Anda di halaman 1dari 12

SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education,

Volume 5(1), April 2019

Published every April and October ISSN 2407-7348 (Print)

HAMIRUL

Kaum Biseksual dan Problematikanya


di Indonesia
INTISARI: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab seseorang menjadi biseksual; dan ini terjadi
pada orang dewasa yang sudah mempunyai pasangan. Penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Penulis juga berhasil mewawancarai 13 Responden atau Informan, orang-orang biseksual, yang
berusia antara 30-65 tahun di kota-kota besar di Indonesia. Dengan mengunakan pendekatan fenomenologi
dan penjelasan yang deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena biseksual disebabkan oleh pola
asuh orag tua terhadap anaknya; adanya pengalaman masa lalu yang buruk terjadi, seperti pelecehan seksual
ataupun korban sodomi; pengaruh lingkungan yang juga membentuk mereka menjadi biseksual; serta ingin
mendapatkan kepuasan yang lebih kepada fantasi seksual mereka yang tidak didapatkan pada pasangan
resmi mereka. Penelitian ini juga mendapati bahwa media sosial ikut menyumbang dalam mengeksplore
keinginan yang dipendam dari mereka yang menjadi biseksual; serta panti pijat ataupun sauna menjadi tempat
proses perkenalan sampai dengan melakukan hubungan seksual sesama jenis. Dalam status berhubungan
diantara kaum biseksual terdapat dua tipe, yakni kaum biseksual yang memiliki komitmen untuk tetap setia
pada pasangan sejenisnya yang satu saja; dan kaum biseksual yang tidak memiliki komitmen, dalam artian
hanya untuk bersenang-senang saja dan kerap kali gonta-ganti dalam berhubungan dengan pasangan
sejenis. Problema kaum biseksual ini harus difahami secara mendalam, dikaji sebab-sebab dan faktor yang
mempengaruhinya, serta dicari cara mengatasi dan jalan keluarnya yang bijak oleh para pengambil kebijakan
dalam bidang pendidikan, agama, sosial, kesehatan, dan bahkan politik negara.
KATA KUNCI: Kaum Biseksual; Fenomena dan Problematika Sosial; Pola Asuh dalam Pendidikan.

ABSTRACT: “Bisexuals and Their Problems in Indonesia”. This study aims to determine the cause of a person
being bisexual; and this happens to adults who already have a partner. This research is a case study with a
qualitative approach. The Author also successfully interviewed 13 Respondents or Informants, bisexual people,
aged between 30-65 years in big cities in Indonesia. By using phenomenological approach and descriptive
explanation, the results of the study indicate that the bisexual phenomenon is caused by the parents’ upbringing
for their children; bad past experiences, such as sexual harassment or victims of sodomy; environmental
influences that also shape them to be bisexual; and want to get more satisfaction with their sexual fantasies
that are not found in their official partners. The study also found that social media contributed to exploring the
buried desires of those who became bisexual; and a massage or sauna as a place for introductions to same-sex
sexual relations. In the status of relationships between bisexuals there are two types, namely bisexuals who have
a commitment to remain loyal to one partner of the same type; and bisexuals who have no commitment, in the
sense of just having fun and often mutually in dealing with same-sex couples. The problem of bisexuals must be
understood in depth, examined the causes and factors that influence it, and sought ways to overcome and wise
solutions by policy makers in the fields of education, religion, social, health, and even state politics.
KEY WORD: Bisexuals; Social Phenomena and Problematics; Parenting in Education.

About the Author: Dr. Hamirul adalah Dosen STIA (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi) Setih Setio, Muara Bungo, Jalan
Setih Setio No.5 Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Rimbo Tengah, Kabupaten Bungo 37214, Provinsi Jambi, Indonesia. Untuk
kepentingan akademik, Penulis bisa dihubungi dengan alamat e-mail: hrul@ymail.com
Suggested Citation: Hamirul. (2019). “Kaum Biseksual dan Problematikanya di Indonesia” in SIPATAHOENAN: South-
East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Volume 5(1), April, pp.65-76. Bandung, Indonesia: Minda Masagi
Press owned by ASPENSI with a print-ISSN 2407-7348.
Article Timeline: Accepted (February 5, 2019); Revised (March 24, 2019); and Published (April 30, 2019).

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
65
HAMIRUL,
Kaum Biseksual

PENDAHULUAN penyebab seseorang menjadi gay. Faktor


Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pengaruh teman sebaya menjadi salah satu
fenomena, dimana banyak laki-laki yang faktor yang melatar-belakangi seseorang
sudah mempunyai pasangan yang resmi menjadi gay. Pengalaman homoseksual
dan mempunyai keturunan, namun masih dini juga mempunyai pengaruh terhadap
saja menyukai hubungan sesama jenis. pembentukan indentitas pada gay. Adanya
Dalam hal ini adalah bapak menyukai bapak pengalaman seksual terhadap sesama jenis
lagi, yang secara ekonomis dan umur sudah memberikan kenikmatan pada subjek dan
dibilang cukup matang dalam kehidupan. ingin diulanginya kembali. Pengalaman
Namun, perilaku yang menyimpang seksual usia dini, yang terjadi berulang-
ini semakin marak terjadi di beberapa ulang, dapat membuat subjek pada akhirnya
kota, terutama di kota besar. Hal ini juga menikmati hubungan sesama jenis; serta
terjadi di beberapa kota kecil, dan bahkan seringnya dia berada pada lingkungan
sampai ke daerah terpencil pun gejala homoseksual akan membuat seseorang
ini merambah dan banyaknya praktek menjadi gay (Khoraima, 2017; Sean, 2018;
MSM atau Male Sex Male (Juditha, 2014; dan Sumitri, 2018).
Pranata, 2015; dan Hardisman, Firdawati & C.P. Anggraeni (2015), dan sarjana
Sulrieni, 2018). lainnya, juga menyatakan bahwa
Biseksual menjadi fenomena yang faktor penyebab seseorang menjadi
terjadi dari beberapa pemberitaan, baik homoseksual tidak mutlak berkelainan
media televisi maupun media online, yang sejak lahir, tetapi karena pengaruh pada
menyoroti fenomena ini dan menjadi proses perkembangan, baik hubungan
masalah pada lelaki atau bapak-bapak, yang dengan orang lain maupun lingkungan
sudah memiliki keluarga dan mempunyai pergaulannya. Dampak dari perilaku
anak, namun masih melakukan perilaku homoseksual tidak hanya merasa berdosa
seks sesama jenis, yang dilakukan di kepada Tuhan, tetapi juga berpengaruh
luar hubungan resmi yang mereka miliki pada prestasi dalam kegiatan perkuliahan.
(Pranata, 2015; Yudianto, 2016; dan Selain itu, dapat terkena berbagai penyakit
Hardisman, Firdawati & Sulrieni, 2018). kelamin dan dikucilkan oleh masyarakat.
Dalam konteks ini, K. Khoraima (2017), Akhirnya, layanan bantuan yang dapat
dan sarjana lainnya, menyatakan bahwa diberikan oleh konselor, antara lain,
ada beberapa faktor yang menyebabkan konseling dan bimbingan serta konseling
seseorang menjadi gay, antara lain adalah: Islami, yakni dengan penerapan nilai-
faktor pola asuh orang tua, faktor sosial- nilai agama dalam kehidupan sehari-hari
budaya, serta faktor teman sebaya. Dari (Anggraeni, 2015; Aryanti, 2016; dan
hasil penelitian mereka dapat ditarik Sumitri, 2018).
kesimpulan bahwa faktor pola asuh Kedekatan anak laki-laki dengan ayah,
sangat memberikan kontribusi dalam yang terjalin dengan tidak baik, akan
pembentukan perilaku menyimpang, membentuk pengalaman yang buruk antara
dimana orang tua yang sibuk bekerja tidak keduanya. Ketika pengalaman dengan
ada waktu dengan keluarga, yang membuat ayah yang buruk itu ditambah dengan
anak kekurangan kasih-sayang, cinta dan cerita buruk ayah dari ibu, maka akan
perhatian, serta membuat orang tua tidak menimbulkan persepsi buruk oleh anak
tahu pertumbuhan dan perkembangan terhadap ayah. Hal ini dapat berpengaruh
anaknya, yang membuat anak tumbuh pada anak terhadap pembentukan identitas
besar dengan sendirinya, tanpa didampingi dirinya (Dadun & Dwiwantika, 2015;
oleh orang tua (Rakhmahappin & Prabowo, Jamiliyah, 2016; dan Matofani, 2017).
2014; Khoraima, 2017; dan Sumitri, 2018). Seorang anak laki-laki yang tidak
Faktor lingkungan sosial serta menjadikan kriteria ideal dalam figur
kebiasaan dalam bergaul di lingkungan, ayahnya bisa mengakibatkan anak mencari
juga disinyalir telah menjadi faktor figur ayah ideal dari orang lain yang lebih

