Anda di halaman 1dari 11

Ketidakadilan Gender Dalam Pemberian Upah Pada Pekerja

Di Kawasan Industri Kota Makassar

A. Muh. Verdy Virayadi1, Delvi Poppy Handini2, Nur Amalia3, Nurmutmainnah4


1234
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
1234
Universitas Negeri Makassar

ABSTRACT
This study aims to find out 1) why injustice can occur in the Makassar industrial area, 2) how
the forms of gender inequality occur in the Makassar industrial area. This type of research is
a form of qualitative research. Data collection methods used include observation, survey and
documentation. The data validation method uses Membercheck. The results of the study show
that 1) Injustice in the Makassar Industrial Estate can be caused by the stereotype that women
are still considered weak, as well as the opinion that women should not be leaders
(responsible). Understanding of gender issues is not considered, and women are still
constrained by the argument that women who are married and have given birth cannot work.
2) Forms of injustice against women workers in the industrial area of Makassar. There are
two forms: a) income inequality that arises in the form of wage differences between women
and men, b) stereotypes that women are considered weak and women should not work.

Keywords : Gender Inequity, Forms of Gender Injustice, Working Women, Makassar Industrial
Estate

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) mengapa ketidakadilan dapat terjadi di kawasan
industri Makassar, 2) bagaimana bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang terjadi di kawasan
industri Makassar. Jenis penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, survei dan dokumentasi. Metode
validasi data menggunakan Membercheck. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)
Ketidakadilan di Kawasan Industri Makassar dapat disebabkan oleh stereotip bahwa
perempuan masih dianggap lemah, serta pendapat bahwa perempuan tidak boleh menjadi
pemimpin (bertanggung jawab) di perusahaan. Pemahaman terhadap isu gender tidak
diperhatikan, dan perempuan masih terkendala oleh argumentasi bahwa perempuan yang
sudah menikah dan melahirkan tidak boleh bekerja. 2) Bentuk-bentuk ketidakadilan terhadap
pekerja perempuan di kawasan industri Makassar. Ada dua bentuk: a) ketimpangan
pendapatan yang timbul dalam bentuk perbedaan upah antara perempuan dan laki-laki, b)
stereotip bahwa perempuan dianggap lemah dan perempuan tidak boleh bekerja.

Kata Kunci : Ketidakadilan Gender, Bentuk Ketidakadilan Gender, Perempuan Pekerja,


