Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan essay
Kesataran Gender di Dunia Pertambangan. Saya berterima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu saya pada penyelesaian essay ini.

Saya berharap essay ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai perkembangan kesetaraan gender di dunia
pertambangan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam essay ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang


kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Jakarta, 26 September 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....i

Daftar Isi....ii

Latar Belakang..3

Peranan Perempuan di Dunia Pertambangan.............................3

Apakah Kesetaraan Gender di Dunia Pertambangan Telah Terjadi.9

Daftar Pustaka..xi

ii

2
KESETARAAN GENDER DI DUNIA PERTAMBANGAN

SOSIAL

KOMPETISI ESSAY NASIONAL PRA-MINESPACE II 2016

Bella Puspa Octaviani (11160980000044)

Student of Mining Engineering, Syarif Hidayatullah State Islamic University


Jakarta. 2016.

LATAR BELAKANG

Semenjak surat-surat yang dikirimkan Kartini kepada teman wanita Belanda nya
Rosa Abendanon dan Estelle "Stella" Zeehandelaar yang berisikan penderitaan
perempuan di Jawa, seperti harus dipingit, tidak bebas dalam menuntuk ilmu atau
belajar, dan gagasan-gagasan baru mengenai emansipasi atau persamaan hak wanita
pribumi. Menjadi suatu momentum gerakan emansipasi wanita di Indonesia. Gerakan
emansipasi atau kesataraan gender yang makin dewasa ini makin lebih terlihat nyata
di kehidupan masyarakat Indonesia.

Isu tentang kesetaraan gender tidak hanya menjadi perhatian di lingkup


pendidikan saja atau masalah domestik seperti pernikahan tapi juga sudah menjadi
perhatian pada dunia pekerjaan. Di Indonesia sendiri beberapa sektor pekerjaan yang
tadinya hanya dilakukan oleh para kaum laki-laki sekarang telah dilakukan juga oleh
kaum wanita. Contohnya adalah pekerjaan pada bidang pertambangan. Masih sering
kita dengar bahwa pekerjaan di bidang ini adalah pekerjaan yang keras sehingga
didominasi oleh kaum laki-laki tapi kenyataannya bahwa sekarang pada sektor ini
sudah mulai banyak diisi oleh para wanita, hal ini sebagai salah satu tanda bahwa
emansipasi sudah sampai ke sektor pertambangan.

PERANAN PEREMPUAN DI DUNIA PERTAMBANGAN

Pada dewasa ini, paradigma bahwa kewajiban untuk mencari nafkah hanya
digantungkan kepada suami (laki-laki) telah berganti. Kita dapat melihatnya sendiri
bahwa sudah banyak istri (perempuan) yang ikut mengambil peranan untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Pilihan untuk bekerja yang dilakukan oleh
seorang perempuan ternyata juga didukung oleh hampir suami mereka, dukungan
yang dilakukan memiliki berbagai alasan, antara lain untuk membantu suami mencari

3
nafkah, untuk bersosialisasi, menambah wawasan, keinginan untuk berprestasi, dan
sebagainya1.

Meskipun sudah mulai banyak suami (laki-laki) yang mendukung perempuan


untuk ikut andil bekerja dan membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Ternyata faktanya masih terdapat kesulitan untuk menyerap tenaga kerja perempuan
dan masih tingginya angka pengangguran pada perempuan. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan hal ini terjadi, antara lain:

1. Permasalahan pertama adalah kesempatan kerja yang terbatas bagi


tenaga kerja akibat tingkat pertumbuhan ekonomi belum dapat menyerap
angkatan kerja khususnya tenaga kerja perempuan yang masuk ke dalam
pasar kerja dan jumlah pengangguran yang telah ada.
2. Permasalahan kedua adalah rendahnya kualitas angkatan kerja
perempuan, hal ini berdampak kepada kompetisi dalam memperoleh
kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar negeri yang semakin tinggi
karena terbukanya persaingan.
3. Permasalahan ketiga adalah keterbatasan informasi sehingga pengguna
dan pencari kerja tidak dapat bertemu. Banyaknya pencari kerja yang tidak
dapat menemukan sendiri lowongan pekerjaan yang sesuai dengan
kemauan, potensi dan kemampuan, sebaliknya banyak pemberi kerja
(pengguna tenaga kerja) tidak dapat menemukan sendiri tenaga kerja yang
memenuhi persyaratan dan memenuhi kriteria untuk kelangsungan dan
perkembangan usahanya2.