66 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education,
Volume 5(1), April 2019

tua. Di usia remaja saat itu, anak bebas keluarganya yang gay tersebut hidup
berinteraksi dengan lingkungannya dan normal. Pandangan teman sebayanya
mempunyai banyak teman dan pengalaman terhadap perilaku gay juga biasa saja,
dengan banyak orang. Ketika dengan walaupun pandangan masyarakat pada
tidak sengaja, seorang anak mendapatkan umumnya cukup negatif terhadap kaum
pengalaman yang menyenangkan dengan gay (Huda, 2015; Prabowo, 2016; dan
pria gay, serta menemukan kriteria Armiati, 2018).
ayah ideal dari pasangannya, dapat Dari hasil konstruksi yang diperoleh,
mengakibatkan anak ketagihan untuk semua infoman menyadari bahwa mereka
mengulangi perilaku gay yang menetap memiliki ketertarikan secara seksual dengan
(Matofani, 2017; Retaminingrum, 2017; dan sesama jenis sejak pada usia remaja. Hal
Hartini, 2019). itu menunjukkan adanya realitas subjektif
Dalam konteks ini, Niernoventy (2013), seorang gay, realitas objektif seorang
dan sarjana lainnya, menyatakan bahwa gay, dan perilaku seksual seorang gay
ketertarikan sesama jenis, yang disebut (Damayanti et al., 2015; Nurusshalikhah,
gay, biasanya dimulai sejak masih SMA 2015; dan Diniati, 2018).
(Sekolah Menengah Atas), dimana mereka Hasil penelitian yang dilakukan oleh I.
mempunyai sikap dan tingkah-laku yang Nafikadini (2015) bahkan menunjukkan
menjadikan identitas mereka sebagai bahwa makna “kucing” dari interaksi antara
gay dari cara berjalan, berdandan, dan kelompok LSL (Laki-laki Suka Laki-laki)
berkomunikasi ataupun berinteraksi telah memunculkan persetujuan bahwa
dengan menggunakan bahasa mereka laki-laki yang menjual dirinya kepada
sendiri (Kartono, 2009; Niernoventy, 2013; kelompok LSL akan disebut sebagai
dan Dadun & Dwiwantika, 2015). “kucing”. Simbol “kucing” menjadi negatif,
Dari segi orientasi seksual yang karena kaitannya dengan dua hal yang
mengarah pada suatu hubungan, gay masih menjadi stigma tersebut membuat
dibedakan menjadi tiga, yaitu: top, bot, informan atau responden menutup identitas
dan vers. Begitu juga dengan mekanisme dan membangun peran yang berbeda ketika
koping, yang mereka gunakan sebagai mereka berada di tengah lingkup keluarga
penyesuaian diri dan pertahanan diri, dan masyarakat untuk menutupi status
yakni dengan menggunakan displacement, mereka (cf Nafikadini, 2015; Sakinah, 2017;
sublemasi, dan proyeksi (Rieger et al., dan Sumitri, 2018).
2008; Bailey et al., 2016; dan Zuhra, 2016).
D.A. Prabowo (2016), dan sarjana METODE PENELITIAN
lainnya, menunjukkan bahwa proses Penelitian ini adalah studi kasus
internalisasi nilai dan sosialisasi yang dengan pendekatan kualitatif. Penulis
salah, baik dalam keluarga dan lingkungan berhasil mewawancarai 13 Responden atau
sekitarnya maupun pengalaman pribadi Informan, orang-orang biseksual, yang
yang buruk, adalah latar belakang penyebab berusia antara 30-65 tahun di kota-kota
terjadinya homoseksualitas pada diri besar di Indonesia (cf Moleong, 2006;
seseorang. Gejala itu bukan bawaan Sugiono, 2010; Rahardjo, 2011; Ghony &
dari lahir, namun terjadi karena proses Almashur, 2012; dan Rohmah, 2015).
pembelajaran, sehingga membentuk pola Para responden tersebut, ketika
yang menjadi kebiasaan. Pada dasarnya, penelitian ini dijalankan, masih aktif
pelaku gay memandang diri mereka sebagai MSM (Male Sex Male) atau LSL
sebagai individu yang baik dan tidak ingin (Laki-laki Suka Laki-laki). Mereka juga
mengganggu orang lain dan masyarakat sudah berkeluarga serta mempunyai
umum. Karena jalan yang sudah mereka anak dan istri. Penelitian ini dilakukan
pilih dan pandangan signifikan terhadap secara longitudinal dan memakan
anggota keluarganya yang gay cukup waktu yang cukup panjang, yakni dari
positif, maka mereka ingin melihat anggota tahun 2014 sampai dengan tahun 2017.