Kawsan Industri Makassar

LATAR BELAKANG
Ketidakadilan gender adalah Analisis keadilan gender dan agenda
perlakuan terhadap individu berdasarkan pembangunan didasarkan pada paradigma
jenis kelamin, ras, agama, usia atau pembangunan yang hanya mengutamakan
karakteristik lainnya. Kondisi ini faktor ekonomi, terutama pertumbuhan
merupakan identitas gender yang dianggap ekonomi, tanpa memperhatikan aspek lain,
lebih unggul dari gender lainnya. (Tahar, seperti aspek kemanusiaan (Fuady dan
2012) Gender adalah sikap dan perilaku Yusnita 2016). Banyak orang mengakui
laki-laki dan perempuan yang dibentuk bahwa pertumbuhan ekonomi negara-
secara sosial dan budaya. Gender adalah negara sudah menunjukkan angka yang
istilah yang digunakan untuk membedakan mengesankan, namun pertumbuhan
laki-laki dan perempuan berdasarkan aspek ekonomi justru menyebabkan semakin
sosial budaya. Jika gender dibentuk oleh melebarnya jurang kemiskinan, termasuk
proses alam dan memiliki sifat ketuhanan, perempuan. Akibatnya, pembangunan
sedangkan gender adalah sikap dan sampai saat ini belum memberikan manfaat
perilaku yang dibentuk oleh proses sosial, yang sama bagi laki-laki dan perempuan.
maka istilah “gender” mengacu pada Pembangunan yang sebelumnya dianggap
konstruksi budaya yang selalu netral gender dan tidak diskriminatif
dipertanyakan. atau persoalan yang terhadap laki-laki dan perempuan
berkaitan dengan peran, etika, tanggung diharapkan dapat membawa manfaat bagi
jawab, hak dan kewajiban yang dibebankan semua kalangan, termasuk keadilan gender,
kepada perempuan dan laki-laki. Isu gender ternyata proses pembangunan
seringkali muncul karena adanya menimbulkan ketimpangan dan
kesenjangan gender. (Setiadi dan Kolip ketidakadilan gender yang dikenal dengan
2011).
kesenjangan gender (Setiadi dan kolip, sebagian besar perempuan masih berkiprah
2011). pada sektor informal atau pekerjaan yang
tidak memerlukan kualitas pengetahuan
Adapun kesetaraan gender
dan keterampilan canggih. Dalam
menginginkan perempuan dan laki-laki
perspektif gender, proporsi tenaga kerja
menikmati status setara dan juga memiliki
perempuan dan laki-laki di sektor informal
keadaan yang sama, yang dimana bertujuan
adalah 40% perempuan, dan 60% laki-laki.
untuk mewujudkan secara penuh hak asasi
Proporsi tenaga kerja perempuan di sektor
keutuhan dan kelangsungan rumah tangga
informal ini mencakup 70% dari
secara proporsional. Beriring dengan hal
keseluruhan tenaga kerja perempuan.
tersebut, akan semakin banyak perempuan
yang bekerja yang dimana bertujuan untuk Robins (2008) menjelaskan salah satu
membantu pasangannya atau suaminya bentuk diskriminasi dalam imbalan kerja,
dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan biasanya dibayar atau di beri
keluarga. Jika dibandingkan zaman dulu, upah lebih sedikit daripada pria dalam
perempuan belum mendapatkan pekerjaan yang dimana sebanding dan
kesempatan bekerja seluas saat ini. mempunyai harapan yang imbalan kerja
Nyatanya adalah di dalam kehidupan yang lebih rendah daripada laki-laki untuk
bermasyarakat baik itu di desa maupun di pekerjaan yang samajadi.
kota tuntutan terhadap ekonomi menjadi
Kaum perempuan saat ini tidak begitu
faktor keterlibatan perempuan dalam sektor
saja berperan tunggal, akan tetapi berperan
publik (Hidayati, 2016).
ganda juga. Pemaknaan lainnya, bahwa
(Khotimah, 2009) selama satu dekade seorang ibu rumah tangga tidak saja
terakhir ini, partisipasi perempuan di pasar berperan pada sektor domestik, tetapi juga
tenaga kerja mengalami peningkatan yang berperan pada sektor publik, misalnya
cukup nyata, meskipun presentase kecil jika berdagang keliling, membuka warung,
dibandingkan dengan laki-laki. Dengan pembantu rumah tangga, pegawai salon,
demikian, perubahan tersebut penjaga toko, buruh pabrik, petani, dan
