Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS DAMPAK DARI FENOMENA FRIEND WITH BENEFIT DI KALANGAN

MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Survei yang dilakukan oleh (Ika Ayu Lestari, 2014) tentang Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Mahasiswa Unnes menemukan
bahwa 23% responden setuju bahwa mereka melakukan hubungan seksual dengan
teman dekat mereka sebagai tanda cinta mereka. Lebih mengejutkan lagi, perilaku
seksual pranikah di kalangan remaja tidak hanya terjadi pada remaja yang tidak
memiliki pendidikan formal, tetapi juga terjadi pada remaja yang memiliki status
pendidikan formal. Keadaan ini membuat Friends With Benefits, fenomena baru yang
sedang populer dan lebih mudah diikuti oleh remaja.
Friends With Benefits (FWB) adalah jenis interaksi tanpa status antara pria dan wanita
yang berteman yang berkaitan dengan seksualitas. Karena tidak ada komitmen yang
mengikat dalam pertemanan FWB, tidak diperlukan perasaan cinta (Putri, 2015, pp.
13–14). Karena kedua pasangan tidak memiliki keberanian untuk melanjutkan ke tahap
hubungan yang serius atau keinginan untuk melakukannya, interaksi teman yang
menguntungkan ini tidak memiliki status. FWB sama dengan hubungan yang hanya
berfokus pada keuntungan masing-masing karena tidak ada status dan komitmen.
Dalam budaya Barat, ada Friends With Benefits (FWB) adalah interaksi antara laki-laki
dan perempuan yang terjadi tanpa ikatan komitmen kedua pasangan. Tidak ada
perasaan cemburu terhadap pasangan FWB dalam interaksi pertemanan Friends with
benefits (Putri, 2015). Pada dasarnya, FWB (Friends with Benefits) berasal dari kata
bahasa Inggris Friends, yang berarti teman, dan benefits, yang berarti keuntungan.
Dalam kenyataannya, FWB ini tidak hanya digunakan untuk teman yang telah saling
kenal, tetapi juga untuk pasangan yang baru saja saling kenal. Dalam artikel yang
diterbitkan dalam Phsycology Today (Lachmann, 2015), ini seperti mencari teman
untuk kepentingan sendiri.
Pasangan FWB bukanlah suami istri atau berpacaran dalam interaksi mereka. Jadi,
pertemanan tidak selalu abadi. Pertemanan ini dapat berakhir tanpa alasan yang jelas.
Pertemanan FWB antara pria dan wanita tidak sama dengan cinta satu malam atau one
night stand (ONS). ONS adalah hubungan yang melibatkan aktivitas seksual hanya
dalam satu malam. Dalam ONS, pria dan wanita jelas berfokus pada pemenuhan
seksualitas tanpa mengenal satu sama lain. Dalam ONS, seks adalah tujuan utama.
Jadi, ONS hanya melakukan hubungan seksual dan berlalu (Lachmann, 2015).
Fenomena pertemanan Friends With Benefits ini jika dilihat dalam ilmu sosial sebagai
bagian dari perubahan masyarakat dalam interpretasi hubungan (Putri, 2015). Pada
masa lalu, hubungan seksual sepasang kekasih dianggap sakral dan dianggap sah hanya
ketika pasangan telah menikah. Sepasang kekasih akan berhubungan intim seperti
pasangan suami istri pada titik tertentu dalam pernikahan mereka. Setelah pernikahan
yang diakui oleh Negara, agama, dan adat istiadat, peristiwa ini dilakukan dengan
sangat sakral. Saat ini, Anda dapat melakukan hubungan seksual dengan siapapun,
bahkan dengan teman baru yang terlibat dalam FWB.
Mahasiswa adalah orang-orang yang belajar di perguruan tinggi negeri dan swasta
untuk mendapatkan gelar sarjana. Mereka datang dari berbagai tempat dan berlomba-
lomba untuk mendapatkan pendidikan. Menurut (Sjam, 2022), mahasiswa biasanya
berumur 18 tahun, yang merupakan usia di mana mereka sudah dianggap dewasa dan
memasuki tahap perkembangan, atau masa dewasa awal. Pada masa dewasa awal,
siswa belajar mengenal dan tertarik dengan lawan jenisnya, dapat berpikir dari
berbagai sudut pandang, dan bertanggung jawab atas pilihan mereka. Sebagian besar
masalah yang terjadi dalam hidup seorang siswa dapat diselesaikan secara mandiri
tanpa meminta bantuan dari orang lain, termasuk kedua orang tua, jika mereka
melakukannya sendiri.
Berbagai interaksi sosial akan terjadi di sekitar siswa setiap hari. Menurut Vincentius
Satu (2009:20), hubungan sosial adalah hubungan sosial yang selalu berubah yang
mencakup hubungan antar individu dan antar kelompok. Menurut Mila Saraswati dan
Ida Widaningsih (2008:17), kontak sosial dan komunikasi sosial adalah syarat
terjadinya interaksi.
Tidak hanya kontak fisik, seperti bersentuhan, yang membentuk interaksi sosial, tetapi
kontak sosial juga dapat terjadi melalui teknologi modern, seperti internet dan telepon.
Kontak sosial dan komunikasi sosial terjadi di kehidupan siswa, termasuk hubungan
antara siswa perempuan dan siswa laki-laki, siswa laki-laki dan siswa perempuan.
Hubungan ini akan menjadi lebih intens setiap hari mereka melakukan kontak sosial
dan komunikasi sosial. Ini membuat siswa tertarik, terutama pada lawan jenis mereka.
Tertarik pada lawan jenis dapat menyebabkan hubungan baru. Hubungan baru kadang-
kadang berakhir dengan tinggal di satu rumah atau biaya, tanpa ikatan pernikahan yang
sah, atau hanya sebagai Friends With Benefits.
Bermula dari fenomena di atas, peneliti ingin mempelajari lebih lanjut tentang
fenomena teman dengan keuntungan yang sedang populer di kalangan mahasiswa di
Kota Semarang. Karena itu, peneliti memilih judul "Analisis Dampak Dari
Fenomena Friend With Benefit Di Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri
Semarang."

