampuan atau daya serap rendah. Guru memprediksi bahwa
mentode inguiri bebas cocok untuk kelas dengan kemampuan tinggi, tetapi ternyata pada
ementasi proses pembelajarannya tidak berjalan lancar, harus segera'mengalihkannya ke
metode inguiri terbimbing.
4. Siswa
Peran siswa dalam perbaiakn kurikulum bisa secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung berarti siswa bersama guru duduk bersama berdiskusi tentang metode
apa yang cocok dalam penyampaian materi yang akan diajarkan. Tipe ini jarang
diterapkan di sekolah, dan lebih memungkinkan di perguruan tinggi. Secara tidak
langsung berarti siswa memberikan masukan kepada guru untuk mengubah metode yang
digunakan guru karena dirasa tidak cocok pada dirinya atau juga teman-temannya. Siswa
juga menjadi objek kajian guru di kelas ketika suatu metode pembelajaran diterapkan.
Reaksi siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkan merupakan bahan refleksi
bagi guru untuk menggunakan aksi berikutnya.

I. Kendala yang Dihadapi dalam Perbaikan Kurikulum


Melaksanakan perbaiakn kurikulum di tingkat satuan pendidikan, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan yang menjadi hambatan, yaitu sebagai berikut:
1. Masalah Biaya
Melaksanakan perbaikan pada skala kecil atau hanya satu bidang studi dan dilaksanakan
oleh guru bidang studi tersebut mungkin tidak akan memakan biaya yang banya. Akan
tetapi, jika dilaksanakan dalam satu sekolah pada semua mata pelajaran, maka biayanya
akan membengkak. Hamalik (2008) menyatakan bahwa salah satu hambatan dalam
perbaikan kurikulum adalah kurangnya pembiayaan untuk menunjang program perbaikan
kurikulum. Pihak sekolah jarang seklai menganggarkan dana sekolah untuk perbaikan
kurikulum. Sekolah lebih memilih mengalokasikan dana untuk implementasi kurikulum,
bukan perbaikan kurikulum.
2. Masalah Waktu
Padatnya materi yang harus disampaikan cenderung memaksa seseorang guru untuk
sibuk berkonsentrasi pada bagaimana cara mengahabiskan materi ajar dengan waktu yang
tersedia. Alih-alih mau melaksanakan perbaikan kurikulum, menuntaskan materi
pelajaran saja mereka sudah merasa kesulitan. Kondisi ini menyebabkan guru tidak
pernah berpikir bagaimana melaksanakan perbaikan kurikulum.
3. Maslah Kemauan dan Sikap Konservatif dari Guru
Nasution (2008) menyatakan bahwasannya, manusia pada umumnya bersifat konservatif.
Demikian pula halya dengan guru. Guru lebih senang mengikuti jejak-jejak yang lama
secara rutin. Ada kalanya cara yang demikian inilah yang lebih mudah dilaksanakan.
Guru tidak memiliki kemauan Untuk melaksanakan perbaikan kurikulum yang ia
terapkan.
4. Masalah Guru yang Tidak Kompeten
Tidak semua guru paham tentang apa itu kurikulum. Mereka hanya memahami materi
apa yang harus mereka Sampaikan kepada siswa. Jika seorang guru tidak menguasai
materi dan metodg pembelajaran dengan baik, maka Jangankan melaksanakan perbaikan
atau inovasi arah, menyampaikan materi saja mereka merasa kesulitan.
5. Masalah Kepemimpinan yang Tidak Profesional
Kepala sekolah tidak memiliki jiwa pembaruan, cenderung senang dengan pola lama.
Kepala sekolah seperti ini cenderung kukuh dengan pendiriannya dan terkadang
melarang guru untuk mengadakan-sebuah inovasi.

Anda mungkin juga menyukai