menunjukkan adanya suatu peningkatan buruh bangunan. (Damayanti & Awaru,
peran perempuan yang dimana sangat 2018). Meskipun seorang perempuan
berarti dalam kegiatan ekonomi di bekerja, namun hal tersebut bukan
Indonesia. Namun demikian, struktur merupakan fenomena baru, akan tetapi
angkatan kerja perempuan memiliki tingkat masalah perempuan bekerja tampaknya
pendidikan yang rendah. Dengan demikian, masih terus diperbincangkan sampai saat
ini. Namun demikian, seiirng dengan keseimbangan. Perubahan tersebut muncul
perkembangan zaman, tentu saja peran dikarenakan adanya penggeneralisasian
tersebut tidak semestinya dibakukan, dalam perekonomian yang diberlakukan,
apalagi kondisi ekonomi yang membuat disamping karena budaya patriarki
mereka tidak bisa menutup mata bahwa sehingga menimbulkan diskriminasi dalam
kadang-kadang istri pun dituntut untuk dunia pekerjaan. Kondisi ini diperparah
bekerja sebagai pencari nafkah. Kondisi ini dengan adanya sistem yang dipakai yang
lah yang memicu adanya diskriminasi dimana dalam masyarakat modern dalam
dalam sektor pekerjaan, pemikiran pekerjaan. Akibat dari modernitas tersebut,
masyarakat yang selalu me-nomorduakan perempuan mengalami marginalisasi dalam
perempuan dalam sektor pekerjaan. sektor pekerjaan yang berakibat pada
kecenderungan perempuan untuk
Dengan adanya pemikiran atau
melakukan pekerjaan informal yang
anggapan masyarakat tersebut bahwa
dimana kurang memberikan perlindungan
perempuan sebaiknya mengurusi rumah
hukum dan diberikan upah yang rendah.
tangga yang dimana anggapan tersebut
Berbagai upaya telah dilakukan oleh
merupakan stereotipe bahwa apabila
pelbagai kalangan untuk menyetarakan
perempuan bekerja diluar rumah maka akan
laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan
mengakibatkan rumah tangga terganggu
salah satunya dengan reinterpretasi teks Al-
keharmonisannya. Walaupun ada dampak
Qur'an yang mendeskripsikan perempuan
jika suami-istri bekerja di luar rumah, akan
serta disahkannya Konvensi Penghapusan
tetapi solusi yang diambil sebaiknya tidak
Segala diskriminasi terhadap perempuan
membebankan istri dengan dua peran
pada tahun 1979 sebagai wujud
sekaligus (double burden), mengasuh anak
perlindungan perempuan dari berbagai
dan mencari nafkah, akan tetapi suami pun
diskriminasi, termasuk dalam sektor
seharusnya bantu-membantu supaya
pekerjaan. (Khotimah, 2009)
tercapai rumah tangga yang harmonis.
(Akbar) Maka dalam hal ini, di kota Makassar
khususnya pada kawasan industri Makassar
Senada dengan hasil penelitian
(KIMA), banyak sekali terdapat buruh yang
khotimah yang menyatakan bahwa dalam
bekerja di perusahaan tersebut termasuk
sejarah pada awalnya pembagian kerja,
diantaranya perempuan baik itu yang belum
baik itu secara biologi maupun gender
berkeluarga maupun yang sudah
antara laki-laki dan perempuan dianggap
berkeluarga bekerja di perusahaan tersebut,
sama-sama memiliki nilai dan
berdasarkan dari hasil observasi wawancara menggunakan teknik purposive sampling.
awal ditemukan bahwa para buruh Teknik pengumpulan data dalam penelitian
perempuan dan buruh laki-laki mengalami ini adalah dengan metode observasi,
perbedaan gaji (upah) yang dimaksudkan wawancara sert dokumentasi. Pengecekan
dikarenakan pekerjaan laki-laki berat keabsahan data pada penelitian ini adalah
daripada perempuan. Pekerjaan laki-laki dengan menggunakan teknik member
berat dalam artian mereka melakukan check. Teknik analisis data dalam
pekerjaan yang berat dengan mengangkat penelitian ini menggunakan reduksi data,
hasil melaut ke lokasi perusahaan penyajian data, serta pengambilan
sedangkan perempuan hanya mengerjakan kesimpulan.
hal-hal yang lebih ringan seperti mengolah
HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil laut yang dianggap sebagai pekerjaan
tersebut tidak sebanding dengan pekerjaan Banyaknya hasil penelitian yang

