Anda di halaman 1dari 6

INOVASI PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN

MUTU PENDIDIKAN MELALUI MERDEKA BELAJAR DI ERA


EDUACATION 4.0

Pembelajaran di Indonesia hingga saat ini masih dianggap belum


maksimal. Hakikat pembelajaran di Indonesia secara keseluruhan masih rendah,
hal ini disebabkan oleh lemahnya kewenangan, tenaga pengajar dan sekolah,
kemiskinan, pembiayaan, dan kerangka kerja yang mendukung siklus
pembelajaran. Saat ini masih banyak kendala yang dialami dalam menumbuh
kembangkan potensi dan minat belajar siswa yang belum tergali. Hal ini sesuai
dengan hasil Program for Global Student Evaluation (PISA) yang menunjukkan
bahwa 70% siswa berusia 15 tahun berada di bawah tingkat kemampuan dasar
dalam memahami pembelajaran sederhana atau menerapkan konsep numerik
dasar. Skor PISA ini belum mengalami peningkatan besar dalam 10-15 tahun
terakhir. Selain itu juga, ada penyimpangan besar di antara tempat-tempat dan
pertemuan ekonomi masyarakat yang diperburuk oleh pandemi Coronavirus1.
Untuk menanggapi permasalahan tersebut, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengambil kebijakn
untuk penerapan kurikulum Darurat yang dikembangkan untuk menyederhanakan
kurikulum. Rancangan pendidikan ini dilakukan untuk mengatasi dampak
ketidakberuntungan belajar selama pandemi. Selanjutnya, dari 31,5% sekolah
yang memanfaatkan program Crisis Education, ditemukan bahwa pemanfaatan
program pendidikan ini dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% dalam
kecakapan dan 86% dalam berhitung. Kemajuan rencana Pendidikan Krisis
menunjukkan bahwa perubahan program pendidikan yang lebih jauh adalah
fundamental. Oleh karena itu, program Pendidikan Merdeka Belajar direncanakan
sebagai program pendidikan lain yang lebih luas dari rencana pendidikan
sebelumnya. Empat butir kebijakan baru dalam konsep “Merdeka Belajar” pada
dasarnya adalah upaya untuk menciptakan sistem dan budaya belajar mengajar
1
Belajar, Merdeka. (2023, July 21). Latar Belakang Kurikulum Merdeka. Retrieved from
Merdeka Belajar:
https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/6824331505561-Latar-
Belakang-Kurikulum-Merdeka.
yang lebih efektif, proaktif, kreatif, inovatif, mandiri, kontekstual, dan
emansipatoris. Hal tersebut juga sejalan dengan perubahan global dunia
pendidikan yang saat ini disebut sebagai “Education 4.0”. Maka untuk mencapai
arah tersebut, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ingin memangkas persoalan
prosedural dan otoritatif yang dianggap menggagalkan kecukupan dan substansi
pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus menghargai kebijakan baru tersebut 2.
Pemikiran ini tidak diragukan lagi karena sangat penting yang berkaitan dengan
perubahan pembelajaran menuju hasil pembelajaran di Indonesia yang lebih baik
dan lebih berkembang. Meskipun dalam penulisan strategi pembelajaran,
kemungkinan kebebasan dalam belajar bukanlah sesuatu yang benar-benar baru.
Sejujurnya, kemungkinan pembelajaran yang berfokus pada siswa benar-benar
dimulai oleh John Dewey 100 tahun yang lalu. Pada dasarnya, ide dan teknik
tersebut sebelumnya sudah mulai disesuaikan dengan rencana pendidikan yang
telah dilaksanakan di Indonesia. Kita ingat betul bahwa kita pernah memiliki
Rencana Pendidikan Tingkat Satuan Sekolah (KTSP) pada tahun 2006. Program
pendidikan ini pada hakekatnya telah memberikan otonomi kepada sekolah dan
tenaga pengajar untuk mengembangkan program pendidikannya sendiri sesuai
dengan kemampuan daerahnya masing-masing. Selain itu, sejak tahun 2000-an
telah dilaksanakan kemungkinan Pembelajaran Dinamis, Inventif, Berhasil dan
Menyenangkan (PAKEM) di tingkat sekolah dasar. Puncaknya ada di kurikulum
2013, bahkan kurikulum ini agak lebih mapan dalam menyesuaikan pendekatan
pembelajaran yang “membebaskan” siswa. Namun, proses implementasi dan
evaluasi kurikulum ini merupakan tantangan terbesar.
Berbicara tentang pembelajaran “merdeka”, kita juga tidak boleh lupa
dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan sebagai pendamping bagi
pengajar. Hanya saja, setiap pendidik harus mulai berani mengkontekstualisasikan
masyarakat belajar di masa education 4.0. Untuk itu ada beberapa bagian yang
harus diperhatikan dalam kondisi ini, antara lain:

2
Fisk, P. (2023, July 21). Education 4.0… the future of learn-ing will be dramatically
different, in school and throughout life. Retrieved from
https://www.thegeniusworks.com/2017/01/future-education-young-everyone-taught-
together/
1. Pendekatan pembelajaran, yaitu tahap awal atau perspektif kita terhadap
pengalaman yang berkembang. Pendekatan yang berpusat pada siswa dan
pendekatan yang berpusat pada guru adalah dua jenis pendekatan teoretis.
"Merdeka Belajar" harus menekankan pendekatan yang berfokus pada siswa.
2. Sistem pembelajaran, yaitu latihan pembelajaran khusus yang harus dilakukan
oleh pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
sungguh-sungguh dan efektif. Pembelajaran eksposisi-penemuan dan
pembelajaran kelompok-individu adalah dua strategi tambahan dalam situasi
ini.
3. Teknik pembelajaran, khususnya strategi yang digunakan oleh pendidik untuk
melaksanakan rencana yang telah disusun sebagai latihan-latihan yang asli dan
wajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa teknik pembelajaran
yang dapat dimanfaatkan antara lain: ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi,
lab, field trip, diskusi, debat, dan simposium adalah beberapa contoh saja.
Dalam kemungkinan "Peluang untuk Belajar", hasilnya adalah bahwa teknik
seperti percakapan, konseptualisasi, diskusi, konferensi, dan semacamnya lebih
digarisbawahi daripada strategi bicara.
4. Metode dan Strategi Pembelajaran. Prosedur pembelajaran adalah teknik yang
dilakukan oleh pendidik dalam menjalankan strategi tertentu. Sedangkan
strategi pembelajaran adalah gaya pendidik dalam menyelesaikan teknik atau
prosedur pembelajaran tertentu yang bersifat individual3.
Kegigihan guru dan siswa yang mandiri mengejar tujuan yang bermakna
bagi mereka menunjukkan komitmen mereka untuk belajar. Penguasaan lebih
penting daripada nilai dalam hal komitmen terhadap tujuan pembelajaran ini.
Sehingga keterampilan dan kemampuan yang diperoleh dari hasil belajar tidak
hanya sekedar kata-kata di atas kertas tetapi benar-benar ada. Pengalaman
pendidikan harus dilakukan dari rasa kebebasan. Pada akhir contoh, setiap guru
dan siswa juga harus memikirkan pengalaman pendidikan yang telah mereka lalui.
Oleh karena itu, apa pun yang hilang dapat diperbaiki suatu saat nanti. Menurut
saya, kemungkinan peluang untuk belajar adalah untuk benar-benar menemukan
yang memberi kesempatan pada kebebasan dalam belajar, berorientasi pada
3
Kadi, T., & Awwaliyah, R. (2017). Inovasi Pendidikan : Upaya Penyelesaian Problematika
Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Islam Nusantara, 1(2), 144–155.
konteks dan dilaksanakan dengan cara yang kreatif. Dalam esai ini saya hanya
akan sejenak memahami apa itu pembelajaran yang otonom, relevan, dan kreatif.
Dengan demikian, jiwa dari education 4.0 adalah menjadikan lingkungan belajar
yang “otonom” dan memberikan ruang kepada siswa untuk bebas dan leluasa
dalam belajar. Terlebih lagi, pembelajaran “otonom” di masa education 4.0 juga
harus berorientasi pada konteks. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL),
adalah istilah yang digunakan dalam literatur pembelajaran. CTL adalah suatu
metode pembelajaran yang menekankan pada kontribusi penuh siswa untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan keadaan nyata
untuk mendorong siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri.
Pembelajaran “merdeka” juga harus dilakukan dengan cara yang kreatif. Untuk
situasi ini, setiap instruktur perlu memiliki hal-hal yang tepat untuk memberikan
pendidikan imajinatif4.
Dalam melihat kondisi permasalah yang telah dijelaskan di atas, sebagai
calon guru atau akademisi saya merasa bahwa kondisi ini tidak diragukan lagi
sangat penting berkaitan dengan perubahan pembelajaran menuju hasil dan hasil
pengajaran pendidikan Indonesia yang lebih baik dan lebih berkembang.
Melihat kondisi tersebut ada beberapa inovasi yang dapat memperkuat
merdeka belajar ini, yaitu dengan penggunaan teknologi untuk mempermudah
proses pembelajaran. Salah satu tanda perkembangan pembelajaran pada masa
education 4.0 adalah pemanfaatan inovasi dan pengalaman yang mendidik dan
berkembang. Berbagai rangsangan pembelajaran berbasis aktivitas dapat
diberikan kepada siswa melalui penggunaan teknologi dalam kondisi ini. Inovasi
membuat materi terkonsentrasi sangat menarik, sehingga mendorong siswa dan
guru untuk lebih berpendidikan media. Beberapa jenis inovasi yang dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran kreatif dan mendidik antara lain:
1) Voice Threads, adalah layanan web yang memungkinkan klien untuk
mengunggah slide PowerPoint, rekaman, foto, dll. dan menambahkan
representasi suara untuk membuat presentasi media.
2) Blogging, di sini siswa dapat didekati untuk memposting catatan di blog
kelas.