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan apa arti Friends With Benefits bagi mahasiswa Univesitas Negeri
Semarang.

2. Untuk menjelaskan tentang pertukaran membantu membangun hubungan Friends


With Benefits bagi mahasiswa Univesitas Negeri Semarang.

C. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Akademis: Penelitian ini diharapkan dapat membantu perkembangan
penelitian sosiologi, khususnya bagi peneliti lain yang ingin membahas hubungan
Friends With Benefits.
b) Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat membantu memahami fenomena
Friends With Benefits di kalangan mahasiswa Universitas Negeri Makassar.
BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN
A. Fenomena
Fenomena yang berasal dari kata Yunani "phaneim", yang berarti "menampakkan",
adalah istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada segala sesuatu yang masih
dianggap sebagai eksternal dan secara paradigmatik dianggap objektif (dalam arti belum
menjadi bagian dari subjektivitas konseptual manusia). Dalam kondisi alaminya yang
kompleks, fenomena adalah gejala yang hanya dapat menjadi bagian dari alam
kesadaran manusia yang luas jika telah direduksi ke dalam suatu parameter yang dikenal
sebagai fakta, dan dengan demikian menjadi realitas. Segala sesuatu yang telah
dibuktikan dari alam fenomena pasti lebih sederhana dan memiliki batas-batas yang
lebih jelas untuk dipahami daripada fenomena mentah yang berfungsi sebagai objek
yang ada dalam kondisi alami. Menurut Suharya (2019), subjektivitas manusia selalu
ada dalam fakta, sedangkan fenomena yang ada hanyalah objektifitas alami. Oleh
karena itu, faktanya sangat kompleks sehingga kemampuan manusia yang rasional sulit
memasukkannya. Menurut Waluya (2007), fenomena juga dapat didefinisikan sebagai
hal-hal atau fakta yang dapat disaksikan dengan pancaindera dan dapat dijelaskan dan
dinilai secara ilmiah.