laki-laki. terungkap dan didapatkan penulis di


lapangan terhadap kecenderungan
METODE PENELITIAN
terjadinya ketidakadilan gender dalam
Jenis penelitian yang digunakan pemberian upah pada pekerja disebabkan
adalah kualitatif dengan pendekatan secara oleh faktor patriarki yang masih selalu
deskriptif. Lokasi dalam penelitian ini menganggap dan menempatkan posisi laki-
berada di Kawasan Industri Makassar laki lebih di atas daripada perempuan.
(KIMA), Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Hadirnya teori Feminisme sosialis
Selatan, mengenai Ketidakadilan gender berupaya menciptakan posisi sederajat
dalam pembagian upah kerja di kawasan terhadap kepentingan modal maupun
industri Kota makassar dan untuk kekuasaan. Feminisme sosialis menuntut
mengetahui bentuk ketidakadilan gender tidak adanya pembeda antara perempuan
dalam pembagian upah kerja di kawasan dengan laki-laki dalam pemberian upah dan
Industri Makassar. Adapun tahapan- memberi kesempatan kepada mereka cuti
tahapan dalam penelitian ini secara umum kerja sesuai dengan kebutuhan.
yaitu tahap pra penelitian, tahap penelitian,
Inti dari teori feminisme sosialis ini
serta tahap akhir. Sumber data penelitian
adalah proses penyadaran perempuan
yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan cara membangkitkan emosi
merupakan sumber data premier dan
mereka agar keadaannya berubah jika
sekunder. Jumlah informan sebanyak 11
mengalami diskriminasi ataupun
orang yang telah dilakukan pemilihan
ketidakadilan. Memperjuangkan kesetaraan jawab ataupun pemimpin dalam sebuah
gender bukan berarti menentang jenis perusahaan.
kelamin, laki-laki dan perempuan, tetapi
Masyarakat seringkali cenderung
untuk upaya membangun relasi yang setara.
memandang perempuan sebagai
Teori feminisme sosialis memberikan
masyarakat kedua, seperti yang banyak
kesempatan yang sama luasnya baik bagi
terjadi dalam penelitian penulis di Kawasan
laki-laki dan perempuan dalam hal
Industri Makassar, diskriminasi kedua yang
mendapatkan pendidikan, kesempatan
terjadi adalah prasangka sosial salam
kerja, kesehatan, dan lain sebagainya.
bentuk adanya perbedaan pemberian upah
Dalam mewujudkan kesetaraan gender,
antara laki-laki dan perempuan. Seharusnya
cepat atau lambat kesetaraan gender
hal semacam ini tidak lagi terjadi sebab
hakekatnya mengutamakan kepentingan
kesetaraan antara hak antara perempuan
kemanusiaan, dan karena kepentingan
dan laki-laki harus diperjuangkan agar
semua pihak. Maka, goal dari teori
tidak ada lagi diskriminasi yang terjadi
feminisme adalah equality atau kesadaran
berdasarkan gender. Hadirnya teori
serta adanya pergerakan dari kaum
feminisme sosialis untuk meberikan
perempuan itu sendiri. Berdasarkan hasil
pengetahuan dan mentatukan pengetahuan
penelitian, penulis menemukan
atas penindasan semacam ini, khususnya
diskriminasi di Kawasan Industri
pada perempuan
Makassar, seperti stereotipe penyebab
diskriminasi tersebut karena pengetahuan Teori feminisme sosialis ini memiliki

yang diketahui sejak lahir dan diajarkan hubungan dengan hasil penelitian yang

oleh orang tua bahwa perempuan dan laki- dilakukan oleh peneliti karena teori ini

laki berbeda yang terdapat di kawasan berkenaan dengan masalah yang dibahas

Industri Makassar, seperti adanya anggapan penelitian dan berkaitan dengan

laki-laki atau orang-orang sekitar yang Ketidakadilan gender dalam menerima

mengatakan jika perempuan tidak cocok upah, dan yang menjadi korban adalah

untuk bertanggung jawab dalam sebuah perempuan. Teori feminisme sosialis juga

perusahaan. Dengan adanya teori berkaitan dengan yang peneliti lakukan

feminisme sosialis ini, anggapan semacam teliti yakni, adanya stereotipe lingkungan

