Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Perlindungan Perempuan Terhadap Budaya Pernikahan

Di Wilayah Kota Makassar

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 1

Armanusa Nabila Budi Wirawan ( 200609501024 )

Citra Dewi ( 200609501034 )

Yulia Maharani (200609502008 )

Nurjannah ( 200609502017 )

Muhammad Didit Darmawan ( 200609502027 )

Program Studi Sosiologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Makassar
“ Perlindungan Perempuan Terhadap Budaya Pernikahan
Di Wilayah Kota Makassar ”

Kelompok 1 Sosiologi Gender , Program Studi Sosiologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Pernikahan dini (early married) adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan atau
salah satu pasangan masih dikategorikan anak-anak atau remaja yang berusia dibawah usia 19
tahun. Pernikahan dini dapat dipicu dari dalam diri maupun dari lingkungan sekitar seseorang.
Pernikahan dini berarti bahwa pasangan yang melakukan pernikahan belum memenuhi standar
dan belum mencapai batas usia untuk masuk ke dalam kehidupan berumah tangga. Oleh sebab
itu, pernikahan dini dapat menimbulkan beberapa dampak. perkawinan anak memiliki dampak
yang sangat besar, misalnya dampaknya terhadap pendidikan, kesehatan, ekonomi dan dampak
sosial. Untuk itu diperlukan sinergi dari seluruh pihak baik pemerintah pusat, daerah, keluarga,
maupun keterlibatan dari anak-anak itu sendiri dalam mencegah terjadinya perkawinan anak di
Indonesia.
Perkawinan anak berakar pada masalah struktural yang lebih luas seperti kemiskinan dan
ketimpangan gender yang saling terkait dengan pandangan masyarakat tentang
perkawinan,seksualitas, dan moralitas menurut agama dan tradisi. Berkaitan dengan hal tersebut,
praktik perkawinan anak harus dipahami dalam berbagai bidang seperti norma agama tentang
perkawinan, moralitas seputar seks pranikah, pandangan masyarakat tentang gender serta peran
anak dan pola asuh yang tidak semuanya berpihak pada perempuan. Pandangan tentang
perkawinan anak, bagaimana perkawinan anak dipraktekkan, peraturan dan penegakannya
berbeda-beda dan seringkali kontradiktif antara aktor dan lembaga, namun anak perempuanlah
yang paling menderita akibat praktek perkawinan anak. Penelitian ini membahas upaya
pemerintah yang telah dilakukan dalam melakukan perlindungan terhadap perempuan dan
pernikahan di bawah umur dan melihat sejauh mana tindakan ini dapat meberantas dan
melindungi.
PENDAHULUAN dapat hidup berkembang seperti
pendidikan anak adalah bagian yang menggunakan aspirasi (cita-cita) untuk
tidak terpisahkan dari masalah maju, sejahtera berdasarkan konsep
mencerdaskan bangsa. Melalui pendidikan, pandangan hidup mereka. namun cita-cita
anak-anak diasahmenggunakan seperangkat demikian tidak mungkin tercapai Jika
pengetahuan untuk memiliki kesadaran serta manusia itu sendiri tidak berusaha keras
kemauan yang positif dalam menemukan meningkatkan kemampuannya seoptimal
serta merumuskan tujuan untuk dirinya mungkin melalui proses pendidikan.
dimasa-masa mendatang. Telah disebutkan Jika suatu bangsa ingin maju, maka
juga pada sistem pendidikan nasional pasal sumber daya manusia perlu ditingkatkan.
6, tentang hak dan kewajiban warga negara, Untuk itu semua anak usia sekolah harus
bahwa (1) Setiap warga negara yang berusia dapat mengenyam dunia pendidikan. Namun
tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan di
mengikuti pendidikan dasar, (2) Setiap Indonesia saat ini. Meskipun telah
warga negara bertanggung jawab terhadap ditetapkan pada sistem pendidikan nasional
keberlangsungan penyelenggaraan pasal 6 dan 7, namun kenyataannya masih
pendidikan. Serta pada pasal 7, tentang hak banyak orang tua yang tidak melanjutkan
dan kewajiban orang tua yaitu (1) Orang tua anaknya ke jenjang pendidikan SMP, SMA
berhak berperan serta dalam memilih satuan bahkan ke perguruan tinggi, maupun sekolah
pendidikan dan memperoleh informasi gratis pun yang banyak diinginkan kalangan
tentang perkembangan pendidikan anaknya, masyarakat, dinilai bukan solusi paling tepat
(2) Orang tua dari anak usia wajib belajar, untuk menolong anak putus sekolah, karena
berkewajiban memberikan pendidikan dasar sebenarnya banyak faktor yang menjadi
kepada anaknya. penyebab anak tidak melanjutkan sekolah.