Hal yang menyangkut ketidak merataan tenaga kerja antara laki-laki dan
perempuan juga dijelaskan faktanya oleh ILO di dalam publikasi ILO yang berjudul
Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia. Di dalam publikasi tesebut disampaikan
bahwa masih banyak terjadi kasus seperti upah perempuan yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki dan tingkat partisipasi perempuan di dalam angkatan
kerja juga masih rendah. Pada bulan Agustus 2014 terdapat 126.991.259 laki-laki yang
bekerja sedangkan perempuan yang bekerja sebesar 125.720.0413.
Meskipun angka partisipasi perempuan masih dibilang rendah tetapi mulai
terjadi perpindahan yang tadinya perempuan tidak aktif secara ekonomi menjadi aktif
secara ekonomi. Banyak dari mereka bekerja sebagai pekerja rumahan. Pilihan
untuk pendidikan dan partisipasi angkatan kerja masih sering dipengaruhi oleh norma

1
Moeljadi, Denyut Jantung Keuangan Keluarga di Tangan Ibu-Ibu (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo Kompas Gramedia, 2010), hlm. Xii.
2
Badan Pendidikan dan Pelatihan, Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Perempuan Untuk Mengurangi
Pengangguran Di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah, Pemerintahan Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, hlm. 39.
3
International Labour Organization (ILO), Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia, Kantor ILO Untuk
Indonesia, Jakarta, 2015, hlm. 71.

4
dan stereotipe sosial yang berlaku di tengah masyarakat. Berdasarkan proporsi
pekerja menurut pekerjaan, perempuan paling dominan di bidang pekerjaan
professional (guru dan perawat) dan jasa dan bagian penjualan, di mana proporsi
perempuan adalah sebesar 57,2 persen dan 53,9 persen pada Agustus 2014.4
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa masih banyak perempuan yang
berada di luar dunia kerja. Alasan yang sering kita dengar adalah diakibatkan karena
tanggung jawab keluarga. Sudah menjadi suatu keyakinan di dalam masyarakat kita
bahwa perempuan yang bertanggung jawab seratus persen di dalam kegiatan rumah
tangga (khususnya memberikan perhatian, kasih sayang, dan pendidika kepada anak-
anak) padahal ada peran laki-laki yang tidak kalah penting untuk bertanggung jawab
di dalam kegiatan rumah tangga tersebut.

Mengenai kesetaraan gender di dalam hal ketenega kerjaan secara umum telah
dibahas, hal selanjutnya lebih mengkerucut yang akan dilihat adalah, sampai mana
praktik kesetaraan gender yang terjadi di dalam dunia pertambangan sampai saat ini.
Mula-mula diambil salah satu contoh peranan perempuan di dunia pertambangan
internasional. Pada abad ke-19 terjadi perburuan emas terbesar di dunia sejak
tambang-tambang emas ditemukan di Ballarat dan kemudian di Bendigo, Victoria,
Australia. Tercatat pada tahun 1911, jumlah perempuan yang bekerja di sektor
pertambangan berjumlah 57 orang5. Hal ini membuktikan bahwa sejak lama
perempuan telah memulai mempunyai peranan di dalam dunia pertambangan.

Semakin lama, semakin berkembang pula peranan perempuan di dunia


pertambangan di Indonesia. Jika kita memperhatikan lingkungan sekeliling kita mulai
dari tahapan kuliah, Meskipun di fakultas teknik angka perbandingan perempuan
dengan laki-laki mencapai 1:76 , kita akan mendapati bahwa jurusan-jurusan teknik
yang pada umumnya diminati oleh kaum laki-laki mulai banyak dilirik oleh kaum
perempuan. Jika jurusan teknik seperti teknik industri, teknik kimia, dan teknik sipil
yang mempunyai sterotipe jurusan teknik yang aman jika dipilih oleh perempuan,
ternyata tidak membuat sebagian perempuan untuk mengurungkan niat mengambil
jurusan teknik yang lain bahkan jurusan teknik yang memiliki sterotipe bidang teknik
yang keras yang hanya cocok untuk laki-laki saja salah satunya adalah teknik
pertambangan.

