Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan essay
Kesataran Gender di Dunia Pertambangan. Saya berterima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu saya pada penyelesaian essay ini.
Saya berharap essay ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai perkembangan kesetaraan gender di dunia
pertambangan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam essay ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....i
Daftar Isi....ii
Latar Belakang..3
Daftar Pustaka..xi
ii
2
KESETARAAN GENDER DI DUNIA PERTAMBANGAN
SOSIAL
LATAR BELAKANG
Semenjak surat-surat yang dikirimkan Kartini kepada teman wanita Belanda nya
Rosa Abendanon dan Estelle "Stella" Zeehandelaar yang berisikan penderitaan
perempuan di Jawa, seperti harus dipingit, tidak bebas dalam menuntuk ilmu atau
belajar, dan gagasan-gagasan baru mengenai emansipasi atau persamaan hak wanita
pribumi. Menjadi suatu momentum gerakan emansipasi wanita di Indonesia. Gerakan
emansipasi atau kesataraan gender yang makin dewasa ini makin lebih terlihat nyata
di kehidupan masyarakat Indonesia.
Pada dewasa ini, paradigma bahwa kewajiban untuk mencari nafkah hanya
digantungkan kepada suami (laki-laki) telah berganti. Kita dapat melihatnya sendiri
bahwa sudah banyak istri (perempuan) yang ikut mengambil peranan untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Pilihan untuk bekerja yang dilakukan oleh
seorang perempuan ternyata juga didukung oleh hampir suami mereka, dukungan
yang dilakukan memiliki berbagai alasan, antara lain untuk membantu suami mencari
3
nafkah, untuk bersosialisasi, menambah wawasan, keinginan untuk berprestasi, dan
sebagainya1.
Hal yang menyangkut ketidak merataan tenaga kerja antara laki-laki dan
perempuan juga dijelaskan faktanya oleh ILO di dalam publikasi ILO yang berjudul
Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia. Di dalam publikasi tesebut disampaikan
bahwa masih banyak terjadi kasus seperti upah perempuan yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki dan tingkat partisipasi perempuan di dalam angkatan
kerja juga masih rendah. Pada bulan Agustus 2014 terdapat 126.991.259 laki-laki yang
bekerja sedangkan perempuan yang bekerja sebesar 125.720.0413.
Meskipun angka partisipasi perempuan masih dibilang rendah tetapi mulai
terjadi perpindahan yang tadinya perempuan tidak aktif secara ekonomi menjadi aktif
secara ekonomi. Banyak dari mereka bekerja sebagai pekerja rumahan. Pilihan
untuk pendidikan dan partisipasi angkatan kerja masih sering dipengaruhi oleh norma
1
Moeljadi, Denyut Jantung Keuangan Keluarga di Tangan Ibu-Ibu (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo Kompas Gramedia, 2010), hlm. Xii.
2
Badan Pendidikan dan Pelatihan, Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Perempuan Untuk Mengurangi
Pengangguran Di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah, Pemerintahan Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, hlm. 39.
3
International Labour Organization (ILO), Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia, Kantor ILO Untuk
Indonesia, Jakarta, 2015, hlm. 71.
4
dan stereotipe sosial yang berlaku di tengah masyarakat. Berdasarkan proporsi
pekerja menurut pekerjaan, perempuan paling dominan di bidang pekerjaan
professional (guru dan perawat) dan jasa dan bagian penjualan, di mana proporsi
perempuan adalah sebesar 57,2 persen dan 53,9 persen pada Agustus 2014.4
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa masih banyak perempuan yang
berada di luar dunia kerja. Alasan yang sering kita dengar adalah diakibatkan karena
tanggung jawab keluarga. Sudah menjadi suatu keyakinan di dalam masyarakat kita
bahwa perempuan yang bertanggung jawab seratus persen di dalam kegiatan rumah
tangga (khususnya memberikan perhatian, kasih sayang, dan pendidika kepada anak-
anak) padahal ada peran laki-laki yang tidak kalah penting untuk bertanggung jawab
di dalam kegiatan rumah tangga tersebut.
Mengenai kesetaraan gender di dalam hal ketenega kerjaan secara umum telah
dibahas, hal selanjutnya lebih mengkerucut yang akan dilihat adalah, sampai mana
praktik kesetaraan gender yang terjadi di dalam dunia pertambangan sampai saat ini.
Mula-mula diambil salah satu contoh peranan perempuan di dunia pertambangan
internasional. Pada abad ke-19 terjadi perburuan emas terbesar di dunia sejak
tambang-tambang emas ditemukan di Ballarat dan kemudian di Bendigo, Victoria,
Australia. Tercatat pada tahun 1911, jumlah perempuan yang bekerja di sektor
pertambangan berjumlah 57 orang5. Hal ini membuktikan bahwa sejak lama
perempuan telah memulai mempunyai peranan di dalam dunia pertambangan.
4
Ibid., hlm. 24.
5
Adinda Fathin, Skripsi: Peran dan Kontribusi Pekerja Perempuan Pada Masa Perang Dunia I (1914-1918),
Victoria, Australia (Depok: Universitas Indonesia, 2009), hlm. 37.
6
Wanodya, Jurnal Kajian Wanita dan Gender, Pusat Studi Wanita, Volume 4-6, 2003, hlm. 22.
5
lingkungan kerja yang menghormati gender, cuti hamil yang diperpanjang, fasilitas
Menyusui, dan perumahan untuk pasangan7.
Pemberian kemudahan dari segi sarana, prasaran, fasilitas, dan kebijakan yang
diberikan baik oleh perusahaan maupun oleh pemerintah dapat diartikan pula sebagai
suatu dukungan agar perempuan untuk berada di pasar tenaga kerja dalam hal ini
dapat pula diimplikasikan pada industri pertambangan.