B. Friends With Benefits


Friends With Benefits (FWB) adalah jenis hubungan antar jenis kelamin di mana lawan
jenis melakukan aktivitas seksual tetapi tidak menganggap hubungan mereka sebagai
romantis (Hughes & Asada, 2005). Sejarah Friends With Benefits ini berasal dari Barat,
di mana pria dan wanita menjalani hubungan intim tanpa terikat oleh perasaan
emosional. Dibandingkan dengan negara-negara Timur, konteks hubungan Friends
With Benefits menjadi fenomena yang umum di negara-negara Barat. Hal ini dapat
disebabkan oleh kuatnya norma-norma yang dipegang oleh orang-orang Timur,
terutama di Indonesia, yang menganggap hubungan seksual pranikah merupakan hal
yang tidak masuk akal dan merupakan aib bagi keluarga dan diri sendiri. Tidak dapat
disangkal bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia modern, terutama remaja, pernah
melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Pembicaraan atau penelitian tentang teman yang mendapat manfaat bukan lagi sesuatu
yang tidak boleh dibicarakan. Bahkan banyak penelitian ilmiah telah membahas teman
dengan keuntungan. Fenomena seksualitas yang ditemukan di masyarakat kota adalah
teman yang menguntungkan. Seperti yang dinyatakan oleh Hughes et al. (2005), teman
yang menguntungkan adalah jenis hubungan yang menggabungkan intimidasi
psikologis dalam hubungan pertemanan dengan intimidasi seksual dalam hubungan
romantis tanpa memerlukan ikatan.
Secara historis, istilah ini pertama kali muncul dari film Friends With Benefits, yang
disutradarai oleh Will Gluck pada tahun 2011. Hadirnya sosial media membuat istilah
ini kembali populer. Di internet, orang sangat bebas berinteraksi satu sama lain, bahkan
tidak sungkan untuk mengajak orang lain untuk menjalin hubungan teman dengan
keuntungan. Ini terlihat dari banyak akun sosial media yang menggunakan nama teman
dengan keuntungan. Namun, yang menarik adalah bahwa tidak ada penelitian yang
mencatat kapan fenomena teman dengan keuntungan pertama kali muncul di Indonesia.
Berbeda dengan fenomena seksualitas lain seperti Kumpul Kebo dan seks bebas, yang
dapat dilacak sejarahnya di Indonesia karena banyak literatur yang membahasnya.
Istilah "fenomena seksualitas yang lain" hilang ketika fenomena ini muncul dan
terkenal.
Friends With Benefits adalah jenis interaksi tanpa status antara pria dan wanita yang
melibatkan seksualitas. Karena tidak adanya komitmen yang mengikat dalam interaksi
pertemanan, menjalin pertemanan dengan keuntungan tidak membutuhkan perasaan
cinta (Putri, 2015). Karena kedua pasangan tidak memiliki keberanian untuk
melanjutkan ke tahap hubungan yang serius atau keinginan untuk melakukannya,
interaksi teman yang menguntungkan ini tidak memiliki status. Friends with benefits
sama dengan hubungan yang hanya berfokus pada keuntungan masing-masing karena
tidak ada komitmen dan status. Pasangan bukanlah suami istri atau berpacaran dalam
interaksi dengan teman dengan keuntungan. Jadi, pertemanan tidak selalu abadi.
Dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar, Soekanto dan Sulistyowati (2017:21)
memberikan penjelasan tentang definisi "objek sosiologi". Sosiologi melihat masyarakat
dari sudut pandang hubungan manusia dan proses yang muncul dari hubungan ini.
Fenomena teman dengan keuntungan kemudian berkembang dalam ruang lingkup
kajian sosiologi. Friends With Benefits tidak lagi hanya berbicara tentang seksualitas.
Mereka mulai berbicara tentang interaksi, nilai dan norma, pranata sosial, praktik, dan
transformasi sosial.
Annisa Nur Azzizah menulis skripsi berjudul "Friends With Benefit: Agency Sexual of
Young People in Contestation of Values and Norms" pada tahun 2020. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan agensi seksual yang ditunjukkan oleh kaum muda dalam
hubungan teman dengan manfaat. Penemuannya menunjukkan bahwa pengalaman
historis kaum muda sangat berpengaruh pada bagaimana mereka terlibat dalam
hubungan teman dengan manfaat. Selain itu, agensi kaum muda dapat dilihat dalam
kerangka agency seksual yang halus, di mana mereka memiliki kemampuan untuk
memilih dan melakukan apa yang mereka inginkan tanpa merasa "tidak nyaman" dalam
masyarakat yang menganggap seksualitas sebagai hal yang tabu.
Merujuk pada berbagai definisi tentang Friends With Benefits, diketahui bahwa
hubungan teman dengan keuntungan biasanya dimulai sebagai pertemanan dan
kemudian berkembang menjadi intimasi seksual karena adanya keuntungan atau
keuntungan yang dipertukarkan. Dalam sosiologi sendiri, ada banyak teori yang
dibahasa tentang keuntungan yang dipertukarkan. Misalnya, teori hadiah, juga dikenal
sebagai teori hadiah yang diciptakan oleh Marcel Mauss, atau teori pertukaran sosial
yang diciptakan oleh para peneliti sosiologi perilaku.
Sangat penting untuk ditekankan bahwa sosiologi, sebagai jenis ilmu pengetahuan non-
etis, tidak memutuskan mana yang benar atau salah tentang fenomena masyarakat,
seperti teman yang menguntungkan. Sosiologi kemudian melihat bagaimana interaksi
terjadi, bagaimana hal-hal berubah, dan bagaimana hal-hal itu akan berdampak pada
masyarakat.