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
67
HAMIRUL,
Kaum Biseksual

Semua responden atau informan minta ideal yang saya harapkan, dan ini tidak saya
dirahasiakan identitasnya, namun boleh temukan dari Ayah saya (wawancara dengan
Responden A, 14/4/2016).
disebutkan inisial namanya dan nama
kota tempat mereka tinggal. Semua hasil
Hal tersebut juga diperkuat oleh
wawancara dengan mereka ada terekam dan
Responden B, informan berinisial NPD,
tercatat dengan baik oleh Penulis.
seorang biseksual, yang tinggal di Kota
Cianjur, Jawa Barat, Indonesia. Dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
kaitannya dengan figur seorang Ayah,
Aktivitas seksual yang dilakukan oleh
Responden B menyatakan, sebagai berikut:
para biseksual dimulai dari oral seks sampai
dengan anal seks (cf Charles, 2011; Jusuf, […] Ayah saya nggak mas, jadi kalau dia
2015; dan Yurni, 2017). Mengapa hal ini marah, saya suka ngeri (wawancara dengan
mereka lakukan, padahal mereka sudah Responden B, 30/5/2016).
mempunyai pasangan yang resmi? Hal ini
nampaknya terjadi, karena disebabkan Dalam kaitannya dengan peran dan
oleh pengalaman yang diterima sewaktu figur ideal seorang Ayah, ada sedikit
masih di usia remaja, dimana mereka telah berbeda yang dirasakan oleh Responden C,
melakukan hubungan seksual sesama jenis; informan berinisial AK, seorang biseksual,
dan disebabkan juga oleh pola asuh yang yang tinggal di Kota Bekasi, Jawa Barat,
mereka dapatkan sewaktu masih kecil Indonesia. Dia menyatakan lebih lanjut,
sehingga remaja, dimana mereka tidak sebagai berikut:
mendapatkan kasih-sayang dari orang tua
(Aryanti, 2016; Oetomo et al., 2017; dan Saya dekat sih dengan Ayah, hanya saya
anak terakhir dari keluarga yang semuanya
Yurni, 2017). perempuan, dan saya punya permainannya
Dalam hal ini, figur dan peran ideal juga banyak permainan perempuan. Hal ini
seorang ayah sangat penting dalam saya rasakan sampai setelah saya lulus SMA
keluarga. Anak laki-laki yang tidak [Sekolah Menengah Atas] dan saya mengenal
seseorang bapak-bapak dalam hidup saya
mendapatkan figur dan peran ideal dari
dan sepertinya saya diperlakukan seperti
seorang ayah, mereka akan mencari figur anaknya sendiri. Hal ini yang membuat saya
orang tua ideal yang mereka inginkan; dan jadi betah berlama-lama dengan figur yang
ini mereka dapatkan dari seorang yang seperti kebapaan. Sampai saya selesai kuliah,
sudah dewasa dan dapat dianggap mewakili saya tidak melakukan hubungan seks sesama
jenis, walaupun ada perasaan suka sama
peran ideal ayah yang mereka butuhkan, laki-laki. Namun saya bendung perasaan
sehingga membuat mereka merasa lebih itu, hingga pada tahun 2013 tepatnya,
nyaman dalam kehidupan (Aryanti, 2016; saya mengenal seorang laki-laki yang
Oetomo et al., 2017; dan Retaminingrum, saya nilai sangat dewasa; dan disini mulai
saya melakukannya (wawancara dengan
2017). Hal ini juga dinyataan oleh
Responden C, 2/8/2014).
Responden A, informan berinisial DW,
seorang biseksual, yang tinggal di Kota Dari pernyataan ketiga Responden atau
Bandung, Jawa Barat, Indonesia, sebagai Informan di atas terlihat bahwa mereka
berikut: menjadi biseksual disebabkan oleh pola asuh
dari orang tua, yang menganggap bahwa
Saya itu jujur mas, nggak dekat sekali dengan
Ayah saya, karena dia sibuk cari uang di luar
materi adalah segalanya, sehingga sang anak
kota, dan terkadang sebulan sekali pulang, laki-laki mencari sosok dan peran seorang
dan dia menganggap saya hanya butuh uang ayah yang dianggap ideal. Bila ayah yang
saja untuk hidup, padahal saya butuh kasih- mereka anggap ideal itu adalah seorang gay,
sayang dan perhatian dari Ayah saya. Oleh maka akan terbawa pengalaman tersebut,
sebab itu, terkadang saya mencari “figure”
seorang Ayah yang bisa saya dapatkan sehingga menjadi kebiasaan dan akan
dari luar, dan membuat saya nyaman terbawa pula sampai saat mereka sudah
dengan orang yang lebih dewasa; dan saya berkeluarga (cf Aryanti, 2016; Jamiliyah,
menganggap kalau dia itu adalah sosok Ayah 2016; dan Oetomo et al., 2017).

68 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education,
Volume 5(1), April 2019

Jika mereka sudah mempunyai anak Lingkungan sosial dan pergaulan juga
pun, perasaan yang sudah pernah terjadi membentuk perilaku biseksual. Dari
dan itu dirasakan nikmat, sampai sekarang, pengakuan para Responden atau Infroman
akan menjadi kebiasaan. Mereka akan terus menyatakan bahwa pada awalnya mereka
melakukan hubungan dengan sesama jenis, tidak merasa biseksual, namun karena sering
walaupun mereka sudah memiliki pasangan bergaul serta ngobrol dengan kaum penyuka
heteroseksual yang resmi dari sebuah sesama jenis, akhirnya juga melakukan
lembaga, yakni lembaga pernikahan. Hal hubungan tersebut. Pada awalnya bahkan
inilah yang sering terjadi di kalangan kaum merasa ada risih, namun lama-kelamaan
biseksual, yang berusia dewasa dan sudah ada rasa nikmat, yang tidak didapatkan bila
mapan (cf Aryanti, 2016; Oetomo et al., mereka berhubungan dengan istri yang sah.
2017; dan Chaecyandini, 2018). Hal ini membuat mereka menjadi ketagihan,
Mereka ingin melakukan hubungan karena tidak didapatkan dari istri yang
seksual sesama jenis, dan hal ini akan sah, seperti melakukan oral sex atau anal
berlangsung bila ada pasangan yang sex (Aryanti, 2016; Oetomo et al., 2017;
memang dianggap cocok. Biasanya jenis Chaecyandini, 2018; wawancara dengan
laki-laki mature lebih banyak disukai, Responden A, 14/4/2016; dan wawancara
terutama dari kalangan mereka yang sudah dengan Responden C, 2/8/2014).
dewasa, karena hal itu dianggap aman. Menurut pengakuan golongan biseksual,
Manakala kaum muda, alias brondong, terkadang fantasi yang didapakan dari
bila dijadikan pasangan, biasanya akan hubungan sesama jenis jauh lebih nikmat
membuat ribet, cenderung protektif, dan dan banyak fantasi lain yang didapatkan
posessif. Hal ini yang membuat kaum bila melakukan dengan sesama jenis.
biseksual mature, atau kaum dewasa, yang Hal ini membuat kaum biseksual yang
sudah mapan enggan berhubungan dengan sudah dewasa dan berkeluarga menjadi
kaum remaja alias brondong (Bagley & menikmati sekali hubungan mereka.
Tremblay, 1998; Dadun & Dwiwantika, Kebanyakan lingkungan mereka, dalam
2015; dan Oetomo et al., 2017). melakukan sebuah hubungan, lebih kepada
Hasil wawancara dengan Responden satu pasangan saja. Hal itu akan dirasakan
D, informan berinisial R, seorang nyaman dan sehat, bila hanya dengan satu
biseksual, yang tinggal di Kota Bogor, pasangan saja (cf Oetomo et al., 2017;
Jawa Barat, Indonesia, menunjukkan Chaecyandini, 2018; dan Hemmings, 2018).
bahwa pengalaman pada masa kecil sangat Wawancara dengan Responden E,
berpengaruh dalam pembentukan sikap informan berinisial D, seorang biseksual,
dan perilaku seorang biseksual. Responden yang tinggal di Kota Solo, Jawa Tengah,
D menyatakan pengalaman hidupnya lebih Indonesia, membenarkan fenomena
lanjut, sebagai berikut: tersebut di atas. Responden E, lebih lanjut,
menyatakan sebagai berikut:
[…] aku dari kecil sudah menjadi bahan
pelecehan sama dua sepupu aku, sewaktu umur […] saya itu lebih nyaman pada satu orang
tujuh tahunan diajak main dokter-dokteran, saja. Untuk mengisi relung hati saya yang
entar pas aku giliran diperiksa, aku disuruh kosong, karena selain istri saya, sebagian hati
pegang penis mereka, dan mereka, kaka saya merasa kosong, dan saya temukan itu
beradik sepupu aku itu, nggak saling tahu, pada laki-laki, mas. Saya merasa hati saya
mereka melakukan hal yang sama dengan terisi penuh dengan pasangan saya saat ini,
aku. Terus waktu aku pindah ke panti, ada dan ini membuat saya merasa lebih sempurna
pengasuh yang suka sama aku, tapi tidak ke dengan kehadiran dua-duanya. Hal itu juga
seksual, cuma suka cubit aku. Lalu ada teman yang membuat saya lebih bersemangat
satu panti yang suka peluk-peluk dan cium aku, dalam menjalani kehidupan saya di dunia ini
lalu pegang penis aku. Lalu ada kepala asrama (wawancara dengan Responden E, 10/9/2017).
yang suka ngocokin aku, sampai keluar,
panjang deh mas. Makanya, lama-lama jadi
suka dipegang dan diraba-raba (wawancara Dari hasil wawancara dengan Responden
dengan Responden D, 4/2/2014). F, informan berinisial N, seorang biseksual,