itu seharusnya ditiadakan, dan dapat masyarakat yang mengatakan perempuan

mengubah pandangan masyarakat bahwa itu lemah, serta tidak memuliki jiwa

perempuan juga bisa menjadi penanggung kepemimpinan yang tinggi, serta dalam
wawancara Peneliti masih banyak hak-hak
perempuan yang tidak dipenuhi misalnya, diskriminasi atau ketidakadilan
upah yang tidak setara antara laki-laki dan (Muslikhati, 2004). Memperjuangkan
perempuan. Fenomena tersebut terjadi di kesetaraan gender bukan berarti menentang
dalam lingkungan pekerjaan dan dua jenis-jenis kelamin, laki-laki dan
berhubungan dengan teori feminisme perempuan. Tapi ini lebih tentang
sosialis yang intinya merupakan tuntutan membangun hubungan (relasi) adalah
hak perempuan dan kesempatannya dalm sama. Menurut teori feminisme sosialis,
pekerjaan yang mereka minati tanpa kesempatan harus setara lebar untuk laki-
perbedaan-perbedaan yang selalu menjadi laki dan perempuan, penting untuk
kendala perempuan untuk maju dan mengambil pendidikan, kesehatan,
berkembang kearah yang lebih positif. kesempatan kerja, dll. Cepat atau lambat
dalam mencapai kesetaraan gender pada
1. Ketidakadilan Yang Terjadi Di
dasarnya adalah anugerah kemanusiaan,
Kawasan Indusrti Makassar
dan karena itu demi kepentingan semua
Seperti yang telah diungkapkan dari pihak. Jadi tujuan teori feminis adalah
hasil penelitian penulis di daerah rawan kesetaraan atau persamaan dalam hal
diskriminasi gender terhadap perempuan pergerakan orang wanita itu sendiri. Dan
dalam pembangunan karena faktor budaya berdasarkan hasil pencarian, penulis
patriarki kedudukan laki-laki atas menemukan diskriminasi yang terjadi di
perempuan. Dari teori feminisme sosialis kawasan industri Makassar seperti adanya
muncul karena berusaha menciptakan prasangka Penyebab diskriminasi adalah
kedudukan yang setara dalam kepentingan pengetahuan yang kita bawa sejak lahir
kapital dan kekuasaan. Feminisme sosialis diajarkan oleh orang tua mereka bahwa pria
menuntut keadilan tidak membedakan dan wanita berbeda dalam kawasan industri
mereka dari laki-laki dalam hal gaji dan Makassar yaitu adanya laki-laki atau orang
memberi mereka kemampuan untuk absen sekitar bahwa perempuan tidak cocok
dari pekerjaan on demand seperti cuti untuk menjalankan bisnis. Anggapan
hamil, cuti haid dan menyusui. (Hutasoit, seperti ini seharusnya dihilangkan dengan
Tahun 2020) adanya teori feminisme sosialis ini dapat

Teori feminisme sosialis, yang mengubah pandangan masyarakat bahwa

pusatnya adalah proses kognitif perempuan perempuan itu bisa juga menjadi

dengan memunculkan emosi untuk penanggung jawab atau pemimpin didalam


mengubahnya situasi dalam kasus suatu perusahaan. (Halim, 2017)
Masyarakat cenderung memandang feminisme sosialis yang inti dari teori ini
perempuan sebagai masyarakat kedua, adalah menuntut hak perempuan dan
seperti yang terjadi dalam penelitian kesempatan perempuan dalam pekerjaan
penulis di kawasan industri makassar yang mereka minati tanpa adanya
diskriminiasi yang kedua yang terjadi itu perbedaan perbedaan yang selalu menjadi
prasangkan sosial dalam bentuk adanya kendala perempuan untuk berkembang ke
perbedaan pekerjaan antara lakilaki dan arah yang lebih positif. (Subakti,dkk. 2021)
perempuan. Seharusnya hal seperti ini tidak
2. Bentuk Ketidakadilan Gender
lagi terjadi karena persamaan hak antara
Terhadap perempuan pekerja Di
perempuan harus diperjuangkan supaya
Kawasan Industri Makassar
tidak ada lagi diskriminasi yang terjadi
berdasarkan gendernya. Teori feminisme Mengakui keberadaan tenaga kerja

hadir untuk memberikan pengetahuan perempuan sebagai tenaga kerja di Daerah

untuk menyatukan pengetahuan atas Industri Makassar memperkuat teori

penindasan seperti ini terkhusun terhadap feminisme sosialis mengejar borjois yang

perempuan. (Nuruzzaman, 2005) Teori tidak membedakan mereka dengan laki-laki

feminisme sosialis berhubungan dengan dalam hal kesempatan kerja dan upah.

hasil penelitian yang dilakukan oleh Dalam feminisme sosialis, menggunakan

peneliti karena dari teori feminisme ini analisis kelas dan gender untuk memahami

berkenaan dengan permasalahan yang penindasan perempuan. Secara khusus,

dibahas oleh peneliti yang berkaitan dengan bentuk-bentuk ketidakadilan gender terjadi

Diskriminasi gender yang selalu menjadi tentang wanita yang bekerja di salah satu

korban adalah perempuan. Dan teori perusahaan di kawasan industri Makassar.