C. Mahasiswa
Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di
negara maupun di swasta, atau di lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi
(Siswoyo, 2007).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), "mahasiswa" adalah orang yang
belajar atau menuntut ilmu di perguruan tinggi, baik di universitas, institut, atau
akademi. Selain itu, status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan
perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi calon-calon intelektual. Setelah lulus
sekolah, sebagian besar siswa menganggur, mencari pekerjaan, atau melanjutkan ke
perguruan tinggi. Mahasiswa adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
seseorang yang terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah institusi pendidikan tinggi
(Takwin, 2008).
Mahasiswa adalah orang yang sedang belajar atau belajar. Mereka terdaftar di salah satu
jenis perguruan tinggi, seperti akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan
universitas (Hartaji, 2012). Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai orang yang belajar di
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, atau di lembaga lain yang setara dengan
perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki kecerdasan yang tinggi, kecerdasan
berpikir, dan kemampuan untuk mempersiapkan tindakan. Menurut Siswoyo (2007),
berpikir kritis dan bertindak cepat dan tepat adalah sifat yang cenderung ada pada setiap
siswa. Ini adalah prinsip yang saling melengkapi.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian
Dilihat dari jenis data yang dikumpulkan, penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh
subjek penelitian secara keseluruhan dan menggunakan berbagai metode ilmiah dalam
konteks alamiah khusus (Strauss, 2003).

Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang berusaha menjelaskan masalah


dengan data. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
tujuan mendapatkan informasi secara menyeluruh dan menyeluruh tentang partisipasi
mahasiswa di Universitas Negeri Malang. Selain itu, diharapkan situasi dan masalah
yang dihadapi dalam kegiatan yang diambil oleh mahasiswa dapat diungkapkan
melalui penerapan pendekatan kualitatif.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah untuk membatasi studi kualitatif dan memilih data mana
yang relevan dan tidak relevan (Moleong, 2010). Fokus penelitian ini adalah "Analisis
Dampak Dari Fenomena Friend With Benefits Di Kalangan Mahasiswa Universitas
Negeri Semarang". Mahasiswa Universitas Negeri Semarang akan menjadi subjek
utama penelitian ini.

C. Subjek Penelitian
Seorang subjek penelitian atau informan adalah subjek penelitian yang akan
memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Pilihan berdasarkan
kriteria digunakan untuk memilih subjek penelitian (Moleong, 2010). Metode ini
didasarkan pada asumsi bahwa subjek tersebut berperan dalam tema penelitian.
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang akan menjadi subjek utama penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Data


Menurut Burhan Bungin (2003: 42), "dengan cara apa dan bagaimana data yang
diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan
informasi yang valid dan reliable", dan Suharsimi Arikunto (2002:136) mengatakan
bahwa "metode penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya". wawancara dan studi dokumentasi.