Bukan hanya faktor modernisasi yang membuat mulai banyak perempuan


memutuskan untuk bekerja di dunia pertambangan tapi dari segi sarana, prasarana,
fasilitas, dan kebijakan dari perusahaan dan permerintah yang diberikan kepada
perempuan yang membuat perempuan lebih mudah untuk bekerja di lapangan.
Seperti halnya paket pekerjaan fleksibel, jadwal kerja ramah-ibu, seragam yang
sesuai, anak di lokasi kerja, kondisi kerja yang nyaman, tingkat upah yang menarik,

4
Ibid., hlm. 24.
5
Adinda Fathin, Skripsi: Peran dan Kontribusi Pekerja Perempuan Pada Masa Perang Dunia I (1914-1918),
Victoria, Australia (Depok: Universitas Indonesia, 2009), hlm. 37.
6
Wanodya, Jurnal Kajian Wanita dan Gender, Pusat Studi Wanita, Volume 4-6, 2003, hlm. 22.

5
lingkungan kerja yang menghormati gender, cuti hamil yang diperpanjang, fasilitas
Menyusui, dan perumahan untuk pasangan7.

Pemberian kemudahan dari segi sarana, prasaran, fasilitas, dan kebijakan yang
diberikan baik oleh perusahaan maupun oleh pemerintah dapat diartikan pula sebagai
suatu dukungan agar perempuan untuk berada di pasar tenaga kerja dalam hal ini
dapat pula diimplikasikan pada industri pertambangan.

Salah satu contoh bentuk peranan pemerintah dalam menigkatkan peranan


perempuan di dunia tenaga kerja termasuk di industri pertambangan adalah
dikeluarkannya dalam bentuk kebijakan yaitu UU NO.24 Tahun 2011 yang
mentransformasikan PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan untuk semua pekerja
sektor formal. BPJS Ketenagakerjaan dirancang untuk menyediakan jaminan sosial
ketenagakerjaan bagi pekerja formal dalam kategori jaminan pensiun,jaminan hari
tua, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian8.

Indonesia merupakan salah satu anggota dari ILO (International Labour


Organization) . ILO sendiri telah membuat sebuah konvensi pada tanggal 21 Juni 1935
yang dapat disebut Konvensi Kerja Bawah Tanah (Wanita) No. 45 yang isinya
menyatakan Setiap wanita tanpa memandang umurnya tidak boleh melakukan
pekerjaan dalam tambang di bawah tanah9 .Undang-undang atau peraturan nasional
dapat mengecualikan larangan tersebut untuk wanita yang memegang jabatan
pimpinan yang tidak melakukan pekerjaan tangan, wanita yang bekerja pada jabatan
kesehatan dan kesejahteraan, wanita yang berhubungan dengan pelajarannya harus
berada di bawah tanah dalam rangka latihan untuk waktu tertentu, dan Wanita yang
kadang-kadang harus masuk kebagian-bagian tambang di bawah tanah untuk maksud
melakukan pekerjaan yang bukan bersifat pekerjaan tangan.

Konvensi ini dijadikan standar ketenagakerjaan Internasional yang dapat


memainkan peranan penting dalam penyusunan peraturan, kebijakan, dan keputusan
nasional.

Selain dari segi kebijakan dan fasilitas yang diberikan perusahaan agar dapat
menyerap lebih banyak pekerja perempuan, pilihan jenis pekerjaan di sektor
pertambangan itu sendiri pula yang membuat akhirnya banyak perempuan saat ini
yang tertarik untuk terjun di bidang ini. Tidak hanya di bidang lapangan saja
kesempatan perempuan untuk bekerja di pertambangan tetapi ada pula sektor-sektor
lain yang secara tidak langsung memudahkan perempuan dalam membagi tugasnya

7
Admin, Kesempatan Kerja Bagi Wanita di Industri Pertambangan dan Migas,
http://www.indoenergi.com/2013/08/kesempatan-kerja-bagi-wanita-di.html, terakhir diakses 11 Agustus
2016.
8
International Labour Organization (ILO), Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia, Kantor ILO Untuk
Indonesia, Jakarta, 2015, hlm. 62
9
International Labour Organization (ILO), Kerja Wanita Dalam Segala Macam Tambang di Bawah Tanah,
Kantor ILO Untuk Indonesia, Jakarta, 2009, hlm. 6

6
saat menjadi ibu sekaligus istri serta tetap masih dapat bekerja. Seperti peran di
sektor bisnis, IT, medis, katering, dan psikolog yang dapat diisi oleh perempuan
dengan jam kerja yang sedikit lebih longgar dibandingkan yang bekerja di lapangan.