4
Rahman, A., & Nuryana, Z. (2019). Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. 34–40.
3) Bookmark Sosial, ini adalah cara sederhana untuk menyimpan situs yang
cenderung menjadi pengatur pilihan teratas di browser internet kita agar lebih
mudah ditemukan/ditemukan.
4) Podcast adalah rangkaian rekaman yang sering diposting secara online. Pada
dasarnya, menyampaikan webcast berbasis inovasi seperti pembicaraan lisan.
Sisi positif dari melibatkan rekaman web adalah kemampuan beradaptasi dan
dapat digunakan kembali untuk mendidik.
5) Screencasting adalah cara yang bagus untuk mendapatkan umpan balik siswa
tentang konten dan ide. Screencast dapat digunakan untuk menampilkan
proses, memahami ide-ide tertentu, atau menyajikan presentasi PowerPoint
dengan komponen penggambaran dan media5.
Dari pemaparan di atas, cenderung diduga bahwa kehadiran Merdeka
Belajar akan membuka kembali peluang para pengajar dan mahasiswa yang
selama ini seolah hilang dan terbelenggu oleh satu kesatuan program dan strategi
pendidikan. Merdeka Belajar juga akan membuka pintu bagi pengajar dan siswa
untuk menggali seluruh kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), potensi sosial
dan kemampuan iklim di sekitarnya sehingga menjadi sifat-sifat edukatif dengan
muatan lingkungan.
Harapan dalam jangka pendek, merdeka belajar memberikan ruang
kepada siswa untuk menentukan mentalitas terhadap keputusannya sendiri
sedangkan pendidik dapat memberikan kemajuan tersendiri serta memberikan
perbaikan yang dapat menggerakkan siswa untuk membina sikap yang telah
dipetiknya. Harapan yang luar biasa bahwa nantinya Indonesia benar-benar mau
mengembangkan lebih lanjut sistem persekolahan yang ada. Ini bukan hanya
tentang melacak nilai, tetapi juga tentang sifat informasi yang telah dipelajari. Itu
yang diyakini dengan asumsi saya berpusat pada bidang yang kuasai, Sumber
Daya Manusia (SDM) bisa bersaing. Untuk sementara, asumsi jangka panjang
terus dipaku pada pelatihan, termasuk komitmennya untuk memberikan contoh
nyata kepada setiap anak bangsa. Ruang pendidikan memberikan pintu terbuka
bagi pemuda masing-masing negara untuk menggali informasi dan keterampilan

5
Subramani, P.C. Naga & Iyappan, V. 2018. Innovative Methods of Teaching and Learning.
Journal of Applied and Advanced Research, 2018: 3 (Suppl. 1) S20-S22
yang berbeda, terus membahas banyak hal, saling mengenal dan bertemu,
melakukan pertukaran yang cukup, dan menghasilkan diri.

DAFTAR PUSTAKA
Belajar, Merdeka. (2023, July 21). Latar Belakang Kurikulum Merdeka. Retrieved
from Merdeka Belajar: https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-
us/articles/6824331505561-Latar-Belakang-Kurikulum-Merdeka
Fisk, P. (2023, July 21). Education 4.0… the future of learn-ing will be
dramatically different, in school and throughout life. Retrieved from
https://www.thegeniusworks.com/2017/01/future-education-young-
everyone-taught-together/
Kadi, T., & Awwaliyah, R. (2017). Inovasi Pendidikan : Upaya Penyelesaian
Problematika Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Islam Nusantara, 1(2),
144–155.
Rahman, A., & Nuryana, Z. (2019). Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. 34–
40.
Subramani, P.C. Naga & Iyappan, V. 2018. Innovative Methods of Teaching and
Learning. Journal of Applied and Advanced Research, 2018: 3 (Suppl. 1)
S20-S22

Anda mungkin juga menyukai