Pendidikan bagi kehidupanmanusia Faktor penyebab anak putus sekolah adalah
adalah kebutuhan mutlak yang wajib di banyaknya pernikahan dini pada anak
penuhi sepanjang hayat.sebab proses remaja, faktor tersebut didapat setelah
kependidikan merupakansuatu kegiatan peneliti melakukan survey ke beberapa
secara bertahap sesuai perencanaan yang warga, kepala desa dan pelaku pernikahan
matang untuk mencapai tujuan. Tanpa dini itu sendiri, sehingga pendidikan di
pendidikan pasti suatu kelompok manusia bangku sekolah harus titinggalkan.
Jauh lebih dalam bahwa manusia beberapa individu terhadap suatu
tidak bisa hidup sendiri.ada banyak pengalaman hidup yang dihayati (lived
kebutuhan manusia yang hanya mampu di experience) mengenai suatu konsep atau
dapatkannya pada interaksi serta kerja sama suatu fenomena (Creswell, 2007: 57).
dengan manusia lain beberapa kebutuhan
khusus seperti merasakan cinta,menerima PEMBAHASAN
dukungan sosial,serta memenuhi syarat. A. Perlindungan Perempuan Pernikahan Dini
persyaratan interaksi dan kerja sama yang Perkawinan pada umumnya
lebih sakral dan istimewa dibandingkan dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak
interaksi dan kerja sama lainnya. hubungan memandang profesi, suku bangsa, kaya atau
dan kerja sama semacam ini dilakukan miskin, dan sebagainya. Namun tidak sedikit
dalam kerangka hubungan mengikat sosial manusia yang sudah mempunyai
yang disebut pernikahan. kemampuan baik dari segi fisik maupun
Berbagai macam dampak negatif mental akan mencari pasangan hidup sesuai
yang dapat ditimbulkan oleh pernikahan dini kriteria yang diinginkannya. Dalam
membuat pernikahan dini secara umum kehidupan manusia, perkawinan seharusnya
dipandang sebagai salah satu masalah sosial menjadi sesuatu yang bersifat seumur hidup,
dalam masyarakat. Sayangnya, pernikahan bukan sementara. Tetapi tidak semua orang
dini masih kerap terjadi di Indonesia. bisa memahami hakikat dan tujuan
perkawinan yang seutuhnya yaitu
METODE mendapatkan kebahagiaan yang sejati dalam
Metode Penelitian ini kehidupan berumah tangga. Batas usia
mempergunakan metode penelitian survei dalam melaksanakan perkawinan sangatlah
dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan penting karena didalam perkawinan
pendekatan fenomenologi. Metode menghendaki kematangan psikologis, karena
penelitian deksriptif kualitatif adalah metode faktor kesiapan dari sisi mental sangat di
penelitian yang ditujukan untuk perlukan dalam menjalani kehidupan
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang berumah tangga, selain kesiapan dari sisi
ada. Pendekatan fenomenologi adalah finansial/ekonomi. Usia perkawinan yang
pendekatan penelitian yang menggambarkan terlalu muda dapat mengakibatkan
makna (meaning) yang diberikan oleh meningkatnya kasus perceraian karena
kurangnya kesadaran untuk bertanggung yang buruk yang memperkuat sifat
jawab dalam kehidupan berumah tangga, kemiskinan gender.
masih mengedepankan ego masing-masing Pernikahan anak adalah pelanggaran
sebelum mereka menikah, sehingga sering mendasar hak asasi anak perempuan yang
terjadinya pertengkaran antara suami istri seharusnya tidak terjadi dan tidak
karena semua bertahan dengan egonya yang dipaksakan oleh orang tua dengan alasan
merasa paling benar. Perkawinan yang apapun itu. Pembatasan terhadap pendidikan
sukses sering ditandai dengan kesiapan anak, kesehatan, pendapatan masa depan,
memikul tanggung jawab bersama antara keamanan, hak pilihan dan kemampuan dan
suami istri, masing masing baik suami dan juga membatasi status dan peran mereka
istrinya tahu apa yang menjadi kewajiban baik di rumah maupun di masyarakat.
