Anda di halaman 1dari 4

Tugas Review Artikel

Mata Kuliah Sejarah Gerakan Pembaharuan Pendidikan

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Dr. Dra. Lusila Andriani Purwastuti, M.Hum


Amrih Setyo Raharjo S.Pd., MPA.

Disusun Oleh :

Yudea Sofia 20110244013

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
Rangkuman Poin-Poin Jurnal “Inovasi Pendidikan di Indonesia antara Harapan dan Kenyataan” :

• Dunia pendidikan Indonesia pernah mengalami polemik dalam merancang kurikulum sebelum
dilaksanakannya otonomi daerah. Polemik tersebut ialah muatan kurikulum yang dirancang oleh
pemerintah pusat tidak sesuai dengan kondisi atau situasi sekolah yang ada di berbagai daerah.

• Akhirnya terciptalah pembaharuan inovasi di bidang pendidikan untuk menjawab berbagai masalah yang
dihadapi dunia pendidikan indonesia. Salah satu wujud pembaharuan inovasi pendidikan yaitu inovasi
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diharapkan menunjang pembelajaran di sekolah tiap-
tiap daerah karena sesuai dengan kondisi dan situasi daerah tersebut.

• Jika meninjau kebelakang, sebenernya Indonesia memiliki segudang pengalaman pembaharuan


pendidikan, tetapi sangat disayangkan produk pembaharuan pendidikan tersebut harus 'gagal' dan hilang
karena tidak adanya kejelasan lebih lanjut, seperti Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), Sekolah
Pamong, CBSA, SD Kecil, serta SMP.

• Kegagalan Indonesia dalam melakukan pembaharuan pendidikan berpotensi disebabkan oleh perilaku
guru yang belum menuju ke arah pembaharuan. Schaeffer (1987:4) mengatakan bahwa guru merupakan
kunci dari keberhasilan pembaharuan pendidikan. Jika guru enggan dan tidak mampu untuk melaksanakan
inovasi maka pembaharuan pendidikan tidak akan pernah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

• Para ahli seperti Domoyer (1978); Hull dan Rudduck, J. (1991), Fullan (1991) serta Bennet, dkk. (1991)
menyimpulkan bahwa keengganan guru dalam melaksanakan inovasi pendidikan, yaitu :
1. Latar belakang pengetahuan guru tidak memadai untuk melaksanakan pembaharuan pendidikan.
2. Pelaksanaan pembaharuan di bidang pengajaran sangat kompleks dan memakan waktu.
3. Ketidakjelasan terkait dampak langsung pada diri siswa segera setelah pembaharuan dilaksanakan.
4. Sifat konservatisme yang tertanam pada diri orang yang terlibat pendidikan.
5. Pembaharuan yang seringkali hanya menyangkut aspek supervisial, sehingga guru tidak melihat
adanya makna bagi kemajuan pendidikan.
6. Terdapat pertanyaan seperti 'bagaimana mengetahui bahwa pembaharuan yang dilakukan bermakna,
dan siapa yang memutuskannya?'

• Proses Pembaharuan dimulai dari tahap inisiasi, lalu lanjut ke implementasi, lanjut lagi ke tahap
kontinuasi, dan memperoleh hasil akhir.

• Inisiasi : Pada tahap ini, terdapat 8 hal yang harus diperhatikan yaitu: (1) eksistensi dan kualitas inovasi,
(2) akses terhadap inovasi, (3) advokasi dinas pendidikan, (4) advokasi para guru, (5) agen-agen
pembaharu eksternal, (6) tekanan masyarakat, (7) kebijakan baru termasuk pendanaan baik pada level
pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten, serta (8) pemecahan masalah dan orientasi birokratis.

• Dalam pembaharuan pendidikan, proses inisiasi mempertimbangkan faktor relevansi, kesiapan, dan
ketersediaan sumber-sumber. Proses yang terjadi selama tahap inisiasi dapat bermakna atau bahkan
membingungkan, melahirkan komitmen atau bahkan aleniasi, serta hal-hal lain yang dipengaruhi oleh
pembaharuan. Cukup banyak inovasi yang dikenalkan. Kesukarannya biasanya terjadi dalam menentukan
kesepadanan antara kebutuhan lokal dengan sumber-sumber inovasi yang tersedia.

• Dalam proses implementasi program inovasi bersifat lebih intriktis karena melibatkan banyak orang dan
pembaharuan itu sendiri. Ada kebijakan inovatif yang bagus secara konseptual tapi sulit untuk
diimplementasikan. Faktor kunci yang mempengaruhi proses implementasi program pembaharuan adalah
karakteristik pembaharuan (terdiri dari kebutuhan, kejelasan, kompleksitas, kualitas, dan kepraktisan),
Karakteristik Lokal (terdiri atas kabupaten, masyarakat, kepala sekolah, guru), lalu faktor eksternal
(pemerintah dan agensi pembaharuan lainnya)

• Terdapat 6 hal pokok yang perlu dilakukan agar proses implementasi pembaharuan menjadi baik, yakni;
1. Membangun visi
2. Mengembangkan inisiatif untuk pembaharuan
3. Perencanaan yang matang
4. Pengembangan staff
5. Restrukturisasi dan;
6. monitoring program pembaharuan
Meskipun diyakini hal-hal di atas mempengaruhi kelangsungan implementasi program pembaharuan,
Fullan (1991) menyatakan bahwa kepala sekolah tetap merupakan kunci dari keberhasilan implementasi
dan kelangsungan program pembaharuan.