feminisme sosialis berkaitan dengan Mengapa, dalam hasil penelitian ini, dapat

fenomena yang peneliti teliti yakni, masih dikatakan bahwa kelas Borjois dan pemilik

ada stereotipe dari lingkungan yang modal adalah pekerja laki-laki.

mengatakan bahwa perempuan itu lemah, Apa yang kita lihat secara biologis,
dan tidak memiliki jiwa kepemimpinan pria dan wanita itu berbeda, tapi Perbedaan
yang tinggi, dan dalam wawancara peneliti ini tidak boleh dijadikan alasan untuk
masih ada hak-hak perempuan yang tidak perlakuan yang berbeda antara kedua belah
dipenuhi seperti, upah yang tidak setara pihak. Dalam kehidupan nyata masyarakat
antara laki-laki dan perempuan. Fenomena- pada umumnya, tampaknya kedudukan
fenomena yang terjadi didalam lingkungan perempuan tidak sebaik laki-laki. Hal ini
pekerjaan ini berhubungan dengan teori
disebabkan adanya ideologi gender keluarga, kata mereka, dan ada juga yang
mengatur peran laki-laki dan perempuan berpendapat bahwa perempuan tidak boleh
secara berbeda, berdasarkan pemahaman menjadi pemimpin (bertanggung jawab).
tentang perbedaan biologis dan fisiologis
Kedua, ketimpangan pendapatan
antara pria dan wanita perempuan dalam
adalah bentuk diskriminasi gender terhadap
mendefinisikan peran mereka. Lihat
wanita. Karena perbedaan upah antara
penelitian sebelumnya mengungkapkan
perempuan menurut jenis kelamin
Perubahan yang terjadi karena generalisasi
pekerjaan yang dilakukan yang
ekonomi moneter yang dipaksakan, di
memberikan upah berbeda bagi perempuan
samping budaya patriarki untuk
dan laki-laki. Mereka yang harus memiliki
menimbulkan diskriminasi dalam
hak yang sama dalam pemberian upah dan
pekerjaan. Situasi ini diperparah oleh
kategori tidak peduli apa pekerjaannya, itu
system digunakan dalam masyarakat
harus selalu memiliki hak yang sama untuk
modern di tempat kerja. Di bawah pengaruh
dibayar dan tidak ada pembedaan.
modernitas, perempuan terpinggirkan di
sektor ketenagakerjaan, yang menyebabkan Kaetidakadilan/ Diskriminasi gender

Wanita cenderung melakukan pekerjaan terhadap pekerja perempuan di kawasan

yang lebih informal memberikan industri Makassar, dimana ada

perlindungan hukum dan upah rendah. ketidaksetaraan antara laki-laki dan

(Shalihin dan Firdaus 2019) perempuan dalam akses berbagai jenis


pekerjaan. Ketimpangan ini disebabkan
Bentuk pertama ketidakadilan gender
oleh persepsi masyarakat bahwa posisi
yang dialami yaitu adanya stereotip,
perempuan dalam pekerjaan yang
perempuan menjadi pekerja menerima
berhubungan dengan keluarga, seperti:
stereotip atau label negatif berdasarkan
pekerjaan dapur. Perempuan juga
asumsi yang salah. Perempuan dicap
dipandang sebagai jenis kelamin yang
negatif berupa persepsi bahwa mereka
lemah, tidak mampu bekerja kerja keras. Ini
adalah makhluk lemah yang tidak memiliki
mencegah mereka memiliki akses luas ke
kekuatan seperti orang mengangkat atau
untuk mendapatkan pekerjaan.
mengantarkan barang, sehingga tidak dapat
dipercaya untuk bekerja jenis pekerjaan ini. PENUTUP