dan hak dalam sebuat perkawinan. Praktik ini sebagian besar didorong
Pernikahan sebelum usia 18 tahun oleh kemiskinan dan norma-norma sosial
adalah kenyataan bagi banyak anak terutama yang berakar pada status perempuan dan
perempuan. Di banyak belahan dunia, orang anak perempuan yang lebih rendah. Gadis-
tua mendorong pernikahan anak perempuan gadis yang menikah lebih dini menghadapi
saat mereka masih anak-anak dengan risiko yang merugikan bagi kesehatan dan
harapan pernikahan tersebut akan kesejahteraan. Kematian terkait kehamilan
menguntungkan baik secara finansial adalah salah satu penyebab utama kematian
maupun sosial, sekaligus meringankan di kalangan gadis berusia 15 hingga 19
beban keuangan keluarga dan tidak tahun di seluruh dunia1 dan harusnya itu
mempertimbangan kesiapan secara jadi pertimbangan penting orang tua yang
psikologis sebagai suami dan istri yang pasti memaksakan kehendaknya untuk
akan mempengaruhi kelangsungan sebuah menikahkan anaknya yang belum layak
perkawinan. Pada kenyataannya, pernikahan secara umur untuk menikah.
anak adalah pelanggaran hak asasi manusia,
membahayakan perkembangan anak B. Faktor penyebab Pernikahan Dini
perempuan dan seringkali mengakibatkan - Ekonomi
kehamilan dini dan isolasi sosial, dengan Pernikahan usia muda rentan terjadi karena
sedikit pendidikan dan pelatihan kejuruan adanya keluarga yang masih hidup di bawah
garis kemiskinan, maka dari itu untuk
meringankan beban orang tua menikahkan
anaknya yang masih belum cukup umur. C. Dampak Pernikahan Dini
- Pendidikan 1.) Kesehatan
Rendahnya pendidikan maupun pengetahuan Dari segi kesehatan pasangan
dari kedua orang tua anak, anak dan juga muda yang melakukan pernikahan dini
masyarakat, yang menyebabkan ada akan beresiko mengalami masalah
kecenderungan pernikahan anak yang masih kesehatan reproduksi seperti kanker leher
dibawah umur. Dan pernikahan dini dikota Rahim dan trauma fisik pada organ intim.
Makassar juga terjadi karena anak yang Dengan kata lain, Rahim anak remaja
mengalami putus sekolah dengan begitu cenderung tidak dapat menahan calon bayi
orang tua berfikir untuk menikahkan yang seharusnya bertahan didalam
anaknya kandungan selama kurang lebih 9 bulan.
- Orang tua Jika dipaksa akan menyebabkan persalinan
Dari faktor Orang tua juga khawatir terkena premature karena lahir sebelum usia 38
aib dan adanya ketakutan besar sehingga minggu, pecahnya ketuban, keguguran,
terjadi hal hal yang tidak diinginkan seperti mudah terkena infeksi hingga anemia
hamil diluar nikah misalkan anaknya yang kehamilan (kekurangan zat besi) selain
perempuan berpacaran dan terlalu dekat itu memiliki kecenderungan yang tinggi
dengan lawan jenisnya sehingga para orang untuk melahirkan anak yang stunting, resiko
tua mengambil langkah untuk menikahkan kesehatan ibu dan bayi lebih tinggi seperti
anaknya. tekanan darah tinggi , dan kemungkian
- Media massa terburuk kematian dan janin pendarahan
Dengan adanya media massa dapat juga saat melahirkan disebabkan karena otot
factor yang menyebabkan remaja semakin Rahim yang terlalu lemah menyebabkan
permisif terhadap seks dan memicu anak pendarahan relatif lebih sulit berhenti.