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
69
HAMIRUL,
Kaum Biseksual

yang tinggal di Kota Solo, Jawa Tengah, Saya itu kenal pasangan saya, yang saat
Indonesia, juga merasakan hal yang sama, ini, dari media FB [Face Book]. Awalnya sih
hanya colek-colek gitu deh, terus ada respon
namun sedikit berbeda. Responden F, lebih dari dianya. Awalnya sih ngobrol biasa
lanjut, menyatakan sebagai berikut: saja, tanya ini, tanya itulah, kayak orang
sensus gitu deh. Terus habis sensus, mulailah
[…] buat saya, hubungan seperti ini tidak pada percakapan intinya. Eh, ternyata,
akan bertahan lama, sebab hanya sebatas dia sama seperti saya dan punya keluarga,
nafsu saja. Setelah selesai, ya sudah, besok- serta tertarik juga dengan saya. Saya lalu
besok cari yang lain; dan bila dirasakan meminta nomor HP [Hand Phone]. Beberapa
masih ada hasrat sama yang lama, ya tinggal hari kemudian, saya hubungi dia dan janjian
kontak aja (wawancara dengan Responden F, di sebuah hotel deh. Terus kalau istri tanya,
4/3/2016). saya bilang ada ketemu “klien” (wawancara
dengan Responden G, 15/4/2017).
Responden F, informan berinisial N,
seorang biseksual, yang tinggal di Kota Hubungan biseksual, dengan demikian,
Solo, Jawa Tengah, Indonesia, lebih lanjut bisa dimulai dari komunikasi melalui
menyatakan bahwa menjadi biseksual itu MEDSOS (Media Sosial), yang dapat
hanya untuk bersenang-senang saja, dan membuka jati diri secara lebih gamblang,
tidak melakukan komitmen apapun pada ketimbang di kehidupan nyata. Kemudian,
pasangan yang diajak kencan ataupun untuk eksekusi mereka dalam melakukan
berhubungan badan (cf Chaecyandini, 2018; hubungan seksual, mereka biasanya
Hemmings, 2018; dan wawancara dengan menyewa sebuah kamar didalam hotel.
Responden F, 4/3/2016). Hal ini dianggap lebih aman, walaupun
Lain halnya dengan Responden G, terkadang mereka harus berbohong pada
informan berinisial RN, seorang biseksual, pasangan resminya, yakni istri yang di
yang tinggal di Kota Surabaya, Jawa Timur, rumah (cf Suherry et al., 2016; Oetomo
Indonesia. Responden G, lebih lanjut, et al., 2017; Wazis, 2017; dan wawancara
menyatakan sebagai berikut: dengan Responden G, 15/4/2017).
Sedangkan yang lainnya menyatakan
Saya itu kalau bercinta dengan “lekong”
rasanya gimana begitu, nah di sinilah bahwa mereka tidak mau melakukan
saya merasa ketagihan, soalnya banyak komitmen dalam suatu hubungan gay
fantasi yang bisa saya lakukan bila bercinta seperti itu, karena hubungan hanya untuk
dengan sesama laki-laki (wawancara dengan sekedar enjoy saja dan sangat riskan
Responden G, 15/4/2017).
terjadinya perselingkuhan. Para kaum
biseksual juga sering berganti pasangan;
Dari hasil wawancara tersebut di atas
dan bila dirasakan cocok, biasanya akan
terlihat bahwa hubungan yang dilakukan
melakukan hubungan seks beberapa kali,
adalah lebih untuk memenuhi kebutuhan
sampai dirasakan oleh mereka pada titik
seksual mereka, yang tidak didapatkan
kejenuhan. Jika sudah jenuh dan bosan
dari pasangan istri mereka; dan hal ini
dirasakan, untuk membuat fresh kembali,
dilakukan, sudah barang tentu, tanpa
maka mereka melakukan hubungan
diketahui oleh sang istri yang menjadi
seks dengan pasangan lain (Hidayati,
pasangan resminya (cf Bagley & Tremblay,
2017; Oetomo et al., 2017; Wazis, 2017;
1998; Oetomo et al., 2017; Chaecyandini,
dan wawancara dengan Responden F,
2018; wawancara dengan Responden
4/3/2016).
F, 4/3/2016; dan wawancara dengan
Pada kasus tertentu, seorang biseksual
Responden G, 15/4/2017).
menyatakan bahwa supaya tidak mengalami
Ketika ditanyakan bagaimana
kejenuhan dalam berhubungan, terkadang
mekanisme mereka berjanji atau ketemuan,
mereka melakukan hubungan dengan
Responden G, informan berinisial RN,
tiga orang, atau yang dikenal threesome,
seorang biseksual, yang tinggal di Kota
termasuk dengan pasangannya. Hal itu
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, kembali
mereka lakukan agar hubungan mereka
menyatakan sebagai berikut:

70 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education,
Volume 5(1), April 2019