Dan wanita juga dianggap tidak Ketidakadilan gender adalah


dipekerjakan karena perempuan pada perlakuan terhadap individu berdasarkan
dasarnya harus di rumah untuk mengurus jenis kelamin, ras, agama, usia atau
karakteristik lainnya. Ketidakadilan Sosialisasi: Jurnal Hasil Pemikiran,
terhadap pekerja perempuan di Kawasan Penelitian Dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan,
Industri Makassar berdasarkan hasil
131–136.
wawancara yang dilakukan peneliti. yaitu
Fuady, I., & Yusnita, T. (2016). Persepsi
masih adanya stereotip bahwa perempuan Masyarakat Pesisir Terhadap
masih lemah dan anggapan bahwa Kepemimpinan Perempuan
perempuan masih belum mampu Nelayan Di Pulau Pramuka
Kepulauan Seribu. Jurnal
memimpin (bertanggung jawab) Komunikasi Pembangunan, 14(2).
perusahaan, kurangnya pemahaman
Hidayati, N. (2016). Beban ganda
tentang isu kesetaraan gender, perempuan perempuan bekerja (antara
masih terbatas perempuan sudah menikah domestik dan publik). Muwazah:
dan memiliki anak dan tidak seharusnya. Jurnal Kajian Gender, 7(2).

bentuk-bentuk ketidakadilan terhadap Khotimah, K. (2009). Diskriminasi gender


terhadap perempuan dalam sektor
pekerja perempuan di kawasan industri
pekerjaan. Yinyang: Jurnal Studi
makassar, Menurut penelitian yang penulis Islam Gender Dan Anak, 4(1), 158–
lakukan di lapangan, ada dua bentuk 180.
diskriminasi terhadap pekerja perempuan. Shalihin, N., & Firdaus, F. (2019).
Pertama, Kesenjangan pendapatan yang Transformasi Gender: Strategi
Pembebasan Perempuan dari Jerat
dialami oleh pekerja perempuan,
Pembangunan dan Kapitalisme.
diwujudkan dalam kesenjangan upah Sawwa: Jurnal Studi Gender, 14(1),
gender dan bentuk kedua dari 109–140.
ketidakadilan, yaitu stereotip yang terjadi Stellarosa, Y., & Silaban, M. W. (2019).
ketika perempuan dianggap lemah dan Perempuan, media dan profesi
jurnalis. Jurnal Kajian Komunikasi,
perempuan dianggap lemah. Tidak boleh
7(1), 97–109.
bekerja, dan ketiga, ada pandangan bahwa
Hasan, B. 2019. Gender Dan Ketidak
perempuan tidak boleh berada dalam
Adilan. Jurnal Signal Prodi Ilmu
kepemimpinan (bertanggung jawab). Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Swadaya
DAFTAR PUSTAKA Gunung Jati. Vol 7 (1), (Online), (
http://jurnal.unswagati.ac.id/indexp
Damayanti, R. R., & Awaru, A. O. T.
hp/Signal/article/view/1910 ),
(2018). Perempuan Penjual Ikan Di
diakses 15 Agustus 2019.
Awerange Desa Batupute
Kecamatan Soppeng Riaja Hermanto, A. 2017. Teori Gender dalam
Kabupaten Barru (Suatu Kajian Mewujudkan Kesetaraan:
Sosiologi Gender). Jurnal Menggagas Fikih Baru. Jurnal
Hukum Islam. Vol 5 (2), (Online), (
http://ejournal.iain-
tulungagung.ac.id/index.
php/ahkam/article/view/782 ),
diakses 15 Agustus 2019.
Hidayati, N. 2015. Beban Ganda
Perempuan Bekerja (Antara
Domestik dan Publik). Jurnal
Kajian Gender. Vol 7 (2), (Online),
(http://e-
journal.iainpekalongan.ac.id/index.
php/Muwazah/article/view/516 ),
diakses 25 Agustus 2019..
Tahar, F. (2012). Pengaruh Diskriminasi
Gender dan Pengalaman Terhadap
Profesionalitas Auditor. Skripsi
Yang Tidak Dipublikasikan.
Makasar: Universitas Hasanuddin.
Kuntjara, E. 2003. Gender, Bahasan dan
Kekuasaan. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.
Subakti, H., Chamidah, D., Siregar, R. S.,
dkk, (2021). Metodologi Penelitian
Pendidikan Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Muslikhati, S. (2004). Feminisme dan
pemberdayaan perempuan dalam
timbangan Islam. Depok: Gema
Insani.
Soenarjati-Djajanegara. 2003. Kritik Sastra
Feminis: Sebuah Pengantar.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Saptari, Ratna dan Brigitte Holzner.
Perempuan Kerja dan Perubahan
Sosial. Sebuah Pengantar Studi
Perempuan. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti, 1997.

Anda mungkin juga menyukai