Menurut NSW WOMEN IN MINING saat ini hanya 9% dari orang yang bekerja di
tambang adalah perempuan10. Berikut ini akan diperlihatkan infografik yang
dikeluarkan oleh NSW WOMEN IN MINING:

Sumber: NSW Women Mining 2014: A Snapshot (http://www.realminers.com/2014/07/news-


apa-peran-perempuan-di-bidang.html)

Gambar 1.

Dapat dilihat dari infografik tersebut bahwa pada tahun 2014, presentase
perempuan di dunia pertambangan yang bekerja di sektor lapangan (operator mesin/
alat berat) menjadi yang paling besar dibandingkan sektor yang lainnya. Ini
menandakan bahwa peran perempuan tidak lagi hanya pada sektor-sektor di balik
meja atau pada sektor perempuan tapi sudah merambah ke sektor-sektor teknik
yang selama ini dianggap hanya bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. Kelompok Women

10
Admin, Apa Peran Perempuan di Bidang Tambang?, http://www.realminers.com/2014/07/news-apa-
peran-perempuan-di-bidang.html , terakhir diakses 12 Agustus 2016.

7
in Mining Kanada juga menginginkan jumlah perempuan pekerja tambang secara
bertahap bertambah, sehingga mencapai 50%11.

Perusahaan-perusahaan pertambangan di Indonesia menggunakan prinsip anti


diskriminasi terhadap gender, agama, dan ras menyangkut kebijakan untuk merekrut,
mengembangkan, dan mempromosikan pegawai. Sehingga yang dinilai adalah skill
dan kompentensi yang dimiliki oleh calon pegawai/pegawai. Bahwa perusahaan
memiliki tanggung jawab sosial perusahaan mengenai kesetaraan gender sudah diatur
di dalam peraturan Bapepam-LK No X.K.612 .

Diambil contoh perusahaan-perusahaan tambang yang mengimplikasikan


tentang kesetaraan gender dengan baik adalah PT. Antam, PT. Vale Indonesia, PT.
Timah, dan PT. Bukit Asam. Keempat perusahaan tersebut menggunakan prinsip anti
diskiriminasi terhadap gender untuk hal-hal mengenai perekrutan pegawai, pelatihan,
remunerasi, dan promosi jabatan. Jumlah pegawai perempuan yang bekerja di
keempat perusahaan tersebut rata-rata berkisar antara 7 8 % dari total pegawai
perusahaan.

Posisi jabatan yang ditempati perempuan di perusahaan-perusahaan tersebut


lebih banyak di bagian department atau dibagian-bagian yang bukan unit operasional
tambang. Contohnya pada PT. Antam pada tahun 2015 penempatan kerja perempuan
di bidang department mencapai angka 15,59% dan yang berada di kantor pusat
sebanyak 18,9%13. Hal ini berbeda dengan data yang diperlihatkan oleh NSW Women
in Mining pada tahun 2014.

Pada tingkat-tingkat jabatan seperti komisaris ataupun direktur, peran


perempuan tidak terlalu signifikan, rata-rata masih diduduki oleh laki-laki. Jika kita
melihat prinsip yang dianut oleh perusahaan-perusahaan tambang tersebut yang anti
diskriminasi gender berarti memang penyebab jabatan-jabatan tertinggi di dalam
suatu perusahaan tersebut lebih sering dan lebih banyak diisi oleh laki-laki semata-
mata karena kualitas skill dan pencapain kompetensi yang dapat dicapai individu
tersebut bukan didasarkan atas gender.

Tidak hanya perusahaan-perusahaan tambang yang berskala multinasional saja


tapi perusahaan-perusahaan tambang yang dapat dikatakan baru berkiprah di dalam
industry pertambangan pun juga memiliki program yang hampir sama untuk
mewujudkan adanya kesetaraan gender di industri pertambangan. Contohnya adalah
PT. Agincourt Resources yang memiliki tambang emas Martabe yang masih baru di
Tapanuli Selatan.