berkeinginan besar untuk menikah muda. 2.) Ekonomi dan sosial
- Adat Secara umum remaja yang
Pernikahan dibawah umur juga terjadi menikah usia dini sering kali mengalami
karena adanya ketakutan orang tua apabila masalah ekonomi yang menjadi salah satu
anaknya menjadi seorang perawan tua sumber ketidakharmonisan rumah tangga
hingga segera untuk di kawinkan. atau keluarga. Pasangan usia muda belum
mampu dibebani suatu perkerjaan yang 4.) Psikis
memerlukan ketrampilan fisik untuk Dampak dari segi Psikis yang
mendatangkan penghasilan baginya dan dialami pasangan yang melakukan
mencukupi keluarganya. Sehingga sering pernikahan dini antara lain adanya ketidak
kali ditemukan pasangan usia muda yang siapan secara mental, trauma dan krisis
masih tinggal bersama orang tuanya. percaya diri, kemudian emosi tidak
Faktor ekonomi merupakan salah satu berkembang dengan matang sehingga
yang berperan dalam mewujudkan akan berpotensi mengalami kegagalan
kesejahteraan dan kebahagiaan rumah dalam membangun keluarga. Selain itu,
tangga. pernikahan usia dini juga menyebabkan
3.) Pendidikan gangguan kognitif, seperti tidak berani
Dampak dari aspek pendidikan mengambil keputusan, kesulitan
adalah individu atau pelaku yang melakukan memecahkan masalah dan terganggunya
pernikahan dini cenderung akan putus memori. Tidak hanya itu, kondisi
sekolah setelah melakukan pernikahan. emosiaonal yang masih labil ketika paska
Hal ini disebabkan karena perasaan malu melahirkan pasangan muda akan mengalami
yang dimiliki oleh pelaku menikah muda, (baby blues), rentan mengalami stress
terhadap teman-teman sebayanya yang ataupun depresi karena tuntuan sebagai
masih menikmati bangku sekolah, selain orang tuamuda.
itu peraturan denda yang diberlakukan 5.) Hukum
oleh sekolah bagi siswanya yang Perkawinan yang sah menurut Pasal
melakukan pernikahan dini juga menjadi 2 UU Perkawinan, apabila dilakukan
salah satu alasan siswa tersebut untuk menurut hukum masing-masing agamanya
memutuskan berhenti sekolah. Akibatnya dan kepercayaannya dan dicatat menurut
lama sekolah mereka yang semestinya peraturan perundang-undangan yang
panjang menjadi lebih singkat. Hal tersebut berlaku.Menurut Kementrian Urusan Agama
karena pelaku harus membagi pikirannya (KUA) bahwa batasan umur di dalam
dalam banyak hal seperti mengurus suami ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan
ataupun sebaliknya dan tentunya harus disebutkan bahwa “Perkawinan hanya
mengurus anak. diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 (sembilan belas) tahun dan
pihak wanita sudah mencapai umur 16 sumber peserta didik dalam upaya
(enam belas) tahun.” Adapun perubahan pembentukan generasi berencana. Tujuan
norma dalam pasal 7 ini menjangkau dari yang diharapkan dari adanya program
batas usia untuk melakukan perkawinan, SSK ini adalah:
perbaikan norma menjangkau dengan a) Memupuk kesadaran akan kondisi
menaikkan batas minimal umur perkawinan kependudukan di wilayah tempat tinggal
bagi wanita. Dalam hal ini batas minimal masing-masing siswa;
bagi wanita dipersamakan dengan batas b) Menumbuhkan sikap bertanggungjawab
minimal umur perkawinan bagi pria, yaitu dan perilaku adaptif berkaitan dengan
19 (sembilanbelas) tahun. Berdasarkan dinamika kependudukan;
ketentuan pasal tersebut, maka yang c) Mengembangkan sikap yang tepat dalam
dimaksud dengan menikah muda atau mengambil keputusan untuk mengatasi
pernikahan dini (perkawinan di bawah masalah-masalah kependudukan ketika
umur) adalah perkawinan yang dilakukan dewasa. Pelaksanaan SSK ini dimulai
sebelum usia 19 tahun bagi laki-laki dan dengan pengintegrasian pendidikan
sebelum usia 19 tahun bagi perempuan. Hal kependudukan dan Keluarga Berencana ke
ini menyebabkan pasangan yang menikah dalam mata pelajaran yang relevan seperti
sebelum usia yang disebutkan diatas Geografi, Sosiologi, Ekonomi, Biologi,
tidak dapat mengurus akta menikah dan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
membuat Kartu Kelurga mereka sebagai Pendidikan Jasmani dan Olahraga
keluarga baru sehingga pasangan tersebut Kesehatan, dan Bimbingan Konseling.
tidak dapat disahkan secara hukum. Program SSK ini selain dilaksanakan dalam
PBM di sekolah juga dilaksanakan dengan
D. Upaya pencegahan cara kunjungan para siswa ke posyandu,
1.) Sekolah Siaga Kependudukan wawancara dengan ibu hamil dan nifas.
Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) Pertanyaan-pertanyaan telah disusun
adalah sekolah yang mengintegrasikan sebelumnya mengarah pada peningkatan
pendidikan kependudukan dan Keluarga pengetahuan ibu hamil dan ibu nifas, namun
Berencana dalam mata pelajaran yang di yang terpenting diharapkan menambah
dalamnya terdapat pojok kependudukan wawasan dan pengetahuan para siswa
(population corner) sebagai salah satu tentang kehamilan, kelahiran, dan nifas.
Sehingga diharapkan kelak para siswa penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan
dewasa dan berkeluarga mereka sudah tahu reproduksi, diharapkan mampu mengatasi
apa yang harus dilakukan. persoalan kuantitas dan kualitas penduduk
2.) Pojok Kependudukan (khususnya remaja) sekaligus. Dengan
Salah satu sumber belajar dalam program yang sasarannya remaja (usia 10-24
upaya pembentukan Generasi Berencana tahun) dan belum menikah, keluarga dan
pada Sekolah Siaga Kependudukan adalah masyarakat peduli remaja, diharapkan
di Pojok Kependudukan dengan tujuan mampu mempromosikan penundaan usia
memberikan pengertian dan pemahaman kawin, penyediaan informasi kesehatan
mengenai pendidikan kependudukan kepada reproduksi seluas-luasnya melalui PIK
remaja, khususnya bagi remaja agar Remaja sehingga tidak terjebak pada
memahami dan perduli akan kependudukan. penyalahgunaan Napza, HIV dan AIDS
Pojok Kependudukan berisi data maupun kehamilan yang tidak diinginkan
kependudukan dan persoalan kependudukan serta mempromosikan perencanaan
sehingga remaja perduli akan masalah kehidupan berkeluarga dengan sebaik-
kependudukan. Selain itu, adanya edukasi baiknya (Mardiya, 2013).
tentangperencanaan menikah dengan 4.) Klinik Dana (Klinik Muda Berencana)
memperhatikan jumlah anak serta jarak lahir Bentuk pendekatan dari program klinik dana
serta upaya pendewasaan usia perkawinan ini adalah pemberdayaan remaja, dimana
serta kepedulian terhadap dampak dari peran remaja sangat penting dalam
jumlah penduduk juga akan diberikan pencapaian tujuan dari kegiatan ini. Karena
pemahaman kepada para remaja di setiap segala pengaplikasian bentuk pendekatan
Kampung KB yang ada. akan suatu program akan lebih mudah jika
3.) Program Genre target sasaran dan pelaksananya adalah
Program Generasi Berencana kalangan yang sama yaitu remaja. Pihak
(Genre), yaitu program yang dikembangkan yang ikut terlibat dalam program ini adalah
dalam rangka penyiapan kehidupan (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
berkeluarga bagi remaja sehingga mereka Perempuan dan Anak, Badan Koordinasi
mampu melangsungkan jenjang pendidikan Keluarga Berencana Nasional, Pusat
secara terencana, berkarir dalam pekerjaan Kesehatan Masyarakat, serta Tim
secara terencana, serta menikah dengan Pengabdian Masyarakat).
E. Kebijakan pemerintah royong, posyandu dan lain-lain, pada saat
Pemerintah Daerah/desa wajib sambutan, kepala desa dengan memberi
berperan guna menangani maraknya motivasi kepada orang tua untuk
fenomena pernikahan di bawah umur. Dan melanjutkan kepada para anak-anak agar
yang paling berpengaruh yakni peran melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang
pemerintah itu lebih tinggi, minimal lulusan SMA/MA,
sendiri, guna mengatur perikehidupan dengan begitu anak-anak yang berniat
masyarakatnya agar terarah dengan baik, melakukan pernikahan sudah cukup umur
yakni dengan berbagai macam tahap: dan sesuai dengan ketentuan di dalam UU
1.) Tahap Pendekatan Personal Perkawinan, sehing terbebas dari tindak
Tahap yang pertama bisa dilakukan oleh pelanggaran atas undang-undang.