Dalam penelitian ini, metode berikut digunakan untuk mengumpulkan data:

1. Wawancara

Wawancara adalah prosedur untuk mengumpulkan informasi melalui tanya jawab


yang dilakukan secara lisan antara dua orang secara langsung dengan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Ada beberapa keuntungan mengumpulkan data
melalui wawancara, seperti yang dinyatakan oleh Anas Sudijono (1996: 82):
pewawancara dapat melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan
dievaluasi, mendapatkan data yang lebih mendalam, peserta yang diwawancarai
dapat mengungkapkan lebih banyak tentang perasaan mereka, dan pertanyaan yang
tidak jelas dapat diulang dan diarahkan ke arah yang lebih relevan.
Menurut pedoman yang telah dibuat, wawancara dengan subjek penelitian
dilakukan secara menyeluruh dan tidak terstruktur.

2. Dokumentasi

Menurut Suharmi Arikunto (2002:206), metode dokumentasi mencakup pencarian


data dalam bentuk transkrip, catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda, dll. Studi dokumentasi, menurut Hadi Nawawi (2005:133),
adalah metode pengumpulan data melalui dokumen tertulis, biasanya arsip, dan juga
buku tentang pendapat dan dalil yang relevan dengan topik penelitian.

E. Kriteria Keabsahan Data


Penelitian kualitatif harus menemukan fakta. Karena itu, data dalam penelitian
kualitatif harus valid. Penelitian kualitatif dapat dicapai melalui keabsahan data, atau
kepercayaan. Triangulasi digunakan dalam penelitian ini untuk memastikan keabsahan
data. Triangulasi adalah metode pemeriksaan keabsahan data yang menggunakan
sesuatu yang berbeda dari data untuk dievaluasi atau dibandingkan dengan data
(Moleong, 2007:330).

Triangulasi dengan sumber digunakan untuk memenuhi keabsahan data penelitian ini.
Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
kembali tingkat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui berbagai alat dan waktu
dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2007:29). Dalam penelitian ini, triangulasi
dengan sumber dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dengan isi
dokumen yang relevan.

F. Teknik Analisis
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan studi dokumentasi dan hasil
wawancara lebih banyak merupakan uraian. Data yang dikumpulkan akan dianalisis
secara kualitatif dan diuraikan secara deskriptif.

Menurut definisi Patton (Moleong, 2001:103), analisis data adalah “proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan uraian dasar”.
Definisi ini menunjukkan betapa pentingnya analisis data dari perspektif tujuan
penelitian. Menemukan teori dari data adalah dasar penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini, langkah-langkah berikut digunakan untuk menganalisis data,


menurut Burhan Bungin (2003:70):

1. Pengumpulan Data (Collecting Data)

Pada penelitian ini, wawancara dan studi dokumentasi digunakan untuk


mengumpulkan data.

2. Pengurangan Data

Untuk menyisihkan data dan informasi yang tidak relevan, reduksi data dimulai
dengan pengumpulan data dengan ringkasan, pengkodean, penelusuran tema,
membuat gugus, menulis memo, dan metode lainnya.

3. Tampilan Data

Tampilan data adalah gambaran sekumpulan informasi yang terorganisir yang


memungkinkan pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan. Data kualitatif
dapat disajikan dalam teks naratif atau dalam bentuk matrik, diagram, tabel, atau
bagan.