dirasakan tidak jenuh dan hambar. Keadaan tidak terbuka atas seks yang diinginkan,
seperti itu juga diterima oleh pasangan sehingga komunikasi yang ada tidak
masing-masing, walaupun mereka harus terjadi dalam berhubungan suami-istri.
berbagi kenikmatan atas pasangannya Hal itu dirasakan tidak ada variasi dalam
dan dapat dinikmati oleh orang lain atas melakukan hubungan suami-istri, yang
pasangannya (Dadun & Dwiwantika, 2015; dirasakan adanya kejenuhan, sehingga laki-
Oetomo et al., 2017; Hemmings, 2018; laki yang sudah berkeluarga mencoba hal
dan wawancara dengan Responden G, yang baru. Hal seperti itu bisa dilakukan
15/4/2017). bersama dengan WARIA (Wanita-Pria),
Hal seperti itu terbersit dari hasil atau Bencong, misalnya, yang dirasakan
wawancara dengan Responden H, informan mampu menservis atau melayani lebih dari
berinisial BM, seorang biseksual, yang istri resmi yang dimiliki di rumah (Dadun
tinggal di Kota Bandung, Jawa Barat, & Dwiwantika, 2015; Oetomo et al., 2017;
Indonesia. Responden H, lebih lanjut, Hemmings, 2018).
menyatakan sebagai berikut: Sudah barang tentu, kelainan dalam
diri seseorang sehingga mau melakukan
[…] kami itu berdua mas, sudah lama hubungan seksual denga kaum WARIA
berhubungan seperti ini, ya sekitar 7 tahunan.
akan jelas-jelas memiliki resiko yang sangat
Namun ditahun-tahun pertama, lama-lama
ada kejenuhan juga mas, soalnya kita butuh rentan untuk tertular penyakit menular
yang lainnya. Terus, akhirnya, kami sepakat seksual. Hal itu disebabkan seorang WARIA
untuk mengundang teman sejenis yang mau banyak melayani laki-laki yang lebih bersifat
diajak bertiga, atau threesome, mas. Sebab sebagai Top, yakni bertindak sebagai laki-
dengan threesome ini, kami merasakan hal
yang berbeda, dan rasa saling pengertian
laki yang maskulin, dan biasanya melakukan
diantara kami menjadi lebih besar. Hal itu penetrasi dari atas pada pasangannya. Bisa
kami lakukan sampai sekarang, dan ini yang juga terjadi pada laki-laki yang dominan
membuat kami menjadi bertahan sampai orientasi seksualnya bersifat Bottom, yakni
sekarang (wawancara dengan Responden H,
yang suka mencari laki-laki lain dan ingin
20/8/2016).
melakukan penetrasi dari bawah pada proses
percintaannya (Aryanti, 2016; Noviyani,
Hal serupa juga dinyatakan oleh
2017; dan Hartini, 2019).
Responden I, informan berinisial DP,
Pada peristiwa yang lain, pengakuan
seorang biseksual, yang tinggal di
Responden J, informan berinisial LC,
Kota Sragen, Jawa Tengah, Indonesia.
seorang biseksual, yang tinggal di Kota
Responden I, lebih lanjut, menyatakan
Bandung, Jawa Barat, Indonesia, patut
sebagai berikut:
dikemukakan. Responden J menceritakan
Saya itu kalau dinas keluar kota biasanya bahwa dia adalah seorang biseksual, yang
saya kontak pacar saya, mas. Biasanya saya terkadang merasakan kesepian dan ingin
belikan tiket pesawat untuk berangkat di merasakan seks sesama jenis. Lantas dia
tempat yang saya sudah pesan. Biasanya pergi ke tempat pijat yang berlabel ASGAR.
kami ketemu di satu tempat, sebelum “check
in” ke hotel, dan terkadang juga pasangan
Dalam pelaksanaannya, tempat pijat ini
saya ikut dalam acara tersebut. Kita saling adalah ajang bagi mereka untuk saling
menikmati kebersamaan, dan disela-sela berkenalan. Hal itu terjadi karena tempat
waktu istirahat, kami melakukannya mas, memijatnya dalam satu kamar dan hanya
bahkan sampai berkali-kali. Hal ini yang
dibatasi oleh sebuah tirai yang transparan,
membuat saya sangat bahagia, karena dia
memberikan apa yang saya tidak dapat sehingga sebagai konsumen pijat dapat
dari sitri saya di rumah (wawancara dengan melihat orang lain yang sedang dipijat.
Responden I, 11/11/2017). Terkadang, tukang pijit yang ada malah
menjadi sebagai LO (Liaison Officer),
Pada kasus yang terjadi di atas, atau Penguhubung, antara tamu yang satu
fenomena ketidakmampuan seorang istri dengan tamu yang lain. Mereka bisa saling
dalam melayani suami dan suamipun menyampaikan keinginan, dan bila ada

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
71
HAMIRUL,
Kaum Biseksual

jawaban dengan bahasa yang saling mereka dalam pendekatan dan komunikasi awal
pahami, setelah pemijatan selesai – atau itu dirasakan cocok, maka mereka akan
terkadang sebelum selesai pemijatan pun saling memberi nomor HP (Hand Phone)
bila dirasakan ada ketertarikan – maka untuk melakukan hubungan selanjutnya,
seks sesama jenis dilakukan (cf Andina, atau janjian untuk ketemu di tempat
2016; Oetomo et al., 2017; Sakinah, 2017; lain (Andina, 2016; Oetomo et al., 2017;
dan wawancara dengan Responden J, Sakinah, 2017; dan wawancara dengan
13/3/2015). Responden J, 13/3/2015).
Praktek hubungan sesama jenis di Dari hasil wawancara, ada dua tipe
tempat pijat, dengan demikian, terkadang status dalam hubungan kaum biseksual.
bisa dilakukan sambil dipijat, atau sang Pengakuan dari Responden K, informan
pemijat beranjak keluar untuk membiarkan berinisial RI, seorang biseksual, yang
konsumennya menikmati seks sesama jenis tinggal di Kota Jakarta, Indonesia,
didalam kamar pijat. Tindakan seperti menyatakan sebagai berikut:
itu tanpa transaksi apapun, ianya terjadi
didasarkan atas suka sama suka. Bila Saya itu mencari “partner” yang buat
senang-senang saja. Ya kalau cocok, jalan;
dirasakan cocok satu sama lain, maka bisa
dan kalau tidak cocok, ya cukup sekali
juga akan berlangsung di luar tempat pijat, saja (wawancara dengan Responden K,
yang sudah disepakati bersama. Kebiasaan 20/3/2017).
seperti itu dilakukan terus-menerus, sampai
ada kejenuhan hubungan diantara mereka Hal tersebut berbeda dengan yang
(Andina, 2016; Oetomo et al., 2017; dan dinyatakan oleh Responden L, informan
Hemmings, 2018). berinisial AK, seorang biseksual, yang
Dalam konteks ini, pengakuan dari tinggal di Kota Bekasi, Jawa Barat,
Responden J, informan berinisial LC, Indonesia. Responden L, lebih lanjut,
seorang biseksual, yang tinggal di Kota menyatakan sebagai berikut:
Bandung, Jawa Barat, Indonesia, patut
dikemukakan kembali, sebagai berikut: Saya kalau berhubungan dengan seseorang
tidak gampangan begitu saja. Menurut
[…] biasanya kalau saya jenuh dengan saya, kalau melakukan hubungan dengan
kerjaan di toko, saya pergi ke panti pijat seseorang, ya sudah tentu dengan orang
atau sauna. Di sana saya ketemu sama yang yang kita sayangi dan cintai. Kita tidak
pijat. Terkadang di sela-sela pijat, ada tamu hanya sebatas seks semata, dan buat saya
yang mau dipijat juga, di sebelah dalam dalam hubungan seperti itu, ya cukup dengan
satu kamar yang disekat dengan cukup satu orang saja, selain dengan istri saya
transparan, sehingga dapat melihat tamu tentunya lho ya. Saya juga minta dia, calon
tersebut. Saya, kemudian, dapat sedikit pasangan saya itu, untuk berkomitmen kalau
memperhatikan tamu tersebut di balik hanya saya saja pacar atau kekasihnya
pijatan yang dilakukan. Biasanya tukan pijat dalam kehidupan sebagai seorang biseksual.
mulai memberikan sinyal bahwa tamu tadi Saya tidak melarang dia untuk berteman
tertarik dan pengen gituan. Ya, habis dipijit dengan siapa saja, namun dalam hal yang
biasanya kita disuruh istirahat dan tukang satu itu, tentunya, cukup dengan saya saja
pijit pun keluar dari kamar. Nah, di sinilah (wawancara dengan Responden L, 2/8/2016).
kami berbincang, dan bila dirasakan cocok,
ya mulai terjadi pergulatan itu. Ha … ha … ha Akhirnya, wawancara dengan Responden
(wawancara dengan Responden J, 13/3/2015). M, informan berinisial DE, seorang
biseksual, yang tinggal di Kota Jambi,
Panti pijat dan sauna, biasanya, menjadi Sumatera, Indonesia, menyatakan sebagai
tempat atau ajang para biseksual untuk berikut:
mencari pasangan sejenisnya. Terkadang
tukang pijat, atau massager sendiri, Saya pernah mempunyai seorang kekasih,
ya kurang lebih satu tahunan, dan kami
yang menjadi LO (Liaison Officer) atau
cocok dalam banyak hal, seperti jalan-jalan
Penghubung dalam melakukan komunikasi keluar kota bersama-sama, terus makan
dengan calon pasangan sejenisnya. Bila bersama-sama, dan banyak lagi kegiatan