• Banyak perencanaan pembaharuan pendidikan gagal karena kesalahan mengidentifikasi masalah teknis
yang spesifik, seperti kekurangan material yang baik, pelatihan yang tidak efektif dukung dan
administratif yang kurang. Penyebab lain dari kegagalan perencanaan program pembaharuan adalah
karena seringnya para pembuat kebijakan membuat asumsi yang hyperrational.

• Fullan (1991:344) mengatakan bahwa keberhasilan pembaharuan pendidikan bergantung pada apa yang
guru perbuat dan pikirkan. Pembelajaran dan pendidikan di sekolah menjadi efektif jika orang yang
menjadi guru adalah orang yang berkualitas dan sekolah ditata untuk menstimulasi dan menghargai setiap
pelaksanaan pembaharuan. Guru harus memahami diri mereka sendiri dan dipahami oleh orang lain, serta
semua komponen pendidikan harus memahami aturan-aturan yang berlaku di dunia pendidikan.

• Implementasi adalah esensi dari pembaharuan. Dalam pembaharuan pendidikan, guru adalah
implementator sentral pembaharuan tersebut. Tetapi sayangnya, guru memiliki beban yang harus dipikul
seperti beban kerjanya dalam satuan jam pelajaran, jumlah siswa yang menjadi tanggung jawabnya,
kompensasi atas pekerjaannya dan masalah fasilitas belajar yang kurang memadai. Inovasi pendidikan
yang dikenalkan seringkali hanya menjadi salah satu dari beban yang harus dipikul guru.

• Fullan telah meringkas beberapa temuannya terkait peran guru dan terhambatnya pembaharuan inovasi
Pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan guru tidak membekali para mahasiswa untuk menghadapi realitas kelas yang akan
menjadi tugas pokoknya
2. Organisasi sekolah bersifat seluler sehingga guru dihadapkan pada berbagai masalah dan ketakutan
yang bersifat pribadi. Hal ini membuat para guru menghabiskan waktu mereka untuk membicarakan
hal pribadi pada koleganya, bukan membicarakan hal yang berhubungan dengan tugas pokoknya
dalam pembelajaran.
3. Budaya kerja yang gagal dikembangkan oleh guru.
4. Para guru tidak yakin apakah mereka sudah melakukan pembaharuan atau belum.
5. Para guru yang kebingungan untuk meminta bantuan penyelesaian dari persoalan yang dihadapi.

• Selain faktor guru, tentunya pembaharuan pendidikan juga memerlukan faktor siswa. Diperlukan
dinamika komitmen guru dan siswa agar inovasi Pendidikan bisa berjalan dengan sukses.
• Penulis mengidentifikasi adanya 6 tema sentral dari paradigma baru yang dibutuhkan dalam pembaharuan
pendidikan, yaitu :
1. Cara berpikir negatif dalam melihat pembaharuan harus menjadi positif
2. Solusi yang bersifat monolitik harus beralih ke alternatif.
3. Inovasi yang individual harus menjadi institusional
4. Mengubah kerja individu menjadi kerja Bersama
5. Mengubah pengabaian proses pembaharuan ke apresiasi yang serius terhadap proses pembaharuan
6. Pola pikir 'hanya jika'diubah menjadi 'jika kami'

Pandangan atau Pendapat Terhadap Jurnal “Inovasi Pendidikan di Indonesia antara Harapan dan
Kenyataan” Berdasarkan Keadaan Pendidikan Saat Ini :

Pandemi COVID-19 yang masih mewabah di Indonesia memukul berbagai macam sektor seperti
ekonomi, budaya, lingkungan, dan bahkan pendidikan, hal ini mengakibatkan munculnya Kebijakan-
kebijakan baru dalam bidang pendidikan demi menyesuaikan situasi pandemi COVID-19, salah satu bentuk
Kebijakan tersebut ialah belajar dari rumah (Study From Home). Dilansir dari detikNews.com, selama
kebijakan belajar dari rumah berlangsung, para tenaga pendidik lebih sering memberikan tugas bahkan
sampai berlebihan kepada para siswa, tenaga pendidik tidak mengimplementasikan sistem pembelajaran
yang menyenangkan dan berkualitas.
Menurut saya, cara mengajar seperti ini berpotensi membuat peran guru sebagai sumber ilmu dapat
digantikan oleh internet atau media lain. Padahal tenaga pendidik adalah kunci dari inovasi pembaharuan
pendidikan, seharusnya tenaga pendidik berfokus pada bagaimana cara menyampaikan materi yang
berkualitas daripada bagaimana cara menyelesaikan beban kurikulum pembelajaran. Jurnal ini tetap relevant
dengan keadaan yang sekarang meskipun dibuat pada tahun 2010, karena seiring perkembangan zaman,
peran tenaga pendidik selalu dibutuhkan untuk memperbaharui kondisi pendidikan di Indonesia.

Daftar Pustaka

detikNews. 2020. Mendikbud Nadiem Soroti Guru Beri Tugas Berlebihan Saat Corona. Diakses pada 17
September 2021, dari https://news.detik.com/berita/d-4971923/mendikbud-nadiem-soroti-
guru-beri-tugas-berlebihan-saat-corona

Zakso, Amrazi. 2010. Inovasi Pendidikan di Indonesia antara Harapan dan Kenyataan. Jurnal Pendidikan
Sosiologi Dan Humaniora , 1(1)

Anda mungkin juga menyukai