11
Iwan, Perempuan Pekerja Tambang Akui Sulit Jalin Hubungan Sosial dengan Pekerja Pria,
http://m.majalahtambang.com/detail_berita.php?category=18&newsnr=8653, terakhir diakses 13 Agustus
2016.
12
PT. Vale Indonesia, Laporan Tahunan 2015, PT. Vale Indonesia, 2016, hlm. 446.
13
PT. ANTAM, Laporan Tahunan 2015, PT. ANTAM, 2016, hlm. 386.

8
PT. Agincourt Resources mulai menerapkan kebijakan Keberagaman Gender.
Dalam penerapannya kebijakan ini akan diwujudkan dalam hal, antara lain:

1. Pertama, kesetaraan hak, kesempatan kerja, dan perlakuan tanpa


diskriminasi dalam merekrut dan mengembangkan kapasitas seluruh
karyawan untuk berkontribusi positif bagi laju perkembangan perusahaan.
2. Kedua, membuka peluang seluas-luasnya bagi seluruh angkatan kerja,
baik laki-laki maupun perempuan, dalam usia produktif yang memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaan, terutama dari wilayah
Tapanuli Selatan dan sekitarnya.
3. Ketiga, tim kerja profesional beragam gender yang handal dengan
menerapkan tata kelola dan budaya kerja yang menghargai keragaman
gender dan pemenuhan kuota 30% pekerja perempuan14.

Hingga akhir Februari 2016, terdapat 369 orang (16 persen) tenaga kerja perempuan
yang bekerja di Tambang Emas Martabe. Dibandingkan tambang lain jumlah tenaga
kerja perempuan ini cukup signifikan.

APAKAH KESETARAAN GENDER DI DUNIA PERTAMBANGAN TELAH TERJADI?

Dari banyak fakta-fakta di lapangan dan data-data dari perusahaan tambang di


Indonesia yang berhubungan dengan kesetaraan gender, dapat dilihat apakah
kesetaraan gender di industri ini telah dilakukan oleh perusahaan tambang ataupun
pemerintah dengan baik atau tidak.

Jika parameter yang digunakan untuk menilai sudah setarakah perempuan dan
laki-laki di dunia pertambangan hanya dilihat dari presentase angka tenaga kerja yang
bekerja di industri ini jawabannya adalah belum setara. Tapi apakah parameter setara
hanya dilihat dari presentase angka?

Tidak dapat disingkirkan pula bahwa parameter lain adalah kesempatan


mendapatkan gaji yang sesuai dengan kompetensi, kesempatan untuk
mengembangkan karir, kesempatan untuk dapat bekerja sesuai dengan keahlian, dan
sebagainya.

Dilihat dari perusahaan-perusahaan yang dijadikan contoh di dalam essay ini,


perusahaan-perusahaan tersebut telah melakukan gerakan kesetaraan gender pada
bagian sumber daya manusia bagi perusahaan. Perusahaan telah menggunakan asas
kesetaraan gender di dalam cara perekrutan pegawai, pemberian remunerisasi gaji,
promosi jabatan, pelatihan, dan sebagainya.

14
Redaksi, Wujudkan Kesetaraan Gender, Tambang Emas Martabe Hidupkan Semangat Kartini,
http://kabarmedan.com/wujudkan-kesetaraan-gender-tambang-emas-martabe-hidupkan-semangat-
kartini/, terakhir diakses 13 Agustus 2016.

9
Sehingga dapat dikatakan bahwa kesetaraan gender di dunia pertambangan
saat ini sudah berjalan jauh lebih baik dibandingkan di waktu yang lampau. Fasilitas
dan kebijakan yang membantu perempuan untuk dapat bekerja dengan nyaman di
dunia pertambangan telah diberikan.