72 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education,
Volume 5(1), April 2019

yang kami lakukan bersama-sama. Namun seksual sesama jenis.


ada beberapa hal yang membuat kami tidak Dalam status berhubungan diantara
cocok, diantaranya adalah dia, pacar saya
itu, sangat posesif dan takut kehilangan kaum biseksual terdapat dua tipe, yakni
saya, sehingga saya tidak boleh bergaul dan kaum biseksual yang memiliki komitmen
berbincang dengan orang lain, terutama untuk tetap setia pada pasangan sejenisnya
dengan laki-laki yang dinilainya akan yang satu saja; dan kaum biseksual yang
mengancam hubungan kami. Hal ini sering
tidak memiliki komitmen, dalam artian
sekali terjadi, yang membuat pertengkaran
diantara kami berdua. Hal ini membuat hanya untuk bersenang-senang saja dan
saya tidak nyaman, sampai akhirnya saya kerap kali gonta-ganti dalam berhubungan
putuskan untuk berpisah darinya, karena dengan pasangan sejenis.
sudah tidak cocok dengan perlakuan mantan Problema kaum biseksual ini harus
kekasih saya yang seperti itu (wawancara
dengan Responden M, 30/5/2017). difahami secara mendalam, dikaji sebab-
sebab dan faktor yang mempengaruhinya,
Dari hasil wawancara di atas dapat serta dicari cara mengatasi dan jalan
dilihat bahwa hubungan status biseksual keluarnya yang bijak oleh para pengambil
seperti itu mempunyai dua macam, yakni: kebijakan dalam bidang pendidikan, agama,
(1) hubungan yang dilakukan tanpa adanya sosial, kesehatan, dan bahkan politik
komitmen bersama dan hanya untuk negara.1
senang-senang saja; serta (2) hubungan
yang dilakukan dengan komitmen, dimana
diantara pasangan sejenis itu berjanji Referensi
untuk menjaga hubungan mereka supaya
tidak melakukan hubungan seksual dengan Andina, Elga. (2016). “Faktor Psikososial dalam
yang lain. Dalam hal yang terakhir itu, Interaksi Masyarakat dengan Gerakan LGBT
ada pasangan biseksual yang bersikap di Indonesia” dalam Aspirasi, Vol.7, No.2
[Desember], hlm.173-185.
biasa saja, protektif, dan over protektif Anggraeni, C.P. (2015). “Perilaku Gay dan
(cf Spencer, 2004; Suherry et al., 2016; Penanganannya: Penelitian Kasus terhadap
Oetomo et al., 2017; wawancara dengan Tiga Mahasiswa di Universitas Sebelas Maret,
Responden K, 20/3/2017; wawancara Surakarta”. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan.
dengan Responden L, 2/8/2016; dan Surakarta: FKIP UNS [Fakultas Keguruuan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret].
wawancara dengan Responden M, Armiati, Siska. (2018). “Fenomena Homoseksual
30/5/2017). di Kota Medan: Penelitian Deskriptif Kualitatif
Self Disclosure Kalangan Homoseksual di Kota
KESIMPULAN Medan”. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan.
Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
bahwa fenomena biseksual disebabkan oleh Sumatera Utara. Tersedia secara online juga
pola asuh orag tua terhadap anaknya; serta di: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/
adanya pengalaman masa lalu yang buruk, handle/123456789/14790/140904096.pdf
seperti terjadi pelecehan seksual ataupun [diakses di Muara Bungo, Jambi, Indonesia:
5 Januari 2019].
korban sodomi. Pengaruh lingkungan juga Aryanti, Zusy. (2016). “Faktor Penyebab Terjadinya
membentuk mereka menjadi biseksual. LGBT pada Anak dan Remaja” dalam Dharma
Ada juga karena faktor ingin mendapatkan Setyawan [ed]. Proceding Tinjauan terhadap
kepuasan yang lebih kepada fantasi seksual, Lebian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT)
dari Perspektif Hukum Pendidikan dan Psikologi.
yang tidak didapatkan pada pasangan resmi
dengan istri mereka. 1
Pernyataan: Saya, dengan ini, menyatakan bahwa
Penelitian ini juga menemukan bahwa artikel ini adalah karya akademik saya sendiri. Ianya bukan
hasil plagiat, karena sumber-sumber yang saya kutip dalam
media sosial ikut menyumbang dalam analisis dan pembahasan, saya cantumkan secara jelas
mengekspose keinginan yang dipendam dalam Referensi atau Daftar Rujukan. Saya menyatakan
dari seorang biseksual. Panti pijat, ataupun pula bahwa artikel ini belum pernah dikirim, direviu, dan
diterbitkan oleh jurnal ilmiah lainnya. Saya bersedia diberi
sauna, menjadi tempat proses perkenalan, sanksi akademik, sekiranya apa-apa yang saya nyatakan ini
sampai akhirnya melakukan hubungan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
73
HAMIRUL,
Kaum Biseksual