G. Refleksi Peneliti
Topik penelitian yang akan saya bahas dalam tugas kali ini adalah mengenai "Friend
with Benefit (FWB), disini saya ingin mencari tahu gambaran perilaku seks bebas
dalam hubungan FWB ini. saya ingin tahu lebih dalam dampak atau hal yang dilalukan
apa saja di dalam FWB, yang sudah sangat banyak terjadi di kalangan mahasiswa.
Menurut jurnal yang sudah saya baca Friend with Benefit merupakan interaksi
pertemanan yang dilakukan antara pria dan wanita yang terlibat dalam aktivitas seksual
namum tidak terikat komitmen seperti hubungan layaknya berpacaran (Putri,2015).
Tapi ternyata, ada oknum yang terbawa perasaan dan merasa memiliki salah satu
pihak, hingga sampai menuntut untuk menjelani hubungan berkomitmen atau pacaran
dan selebihnya.
Tetapi satu pihak Iainya menolak yang menjadi menimbulkan permasalahan baik
secara psikologis dan sosial. Salah satunya di pihak wanita meminta agar hubunganya
di perjelas, tetapi pihak laki-laki menolak, ini berakibat wanita merasa tidak di cintai,
tidak layak, dan di anggap sebelah mata. Hal ini menimbulkan suatu hal yang
berdampak buruk bagi si wanita dengan merasa di tolak Oleh laki-laki yang
mengambil hal yang paling berharga dalam hidupnya. Namun, ada satu pihak yang
menolaknya, yang menyebabkan masalah psikologis dan sosial. Salah satu pihak
wanita meminta perjelasan hubungannya, tetapi pihak laki-laki menolak. Akibatnya,
wanita merasa tidak dicintai, tidak layak, dan dipandang sebelah mata. Hal ini
membuat si wanita merasa ditolak oleh laki-laki yang mengambil semua hal penting
dalam hidupnya. Dalam hal ini Saya ingin bertanya tentang:

1. Apa yang membuat saya terlibat dalam dunia FWB sampai saat ini?

2. Apa arti hidup yang dicari dengan melakukan hal-hal yang sangat bertentangan
dengan kebiasaan Indonesia?

1. Daftar Pustaka

Azzizah, A. N. (2020). Friends With Benefit: Agensi Seksual Kaum Muda Dalam
Kontestasi Nilai Dan Norma. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program
Studi Sosiologi Universitas Indonesia.
Hughes, M., Morrison, K., & Asada, K. J. K. (2005). What's Love Got To Do With It?
Exploring The Impact Of Maintenance Rules, Love Attitudes, And Network
Support On Friends With Benefits Relationships. Western Journal Of
Communication, 69(1), 49-66.
Ika Ayu Lestari, A. I. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks
Pranikah Pada Mahasiswa Unnes. Unnes Journal Of Public Health, 27-38.
Jessica Masha, A. F. (2022). KONSTRUKSI SOSIAL DALAM JALINAN
HUBUNGAN FRIENDS WITH BENEFITS (FWB). NTERCODE - Jurnal
Limu Komunikasi, 09-19.
Lachman, R., Lachman, J. L., & Butterfield, E. C. (2015). Cognitive Psychology And
Information Processing: An Introduction. Psychology Press.
Moleong, L. (2010). Metode Peneltian. Jakarta: Rineka Cipta.
Putri, M. G. (2015). Friends With Benefits (FWB)(Studi Tentang Pergaulan Bebas
Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) (Doctoral Dissertation, UIN
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA).
Saraswati, Mila & Widaningsih, Ida, 2008, Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial,
Grafindo Media Pratama, Bandung, Indonesia.
Siswoyo, T. A., & Aldino, M. (2007). Free Radical Scavenging Activity And Phenolic
Content Of Mlinjo Tree (Gnetum Gnemon L.).
Suharya, R. (2019). Fenomena Perjudian Dikalangan Remaja Kecamatan Samarinda
Seberang. Sosiatri-Sosiologi, 7(3), 326-340.
Sjam, R. R. (2022). FENOMENA FRIENDS WITH BENEFIT DI KALANGAN
MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR= FRIENDS WITH BENEFITS
PHENOMENON AMONG STUDENTS IN MAKASSAR CITY (Doctoral
Dissertation, Universitas Hasanuddin).
Strauss, A., & Corbin, J. (2003). Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Vivi Meida Nuraini, K. B. (2023). Hubungan Tanpa Komitmen Pada Mahasiswa Yang
Menjalankan Friends With Benefit (FWB). Psychological Security Dalam
Dinamika Kehidupan Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara
Jakarta Raya, 159- 168.
Waluya, B. (2007). Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial Di Masyarakat. PT
Grafindo Media Pratama.

Anda mungkin juga menyukai