Jika ingin dipaksakan bahwa penentu kesuksesan asas kesetaraan gender di


dunia pertambangan hanya didasarkan presentase jumlah tenaga kerja/karyawan
yang dibedakan menurut gendernya, maka hal itu tidak dapat dilakukan dikarenakan
fakta dilapangan sendiri menunjukkan saat ini ketersediaan tenaga kerja perempuan
masih belum mengimbangi jumlah tenaga kerja laki-laki. Kita dapat melihat dengan
sederhananya saja, jumlah perempuan yang mengambil kuliah jurusan teknik
pertambangan sendiri masih belum seimbang dengan jumlah laki-laki di suatu jurusan
teknik pe rtambangan. Jadi, bagaimana bisa memenuhi tuntutan jumlah pekerja yang
seimbang jika dari awal tahap pendidikannya saja sudah tidak imbang.

Menjadikan jumlah pekerja perempuan seimbang dengan jumlah pekerja laki-


laki untuk di dunia pertambangan bukanlah hal yang mustahil tapi dibutuhkan waktu
yang tidak sebentar agar menjadi seimbang jumlahnya. Untuk menaikkan jumlahnya
pun harus diperhatikan aspek sosialnya pula, bahwa sterotipe yang sudah mengakar di
masyarakat kita tentang pekerjaan apa yang cocok untuk perempuan tidak dapat
dipungkiri menjadi faktor yang penting pula di dalam keikut sertaan perempuan
bekerja di bidang pertambangan.

Harus dilakukan program-program atau kampanye yang bertemakan


Breakdown The Stereotype dimana stereotipe-stereotipe yang menghalangi
perempuan untuk meraih mimpinya dapat dihilangkan di tengah-tengan masyarakat.
Pada institusi pendidikan juga dapat melakukan program-program yang mendorong
para perempuan untuk mengambil jurusan teknik pertambangan seperti pemberian
beasiswa khusus perempuan yang berprestasi.

Harapan ke depannya mengenai kesetaraan gender di dunia pertambangan


ialah makin meningkatkanya lagi angka keikusertaan pekerja perempuan di industri
ini, posisi pekerjaan yang bisa ditempati perempuan ialah posisi yang penting di
sebuah perusahan tambang, dan ditingkatkannya lagi program-program perusahaan
yang berdasarkan atas kesetaraan gender.

10
Daftar Pustaka

Apa Peran Perempuan di Bidang Tambang?. Tersedia:


http://www.realminers.com/2014/07/news-apa-peran-perempuan-di-bidang.html. [12
Agustus 2016].

Badan Pendidikan dan Pelatihan. 2013. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja


Perempuan Untuk Mengurangi Pengangguran Di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa
Tengah (Karya Ilmiah). Yogyakarta: Pemerintahan Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Fathin, Adinda. 2009. Peran dan Kontribusi Pekerja Perempuan Pada Masa Perang Dunia
I (1914-1918), Victoria, Australia (Skripsi). Depok: Universitas Indonesia.

International Labour Organization (ILO). 2009. Kerja Wanita Dalam Segala Macam
Tambang di Bawah Tanah. Jakarta: Kantor ILO Untuk Indonesia.

International Labour Organization (ILO). 2015. Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di


Indonesia. Jakarta: Kantor ILO Untuk Indonesia.

Iwan. Perempuan Pekerja Tambang Akui Sulit Jalin Hubungan Sosial dengan Pekerja
Pria.Tersedia:http://m.majalahtambang.com/detail_berita.php?category=18&newsnr=8653.
[13 Agustus 2016].

Kesempatan Kerja Bagi Wanita di Industri Pertambangan dan Migas. Tersedia:


http://www.indoenergi.com/2013/08/kesempatan-kerja-bagi-wanita-di.html. [11 Agustus
2016].

Moeljadi. 2010. Denyut Jantung Keuangan Keluarga di Tangan Ibu-Ibu. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo Kompas Gramedia.

PT. ANTAM. 2016. Laporan Tahunan 2015. Jakarta: PT. ANTAM.

PT. Vale Indonesia. 2016. Laporan Tahunan 2015. Jakarta: PT. Vale Indonesia.

Redaksi. Wujudkan Kesetaraan Gender, Tambang Emas Martabe Hidupkan Semangat


Kartini. Tersedia: http://kabarmedan.com/wujudkan-kesetaraan-gender-tambang-emas-
martabe-hidupkan-semangat-kartini/ . [13 Agustus 2016].

Wanodya.2003. Jurnal Kajian Wanita dan Gender (Jurnal). Volume 4-6. Jakarta: Pusta
Studi Wanita.

11
12

Anda mungkin juga menyukai