Kota Metro, Lampung: Program Pascasarjana Hartini, Yeni. (2019). “Politik Negara terhadap
STAIN [Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri] Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT)
Jurai Siwo, Metro Lampung, hlm.42-49. Tersedia di Indonesia: Studi tentang Eksistensi Pelaku
secara online juga di: http://metrouniv.ac.id/ LGBT di Kota Medan”. Tesis Magister Tidak
uploaddata/file/66lgbt-1.pdf [diakses di Muara Diterbitkan. Medan: Pascasarjana Universitas
Bungo, Jambi, Indonesia: 3 Agustus 2018]. Islam Negeri Sumatera Utara. Tersedia
Bagley, Christopher & Pierre Tremblay. (1998). “On secara online juga di: http://repository.uinsu.
the Prevalence of Homosexuality and Bisexuality ac.id/8112/1/Tesis.pdf [diakses di Muara Bungo,
in a Random Community Survey of 750 Men Aged Jambi, Indonesia: 2 Maret 2019].
18 to 27” in Journal of Homosexuality, Vol.36, Hemmings, Chris. (2018). “Dilema Kaum Biseksual:
No.2, published by Haworth Press in New York.   Ditolak Kaum Konservatif, Tak Disukai
Bailey, J.M. et al. (2016). “Sexual Orientation, Kaum LGBT” dalam BBC News Indonesia,
Controversy, and Science” in Psychological pada 26 September. Tersedia secara online
Science in the Public Interest, Volume 17(21), juga di: https://www.bbc.com/indonesia/
pp.45-101. majalah-45636320 [diakses di Muara Bungo,
Chaecyandini, Reza Leonindya Nur. (2018). Jambi, Indonesia: 3 Januari 2019].
“LGBT: Faktor Penyebab, Dampak, dan Hidayati, Nurul ‘Azmi Ulil. (2017). “Interaksi
Cara Mengatasinya” dalam RMOL.ID: Simbolik Kaum Gay: Studi Fenomenologi pada
Republik Merdeka, pada 6 Februari. Tersedia Kaum Gay di Kalangan Mahasiswa di Yogyakarta”.
secara online juga di: https://rmol.id/ Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan. Surakarta:
read/2018/02/06/325739/ [diakses di Muara Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Bungo, Jambi, Indonesia: 3 Januari 2019]. Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut
Charles, Silverstein. (2011). “Representation of Agama Islam Negeri Surakarta. Tersedia secara
Homosexuality in Jamaica” in Social and online juga di: http://eprints.iain-surakarta.
Economic Studies, Volume 60(1). ac.id/455/1/7.%20Nurul%20Azmi.pdf [diakses di
Dadun & Zola Dwiwantika. (2015). “Pandangan Muara Bungo, Jambi, Indonesia: 17 Agustus 2018].
Pekerja terhadap Lesbian, Gay, Biseksual, dan Huda, Fariul Ibnu. (2015). “Perilaku Seksual
Transgender (LGBT) di Jabodetabek: Study Kaum Gay dalam Tinjauan Hukum Islam dan
Kualitatif Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Perundang-Undangan di Indonesia: Studi
Pekerja mengenai LGBT”. Laporan Penelitian Kasus pada Komunitas Gay di Salatiga”. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Jakarta: KPPPA RI Sarjana Tidak Diterbitkan. Salatiga: Jurusan
[Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Ahwal al-Syakhshiyyah, Fakultas Syari’ah IAIN
Perlindungan Anak Republik Indonesia]. Tersedia [Institut Agama Islam Negeri] Salatiga. Tersedia
secara online juga di: https://www.kemenpppa. secara online juga di: http://e-repository.perpus.
go.id/lib/uploads/list/8baf2-6-laporan-lgbt- iainsalatiga.ac.id/419/1/FARIUL%20IBNU%20
pekerja-reconstra.pdf [diakses di Muara Bungo, HUDA_21110019.pdf [diakses di Muara Bungo,
Jambi, Indonesia: 3 Agustus 2018]. Jambi, Indonesia: 3 Agustus 2018].
Damayanti, Rita et al. (2015). “Pandangan Jamiliyah, Agustin. (2016). “Konsep Diri Lesbian
Mahasiswa terhadap Lesbian, Gay, Biseksual, Malang: Studi Deskriptif”. Skripsi Sarjana
dan Transgender (LGBT) di Jakarta, Bogor, Tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi
Depok, dan Tangerang”. Laporan Kajian Tidak UIN [Universitas Islam Negeri] Maulana Malik
Diterbitkan. Jakarta: KPPPA [Kementerian Ibrahim. Tersedia secara online juga di: http://
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan etheses.uin-malang.ac.id/3650/1/09410121.pdf
Anak] dan PUSLITKES UI [Pusat Penelitian [diakses di Muara Bungo, Jambi, Indonesia: 3
Kesehatan, Universitas Indonesia]. Tersedia Agustus 2018].
secara online juga di: https://www.kemenpppa. Juditha, C. (2014). “Realitas Lesbian, Gay, Biseksual,
go.id/lib/uploads/list/48bd0-2-laporan-lgbt- dan Transgender (LGBT) dalam Majalah” dalam
mahasiswa-.pdf [diakses di Muara Bungo, Jambi, Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara,
Indonesia: 3 Agustus 2018]. Volume 6(3), hlm.22-30.
Diniati, Anisa. (2018). “Konstruksi Sosial melalui Jusuf, Windu. (2015). “Enam Argumentasi Sia-
Komunikasi Intrapribadi Mahasiswa Gay di Kota sia Seputar Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Bandung” dalam Jurnal Kajian Komunikasi, Transgender” dalam Mojok, pada 30 Juni.
Vol.6, No.2 [Desember], hlm.147-159. Tersedia secara online juga di: https://mojok.
Ghony, M.D. & F. Almashur. (2012). Metodologi co/wdj/esai/enam-argumentasi-sia-sia-seputar-
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. lesbian-gay-biseksual-dan-transgender/ [diakses di
Hardisman, Firdawati & Ilma Nuria Sulrieni. (2018). Muara Bungo, Jambi, Indonesia: 17 Agustus 2018].
“Model Determinan Perilaku ‘Lelaki Seks Lelaki’ Kartono, Kartini. (2009). Psikologi Abnormal dan
di Kota Padang, Sumatera Barat” dalam Jurnal Abnormalitas Seksual. Bandung: CV Mandar Maju.
Kesehatan Andalas, Volume 7(3), hlm.305-313. Khoraima, K. (2017). “Faktor-faktor yang
Tersedia secara online juga di: http://jurnal. Melatarbelakangi seseorang Menjadi Gay di
fk.unand.ac.id [diakses di Muara Bungo, Jambi, Kota Semarang”. Artikel Tugas Akhir Tidak
Indonesia: 5 Januari 2019]. Diterbitkan, tersedia dan dimiliki oleh Penulis.

74 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education,
Volume 5(1), April 2019