Selain dari segi kebijakan dan fasilitas yang diberikan perusahaan agar dapat
menyerap lebih banyak pekerja perempuan, pilihan jenis pekerjaan di sektor
pertambangan itu sendiri pula yang membuat akhirnya banyak perempuan saat ini
yang tertarik untuk terjun di bidang ini. Tidak hanya di bidang lapangan saja
kesempatan perempuan untuk bekerja di pertambangan tetapi ada pula sektor-sektor
lain yang secara tidak langsung memudahkan perempuan dalam membagi tugasnya
7
Admin, Kesempatan Kerja Bagi Wanita di Industri Pertambangan dan Migas,
http://www.indoenergi.com/2013/08/kesempatan-kerja-bagi-wanita-di.html, terakhir diakses 11 Agustus
2016.
8
International Labour Organization (ILO), Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia, Kantor ILO Untuk
Indonesia, Jakarta, 2015, hlm. 62
9
International Labour Organization (ILO), Kerja Wanita Dalam Segala Macam Tambang di Bawah Tanah,
Kantor ILO Untuk Indonesia, Jakarta, 2009, hlm. 6
6
saat menjadi ibu sekaligus istri serta tetap masih dapat bekerja. Seperti peran di
sektor bisnis, IT, medis, katering, dan psikolog yang dapat diisi oleh perempuan
dengan jam kerja yang sedikit lebih longgar dibandingkan yang bekerja di lapangan.
Menurut NSW WOMEN IN MINING saat ini hanya 9% dari orang yang bekerja di
tambang adalah perempuan10. Berikut ini akan diperlihatkan infografik yang
dikeluarkan oleh NSW WOMEN IN MINING:
Gambar 1.
Dapat dilihat dari infografik tersebut bahwa pada tahun 2014, presentase
perempuan di dunia pertambangan yang bekerja di sektor lapangan (operator mesin/
alat berat) menjadi yang paling besar dibandingkan sektor yang lainnya. Ini
menandakan bahwa peran perempuan tidak lagi hanya pada sektor-sektor di balik
meja atau pada sektor perempuan tapi sudah merambah ke sektor-sektor teknik
yang selama ini dianggap hanya bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. Kelompok Women
10
Admin, Apa Peran Perempuan di Bidang Tambang?, http://www.realminers.com/2014/07/news-apa-
peran-perempuan-di-bidang.html , terakhir diakses 12 Agustus 2016.
7
in Mining Kanada juga menginginkan jumlah perempuan pekerja tambang secara
bertahap bertambah, sehingga mencapai 50%11.
11
Iwan, Perempuan Pekerja Tambang Akui Sulit Jalin Hubungan Sosial dengan Pekerja Pria,
http://m.majalahtambang.com/detail_berita.php?category=18&newsnr=8653, terakhir diakses 13 Agustus
2016.
12
PT. Vale Indonesia, Laporan Tahunan 2015, PT. Vale Indonesia, 2016, hlm. 446.
13
PT. ANTAM, Laporan Tahunan 2015, PT. ANTAM, 2016, hlm. 386.
8
PT. Agincourt Resources mulai menerapkan kebijakan Keberagaman Gender.
Dalam penerapannya kebijakan ini akan diwujudkan dalam hal, antara lain:
Hingga akhir Februari 2016, terdapat 369 orang (16 persen) tenaga kerja perempuan
yang bekerja di Tambang Emas Martabe. Dibandingkan tambang lain jumlah tenaga
kerja perempuan ini cukup signifikan.
Jika parameter yang digunakan untuk menilai sudah setarakah perempuan dan
laki-laki di dunia pertambangan hanya dilihat dari presentase angka tenaga kerja yang
bekerja di industri ini jawabannya adalah belum setara. Tapi apakah parameter setara
hanya dilihat dari presentase angka?
14
Redaksi, Wujudkan Kesetaraan Gender, Tambang Emas Martabe Hidupkan Semangat Kartini,
http://kabarmedan.com/wujudkan-kesetaraan-gender-tambang-emas-martabe-hidupkan-semangat-
kartini/, terakhir diakses 13 Agustus 2016.
9
Sehingga dapat dikatakan bahwa kesetaraan gender di dunia pertambangan
saat ini sudah berjalan jauh lebih baik dibandingkan di waktu yang lampau. Fasilitas
dan kebijakan yang membantu perempuan untuk dapat bekerja dengan nyaman di
dunia pertambangan telah diberikan.
10
Daftar Pustaka
Fathin, Adinda. 2009. Peran dan Kontribusi Pekerja Perempuan Pada Masa Perang Dunia
I (1914-1918), Victoria, Australia (Skripsi). Depok: Universitas Indonesia.
International Labour Organization (ILO). 2009. Kerja Wanita Dalam Segala Macam
Tambang di Bawah Tanah. Jakarta: Kantor ILO Untuk Indonesia.
Iwan. Perempuan Pekerja Tambang Akui Sulit Jalin Hubungan Sosial dengan Pekerja
Pria.Tersedia:http://m.majalahtambang.com/detail_berita.php?category=18&newsnr=8653.
[13 Agustus 2016].
Moeljadi. 2010. Denyut Jantung Keuangan Keluarga di Tangan Ibu-Ibu. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo Kompas Gramedia.
PT. Vale Indonesia. 2016. Laporan Tahunan 2015. Jakarta: PT. Vale Indonesia.
Wanodya.2003. Jurnal Kajian Wanita dan Gender (Jurnal). Volume 4-6. Jakarta: Pusta
Studi Wanita.
11
12