pihak pemerintah untuk menangani 4.) Ditanggungkan Surat Nikah
maraknya pernikahan dini yakni dengan Surat nikah yang dipersulit atau
pendekatan personal dengan cara dengan proses pembuatan yang sangat rumit,
menasihati. Tahap ini dilakukan oleh namun masi saja masyarakat tidak
Pegawai Pencatat Pernikahan, pada saat ada memperdulikan hal tersebut. Dengan cara
masyarakat yang mendaftar pernikahan, agar masyarakat yang berniat melakukan
tetapi dalam persyaratan tersebut yang tidak pernikahan dini agar diberikan efek jera.
sesuai dengan UU Perkawinan di Indonesia. Karena, jika fenomena ini terus berlanjut,
2.) Tahap Pendataan maka tidak hanya memerlukan biaya yang
Pada tahap ini pendataan tersebut kecil.
dilakukan pada pemerintahan kepala desa. 5.) Perketat Undang-Undang Perkawinan
Pemerintah banyak menemukan suatu Masyarakat akan merasa takut pabila
pernikahan dini. Namun, pemerintah tidak ingin melangsungkan pernikahan di bawah
bertanggung jawab dengan adanya peristiwa umur, dikarenakan pemerintah daerah,
pernikahan tersebut. pemerintah desa maupun Kantor Urusan
3.) Tahap Sosialisasi Agama (KUA) sudah mulai memperketat
Mengatasi pernikahan dini yakni aturan-aturan mengenai pernikahan. Hal ini
dengan cara sosialisasi ke masyarakat yakni dilakukan agar dapat meminimalisir
melalui suatu kegiatan kemasyarakatan fenomena pernikahan dini. Peran
misalnya peringatan maulid nabi, gotong pemerintah yakni dalam mengendalikan
perkawinan usia dini, diantaranya dengan perceraian daripada pernikahan
melakukan koordinasi dengan BKKBN lainnya. Baik perempuan maupun laki-laki
untuk melakukan penyuluhan mengenai yang menikah pada usia dini menunjukkan
dampak dari perkawinan usia dini bahwa keterlibatan mereka dalam
khususnya mengenai pembatasan usia, pengambilan keputusan rumah tangga lebih
program keluarga berencana dan sosialisasi rendah.
kesehatan reproduksi. Sosialisasi setiap
minggunya di masyarakat pedalaman untuk Daftar Pustaka
tidak menikahkan anak-anak mereka di https://online-
journal.unja.ac.id/Pampas/article/download/12
bawah umur kecuali dalam keadaan terpaksa 676/10905
seperti hamil dilur nikah ataupun faktor lain
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/984
yang dianggap wajar, mendorong anak-anak 2-Full_Text.pdf
merka untuk mencapai pendidikan yang
Noor, Syahadatina dkk. (2018). “Klinik
lebih tinggi serta membuat kebijakan Dana Sebagai Upaya Pencegahan
menolak pendaftaran nikah untuk pasangan Pernikahan Dini". Yogyakarta: Penerbit Cv
Mine.
usia dini sudah berjalan dengan baik.
https://www.researchgate.net/publication/333
400561_PERNIKAHAN_DINI_DI_INDONESIA_FA
Kesimpulan KTOR_DAN_PERAN_PEMERINTAH_PERSPEKTIF_
Pernikahan dini memiliki dampak PENEGAKAN_DAN_PERLINDUNGAN_HUKUM_B
AGI_ANAK
negatif yang signifikan bagi perempuan dan
laki-laki serta anak-anak mereka. Dampak http://jwd.unram.ac.id/index.php/jwd/article/vi
ew/88/70
ini termasuk tingkat pendidikan yang lebih
rendah (untuk laki-laki dan perempuan),
perempuan memiliki kemungkinan lebih
kecil untuk bekerja, baik laki-laki maupun
perempuan dipekerjakan dalam pekerjaan
berpenghasilan rendah dan tinggal di rumah
tangga dengan pendapatan per kapita yang
tidak memadai. Pernikahan yang melibatkan
seorang gadis muda yang menikah dengan
pria yang lebih tua lebih cenderung berakhir

Anda mungkin juga menyukai