Matofani, Fani. (2017). “Ayah di Mataku: Orientasi Child Relationship pada Orientasi Seksual Gay”
Seksual Menjadi Gay Ditinjau dari Persepsi dalam Jurnal Taman Cendekia, Vol.01, No.01
terhadap Peran Ayah”. Skripsi Sarjana Tidak [Juni]. Tersedia secara online juga di: https://
Diterbitkan. Surakarta: Fakultas Psikologi, media.neliti.com/media/publications/261743-
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia peran-parent-child-relationship-pada-ori-
secara online juga di: http://eprints.ums. eb4281f1.pdf [diakses di Muara Bungo, Jambi,
ac.id/51931/1/01.%20PUBLIKASI%20ILMIAH. Indonesia: 3 Agustus 2018].
pdf [diakses di Muara Bungo, Jambi, Indonesia: Rieger, G. et al. (2008). “Sexual Orientation and
3 Agustus 2018]. Childhood Gender Non-Conformity: Evidence
Moleong, Lexi J. (2006). Metode Penelitian from Home Videos” in Development Psychology,
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosadakarya. Volume 44(1), January, pp.46-58.
Nafikadini, I. (2015). “Pemaknaan terhadap Kucing Rohmah, Aminatur. (2015). “Observasi dan
pada Kalangan Laki-laki yang Suka Seks dengan Wawancara: Pengumpulan Data Kualitatif dengan
Laki-Laki (LSL) di Kota Semarang”. Makalah Metode yang Pertama” dalam KOMPASIANA:
Penelitian Tidak Diterbitkan, tersedia dan ada Beyond Blogging, pada 17 Juni. Tersedia secara
pada Penulis. online juga di: https://www.kompasiana.com/ina.
Niernoventy. (2013). “Analisis Faktor-faktor yang rohmah/555b6e2db67e61ed0b23fdd9/observasi-
Berhubungan dengan Perilaku Homoseksual dan-wawancara-pengumpulan-data-kualitatif-
(Gay) di Kota Kediri”. Makalah Tidak Diterbitkan, dengan-metode-yang-pertama [diakses di Muara
tersedia dan dimiliki oleh Penulis. Bungo, Jambi, Indonesia: 10 Agustus 2018].
Noviyani, Dany. (2017). “Perilaku Seksual Berisiko Sakinah, Tasya Al. (2017). “Proses Pengungkapan
Infeksi Menular Seksual (IMS) pada Kelompok Diri Kaum Gay: Studi Kasus pada Komunitas
Lesbi di Kota Semarang” dalam JHE: Jurnal of Medan Gay”. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan.
Health Education, Volume 2(2), hlm.122-129. Medan: Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Nurusshalikhah, Dina Ika. (2015). “Diskriminasi Hak FISIP USU [Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Kerja terhadap Kaum Transgender: Studi Kasus Politik, Universitas Sumatera Utara]. Tersedia
Tiga Transgender di Jakarta”. Skripsi Sarjana secara online juga di: http://repositori.usu.ac.id/
Tidak Diterbitkan. Jakarta: Jurusan Sosiologi bitstream/handle/123456789/5948/130902115.
FIS UNJ [Fakultas Ilmu Sosial, Universitas pdf [diakses di Muara Bungo, Jambi, Indonesia:
Negeri Jakarta]. Tersedia secara online juga 3 Agustus 2018].
di: http://repository.unj.ac.id/694/1/Dina%20 Sean, Ila. (2018). “Faktor Penyebab Seseorang
Ika_4825111605_DISKRIMINASI [diakses di Bisa Menjadi LGBT”. Tersedia secara online di:
Muara Bungo, Jambi, Indonesia: 3 Agustus 2018]. https://covesia.com/lifestyle/baca/52640/faktor-
Oetomo, Dede et al. (2017). “Laporan LGBT Nasional penyebab-seseorang-bisa-menjadi-lgbt [diakses di
Indonesia: Hidup sebagai LGBT di Asia”. Tersedia Muara Bungo, Jambi, Indonesia: 3 Januari 2019].
secara online di: https://www.usaid.gov/sites/ Spencer, Colin. (2004). Sejarah Homoseksualitas:
default/files/documents/2496/Being_LGBT_ Dari Zaman Kuno hingga Sekarang. Yogyakarta:
in_Asia_Indonesia_Country_Report_Bahasa_ Kreasi Wacana, terjemahan Nunik Rochani Sjams.
language.pdf [diakses di Muara Bungo, Jambi, Sugiono. (2010). Metode Penelitian Kauntitatif,
Indonesia: 17 Agustus 2018]. Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Prabowo, D.A. (2016). “Latar Belakang Sosiologis Suherry et al. (2016). “Lesbian, Gay, Biseksual, dan
dalam Terbentuknya Pola Perilaku Homoseksual Transgender (LGBT) dalam Perspektif Masyarakat
Gay: Studi Kasus di Kota Pekan Baru” dalam JOM dan Agama” dalam Jurnal Aristo, Vol.4, No.2
FISIP, Volume 3(2), hlm.1-14. [Juli], hlm.89-99.
Pranata, Tommy Dwi. (2015). “Perilaku dan Realitas Sumitri, Darmayanti Y. (2018). “Faktor Penyebab
Sosial Kehidupan Gay di Kota Samarinda”. Perilaku Laki-laki Suka Berhubungan Seks dengan
Tersedia secara online di: http://ejournal. Laki-laki (LSL) di Kota Bukittinggi” dalam Jurnal
sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/ Endurance, Volume 3(2), Juni, hlm.213-225.
uploads/2015/08/ [diakses di Muara Bungo, Wawancara dengan Responden A, informan berinisial
Jambi, Indonesia: 26 Agustus 2018]. DW, seorang biseksual, yang tinggal di Kota
Rahardjo, Mudjia. (2011). “Metode Pengumpulan Bandung, Jawa Barat, Indonesia, pada tanggal 14
Data Penelitian Kualitatif”. Tersedia secara online April 2016. Rekaman dan transkrip wawancara
di: https://www.uin-malang.ac.id/r/110601/ ada pada Penulis.
metode-pengumpulan-data-penelitian-kualitatif. Wawancara dengan Responden B, informan berinisial
html [diakses di Muara Bungo, Jambi, Indonesia: NPD, seorang biseksual, yang tinggal di Kota
10 Agustus 2018]. Cianjur, Jawa Barat, Indonesia, pada tanggal 30
Rakhmahappin, Yogestri & Adhyatman Prabowo. Mei 2016. Rekaman dan transkrip wawancara ada
(2014). “Kecemasan Sosial Kaum Homoseksual, pada Penulis.
Gay, dan Lesbian” dalam JIPT: Jurnal Ilmiah Wawancara dengan Responden C, informan berinisial
Psikologi Terapan, Vol.02, No.02 [Januari], AK, seorang biseksual, yang tinggal di Kota
hlm.199-213. Bekasi, Jawa Barat, Indonesia, pada tanggal 2
Retaminingrum, Amalia Novita. (2017). “Peran Parent Agustus 2014. Rekaman dan transkrip wawancara

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan
75
HAMIRUL,
Kaum Biseksual

ada pada Penulis. Jakarta, Indonesia, pada tanggal 20 Maret 2017.


Wawancara dengan Responden D, informan berinisial Rekaman dan transkrip wawancara ada pada
R, seorang biseksual, yang tinggal di Kota Bogor, Penulis.
Jawa Barat, Indonesia, pada tanggal 4 Februari Wawancara dengan Responden L, informan berinisial
2014. Rekaman dan transkrip wawancara ada AK, seorang biseksual, yang tinggal di Kota
pada Penulis. Bekasi, Jawa Barat, Indonesia, pada tanggal 2
Wawancara dengan Responden E, informan Agustus 2016. Rekaman dan transkrip wawancara
berinisial D, seorang biseksual, yang tinggal di ada pada Penulis.
Kota Solo, Jawa Tengah, Indonesia, pada tanggal Wawancara dengan Responden M, informan
10 September 2017. Rekaman dan transkrip berinisial DE, seorang biseksual, yang tinggal di
wawancara ada pada Penulis. Kota Jambi, Sumatera, Indonesia, pada tanggal 30
Wawancara dengan Responden F, informan berinisial Mei 2017. Rekaman dan transkrip wawancara ada
N, seorang biseksual, yang tinggal di Kota Solo, pada Penulis.
Jawa Tengah, Indonesia, pada tanggal 4 Maret Wazis, Kun. (2017). “Komunikasi Kaum Gay dan
2016. Rekaman dan transkrip wawancara ada Teori Imitasi” dalam Republika.Co.Id, pada 19
pada Penulis. Juni. Tersedia secara online juga di: https://
Wawancara dengan Responden G, informan berinisial republika.co.id/berita/orqcd6396/komunikasi-
RN, seorang biseksual, yang tinggal di Kota kaum-gay-dan-teori-imitasi [diakses di Muara
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, pada tanggal Bungo, Jambi, Indonesia: 17 Agustus 2018].
15 April 2017. Rekaman dan transkrip wawancara Yudianto. (2016). “Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual,
ada pada Penulis. dan Transgender (LGBT) di Indonesia serta Upaya
Wawancara dengan Responden H, informan berinisial Pencegahannya” dalam Jurnal Nizham, Vol.5,
BM, seorang biseksual, yang tinggal di Kota No.1.
Bandung, Jawa Barat, Indonesia, pada tanggal Yurni. (2017). “Gambaran Perilaku Seksual dan
20 Agustus 2016. Orientasi Seksual Mahasiswa di Kota Jambi”
Wawancara dengan Responden I, informan berinisial dalam Jurnal Ilmiah DIKDAYA, hlm.87-94.
DP, seorang biseksual, yang tinggal di Kota Tersedia secara online juga di: https://media.
Sragen, Jawa Tengah, Indonesia, pada tanggal neliti.com/media/publications/81479-ID-
11 November 2017. Rekaman dan transkrip gambaran-perilaku-seksual-dan-orientasi.pdf
wawancara ada pada Penulis. [diakses di Muara Bungo, Jambi, Indonesia:
Wawancara dengan Responden J, informan berinisial 17 Agustus 2018].
LC, seorang biseksual, yang tinggal di Kota Zuhra, Wan Ulfa Nur. (2016). “Menjadi Kriminal
Bandung, Jawa Barat, Indonesia, pada tanggal 13 karena Orientasi Seksual” dalam Tirto.Id, pada 11
Maret 2015. Rekaman dan transkrip wawancara Agustus. Tersedia secara online juga di: https://
ada pada Penulis. tirto.id/menjadi-kriminal-karena-orientasi-
Wawancara dengan Responden K, informan berinisial seksual-bzKV [diakses di Muara Bungo, Jambi,
RI, seorang biseksual, yang tinggal di Kota Indonesia: 3 Agustus 2018].

76 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan

Anda mungkin juga menyukai